Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap Pupuk Kalium Dan Paklobutrazol

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

KENTANG (Solanum tuberosum L.)TERHADAP

PUPUK KALIUM DAN PAKLOBUTRAZOL

SKRIPSI

Oleh

RINGKAS SITEPU 020301025/BDP/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

KENTANG (Solanum tuberosum L.)TERHADAP

PUPUK KALIUM DAN PAKLOBUTRAZOL

SKRIPSI

Oleh RINGKAS SITEPU 020301025 BDP/AGRONOMI

PROGAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Kentang (Solanum tuberosum L) Pupuk Kalium dan Paklobutrazol

Nama : Ringkas Sitepu NIM : 020301025

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. H Dartius, MS. Ir. Yaya Hasanah MSi Ketua Anggota

Mengetahui

Ir. Edison Purba, Ph.D.


(4)

ABSTRACT

The objective of the research was to know the response of growth and production of potato on potassium fertilizer and paclobutrazol. The research was done in Sukajulu, Tanah Karo North Sumatera about ±1250 metres sea level rise from June to September 2007.

The research used using Randomized Block Design Factorial with two factors. The first factor was potassium fertilizer with four levels namely : 0 kg K2O/ha (K0); 0 g K2O/plot , 50 kg K2O/ha (K1); 32 g K2O/plot, 100 kg K2O/ha

(K2); 64 g K2O/plot, 150 kg K2O/ha (K3); 96 g K2O/plot ). The second factor

was paclobutrazol with four levels namely : : 0 g/ l water (P0), 0.25 g/ l water (P1), 0.50 g/ l water (P2) dan 0.75 g/ l water (P3).

The result of the research showed that, tuber weight/sample and tuber weight/plot potassium fertilizer is significant on but no significant on plant hight, tubers total, tuber class percentage and shoot/root ratio. Paklobutrazol showed significant on tuber weight/sample, tuber weight/plot and shoot/root ratio, but no significant on plant height, tuber class percentage and tuber total.

The interaction between potassium fertilizer and paclobutrazol showed no significant for all parameters.


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan

produksi tanaman kentang terhadap pemberian pupuk kalium dan paklobutrazol. Penelitian di,laksanakan di Desa Sukanalu Tanah Karo Sumatera Utara, Medan yang berada + 1250 m dpl dari bulan Juni sampai September 2007.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk kalium dengan empat taraf yaitu : 0 kg K2O/ha (K0); 0 g K2O/plot, 50 kg K2O/ha (K1); 32 g

K2O/plot , 100 kg K2O/ha (K2); 64 g K2O/plot, 150 kg K2O/ha (K3); 96 g

K2O/plot dan faktor kedua adalah pemberian paklobutrazol dengan empat taraf

yaitu : 0 g/ l air (P0), 0.25 g/ l air (P1), 0.50 g/ l air (P2) dan 0.75 g/ l air (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel dan bobot umbi/plot namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,jumlah umbi/sampel, persentase kelas umbi dan shoot/root ratio. Perlakuan paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel, bobot umbi/plot dan shoot/root ratio namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi/sampel dan persentase kelas umbi.

Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Ringkas Sitepu dilahirkan di Sukanalu pada tanggal 17 Desember 1983 dari Ayahanda N. Sitepu dan Ibunda S. Br. Tarigan. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh adalah SD N I Sukanalu di Sukanalu lulus tahun 1996, SLTP Negeri 1 Kaban Jahe lulus tahun 1999, SMUN 2 Kaban Jahe lulus pada tahun 2002. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2002 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun Balimbingan Pematang Siantar pada bulan Juni-Juli 2006.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium dan Paklobutrazol ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada Bapak Ir. H, Dartius MS dan Ibu Ir. Yaya Hasanah, MSi selaku dosen pembimbing. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda N. Sitepu dan Ibunda S.br Tarigan tercinta yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang yang tak terhingga, juga kepada abang dan kakak yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan stambuk 02 atas motivasi, serta rasa kekeluargaan yang tidak pernah padam selama penulis berada di almamater tercinta ini.

Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, November 2007 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Pupuk Kalium ... 8

Paklobutrazol ... 10

BAHAN DAN METODE ... 13

Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 16

Pengolahan Tanah ... 16

Pembuatan Bedengan dan Saluran Drainase ... 16

Penanaman ... 17

Aplikasi Pupuk Kalium ... 17

Aplikasi Paklobutrazol ... 17

Pemeliharaan ... 17

Penyiraman ... 17

Penyulaman ... 18

Pemupukan ... 18


(9)

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Panen ... 19

Pengamatan Parameter ... 19

Tinggi Tanaman(cm) ... 19

Bobot Umbi/Sampel (g) ... 20

Bobot Umbi/Plot (kg) ... 20

Jumlah Umbi/Sampel (buah) ... 20

Shoot/Root Ratio ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Hasil ... 21

Pembahasan... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(10)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Rataan tinggi tanaman umur 10 MST pada berbagai perlakuan dosis pupuk kalium dan paklobutrazol ... 21 2. Rataan bobot tanaman/ sampel pada berbagai perlakuan pupuk

kalium da paklobutrazol ... 22 3. Rataan bobot umbi/plot pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan

paklobutrazol ... 24 4. Rataan jumlah umbi/sampel pada berbagai perlakuan pupuk

kalium dan paklobutrazol ... 26 5. Rataan bobot persentase kelas umbi pada berbagai perlakuan

pupuk kalium dan paklobutrazol ... 27 6. Rataan shoot/root ratio pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal. 1. Struktur Formula dari Paklobutrazol ... 12 2. Hubungan bobot umbi/sampel pada perlakuan pupuk kalium ... 23 3. Hubungan bobot umbi/sampel pada perlakuan konsentrasi

paklobutrazol ... 24 4. Hubungan bobot umbi/plot pada perlakuan dosis kalium ... 25 5. Hubungan bobot umbi/plot pada perlakuan konsentrasi

paklobutrazol ... 26 6. Hubungan shoot/root ratio pada perlakuan konsentrasi


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

.

1. Data Pengamatan tinggi tanaman umur 4 MST ... 37

2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 4 MST... ... 37

3. Data Pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST ... 38

4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 6 MST ... 38

5. Data pengamatan tinggi tanaman umur 8 MST... ... 39

6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 8 MST ... 39

7. Data pengamatan tinggi tanaman umur 10 MST ... 40

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 10 MST... ... 40

9. Data pengamatan bobot umbi/sampel ... 41

10.Daftar sidik ragam bobot umbi/ sampel... ... 41

11.Data pengamatan bobot umbi/plot ... 42

12.Daftar sidik ragam bobot umbi/ plot... ... 42

13.Data pengamatan jumlah umbi/sampel ... 43

14.Daftar sidik ragam jumlah umbi/ sampel... ... 43

15.Data Pengamatan persentase kelas umbi/sampel ... 44

16.Daftar sidik ragam persentase kelasumbi/ sampel... ... 44

17.Data pengamatan shoot/root ratio ... 45

18.Daftar sidik ragam shoot/root ratio ... 45

19.Bagan penelitian ... 46

20.Jadwal kegiatan peneliian ... 47

21.Bagan tanaman perplot ... 48


(13)

23.Data hasil analisis unsur hara tanah ... 50 24.Foto hasil penelitian ... 51


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari negara beriklim dingin (Belanda dan Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia (Pengalengan, Lembang dan Karo) sebelum perang dunia kedua yang disebut

eigenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di Negeri Belanda pada tahun

1890, kulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning dan rasanya enak. Kelemahan dari kentang ini adalah peka terhadap penyakit busuk daun, virus Y, dan peka terhadap penyakit layu (Soelarso, 1997).

Kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya, yang dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang banyak mengandung zat karbohidrat yang sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubtitusi bahan pangan karbohidrat lain yang berasal dari beras, jagung dan gandum. Bahkan kentang diketahui memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dari ketiga sumber karobhidrat tersebut diatas (Samadi, 1997).

Di Indonesia kentang dipanen dari lahan dataran tinggi seluas 30.000 ha/ tahun dengan hasil yang masih rendah kurang dari 11,5 ton/ha. Rendahnya hasil ini terutama disebabkan oleh penggunaan bibit yang kurang bermutu dan kurang tepatnya cara pengendalian hama dan penyakit. Di kebun percobaan rata-rata dapat dihasilkan 20 ton /ha, bahkan beberapa petani yang menggunakan bibit


(15)

impor dan pengelolaan tanaman yang intensif dapat menghasilkan sampai 30 ton/ ha (Azis dkk, 1989).

Meskipun produksi kentang terus meningkat namun masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Belanda (36 – 60 ton/ha ). Rendahnya produktifitas ini adalah akibat pemakaian bibit yang kurang baik, varietas berpotensi redah, teknik bercocock tanam yang kurang baik, keadaan lingkungan yang berbeda serta faktor pemupukan (Asandhi, 1985).

Pemupukan kalium diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan produksi dan kualitas umbi kentang. Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian kalium tidak selalu meningkatkan kualitas kentang. Pertumbuhan dan produksi umbi demikian pula kualitas umbi sangat tergantung pada jenis tanah, ketersediaan K dalam tanah dan banyaknya K diadsorbsi, juga jumlah K dalam tanah yang dapat dipertukarkan dan takaran K yang diberikan melalui pemupukan

(Nainggolan dan Tarigan, 1992).

Kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman. Ia khusus terdapat dalam cairan sel dalam bentu ion – ion K+. namun

kalium ini mempunyai fungsi yang mutlak harus ada dalam metabolisme tanaman. Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman. Kebutuhan tanaman akan unsur hara ini sangat tinggi, apabila Kalium tersedia dalam jumlah terbatas maka gejala kekurangan unsur hara akan segera nampak pada tanaman. Kalium merupakan unsur mobil dalam tanaman dan segera akan ditranslokasikan ke jaringan meristematik, bila mana jumlahnya terbatas bagi tanaman (Nyakpa, dkk, 1986).


(16)

Di dalam dunia tumbuhan, zat pengatur tumbuh mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidupnya. Went (seorang ahli fisiologi bangsa Jerman) mengemukakan bahwa “Ohne wuchstoff, kein wachstum” artinya tanpa zat pengatur tumbuh berarti tidak ada pertumbuhan.

Paklobutrazol merupakan zat penghambat pertumbuhan tertentu yang diperdagangkan, dapat menghambat pemanjangan batang dan menyebabkan

pengkerdilan, bekerja antara lain menghambat sintesis giberellin. (Salisbury and Ross, 2002).

Paklobutrazol berfungsi (a) mengontrol apikal dominan, (b) memacu pembungaan, (c) menekan pertumbuhan tanaman/vigor tanaman dan (d) meningkatkan produksi. Pemberian Paklobutrazol efektif diberikan melalui penyiraman di tanah. Zat tersebut ditranslokasikan melalui jaringan xilem dan mencapai tunas pucuk. Sistem vaskular sebelah titik tumbuh berfungsi sebagai penyimpan zat pengatur tumbuh dan menghambat biosintesa asam giberelat sehingga mengakibatkan pertumbuhan atau pemanjangan tunas berhenti. Hal ini akan meningkatkan : (1) kandungan hormon sitokinin, (2)kandungan klorofil dan (3) kandungan karbohidrat dalam jaringan tanaman dan (4) meningkatkan penyerapan mineral. Dengan meningkatnya faktor-faktor tersebut dapat membantu keseimbangan C:N ratio sehingga akumulasi fotosintat meningkat dan memacu pembungaan. Dengan pemacuan tersebut diperoleh panen buah mangga yang lebih awal atau panen di luar musim (Rahayu, 2002).


(17)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang Terhadap Pemberian Pupuk Kalium dan Paklobutrazol.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman kentang terhadap pemberian pupuk kalium dan paklobutrazol.

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemberian kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang.

2. Ada pengaruh pemberian paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang.

3. Ada pengaruh interaksi pemberian kalium dan paklobutrazol terhadap produksi tanaman kentang.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan tentang budidaya kentang pada dosis kalium dan pemberian paklobutrazol.

2. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian di Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak.

Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu, namun agak keras apabila dipijat. Batang kentang umumnya lemah sehingga mudah roboh bila kena angin kencang. Warna batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang tanaman bercabang – cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun – daun yang rimbun. Permukaan batang halus, pada ruas batang tempat tumbuhnya cabang mengalami penebalan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat – zat hara dari tanah ke daun untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun kebagian tanaman yang lain.

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun berbentuk oval sampai oval agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang-tulang daun menyirip seperti duri ikan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun yang sedang dengan tangkai tidak panjang (Samadi, 1997).

Bunga tanaman kentang berwarna keputihan atau ungu, tumbuh ketiak daun teratas, dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya berwarna kekuning – kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya lebih cepat masak (Setiadi dan Fitri, 2000).

Kedudukan benang sari tidak sama, ada yang lebih rendah dan ada pula yang lebih tinggi atau sama dengan putiknya. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya persarian sendiri. Tiap benang sari mempunyai dua kantong sari atau


(19)

kepala sari berisi tepung sari yang kering hingga dapat tersebar oleh angin melalui pori yang terdapat pada ujungnya. Bunga kentang tersusun dalam bentuk karangan bunga (Inflorescence) yang tumbuh pada ujung batang. Satu karangan bunga memiliki 1-30 bunga tetapi pada umumnya 7-15 bunga untuk tiap karangan bunga. Susunan karangan bunga ada yang sederhana dan ada yang majemuk (Soelarso, 1997).

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar kentang umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan halus berukuran sangat kecil. Di atas akar-akar tersebut akan tumbuh stolon, yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang (Samadi, 1997).

Umbi kentang terbentuk dari cabang samping diantara akar-akar. Proses pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari stolon yang diikuti pembesaran sehingga stolon membengkak. Menurut Burton, 1966 pada umbi kentang terdapat mata tunas yang tersusun secara spiral dan umumnya makin ke ujung umbi makin rapat mata tunasnya.

Buah kentang mengandung 500 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji hanyalah berkisar antara 10-300 biji. Buah kentang dapat dipanen kira-kira 6 - 8 minggu setelah penyerbukan (Soelarso,1997).

Biji tanaman kentang berukuran kecil dengan garis tengah lebih kurang 0,5 mm, berwarna krem dan memiliki masa dormansi lebih kurang 6 bulan (Rukmana, 2002).


(20)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya (Rukmana, 2002). Di Indonesia, tanaman kentang diusahakan di daerah yang memiliki ketinggian 500 –3000 m di atas permukaan laut, dan pada ketinggian optimum antara 1000 – 2000 m di atas permukaan laut.

Suhu yang paling tepat bagi pertumbuhan kentang adalah 20oC-240C pada siang hari dan 80C-120C pada malam hari .suhu yang cocok selama periode pertumbuhan dari bertunas sampai stadium primordia bunga adalah 120C-160C. sedangkan setelah stadium primordia bunga suhu yang cocok adalah 190C-210C. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada suhu rata-rata 150C-200C. Jika suhu rata-rata melebihi 230C, daun biasanya akan menjadi kecil dan jarak antar ruas menjadi panjang ( Soelarso, 1997).

Kelembaban tanah yang cocok untuk kentang adalah 70% dan curah hujan yang dikehendaki tanaman kentang antara 200 – 300 mm tiap bulan atau rata-rata 1000 mm selama masa pertumbuhan (Setiadi dan Fitri, 2000).

Faktor cahaya yang paling penting untuk pertumbuhan tanaman adalah intensitas cahaya dan lama penyinaran. Untuk dapat berasimilasi dengan baik tanaman memerlukan intensitas cahaya yang besar. Menurut Harjadi (1979), laju fotosintesis berbanding lurus dengan intensitas cahaya sampai kira – kira 1.200 foot candle. Maka semakin besar atau meningkat intensitas cahaya matahari yang dapat diterima tanaman dapat mempercepat proses pembentukan umbi dan waktu


(21)

pembungaan. Lama penyinaran yang diperlukan tanaman untuk kegiatan fotosintesis adalah 9 jam sampai 12 jam per hari (Samadi, 1997).

Tanah

Kentang menghendaki tanah yang subur dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Jenis tanah andisol merupakan pilihan yang paling tepat. Jenis tanah ini umumnya ditemukan di dataran tinggi atau di lereng – lereng yang tinggi (Hartus, 2001).

Keadaan sifat biologis tanah yang baik dicirikan dengan adanya aktifitas organisme tanah. Kegiatan organisme tanah ini sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan sifat fisika. Pengaruh sifat biologis tanah terhadap tingkat pertumbuhan tanaman adalah dapat membantu tersedianya zat – zat hara yang diperlukan tanaman, membantu melarutkan zat – za hara yang tidak larut, menekan petumbuhan organisme tanah yang merugikan (patogen), membantu proses nitrifikasi tanah dan membantu melancarkan aerasi atau peredaran udara dalam tanah (Samadi, 1997).

Tanah yang gembur dengan dengan pH 5 – 5.5 paling optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Pada pH kurang dari 5, tanaman muda terserang penyakit bintil – bintil pada umbi yang disebabkan oleh serangan nematoda. Di samping itu, tanaman akan mengalami defisiensi fospor (P) dan magnesium (Mg) serta keracunan Mangan (Mn). Pada pH tinggi, tanaman mengalami defisiensi kalium (Hartus,2001).


(22)

Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2004).

Secara fisiologi K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan dalam mengatur membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi. Bila kandungan unsur K tinggi, maka sel-sel stomata tanaman menutup (Wuryaningsih. dkk, 1997).

Kalium juga berperan sebagai aktivator metabolisme, aktivator enzim, aktivator transportasi hasil metabolisme tanaman dan meningkatkan efisiensi penggu naan air (Harjadi dan Sudirman, 1988).

Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis. Tak mengherankan jika mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah. Dari ketiga unsur hara makro yang diserap oleh tanaman (N, P, K), kaliumlah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi (Novizan, 2002).

Pada dasarnya, kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang setelah terlapuk dapat melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion diabsorbsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Kalium tersedia terkumpul di dalam tanah dengan regim kelembaban tanah ustic atau kering dimana tidak ada pencucian (Foth, 1991).


(23)

Dalam pemupukan kalium, perlu diperhatikan jumlah kalium yang tersedia di dalam tanah (hasil analisa tanah). Pada tanah ber-pH rendah ketersedian kaliumnya sangat rendah. Ketersediaan kalium biasanya baik pada tanah netral maupun tanah basa (alkali) yang menunjukkan pencucian kalium dapat ditukar terbatas.

