Hakikat Sabar SABAR DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-JAUZIYYAH

BAB IV SABAR DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-JAUZIYYAH

A. Hakikat Sabar

Sabar secara etimologi berasal dari kata al-Man’û menahan, al-Habsu mencegah, al-Syiddah kokoh, al-Quwwah kekuatan, dan al-Dhammu menghimpun. Jadi secara terminologi sabar adalah menahan dari jiwa yang lemah, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari berbuat sesuatu yang tak layak untuk dilakukan. 76 Adapun hakikat sabar ialah salah satu akhlak yang mulia yang menghalangi munculnya tindakan yang tidak baik dan tidak memikat serta salah satu kekuatan jiwa dan dengannya segala urusan jiwa menjadi baik dan tuntas. Sabar juga merupakan sikap ketegaran hati ketika menghadapi goncangan, musibah ataupun cobaan. 77 Sabar termasuk salah satu budi pekerti yang dapat dibentuk oleh seseorang. Ia menahan nafsu dari putus asa, sedih, dan sentimentil. Ia menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari merintih kesakitan dan anggota badan dari melakukan sesuatu yang tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati atas hukum takdir dan hukum-hukum syari’at. 78 Dan lawan kata dari sabar ialah berkeluh kesah. Berkeluh kesah adalah sahabat dekat dan saudara kandung dengan kelemahan, sedang sabar ialah sahabat intim dan pangkalnya kecerdasan. “Jika keluh kesah ditanya, siapa ayahmu?” Pasti ia menjawab, “Ayahku adalah 76 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Sabar; Perisai Seorang Mukmin, terj. Fadli,.L.C., Jakarta: Pustaka azzam, 1999, Cet. 1,h.19-20 77 Jauziyyah, Sabar, h.21-23 78 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Etika Kesucian; Wacana Penyucian Jiwa Entitas Sikap Hidup Muslim, terj. Abu Ahmad Najieh, Surabaya: Risalah Gusti,1998, cet.1, h.30 kelemahan.” “Jika kecerdasan ditanya, siapa ayahmu?”. Pasti ia menjawab, “ayahku adalah sabar.” 79 Namun sifat berkeluh kesah itu ada dua bentuk, yang pertama yaitu berkeluh kesah yang tidak bertentangan dengan sabar, contohnya mengeluh kepada Allah seperti yang dikatakan Ya’qub, ☺ ☺ “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” Yusuf:86 Kedua, berkeluh kesah yang tidak sesuai dengan sabar. Bahkan bertentangan dengannya dan menggagalkannya. Contonya, keluhan orang yang tertimpa musibah dengan bahasa, tindakan dan kata. Sabar dikatakan sebagai salah satu kekuatan jiwa, dan jiwa itu adalah kendaraan seorang hamba dan dengannya ia berjalan menuju surga atau neraka. Sedangkan sabar bagi jiwa adalah seperti status tali kekang dan tali kendali bagi kendaraan. Jika kendaraan tidak mempunyai tali kekang dan tali kendali, maka kendaraan itu akan lari kesana kemari. Di dalam jiwa terdapat dua kekuatan, yaitu kekuatan mendorong dan kekuatan menolak. Maka hakikat sabar adalah mengarahkan kekuatan mendorong kepada apa yang bermanfaat baginya dan mengarahkan kekuatan menolak dari apa yang merugikannya. 80

B. Klasifikasi Sabar