3. Media Massa, pendapat sarjana dan ahli hukum, surat kabar,
website, buku, dan hasil karya ilmiah para sarjana.
3.3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah, mencatat, dan membuat ulasan bahan-bahan pustaka
yang ada kaitannya dengan persalahan yang akan diteliti. b.
Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara langsung dengan responden yang telah
direncanakan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan
atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Pihak-pihak yang akan diwawancarai salah satunya dari pihak
serikat pekerja yang ada di Dinas Tenaga Kerja. c.
Pengolahan Data Data yang terkumpul kemudian diproses melalui pengolahan dan
pengkajian data. Data tersebut diolah melalui proses :
1. Editing, yaitu memeriksa data yang didapatkan untuk mengetahui
apakah data yang didapat itu relevan dan sesuai dengan bahasan. Apabila terdapat data yang salah maka akan dilakukan perbaikan.
2. Klasifikasi data, yaitu data yang telah selesai diseleksi kemudian
diklasifikasi sesuai dengan jenisnya dan berhubungan dengan masalah penelitian.
3. Sistemasi data, yaitu menempatkan data pada masing-masing bidang
pembahasan yang dilakukan secara sistematis.
3.4 Analisi Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan serta menggambarkan data
dan fakta yang dihasilkan dari suatu penelitian di lapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi, dan pengetahuan umum.Data kemudian dianalisis dengan
metode induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus
untuk mengajukan saran-saran.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan serikat buruh dalam menentukan upah minimum dapat dilihat
pada serikat buruh yang ada di dalam dewan pengupahan sesuai dengan ketentuan UU No. 21 Tahun 2000. Jadi kedudukan antara Serikat buruh,
pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia dalam keanggotaan Dewan Pengupahan adalah sama dalam posisi mewakili anggotanya yaitu sebagai
stabilisator dan regulator apabila terjadi perdebatan dalam perundingan penetapan upah minimum. Salah satu yang diperjuangkan serikat buruh adalah
menjalankan survey Kebutuhan Hidup Layak KHL secara tepat, karena melalui jumlah KHL inilah nantinya akan didapat jumlah yang harus
disesuaikan dengan upah minimum dan serikat buruh berperan aktif dalam mempertahankan nilai KHL tersebut.
b. Ada 3 faktor yang menjadi penghambat Serikat Buruh dalam menetapkan
upah minimum antara lain kemampuan Perusahaan yang Dianggap Sama Dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Serikat
Buruh Tidak Melihat Perusahaan yang Tidak Mampu, Kurangnya Rasa Bersyukur pekerja atau serikat buruh. Kemampuan perusahaan yang dianggap
sama oleh Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan membuat serikat buruh menganggap bahwa semua perusahaan mampu untuk
membayarkan upah minimum sesuai dengan ketetapan pemerintah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka saran dari penulis adalah sebagai berikut:
a. Disarankan kepada serikat buruh untuk lebih memahami kedudukannya dalam
dewan pengupahan untuk menentukan upah minimum karena kedudukan antara Serikat buruh, Pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia dalam
keanggotaan Dewan Pengupahan adalah sama dalam posisi mewakili anggotanya masing-masing untuk memperoleh keputusan seadil-adilnya tanpa
merugikan salah satu pihak, untuk itu serikat buruh harus lebih tegas dalam memberikan masukan untuk memperjuangkan Kebutuhan Hidup Layak
KHL secara tepat.
b. Disarankan kepada semua anggota Dewan Pengupahan baik itu Serikat Buruh,
Pemerintah maupun Asosiasi Pengusaha Indonesia agar bisa memahami dan memantau peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penetapan upah
karena masih ada peraturan yang merugikan salah satu pihak baik itu pengusaha maupun tenaga kerjanya sehingga dapat menimbulkan miss
komunikasi antara pengusaha dan tenaga kerja dalam penentuan penetapan upah minimal.