Ketersediaan Kalium diartikan sebagai Kalium yang dibebaskan dari bentuk tidak dapat dipertukarkan kebentuk yang dapat dipertukarkan, sehingga dapat diserap tanaman. Berbagai faktor yang mempengaruhi ketersediaan Kalium dalam tanah untuk tanaman adalah peristiwa pembekuan dan pencairan, pembasahan dan pengeringan, pH tanah dan pelapukan. Kalium diserap dalam bentuk kation K+ yang monovalen. Berbeda dengan Posfat dan Nitrogen, Kalium tidak ikut menyusun bagian tanaman, tetapi K menyusun 80% dari kation yang didapati dalam floem dan transpor K berlangsung secara acropetal (Gardner dkk, 1991).

Paklobutrazol

Zat pengatur tumbuh tanaman (plant regulator ) adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Yang dimaksud dengan inhibitor adalah zat yang menghambat pertumbuhan pada tanaman, sering didapat pada proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk atau dalam dormansi. Sejak tahun 1949, inhibitor ini oleh para ahli fisiologi telah dikelompokkan kedalam zat pengatur tumbuh. Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ tubuh tanaman tergantung dari jenis inhibitor itu sendiri (Abidin, 1993).


(24)

Paklobutrazol, ditemukan tahun 1976 dan merupakan anggota dari triazoles, yang tercatat sebagai penghambat pertumbuhan yang mempunyai keaktifan paling tinggi digolongannya. Zat ini efektif meliputi banyak jenis tanaman. Termasuk beberapa umbi dan tanaman berkayu. Senyawa ini membuktikan dapat mengurangi tingkat endogen GA1. Karena secara kimia triazol ditranspotasikan pada xylem, mungkin diabsorbsi oleh daun, tetapi dapat ditransportasikan keluar pada daun menuju bagian lain pada tanaman

(Purohit, 1986).

Paklobutrazol, secara struktur berhubungan dengan turunan triazol yang digunakan secara luas di bidang pertanian dan hortikultura sebagai zat penghambat pertumbuhan tanaman dan fungisida. Paklobutrazol dengan nama kimia [ ( 2RS,3RS) ( 4clorophenyl ) 4,4dimethyl 2 ( 1H – 1,2,4triazol -1- yl)pentan -3- ol ] adalah senyawa triazol yang diteliti secara intensif sebagai pengatur pertumbuhan tanaman yang sangat efektif dalam bidang agronomi dan tanaman hias (Frederick and Jessica, 2003).

Kebanyakan efek dari Paklobutrazol adalah penghambat pertumbuhan. Telah dilaporkan bahwa senyawa ini dapat menyebabkan efek tambahan seperti penambahan pada jumlah buah atau penambahan stuktur kanopi atau memberi batasan perlindungan fungisida. Perlakuan paklobutrazol pada daun biasanya lebih hijau gelap dibanding dengan kontrol ( tanpa perlakuan ). Respon ini biasanya pada Paklobutrazol begitupula zat penghambat pertumbuhan lainnya juga meningkatkan warna lebih hijau pada daun. Tanaman yang diberikan Paklobutrazol biasanya memerlukan lebih sedikit air dibanding yang tanpa perlakuan. Tidak diketahui, apakah disebabkan karena luas daun berkurang pada


(25)

tanaman yang diberi perlakuan atau untuk merubah kebutuhan air terus menerus. Tanaman yang diberi Paklobutrazol mungkin lebih sedikit yang berhasil pada kerusakan temperatur tinggi dan rendah, dan juga lebih mampu beradaptasi terhadap kondisi cahaya yang rendah (Purohit, 1986).

Paklobutrazol menyebabkan banyak pertukaran morfologi, anatomi, fisiologi dan biokimia pada tanaman yang penting melalui reduksi reaksi hydroxilasi dibutuhkan untuk giberellin dan biosintesis sterol. Beberapa laporan pertukaran yang tampak akibat aplikasi paklobutrazol menghasilkan mengurangi pertumbuhan yang lebih tinggi dan pertumbuhan tanaman yang lebih lengkap mempergelap hijau daun,lebih tingginya klorofil dan kandungan karotin, efisiensi fotosintesis lebih tinggi, pertukaran penting pada tingkat relatif penghambat petumbuhan tanaman, penambahan ketahanan terhadap tekanan lingkungan dan mempertinggi kapasitas serapan dan mengontrol produksi yang membahayakan (berlebihan) (Frederick dan Jessica, 2003).

Rumus bangun Paklobutrazol dapat dilihat pada gambar . OH

CL CH2CHCHC(Me)3

N N

N


(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo, dengan ketinggian lebih kurang 1.250 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah andisol.

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni - Oktober 2007. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bibit kentang varietas Granola, paklobutrazol, pupuk kandang ayam, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl, insektisida Decis 2.5 EC, Dithane M-45, dan bahan – bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu, meteran, tali plastik, bambu, timbangan, gembor, hand sprayer, papan nama, pacak sampel, alat tulis dan peralatan lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Percobaan

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan :

Faktor 1 : Pupuk Kalium (K) dengan 4 taraf:

K0 = 0 kg K2O/ha atau 0 g K2O /plot atau 0 g KCl /plot


(27)

K2 = 100 kg K2O/ha atau 64 g K2O /plot atau 106 g KCl /plot

K3 = 150 kg K2O/ha atau 96 g K2O/ plot atau 159 g KCl /plot

Faktor 2 : Paklobutrazol (P) dengan 4 taraf: P0 = 0 g/l air

P1 = 0,25 g/l air

P2 = 0,5 g/ l air

P3 = 0,75 g/l air

Sehingga diperoleh 16 perlakuan kombinasi

K0P0 K0P1 K0P2 K0P3

K1P0 K1P1 K1P2 K1P3

K2P0 K2P1 K2P2 K2P3

K3P0 K3P1 K3P2 K3P3

Jumlah ulangan = 3

Jumlah plot percobaan = 48

Ukuran plot = 200cm X 320cm

Jarak antar plot = 50 cm Jarak antar blok = 100 cm

Jarak tanam = 40 cm x 80 cm Jumlah tanaman perplot = 20 tanaman Jumlah sampel perplot = 4 tanaman Jumlah total sampel = 192 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya = 960 tanaman Luas lahan penanaman = 32.5 m x 14.7 m

Model linier yang digunakan adalah : Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + ∑ijk


(28)

Yijk = hasil pengamatan blok ke-i dengan Pupuk Kalium taraf ke- j dan konsentrasi Paklobutrazol ke-k

µ = pengaruh nilai tengah perlakuan ρi = pengaruh blok ke- i

αj = pengaruh perlakuan Pupuk Kalium taraf ke- j βk = pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol ke- k

(αβ)jk = pengaruh interaksi perlakuan Pupuk Kalium taraf ke-j dan konsentrasi Paklobutrazol taraf ke- k

∑ijk = galat percobaan blok ke- i dengan Pupuk Kalium ke-j dan konsentrasi Paklobutrazol ke-k

Apabila pada daftar sidik ragam, perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (Duncan Multiple Range Test).


(29)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengolahan Tanah

Sebelum areal diolah terlebih dahulu areal di bersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul.

Pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pengolahan pertama dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam + 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Kemudian dibiarkan selama dua minggu dengan tujuan untuk meningkatkan perkembangan mikrobiologi yang ada dalam tanah.. Pengolahan kedua dilaksanakan dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihkan areal pertanaman dari rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.

Pembuatan Bedengan dan Saluran Drainase

Bedengan dibuat membujur searah Timur – Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 50 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 20 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan yang paling rendah dengan lebar 50 cm dengan dalam lebih rendah dari lahan.


(30)

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam sedalam 5-10 cm dengan jarak tanam 40 cm x 80 cm. Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara memasukkan umbi bibit ke lubang tanam dengan berat bibit 30 – 60 g yang sebelumnya telah ditimbang. Masing-masing lubang dimasukkan satu umbi bibit dengan posisi tunas menghadap ke atas dan selanjutnya di tutup dengan tanah kira-kira setebal 5 cm.

Aplikasi Pupuk Kalium

Pupuk kalium diaplikasikan pada saat tanam sesuai dengan dosis perlakuan yaitu 0 g K2O ( 0 g KCl), 32 g K2O (53 g KCl), 64 g K2O (106 g KCL), 64 g K2O

(159 g KCl) per plot. Pemupukan dilakukan dengan sistem melingkar pada umbi kentang yang ditanam.

Aplikasi Paklobutrazol

Paclobutrazol diaplikasikan sebanyak tiga kali pada umur 45 HST, 55 HST dan 65 HST yaitu 0 g, 0.2,5 g, 0.50 g, 0.75 g dengan cara disemprotkan pada seluruh bagian daun tanaman secara merata sesuai perlakuan masing - masing sampai tanaman basah.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari serta tergantung keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah. Kebutuhan air yang diperlukan yaitu 70 mm/ tanaman untuk satu minggu. Pada umur 60 HST dilakukan penyiraman selang dua hari karena kebutuhan air untuk tanaman kentang telah berkurang.


(31)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila terdapat tanaman yang mati atau tumbuh tidak sehat. Penyulaman ini dilakukan hingga umur tanaman satu minggu setelah tumbuh. Tujuan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati, layu, rusak atau kurang baik tumbuhnya.

Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea 358 g/plot, TSP 133 g/plot, KCl (0 g K2O ( 0 g KCl), 32 g K2O (53 g KCl), 64 g K2O (106 g KCL), 64 g K2O (159 g

KCl ) diberikan sesuai dengan perlakuan yang telah dibuat dan pupuk kandang 11.2 kg/plot. Pupuk KCl ,TSP dan pupuk kandang diberikan seluruhnya saat tanam, sedangkan pupuk Urea diberikan secara bertahap yaitu setengah bagian urea diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan satu bulan setelah tanam bersama dengan pembumbunan pertama.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

Pembumbunan dilaksanakan sebanyak dua kali. Pertama dilaksanakan setelah tanaman berumur satu bulan (4 MST) bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Pembumbunan kedua dilaksanakan pada saat tanaman berumur 14 MST.


(32)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif dengan pestisida. Pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida Dithane M-45, dosis 1-2 g/l. Frekuensi penyemprotan dilakukan 1 minggu sekali dan apabila terserang penyakit dilakukan 2 kali seminggu. Hama dicegah dengan insektisida Decis 2.5 EC dengan dosis 0.25 – 0.5 ml/l. Interval penyemprotan dilakukan 1 minggu sekali. Penyemprotan harus merata sampai belakang sisi daun.

Panen

Pemanenan dilakukan dengan kriteria daun-daun dan batangnya telah menguning, umbinya sudah tidak mudah lecet (mengelupas) dan umur telah mencapai 90 hari setelah tanam. Umbi kentang dipanen dengan cara mencabut dan membongkarnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan cacat pada umbi.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ke titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Tanaman yang bercabang - cabang diambil cabang yang paling tinggi. Untuk menentukan batas permukaan tanah digunakan patokan standart. Pengukuran dilakukan dengan interval dua minggu yaitu 4 , 6, 8 ,10 MST.


(33)

Bobot Umbi / sampel (g)

Kentang terlebih dulu dibersihkan dari tanah yang terangkat bersamaan dengan umbi lalu umbi ditimbang. Bobot umbi ditimbang pada saat selesai panen dari tanaman sampel pada setiap perlakuan.

Bobot Umbi / plot (kg)

Bobot umbi dari setiap plot ditimbang pada saat selesai panen. Umbi yang ditimbang adalah yang tidak terserang hama atau penyakit. Setelah diseleksi maka ditimbang berat basah umbi seluruhnya.

Jumlah Umbi/ sampel (buah)

Umbi dihitung seluruhnya pada setiap tanaman sampel. Setelah itu dimasukkan dalam kelas – kelasnya (Soelarso, 1997) yaitu :

Kelas AA = 4 – 5 umbi/kg Kelas A = 6 – 7 umbi/kg Kelas B = 8 – 10 umbi/kg Kelas C = 11- 15 umbi/kg

Kelas D = > 15 umbi/kg Shoot/ Root Ratio

Shoot/root ratio tanaman kentang dihitung pada akhir penelitian. Tajuk dan akar tanaman dibersihkan dari kotoran yang melekat dan dimasukkan kedalam kantongan lalu diovenkan selama kurang lebih 24 jam dengan suhu 70 0 C dan seterusnya 105 0C selama + 24 jam sampai konstan. Setelah dikeluarkan dari oven, ditempatkan pada desikator selama 15menit dan ditimbang beratnya setiap perlakuan.


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman kentang umur 4, 6, 8 dan 10 MST dapat dilihat pada lampiran 1, 3, 5 dan 7 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 2, 4, 6 dan 8.

Berdasarkan data pengamatan dan daftar sidik ragam (Lampiran 1 - 8) dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kentang pada umur 4, 6, 8 dan 10 MST.

Rataan tinggi tanaman pada pada perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol serta interaksinya umur 10 Minggu Setelah Tanam (MST) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada umur 10 MST pada berbagai

perlakuan

pupuk kalium dan paklobutrazol.

Dosis Kalium

Konsentrasi Paklobutrazol

RATA - RATA

PO P1 P2 P3

K0 26.37 30.37 31.12 26.50 28.59

K1 31.25 26.62 29.08 30.83 29.44

K2 32.33 28.66 28.87 25.59 28.86

K3 29.33 29.71 27.79 26.62 28.51

RATA - RATA 29.82 28.84 29.21 27.38

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.


(35)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa taraf perlakuan K0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1, K2, dan K3. Taraf perlakuan K1 memberikan tinggi tanaman pada 10 MST yang tertinggi yaitu 29.44 cm, sedangkan terendah pada K3 yaitu 28.51 cm. Perlakuan paklobutrazol P0 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P2, dan P3. Perlakuan P0 menunjukkan tinggi tanaman tertinggi sebesar 29.82 cm dan terendah pada P3 sebesar 27.38 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dan paklobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kentang

2. Bobot Umbi / Sampel

Berdasarkan data pengamatan bobot umbi/sampel tanaman kentang dapat dilihat pada lampiran 9 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 10.

Berdasarkan data pengamatan dan daftar sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per sampel sedangkan interaksi dari kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel.

Rataan bobot umbi per sampel pada pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol dapat dilihat pada Tabel 2.


(36)

Tabel 2. Rataan bobot umbi/ sampel pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol.

Dosis Kalium

Konsentrasi Paklobutrasol

RATA - RATA

P0 P1 P2 P3

K0 604.0 647.7 666.0 550.3 617.0c

K1 632.7 716.0 637.0 677.7 665.8b

K2 699.3 739.3 762.0 518.0 679.6a

K3 550.0 631.7 631.7 507.7 580.2d

RATA - RATA 621.5c 683.7a 674.2b 563.4d

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel. Bobot umbi/sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K2 dengan rataan 679.6 g berbeda nyata dengan K3, K1 dan K0 . Sedangkan terendah terdapat pada perlakuan K3 dengan rataan 580.2 g berbeda nyata dengan K1, K2 dan K0.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan paklobutrazol berpengaruh nyata dengan bobot umbi/sampel. Bobot umbi/sampel tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dengan rataan 683.7 g, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan rataan 563.4 g, berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2.

Hubungan antara bobot umbi /sampel dengan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada gambar 2.


(37)

= 613.09 + 3.1733K - 0.0362K2 R2 = 0.99

max = 682.6 g pada K = 43.8 g

550 600 650 700

0 32 64 96

Dosis Kalium(g) B obot U m bi/S a m pe l( g)

Gambar 2. Hubungan Antara Bobot Umbi/Sampel Kanaman Kentang Dengan Dosis Kalium

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa hubungan antara dosis kalium dengan bobot umbi/sampel bersifat kuadratik positif yang artinya setiap peningkatan dosis kalium akan meningkatkan bobot umbi/sampel sampai taraf 43.8 g/plot, selanjutnya peningkatan dosis tidak diikuti oleh peningkatan bobot

umbi/sampel. . Hubungan antara bobot umbi/sampel dengan konsentrasi paklobutrazol

dapat dilihat pada gambar 3.

= 620.02 + 445.25P- 691.67P2

R2 = 0.95

max= 691.68 g pada P = 0.32 g/l

550 600 650 700

0 0.25 0.5 0.75

Konsentrasi Paklobutrazol (g)

B o b o t U m b i/ S a m p e l ( g )

Gambar 3. Hubungan Antara Bobot Umbi PerSampel Tanamana Kentang Dengan Konsentrasi Paklobutrazol .


(38)

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan bobot umbi/sampel dengan konsenterasi paklobutrazol bersifat kuadratik positif artinya setiap peningkatan konsentrasi paklobutrazol akan meningkatkan bobot umbi/sampel sampai taraf 0.32 g, selanjutnya peningkatan konsentrasi tidak diikuti oleh peningkatan bobot umbi/sampel.

3. Bobot Umbi/Plot

Berdasarkan data pengamatan dan daftar sidik ragam (lampiran 11 dan 12) dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per plot sedangkan interaksi dari kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi/plot tanaman kentang.

Rataan bobot umbi/plot pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan bobot umbi/plot pada berbagai perlakuan Dosis kalium dan paklobutrazol.

Dosis Kalium

Konsentrasi Paklobutrasol

RATA - RATA

P0 P1 P2 P3

K0 9.99 10.68 10.56 8.77 10.00c

K1 11.13 10.47 11.78 11.98 11.34a

K2 11.91 11.69 11.98 8.77 11.09b

K3 11.73 12.29 11.79 9.93 11.44a

RATA - RATA 11.19b 11.08b 11.53a 9.86c

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.


(39)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/plot. Bobot umbi/plot tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan rataan 11.44 kg berbeda nyata dengan perlakuan K0 dan K2 tetapi tidak berbeda nyata dengan K1. Sedangkan terendah terdapat pada perlakuan K0 dengan rataan 10.00 kg, berpengaruh nyata dengan perlakuan K1, K2 dan K3.

Hubungan antara bobot umbi/plot dengan dosis kalium dapat dilihat pada gambar 4.

y = 11.781+ 2.407K r = 0.874

9.00 10.00 11.00 12.00

0 32 64 96

Dos is Kalium (g)

B

o

b

o

t U

m

b

i/P

lo

t(

kg

)

Gambar 4. Hubungan Antara Bobot Umbi Perplot Tanaman Kentang dengan Dosis Kalium.

