Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Dibandingkan Dengan Upah Minimum Regional di Kecamatan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

(1)

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN TRADISIONAL DIBANDINGKAN DENGAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI KECAMATAN

MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH :

PEBYANGGI SYAH UMAR NASUTION 080309060

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN TRADISIONAL DIBANDINGKAN DENGAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI KECAMATAN

MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

OLEH :

PEBYANGGI SYAH UMAR NASUTION 080309060

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

ABSTRAK

PEBYANGGI SYAH UMAR NASUTION (080309060), dengan judul skripsi Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Dibandingkan Dengan Upah Minimum Regional di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan pemukiman-pemukiman penduduk di sekitar garis pantai contohnya nelayan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum (kfm) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; (1) untuk menganalisis tingkat pendapatan nelayan tradisional dari melaut di daerah penelitian. (2) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian. (3) untuk mengetahui komparasi tingkat pendapatan nelayan tradisional dengan Upah Minimum Regional (UMR) di daerah penelitian.

Metode penelitian ditentukan secara purposive, yaitu secara sengaja di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) karena di daerah ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan dan merupakan nelayan yang masih tradisional.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) adapun tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian diperoleh nilai dengan rata-rata Rp. 4.211.542,67 dan dapat disimpulkan pendapatan di daerah penelitian adalah tinggi, (2) pengalaman melaut dan biaya produksi berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan. Sedangkan variabel umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan biaya investasi tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel pendapatan, (3) pendapatan nelayan sampel di daerah penelitian berada diatas upah minimum regional provinsi NAD, dimana rata-rata pendapatan nelayan sampel sebesar Rp. 4.211.542,67

Kata Kunci : Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional, Upah Minimum Regional


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Padangsidempuan tanggal 23 Februari 1990, merupakan anak kedua dari Bapak alm. Chairul Hamzah Nasution dan Ibu Hj. Satyawati Sulubara. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 1 Padangsidempuan, dan pada tahun yang sama diterima melalui jalur regular SNMPTN di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain, organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), dan Perhimpunan Organisasi Profesi dan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI).

Tahun 2012 penulis melakukan Praktek Kerja Lapanga (PKL) di desa Lubuk Palas, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahanm, tepatnya pada bulan Juni 2012 dan berakhir pada bulan Juli 2012 dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Ujong Karang, Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Swt. Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Dibandingkan Dengan Upah Minimum Regional di Kecamatan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat” yang merupakat syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dalam membimbing penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si sebagai Anggota Komisi pembimbing yang telah banyak memberi masukan/saran yang membangun dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku ketua Departemen Agribisnis FP USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku sekertaris Departemen FP USU yang telah member kemudahan penulis dalam perkuliahan.

6. Seluruh dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh pegawai Departemen Agribisnis FP USU yang telah membantu segala urusan administrasi penulis.


(6)

8. Bapak/Ibu/Saudara/I nelayan tradisional di Kecamatan Meulaboh yang membantu menjadi responden saya dalam pengambilan data lapangan. 9. Kepada Dian Puspita, Reza Adiguna, Hendrik Nadapdap, Yuki Bastanta,

Martumbur Ivan, Ibrahim Syahputra, Martin Pasaribu terima kasih atas perjuangan kita bersama.

10.Seluruh teman-teman angkatan 2008 Agribisnis dan PKP yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Bapak Alm. Chairul Hamzah Nasution dan Ibu Hj. Satyawati Sulubara serta abang Pangeran Syah Umar Nst, dan Adik Putri Rahayu Syah Umar Nst yang telah memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, materi, dan do’a yang tak henti-henti kepada penulis.

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada hal yang sempurna di dunia ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Potensi Sumberdaya Maritim Indonesia ... 11

2.2. Karakteristik Nelayan ... 12

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 14

2.4. Landasan Teori ... 18

2.5. Kerangka Pemikiran ... 19

2.6. Hipotesis Penelitian... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2. Metode Penentuan Responden ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1. Definisi ... 25


(8)

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 27

4.1. Luas dan Letak Geografis ... 27

4.2. Iklim ... 28

4.3. Penduduk dan Mata Pencaharian ... 29

4.4. Sarana dan Prasarana ... 32

4.5. Karakteristik Nelayan ... 33

4.6. Keadaaan Ekonomi dan Sosial Keluarga Nelayan Tradisional ... 34

4.6.1. Keadaan Ekonomi... ... 34

4.6.2. Keadaan Sosial ... 34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional di Daerah Penelitian ... 35

5.2. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional di Daerah penelitian ... 37

5.3. Komparasi Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional Terhadap Upah Minimum Regional (UMR) di Daerah Penelitian ... 43

