ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN 2016 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori Central Place
Central Place theory dikemukakan oleh Walter Christaller pada 1933. Teori ini menyatakan bahwa suatu lokasi dapat melayani berbagai
kebutuhan yang terletak pada suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat sentral. Tempat sentral tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai
kemampuannya melayani kebutuhan wilayah tersebut. Bentuk pelayanan tersebut digambarkan dalam segi enamheksagonal. Teori ini dapat berlaku
apabila memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua wilayah datar dan
sama. 2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah isotropis surface.
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimalisasi jarakbiaya.
Gambar 1. Bagan Central Place Theory
Pada intinya prinsip yang dikemukakan oleh Christaller ini adalah jarak range dan ambang batas threshold. Range adalah jarak jangkauan antara
penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang. Sedangkan threshold ambang batas adalah jumlah minimum
penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang kesinambungan
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN 2016 5
pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang spatial population
distribution.
Gambar 2. Range dan Threshold dalam Central Place Theory
Dari komponen range dan threshold lahir prinsip optimalisasi pasar market optimizing principle. Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa
dengan memenuhi asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat central place.
Berdasarkan teori ini, terdapat dua hal mendasar yang menjadi pertimbangan yaitu jarak dan ambang batas. Konsumen diasumsikan berada
pada tingkat pendapatan yang sama akan tersebar merata di seluruh wilayah sehingga jarak adalah satu-satunya hambatan bagi konsumen dalam
melakukan perjalanan. Kombinasi jarak dan ambang batas ini akan menggambarkan jangkauan pelayanan ritel. Bentuk jangkauan pelayanannya
adalah heksagonal sehingga model ini menggambarkan lokasi optimal bagi gerai ritel karena mengkombinasikan antara jarak tempuh konsumen dengan
skala ekonomi optimal ritel.
2.2 Konsep Dasar Teori Ekonomi Aglomerasi Ritel Teori ini dikembangkan oleh Hotelling yang menggambarkan model
pengelompokan kegiatan ritel dalam rangka memaksimalkan utilitas konsumen. Menurut Hotelling, dua perusahaan yang menjual barang yang
homogen akan beraglomerasi di pusat pasar. Secara spesifik, perbedaan sedikit harga pada pesaing tidak akan membuat pelanggan beralih karena
pelanggan membeli barang di suatu toko dikarenakan hal-hal yang lebih bersifat non harga seperti pelayanan dari si pedagang, kualitas barang dan
lain-lain.
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN 2016 6
Menurut Webber 1972 dalam Eppli dan Benjamin 1993, teori Hotelling akan terjadi jika konsumen berada dalam kondisi ketidakpastian.
Ketika konsumen merasa tidak pasti menemukan barang yang diinginkan di ritel tertentu, maka cara untuk mengurangi ketidakpastian tersebut adalah
berbelanja di ritel yang beraglomerasi sehingga dapat mengurangi biaya pencarian dan terjadi perbandingan antar toko. Namun disisi lain hal tersebut
dapat menyebabkan tumpang tindih dalam mendapatkan pelanggan Chamberlin, 1933.
Lalu Eaton dan Lipsey 1979 dalam Eppli dan Benjamin 1993, menyatakan bahwa teori Hotelling secara sosial berguna karena
menggambarkan keinginan konsumen dalam hal untuk membandingkan toko
yang satu dengan yang lain.
ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN 2016 7
BAB III PEMBAHASAN