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot umbi/plot dengan dosis kalium bersifat linier positif artinya semakin tinggi dosis kalium yang diberikan maka bobot umbi/plot semakin tinggi..

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap berat umbi/plot. Berat umbi/plot tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rataan 11.53 kg berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P3 sedangkan bobot umbi/plot terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan rataan 9.86 kg berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2.


(40)

Hubungan antara bobot umbi/plot dengan konsentrasi paklobutrazol dengan bobot umbi/plot dapat dilihat pada gambar 5.

= 11.087+3.781P - 7.0333P2

R2 = 0.87

max = 11,58 kg pada P = 0,268 g/l

9.00 10.00 11.00 12.00

0 0.25 0.5 0.75

Konsentrasi Paklobutrazol(g)

B

o

b

o

t U

m

b

i/P

lo

t(

k

g

)

Gambar 5. Hubungan Antara Bobot Umbi/Plot Tanaman Kentang Dengan Konsentrasi Paklobutrazol.

Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot umbi/plot dengan kosentrasi paklobutrazol bersifat kuadratik positif artinya setiap peningkatan konsentrasi paklobutazol akan meningkatkan bobot umbi sampai 0.268 g/l dan jika melebihi dosis ini akan menurunkan bobot dari umbi tanaman kentang.

4. Jumlah Umbi/Sampel

Data pengamatan dan daftar sidik ragam (Lampiran 13 dan 14) dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kalium dan konsentrasi paklobutrazol serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi/sampel.

Rataan jumlah umbi/sampel pada perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol dapat dilihat pada Tabel 4.


(41)

Tabel 4. Rataan jumlah umbi/sampel pada berbagai perlakuan dosis kalium dan paklobutrazol.

Dosis Kalium

Konsentrasi Paklobutrazol

RATA - RATA

P0 P1 P2 P3

K0 6.92 6.50 6.67 6.42 6.62

K1 6.82 7.56 6.83 5.75 6.74

K2 7.25 6.92 6.50 5.58 6.56

K3 6.25 6.42 6.67 5.67 6.25

RATA - RATA 6.81 6.85 6.66 5.85

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa taraf perlakuan K0 tidak berbeda nyata terhadap K1, K2 dan K3. Perlakuan paklobutrazol P0 tidak berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dan paklobutrazol tidak berpengaruh terhadap jumlah umbi/sampel.

Setelah dimasukkan kedalam kelas – kelasnya, maka didapat perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kelas umbi (lampiran 15 dan 16).

Rataan persentase kelas umbi pada perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah persentase kelas umbi pada perlakuan dosis kalium dan paklobutrazol.

Dosis Kalium

Konsentrasi Paklobutrazol

RATA - RATA

P0 P1 P2 P3

K0 11.22 9.88 10.06 11.93 10.77

K1 12.07 10.53 10.66 8.38 10.41

K2 10.37 9.33 8.58 11.06 9.84

K3 11.34 10.55 10.53 10.99 10.85

RATA - RATA 11.25 10.07 9.96 10.59

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.


(42)

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa taraf perlakuan K0 tidak berbeda nyata terhadap K1, K2 dan K3. Perlakuan paklobutrazol P0 tidak berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dan paklobutrazol tidak berpengaruh terhadap persentase kelas umbi tanaman kentang. 5. Shoot/Root Ratio

Berdasarkan data pengamatan dan daftar sidik ragam (Lampiran 17 dan 18) dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap shoot/ root ratio tanaman kentang dan konsentrasi paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap shoot/ root ratio tanamana kentang serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap shoot/ root ratio tanaman kentang.

Rataan shoot/root ratio pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan shoot/root ratio pada berbagai perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol .

Dosis Kalium

Konsentrasi Paklobutrazol

RATA - RATA

P0 P1 P2 P3

K0 6.31 4.35 5.47 4.35 5.12

K1 6.45 4.36 5.51 5.32 5.41

K2 5.54 4.67 4.17 4.74 4.78

K3 6.06 5.77 3.28 3.92 4.75

RATA - RATA 6.09a 4.78b 4.61b 4.58b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa taraf perlakuan dosis Konsentrasi paklobutrazol terbesar pada P0 sebesar 6.09 berpengaruh nyata dengan P3, P2 dan KP1. Taraf perlakuan terendah sebesar 4.58 P3 berbeda nyata dengan P0 tetapi tidak berbeda nyata dengan P1 dan P2.


(43)

Hubungan shoot/root ratio pada tanaman kentang dengan konsentrasi paklobutrazol dapat dilihat pada Gambar 6

= 5.2758 - 0.692P R = 0.51

4.00 5.00 6.00

0 0.25 0.5 0.75

Konsentrasi Paklobutrazol(g)

S

h

o

o

t/

R

o

o

t R

a

ti

o

Gambar 6. Hubungan Shoot/Root Ratio Pada Tanaman Kentang Dengan Konsentrasi Paklobutrazol

Berdasarkan Gambar 6 diperoleh hubungan shoot/root ratiotanaman kentang dengan konsentrasi paklobutrazol bersifat linier negatif artinya semakin tinggi konsentrasi paklobutrazol yang diberikan maka shoot/root ratio tanaman kentang semakin menurun. .

Pembahasan

Respon Pemberian Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang

Berdasarkan data pengamatan tanaman kentang dapat diuraikan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel, bobot umbi/plotdan shoot/root ratio serta berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi/ sampel dan persentase kelas umbi.

Salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanaman adalah suplai zat hara penting. Suplai zat hara dapat ditingkatkan dengan melakukan tindakan yang optimum akan meningkatkan


(44)

potensi produksi tanaman. Sedangkan tingkat pemberian unsur hara yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Setyadi,1992).

Unsur kalium diperlukan tanaman untuk pembentukan karbohidrat didalam umbi, untuk kekuatan daun, ketebalan daun, dan pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tidak begitu nyata. Disamping itu unsur kalium berpengaruh terhadap penigkatan daya serap air pada tanaman sehingga dapat mencegah tanaman menderita kelayuan, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit, memperbesar umbi dan meningkatkan daya simpan umbi (Samadi,1997).

.Pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/ sampel pada tanaman kentang. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk kalium yang cukup akan diserap tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis sehongga dapat berjalan dengan lancar dan translokasi karbohidrat kelembagaan umbi dapat berjalan dengan baik sehingga menghasilkan umbi yang besar. Surahadikusumah (1982) menyatakan bahwa kalium berperan dalam proses fotosintesis, respirasi, metabolisme dan translokasi karbohidrat. Kalium juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang setelah umbi terbentuk. Tanaman yang cukup mendapat kalium akan mampu membentuk umbi yang besar juga disebabkan oleh penyerapan air dan hara yang lebih baik dan translokasi yang lebih lancar. Dengan demikian perlakun kalium dapat mempengaruhi ukuran umbi.


(45)

Pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/plot tanaman kentang. Hal ini diduga karena tanaman yang cukup mendapat kalium akan mampu membentuk umbi besar juga bobot yang tinggi dengan diserapnya kalium dengan baik sehingga translokasi karbohidrat dapat berjalan lancar dalam pembentukan umbi. Hal ini sesuai dengan pendapat Harrisson,et al, (1982), menyatakan bahwa unsur kalium diperlukan tanaman dalam sintesa protein dan karbohidrat serta translokasi karbohidrat lebih lancar.

Pemberian pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kentang pada semua pengamatan. Hal ini diduga karena pemberian kalium diperlukan tanaman dalam untuk pembesaran daun, ketebalan daun dan untuk kekuatan daun serta memacu meningkatnya jumlah klorofil daun sehingga tinggi tanaman tidak terlalu tampak. Samadi (1997), menyatakan bahwa unsur kalium diperlukan tanaman untuk pembentukan karbohidarat didalam umbi, untuk kekuatan daun, ketebalan daun dan pembesaran daun; tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tidak terlalu nyata.

Pemberian pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap shoot/root ratio tanaman kentang. Hal ini diduga karena pemberian pupuk kalium banyak dipengaruhi faktor seperti lingkungan yang tidak cocok atau serangan hama dan penyakit, mengakibatkan kerusakan pada bagian tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Pemberian pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi/sampel dan persentase kelas umbi. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk kalium banyak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor lingkungan yang tidak cocok ataupun serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan


(46)

terganggunya tanaman sehinggga pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga pada waktu pembentukan umbi mengalami hambatan. Begitu juga dengan persentase kelas umbi dimana berasal dari banyaknya jumlah umbi.

Respon pemberian Konsentrasi Paklobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang

Berdasarkan data pengamatan dan daftar sidik ragam dapat di lihat bahwa perlakuan paklobutrazol berpengaruh nyata bobot umbi/sampel dan bobot umbi/plot, tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi/sampel, persentase kelas umbi dan shoot/root ratio tanaman kentang.

Pemberian paklobutrazol berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kentang. Hal ini disebabkan karena pemberian paklobutrasol yang diaplikasikan pada umur 45 HST, 55, dan 65 HST hanya menghambat pertumbuhan tunas yang muncul sehingga tidak terlalu nampak pengaruhnya terhadap tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wieland dan Wampe (1985), yang menyatakan bahwa pemberian paklobutrazol efektif diberikan melalui tanah. Zat tersebut ditranslokasikan melalui jaringan xilem dan mencapai tunas pucuk. Sistem vasculer disebelah titik tumbuh berfungsi sebagai penyimpan zat pengatur tumbuh dan menghambat biosintesa asam giberelat sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan pemanjangan tunas berhenti.