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi Tahun

2007-2011(ton) ... 7

2. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2003-2012 ... 29

3. Jumlah Penduduk Kecamatan Johan Pahlawan Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Pada Tahun 2012 ... 30

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2012 ... 31

5. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2012 ... 31

6. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2012 ... 32

7. Rekapitulasi Karakteristik Nelayan Sampel di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2012 ... 33

8. Distribusi Tingkat Pendapatan Nelayan Sampel per Bulan ... 35

9. Uji Kelayakan Model ... 38

10. Hasil Pengujian Secara Serempak ... 38

11. Pengaruh Umur, Tamatan, Jumlah Tanggungan, Pengalaman Melaut, Investasi, dan Biaya Terhadap Pendapatan Nelayan Tradisional di Daerah Penelitian ... 38


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan Sampel ... 48

2. Jenis Tangkapan, Volume dan Penerimaan Nelayan Sampel ... 49

3. Biaya Tangkapan Nelayan per Bulan ... 50

4. Biaya Penyusutan Perahu dan Alat Tangkap ... 51

5. Total Biaya Keseluruhan Nelayan ... 52


(12)

ABSTRAK

PEBYANGGI SYAH UMAR NASUTION (080309060), dengan judul skripsi Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Dibandingkan Dengan Upah Minimum Regional di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan pemukiman-pemukiman penduduk di sekitar garis pantai contohnya nelayan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum (kfm) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; (1) untuk menganalisis tingkat pendapatan nelayan tradisional dari melaut di daerah penelitian. (2) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian. (3) untuk mengetahui komparasi tingkat pendapatan nelayan tradisional dengan Upah Minimum Regional (UMR) di daerah penelitian.

Metode penelitian ditentukan secara purposive, yaitu secara sengaja di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) karena di daerah ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan dan merupakan nelayan yang masih tradisional.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) adapun tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian diperoleh nilai dengan rata-rata Rp. 4.211.542,67 dan dapat disimpulkan pendapatan di daerah penelitian adalah tinggi, (2) pengalaman melaut dan biaya produksi berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan. Sedangkan variabel umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan biaya investasi tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel pendapatan, (3) pendapatan nelayan sampel di daerah penelitian berada diatas upah minimum regional provinsi NAD, dimana rata-rata pendapatan nelayan sampel sebesar Rp. 4.211.542,67

Kata Kunci : Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional, Upah Minimum Regional


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan pemukiman-pemukiman penduduk di sekitar garis pantai. Dalam hal ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari para penduduk yang bermukim di daerah pantai tersebut pada umumnya memilih pekerjaan sebagai nelayan selain pekerjaan-pekerjaan sampingan lainnya. Hasrat untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam arti sebenarnya adalah tujuan mulia yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia termasuk Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai subsistem didalam Sistem Pemerintah Republik Indonesia.

Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan– kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.

Sektor perikanan merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam usaha meningkatkan ekspor non migas, penyediaan lapangan kerja, sumber devisa dan untuk gizi makanan. Tetapi dari sisi lain, dapat juga dilihat bahwa masyarakat


(14)

yang mendiami pesisir pantai yang berperan aktif dalam usaha perikanan sebahagian besar belum terlepas dari lingkaran kemiskinan yang perlu penanganan serius.

Sebagai sebuah sistem dari keseluruhan pengelolaan potensi laut yang ada tersebut, bidang perikanan dapat dijadikan sebagai indikator yang baik bagi pengelolaan laut. Dikarenakan di sektor tersebut terdapat sumber daya ikan yang sangat besar. Sehingga perikanan sebagai salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumber daya, (Danuri,2009).

Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan yang belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat. Tujuan pembangunan perikanan di Indonesia ini pada prinsipnya memiliki dua sasaran pokok yaitu menaikkan produksi dan meningkatkan pendapatan pada sektor perikanan. Hal ini sejalan dengan upaya memperbaiki taraf hidup nelayan dan meningkatkan produksi perikanan nasional yang secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor modal kerja, pengalaman kerja yang dimiliki dan sebagainya.


(15)

Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai usaha nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapatkan penghasilan bersumber dari kegiatan usaha nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum (kfm) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima.

Para usaha nelayan melakukan pekerjaan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan. Menurut Salim (1999) faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan meliputi sektor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi. Dengan demikian pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan, masih terdapat beberapa faktor yang lain yang ikut menentukannya yaitu faktor sosial dan ekonomi selain diatas.

Pengembangan sektor kelautan dan perikanan berjalan lambat, karena kebijakan pembangunan lebih berorientasi kepada pengembangan kegiatan di daratan dibandingkan di kawasan pesisir dan lautan. Sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan terabaikan, dan sebagian besar masyarakat


(16)

pesisir yang bekerja sebagai nelayan masih hidup di bawah garis kemiskinan, (Serdiati, 2002).