Pemberian paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/ sampel dan bobot umbi/plot tanaman kentang. Hal ini disebabkan karena aplikasi paklobutrazol meningkatkan kandungan klorofil daun sehingga aktifitas fotosintesis dapat berjalan dengan baik dan penghambatan terhadap tunas memacu hasil fotosintesis dipergunakan untuk pembentukan karbohidrat pada umbi.


(47)

Frederick dan jessica (2003) menyatakan bahwa beberapa laporan pertukaran yang tampak akibat aplikasi paclobutrasol mengurangi pertumbuhan yang terlalu tinggi dan pertumbuhan tanaman yang lebih lengkap, mempergelap hijau daun, tingginya klorofil daun dan kandungan karotin, efesiensi fotosintesis lebih tinggi, penambahan ketahanan terhadap tekanan lingkungan dan mempertinggi kapasitas serapan dan mengontrol produksi yang berlebihan.

Pemberian paklobutrazol berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi/ sampel dan persentase kelas umbi tanaman kentang. Hal ini disebabkan karena aplikasi paklobutrazol dilakukan pada umur 45 HST dimana, pada saat ini umbi telah terbentuk sehingga paclobutrasol hanya berfungsi untuk meningkatkan bobot umbi kentang.

Pemberian paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap perbandingan tajuk dan akar (shoot/root ratio) tanaman kentang. Hal ini diakibatkan dengan aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan perluasan akar pada tanaman kentang dan penghambatan pertumbuhan tunas. Dengan ini maka didapat shoot root ratio yang semakin kecil. Hal imi sesuai dengan pendapat Wattimena (1988), menyatakan bahwa paklobutrazol juga memiliki kiprah mempertebal batang, mencegah kerebahan, menghambat etiolasi, memperluas perakaran, penghambat senensese, meningkatkan pembuahan dan membantu perkecambahan.

Pengaruh Interaksi Antara Pemberian Pupuk Kalium dan Paklobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang.

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hasil interaksi antara perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol berpengaruh tidak nyata terhadap


(48)

tinggi tanaman, bobot tanaman/ sampel, bobot tanaman/plot, jumlah umbi/sampel,persentase kelas umbi dan shoot/root ratio pada tanaman kentang.

Hal ini diduga karena antara perlakuan pupuk kalium dan paklobutrazol belum saling mendukung dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kentang secara bersamaan . Seperti kita lihat bahwa pemberian pupuk kalium diberikan untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan pertumbuhan sel sedangkan paklobutrazol menghambat pertumbuhan sel tanaman kentang. Begitu juga pada bobot umbi dimana pada pembentukan umbi dipengaruhi oleh kelancaran fotosintesis tanaman. Mungkin aplikasi pemberian paklobutrazol belum dalam kondisi yang tepat dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain.

Sutedjo dan Kartosapoetra (1998) menyatakan bahwa bila salah satu faktor berpengaruh lebih kuat daripada faktor lainnya, maka pengaruh faktor tersebut tertutupi dan bila masing – masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruh dan sifat kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berpengaruh tidak nyata dalam mendukung suatu pertumbuhan tanaman.

Selanjutnya Hakim (1986), menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan lebih baik bila faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seimbang dan memberi keuntungan. Bila faktor ini tidak dapat dikendalikan maka pertumbuhan yang diharapkan tidak dapat diperoleh.


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel dengan taraf optimum 43.8 g dengan produksi 21.34 ton/ha dan bobot umbi/plot tertinggi 11.44 kg (K3) dan terendah 10 kg (K0), tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi/sampel, persentase kelas umbi dan shoot/root ratio tanaman kentang.

2. Perlakuan paklobutrazol berpengaruh nyata terhadap bobot umbi/sampel dengan taraf optimum 0.342 g/l air dengan produksi 21.61 ton/ha , bobot umbi/plot dengan taraf optimum 0.268 g/l air dan shoot/root ratio tertinggi 60.9 (P0) dan terendah 4.58 (P3), tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi/sampel dan persentase kelas umbi

3. Interaksi pupuk kalium dan konsentrasi paklobutrazol berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, bobot umbi/sampel,bobot umbi/plot, jumlah umbi/sampel,persentase kelas umbi dan shoot root ratio tanaman kentang.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan paklobutrazol yang bervariasi pada musim/lokasi yang berbeda hingga dapat diperoleh parameter lebih nyata.

2. Disarankan penggunaan perlakuan K2P2 dapat meningkatkan hasil sebesar 23.81 ton/ha produksi tanaman kentang.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1993.Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung. hal 37 - 44

Asandhi,A.A. 1985. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Kentang Dataran Medium.Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Lembang

Azis. A.A. Dkk. 1989, Kentang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BPH Lembang, Jawa Barat

Foth, H. D. 1991. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 361 dan 368.

Frederick and M. Jessica. 2003. Physiologycal Effects of Paclobutrasol During Plant Stress. Domonican University of California.

Purohit,S.S,1986. Hormonal Regulation of Plant Growth and Development. Volume III. Agro Botanical Publishers

California Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI

Press, Jakarta. Terjemahan Susilo H. Hal 155 dan 269.

Nyakpa, M. Y., Hakim, N., Lubis, A. M., Nugroho, S. G., Diha, M. A., Hong, G. B., dan Bailey, H. H., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas

Lampung Press, Lampung. Hal 178-179.

Harjadi. 1979, Pengantar Agronomi, P. T. Gramedia, Jakarta

Hartus, T. 2001, Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus, Penebar Swadaya, Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 8 dan 108-109.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal. 16 dan 41.

Nainggolan P. dan D. Tarigan. 1992. Pengaruh Sumber dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Hasil dan Mutu Umbi Kentang. Dalam : Jurnal Hortikultura 2, Balitbang Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.

Rahayu, M. 2002, Adaptasi Teknologi Pembungaan Mangga di Luar Musim. india

http://www.htb.litbang deptan.jo id/abs 2002/.htm


(51)

Rukmana, R. 2002, Usaha Tani Kentang di Dataran Medium, Kanisius,Yogyakarta

Salisbury, F. B. and Ross, C. W. 2002. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company, Belmont, California. hal 319 - 329

Samadi, B.1997.Usaha Tani Kentang, Kanisius, Yogyakarta.

Setiadi dan Surya Fittri N, 2000, Kentang Varietas dan Pembudidayaan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Soelarso, B.R, 1997. Budi Daya Kentang Bebas Penyakit, Kanisius, Yogyakarta. Sunarjono H,1975, Budi Daya Kentang (Solanum tuberosum L), P.T. Soeroengan,

Jl. Pecenongan, Jakarta.

Surahadikusumah,S.E, 1982, Pengaruh Kalium Terhadap Produksi dan Kualitas Umbi Kentang Varietas Thong dan Catela di Pasir Sirongge. Tesis. IPB, Bogor

Wuryaningsih, S. Sutater, T. dan Sutomo. 1997. Pengaruh Dosis dan Frekwensi Pemberian Pupuk Kalium Serta Persentase Air Tersedia Terhadap

Tanaman Melati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Jurnal Hortikultura I (3). Hal 781-787.


(52)

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 10.25 9.75 6.62 8.87

K0P1 12.25 8.00 9.75 10.00

K0P2 10.62 13.62 8.87 11.04

K0P3 9.25 11.25 10.75 10.42

K1P0 6.50 7.75 7.25 7.17

K1P1 9.25 11.37 8.12 9.58

K1P2 10.50 8.87 11.87 10.41

K1P3 12.00 9.87 8.25 10.04

K2P0 11.50 7.12 7.87 8.83

K2P1 12.50 9.00 7.87 9.79

K2P2 9.37 14.87 11.00 11.75

K2P3 9.12 9.75 11.50 10.12

K3P0 10.50 10.87 7.00 9.46

K3P1 6.87 12.00 9.75 9.54

K3P2 14.00 10.37 7.25 10.54

K3P3 5.25 12.87 8.87 9.00

RATA - RATA 9.98 10.46 8.91 9.78

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 20.08 10.04 2.09 tn 3.32

Perlakuan 15 49.30 3.29 0.68 tn 1.99

K 3 5.52 1.84 0.38 tn 2.92

K Lin 1 0.16 0.16 0.03 tn 4.17

K Kuad 1 0.26 0.26 0.05 tn 4.17

K Kub 1 5.10 5.10 1.06 tn 4.17

P 3 33.41 11.14 2.32 tn 2.92

P Lin 1 15.88 15.88 3.30 tn 4.17

P Kuad 1 14.33 14.33 2.98 tn 4.17

P Kub 1 3.19 3.19 0.66 tn 4.17

Interaksi K X

P 9 10.38 1.15 0.24 tn 2.21

error 30 144.18 4.81

Total 47 213.56

KK = 22.42 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(53)

Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 18.37 18.75 25.62 20.91

K0P1 28.25 26.00 23.87 26.04

K0P2 20.00 24.25 28.87 24.37

K0P3 20.12 25.87 20.37 22.12

K1P0 19.37 24.37 20.75 21.50

K1P1 23.87 23.12 24.62 23.87

K1P2 25.00 22.00 18.25 21.75

K1P3 20.00 26.25 25.50 23.92

K2P0 24.37 22.12 30.25 25.58

K2P1 20.12 22.00 20.87 21.00

K2P2 23.37 24.25 19.62 22.41

K2P3 15.62 18.50 16.62 16.91

K3P0 24.25 22.75 23.87 23.62

K3P1 18.12 26.25 27.83 24.07

K3P2 20.25 20.00 24.75 21.67

K3P3 19.62 21.25 24.62 21.83

RATA - RATA

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 43.12 21.56 2.52 tn 3.32

Perlakuan 15 215.48 14.37 1.68 tn 1.99

K 3 22.89 7.63 0.89 tn 2.92

K Lin 1 5.32 5.32 0.62 tn 4.17

K Kuad 1 11.11 11.11 1.30 tn 4.17

K Kub 1 6.46 6.46 0.75 tn 4.17

P 3 40.51 13.50 1.58 tn 2.92

P Lin 1 23.95 23.95 2.79 tn 4.17

P Kuad 1 14.47 14.47 1.69 tn 4.17

P Kub 1 2.10 2.10 0.24 tn 4.17

Interaksi K X P 9 152.08 16.90 1.97 tn 2.21

error 30 257.10 8.57

Total 47 515.70

KK = 12.95 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(54)

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 23.25 21.37 27.75 24.12

K0P1 30.37 32.30 21.12 27.93

K0P2 26.62 27.87 31.37 28.62

K0P3 23.00 27.25 23.37 24.54

K1P0 31.00 30.12 28.00 29.71

K1P1 26.50 24.12 27.25 25.96

K1P2 29.50 28.37 24.75 27.54

K1P3 22.87 27.37 28.87 26.37

K2P0 29.00 27.50 29.87 28.79

K2P1 24.47 26.25 27.75 26.16

K2P2 28.50 27.87 25.50 27.29

K2P3 18.37 25.50 20.62 21.50

K3P0 28.12 20.87 25.87 24.95

K3P1 25.75 28.00 30.75 28.17

K3P2 25.75 23.12 30.75 26.54

K3P3 24.62 22.00 26.87 24.50

RATA - RATA 26.11 26.24 26.90 26.42

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 5.83 2.91 0.32 tn 3.32

Perlakuan 15 203.40 13.56 1.48 tn 1.99

K 3 16.11 5.37 0.59 tn 2.92

K Lin 1 3.04 3.04 0.33 tn 4.17

K Kuad 1 2.91 2.91 0.32 tn 4.17

K Kub 1 10.16 10.16 1.11 tn 4.17

P 3 79.19 26.40 2.89 tn 2.92

P Lin 1 34.27 34.27 3.75 tn 4.17

P Kuad 1 35.31 35.31 3.87 tn 4.17

P Kub 1 9.61 9.61 1.05 tn 4.17

Interaksi K X P 9 108.09 12.01 1.31 tn 2.21

error 30 274.07 9.14

Total 47 483.30

KK = 11.44 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(55)

Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 10 MST

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 24.62 22.37 32.12 26.37

K0P1 31.25 30.62 29.25 30.37

K0P2 28.50 29.25 35.62 31.12

K0P3 23.00 29.62 26.87 26.50

K1P0 31.12 32.12 30.50 31.25

K1P1 27.50 22.87 29.50 26.62

K1P2 30.75 32.62 23.87 29.08

K1P3 27.25 32.00 33.25 30.83

K2P0 32.87 30.37 33.75 32.33

K2P1 26.62 28.37 31.00 28.66

K2P2 29.37 28.62 28.62 28.87

K2P3 26.87 27.12 21.87 25.29

K3P0 31.25 28.37 28.37 29.33

K3P1 27.12 31.75 30.26 29.71

K3P2 27.87 23.37 32.12 27.79

K3P3 28.25 21.12 30.50 26.62

RATA - RATA 28.39 28.16 28.94 28.80

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 26.64 13.32 1.31 tn 3.32

Perlakuan 15 197.17 13.14 1.30 tn 1.99

K 3 41.19 13.73 1.35 tn 2.92

K Lin 1 30.72 30.72 3.03 tn 4.17

K Kuad 1 2.59 2.59 0.26 tn 4.17

K Kub 1 7.89 7.89 0.78 tn 4.17

P 3 7.83 2.61 0.26 tn 2.92

P Lin 1 1.08 1.08 0.11 tn 4.17

P Kuad 1 4.92 4.92 0.49 tn 4.17

P Kub 1 1.83 1.83 0.18 tn 4.17

Interaksi K X P 9 148.14 16.46 1.62 tn 2.21

error 30 304.03 10.13

Total 47 527.83

KK = 11.05 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(56)

Lampiran 9. Data Pengamatan Bobot Umbi per Sampel (g)

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 583 558 671 604

K0P1 710 650 583 648

K0P2 598 760 640 666

K0P3 513 663 475 550

K1P0 623 605 670 633

K1P1 715 650 783 716

K1P2 780 628 503 637

K1P3 735 643 655 678

K2P0 693 710 695 699

K2P1 760 700 758 739

K2P2 753 840 693 762

K2P3 686 505 363 518

K3P0 495 620 535 550

K3P1 655 750 490 632

K3P2 618 647 630 632

K3P3 440 478 605 508

RATA - RATA 647 650 609 636

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Sampel

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 16773.50 8386.75 1.19 tn 3.32

Perlakuan 15 257812.31 17187.49 2.45 * 1.99

K 3 75185.73 25061.91 3.57 * 2.92

K Lin 1 22310.82 22310.82 3.18 tn 4.17

K Kuad 1 65934.19 65934.19 9.38 * 4.17

K Kub 1 3673.838 3673.838 0.52 tn 4.17

P 3 110484.06 36828.02 5.24 * 2.92

P Lin 1 20258.44 20258.44 2.88 tn 4.17

P Kuad 1 89700.52 89700.52 12.77 * 4.17

P Kub 1 525.1042 525.1042 0.07 tn 4.17

Interaksi K X P 9 72142.52 8015.84 1.14 tn 2.21

error 30 210794.50 7026.48

Total 47 485380.31

KK = 13.19 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(57)

Lampiran 11. Data Pengamatan Bobot Umbi per Plot (kg)

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 8.83 8.73 12.40 9.99

K0P1 11.54 10.26 10.23 10.68

K0P2 11.19 10.24 10.26 10.56

K0P3 9.45 7.05 9.82 8.77

K1P0 11.59 10.52 11.28 11.13

K1P1 10.67 10.10 10.63 10.47

K1P2 11.52 12.21 11.61 11.78

K1P3 12.54 11.67 11.72 11.98

K2P0 12.11 11.14 12.48 11.91

K2P1 12.34 12.50 10.23 11.69

K2P2 11.51 13.76 10.67 11.98

K2P3 8.54 9.62 8.15 8.77

K3P0 11.88 12.88 10.44 11.73

K3P1 11.52 13.50 11.86 12.29

K3P2 11.27 13.19 10.92 11.79

K3P3 9.36 10.01 10.42 9.93

RATA - RATA 10.99 11.09 10.82 10.97

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Sampel

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 0.58 0.29 0.25 tn 3.32

Perlakuan 15 58.04 3.87 3.30 * 1.99

K 3 15.71 5.24 4.46 * 2.92

K Lin 1 9.90 9.90 8.44 * 4.17

K Kuad 1 2.93 2.93 2.50 * 4.17

K Kub 1 2.88 2.88 2.45 tn 4.17

P 3 20.22 6.74 5.74 tn 2.92

P Lin 1 8.37 8.37 7.13 * 4.17

P Kuad 1 9.28 9.28 7.91 * 4.17

P Kub 1 2.57 2.57 2.19 * 4.17

Interaksi K X P 9 22.12 2.46 2.09 tn 2.21

error 30 35.20 1.17

Total 47 93.82

KK = 9.878 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(58)

Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Umbi per Sampel (buah)

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 4.75 5.50 10.50 6.92

K0P1 7.50 6.25 5.75 6.50

K0P2 7.00 7.25 5.75 6.67

K0P3 7.25 6.50 5.50 6.42

K1P0 7.75 6.50 6.25 6.83

K1P1 7.25 6.50 9.00 7.58

K1P2 8.25 7.50 4.75 6.83

K1P3 7.50 5.25 4.50 5.75

K2P0 8.75 6.75 6.25 7.25

K2P1 7.25 6.25 7.25 6.92

K2P2 7.00 6.50 6.00 6.50

K2P3 6.50 5.75 4.50 5.58

K3P0 7.25 6.25 5.25 6.25

K3P1 6.75 5.75 6.75 6.42

K3P2 7.50 6.75 5.75 6.67

K3P3 4.25 5.50 7.25 5.67

RATA - RATA 7.03 6.30 6.31 6.55

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi per Sampel

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 5.63 2.82 1.69 tn 3.32

Perlakuan 15 13.50 0.90 0.54 tn 1.99

K 3 1.63 0.54 0.33 tn 2.92

K Lin 1 1.03 1.03 0.62 tn 4.17

K Kuad 1 0.57 0.57 0.34 tn 4.17

K Kub 1 0.02 0.02 0.01 tn 4.17

P 3 7.91 2.64 1.58 tn 2.92

P Lin 1 5.63 5.63 3.37 tn 4.17

P Kuad 1 2.19 2.19 1.31 tn 4.17

P Kub 1 0.09 0.09 0.06 tn 4.17

Interaksi K X P 9 3.96 0.44 0.26 tn 2.21

error 30 50.08 1.67

Total 47 69.21

KK = 19.73 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(59)

Lampiran 15. Data Pengamatan Persentase Kelas Umbi

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 8.18 9.82 15.67 11.22C

K0P1 10.56 9.61 9.48 9.88B

K0P2 11.66 9.53 8.98 10.06B

K0P3 14.50 9.84 11.45 11.93C

K1P0 12.50 10.65 13.05 12.07C

K1P1 10.06 10.00 11.53 10.53B

K1P2 10.57 11.90 9.50 10.66B

K1P3 10.13 8.20 6.81 8.38B

K2P0 12.68 9.50 8.92 10.37B

K2P1 9.53 8.92 9.53 9.33B

K2P2 9.33 7.73 8.69 8.58B

K2P3 9.42 11.27 12.50 11.06C

K3P0 14.21 10.08 9.72 11.34C

K3P1 10.22 7.66 13.77 10.55B

K3P2 12.09 10.38 9.12 10.53B

K3P3 9.65 11.45 11.88 10.99B

RATA - RATA 10.96 9.78 10.66 10.47

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi per Sampel

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 11.90 5.95 1.76 tn 3.32

Perlakuan 15 49.30 3.29 0.97 tn 1.99

K 3 7.74 2.58 0.77 tn 2.92

K Lin 1 0.07 0.07 0.02 tn 4.17

K Kuad 1 5.73 5.73 1.70 tn 4.17

K Kub 1 1.94 1.94 0.58 tn 4.17

P 3 12.51 4.17 1.24 tn 2.92

P Lin 1 2.61 2.61 0.77 tn 4.17

P Kuad 1 9.84 9.84 2.92 tn 4.17

P Kub 1 0.06 0.06 0.02 tn 4.17

Interaksi K X P 9 29.05 3.23 0.96 tn 2.21

error 30 101.19 3.37

Total 47 162.40

KK = 9.86 % Persentase kelas umbi

AA = 4 – 6 umbi/ kg

Keterangan = A = 7 – 8 umbi/kg B = 9 – 10 umbi/kg * = berpengaruh nyata C = 11 – 15 umbi/kg tn = tidak nyata D = >15 umbi/kg


(60)

Lampiran 17. Data Pengamatan Shoot/Root Ratio

PERLAKUAN ULANGAN RATA - RATA

I II III

K0P0 5.42 4.75 8.77 6.31

K0P1 3.61 4.88 4.55 4.35

K0P2 4.62 2.63 9.16 5.47

K0P3 2.83 5.48 4.75 4.35

K1P0 6.03 7.27 6.04 6.45

K1P1 4.14 2.82 6.12 4.36

K1P2 3.79 5.92 6.82 5.51

K1P3 4.30 6.42 5.25 5.32

K2P0 5.97 4.95 5.69 5.54

K2P1 4.18 4.62 5.21 4.67

K2P2 4.34 2.79 5.38 4.17

K2P3 4.45 6.77 3.01 4.74

K3P0 4.40 5.80 7.97 6.06

K3P1 6.28 6.01 5.01 5.77

K3P2 3.18 2.48 4.17 3.28

K3P3 4.90 4.06 2.79 3.92

RATA - RATA 4.53 4.85 5.67 5.02

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Shoot/Root Ratio

SK db JK KT F hit F .05

Blok 2 11.05 5.52 2.69 tn 3.32

Perlakuan 15 37.96 2.53 1.23 tn 1.99

K 3 3.49 1.16 0.57 tn 2.92

K Lin 1 1.80 1.80 0.87 tn 4.17

K Kuad 1 0.30 0.30 0.14 tn 4.17

K Kub 1 1.39 1.39 0.68 tn 4.17

P 3 18.68 6.23 3.03 * 2.92

P Lin 1 13.21 13.21 6.43 * 4.17

P Kuad 1 4.92 4.92 2.39 tn 4.17

P Kub 1 0.56 0.56 0.27 tn 4.17

Interaksi K X P 9 15.79 1.75 0.85 tn 2.21

error 30 61.63 2.05

Total 47 110.64

KK = 28.52 %

Keterangan =

* = berpengaruh nyata tn = tidak nyata


(61)

Lampiran 19 : Bagan Penelitian Tanaman

BLOK I BLOK II a b

c

BLOK III

Keterangan: a = 100 cm B = 50 cm C = 50 cm

K1 P0 K3 P3 K3 P0 K2 P0 K2 P1 K0 P0 K2 P1 K1 P0 K0 P1 K1 P3 K1 P2 K2 P3 K2 P2 K0 P3 K3 P1 K3 P2 K0 P2 K1 P2 K1 P1 K3 P3 K2 P3 K0 P0 K2 P0 K3 P0 K3 P3 K3 P1 K2 P3 K1 P3 K0 P3 K1 P1 K0 P1 K3 P1 K2 P0 K0 P0 K0 P2 K2 P2 K0 P1 K2 P2 K3 P2 K0 P3 K1 P1 K0 P2 K1 P3 K3 P1 K1 P2 K3 P0 K2 P1 K1 P0


(62)

Lampiran 20. Bagan Tanaman per Plot

200 cm

x x x x x

a

x o x o x 320 cm

b

x o o x x

x x x x x

Keterangan: X = tanaman

O = tanaman sampel a = jarak antar barisan b = jarak antar tanaman


(63)

Lampiran 21: Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 7

1. Pengolahan Tanah X X

2. Pembuatan Bedengan

dan Saluran Drainase X X

3. Penanaman X

4. Aplikasi Pupuk

Kalium X

5. Aplikasi

Paklobutrazol X X X

6. Pemeliharaan

Penyiraman Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan

Penyulaman X

Pemupukan X X X

Penyiangan dan

Pembubunan X X

Pengendalian Hama

dan Penyakit Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan

7. Pengamatan

Parameter

Tinggi Tanaman

(cm) X X X X

Bobot Umbi/Sampel (g)

Bobot Umbi/Plot

(kg)

X X Jumlah Umbi

Perplot (buah) X

Shoot/ Root Ratio X


(64)

Lampiran 22 : Deskripsi Tanaman Kentang Varietas Granola

Nama : Granola

Umur : ± 90 hari

Tinggi Tanaman : ± 60 cm- 70 cm

Bentuk Daun : Oval

Bentuk Umbi : Oval

Mata Umbi : Dangkal

Permukaan Umbi : Halus

Warna Batang : Hijau

Warna Daun : Hijau

Warna Bunga : Putih

Warna kulit umbi : Kuning-putih Warna daging umbi : Kuning

Kualitas umbi : Baik

Ketahanan terhadap penyakit : - Agak tahan terhadap PVA dan PVY - Agak tahan terhadap PLRV

- Agak peka terhadap penyakit layu bakteri dan busuk daun

Rekomendasi : Baik ditanam pada musim kemarau dan dapat juga ditanam di musim hujan.


(65)

Lampiran 23 : Gambar Umbi Kentang Hasil Penelitian


(66)


(67)

(1)

Ringkas Sitepu : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap

Lampiran 20. Bagan Tanaman per Plot

200 cm

x x x x x

a

x o x o x 320 cm

b

x o o x x

x x x x x

Keterangan: X = tanaman

O = tanaman sampel a = jarak antar barisan b = jarak antar tanaman


(2)

Ringkas Sitepu : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap

Lampiran 21: Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 7

1. Pengolahan Tanah X X

2. Pembuatan Bedengan

dan Saluran Drainase X X

3. Penanaman X

4. Aplikasi Pupuk

Kalium X

5. Aplikasi

Paklobutrazol X X X

6. Pemeliharaan

Penyiraman Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan

Penyulaman X

Pemupukan X X X

Penyiangan dan

Pembubunan X X

Pengendalian Hama

dan Penyakit Disesuaikan dengan Kondisi Lapangan

7. Pengamatan

Parameter

Tinggi Tanaman

(cm) X X X X

Bobot Umbi/Sampel (g) Bobot Umbi/Plot (kg) X X Jumlah Umbi

Perplot (buah) X

Shoot/ Root Ratio X


(3)

Ringkas Sitepu : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap

Lampiran 22 : Deskripsi Tanaman Kentang Varietas Granola

Nama : Granola

Umur : ± 90 hari

Tinggi Tanaman : ± 60 cm- 70 cm

Bentuk Daun : Oval

Bentuk Umbi : Oval

Mata Umbi : Dangkal

Permukaan Umbi : Halus

Warna Batang : Hijau

Warna Daun : Hijau

Warna Bunga : Putih

Warna kulit umbi : Kuning-putih

Warna daging umbi : Kuning

Kualitas umbi : Baik

Ketahanan terhadap penyakit : - Agak tahan terhadap PVA dan PVY - Agak tahan terhadap PLRV

- Agak peka terhadap penyakit layu bakteri dan busuk daun

Rekomendasi : Baik ditanam pada musim kemarau dan


(4)

Ringkas Sitepu : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap

Lampiran 23 : Gambar Umbi Kentang Hasil Penelitian


(5)

Ringkas Sitepu : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap


(6)