Upaya yang dilakukan dalam kaitannya dengan rencana kebijaksanaan pembangunan sektor pertanian, khususnya subsektor perikanan, bertujuan untuk :

1) Meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan baik untuk memenuhi pangan. Gizi dan bahan baku industri dalam negeri serta ekspor hasil perikanan.

2) Meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan nelayan,

3) Memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha dalam menunjang pembangunan daerah,

4) Meningkatkan pembinaan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup.

Dengan kenyataan tersebut maka sudah sewajarnya apabila potensi sumberdaya perikanan yang ada dikembangkan penangkapannya untuk kemakmuran rakyat dengan tetap memelihara dan menjaga kelestarian sumberdaya perikanan ini, disamping memperhatikan faktor-faktor yang menunjang perolehan produksi usaha nelayan tersebut. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) wilayahnya dikelilingi oleh perairan laut, yaitu sebelah utara berbatasan dengan perairan Selat Malaka dan Laut Andalaman, sebelah timur berbatasan dengan perairan Selat Malaka, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan perairan Samudera Indonesia. Provinsi ini memiliki panjang pantai mencapai 1.660 km sehingga


(17)

mempunyai kawasan pesisir dan lautan seluas 57.365,57 km2. Sebelum peristiwa tsunami, sumberdaya alam Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di kawasan pesisir dan lautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih (renewable resources) meliputi berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, sumberdaya tidak dapat pulih (non- renewable resources) meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas.

Pada tahun 2004 silam tepatnya pada 26 desember terjadi peristiwa Tsunami yang telah meluluh lantakkan sebagian besar wilayah Aceh, termasuk Meulaboh. Hal tersebut cukup membuat masyarakat pesisir pantai khususnya para nelayan kehilangan mata pencaharian. Karena gelombang Tsunami mengakibatkan rusaknya ekosistem laut yaitu ikan dan karang. Gelombang Tsunami yang dahsyat menyebabkan proses pemulihan membutuhkan waktu yang panjang. Hal ini sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat Aceh, khususnya nelayan. Sebelum terjadi musibah tsunami hasil tangkapan nelayan cukup melimpah. Namun, setelah terjadi tsunami menimbulkan efek penurunan hasil tangkapan yang cukup signifikan.

Usaha penangkapan ikan juga sudah lama dimulai oleh manusia, sejak dikembangkannya perahu dan alat-alat penangkap ikan seperti jala, pancing, dan alat-alat lain. Manusia yang hidup di pantai laut atau danau melihat bahwa sumber ikan anugerah dari sang pencipta. Untuk itu dikembangkanlah perahu dan alat-alat tangkap ikan. Pengetahuan yang mendukung nenek moyang pada zaman dahulu dalam hal ini yaitu :


(18)

1) Pengetahuan astronomi (perbintangan), sehingga mereka dapat mengarungi lautan dan kembali ke tempat.

2) Pengetahuan iklim sehingga mereka dapat mengetahui waktu-waktu yang tepat menangkap ikan.

3) Ilmu teknik pembuatan perahu dan kapal, antara lain penggunaan tenaga angin dengan memakai layar untuk menggerakkan perahu.

4) Pengetahuan teknik pembuatan alat tangkap seperti jala, pacing,dan lain-lain.

5) Pengetahuan pengelolaan ikan seperti penggaraman, pengeringan, dan pengasapan. (Simanjuntak, 2004).

Memajukan usaha perikanan kita, bukan saja akan menambah makanan yang diperlukan oleh tubuh kita, melainkan juga dapat memperluas lapangan pekerjaan, memanfaatkan sumber kekayaan alam yang tersedia, dan dapat menunjang pendapatan bagi penduduk. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapannya. Jika hasil tangkapannya bagus, maka pendapatan mereka juga baik, begitu pula sebaliknya. Selain itu, beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan menurut Sujarno (2008) meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya biaya, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh, dan pengalaman.

Hasil tangkapan nelayan sangat beragam. Hasil tangkapan nelayan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tangkapan ikan dan tangkapan non-ikan. Adapun hasil tangkapan nelayan berupa ikan seperti ; ikan tongkol, ikan gembung, ikan selar, ikan salam, dan ikan kakap. Hasil tangkapan nelayan non-ikan seperti; kerang, kepiting, udang, tiram dan cumi-cumi. Beberapa masalah


(19)

perikanan tangkap yang juga mempengaruhi pendapatan nelayan menurut Murdiyanto (2007) adalah tingginya harga bahan bakar, sumber daya yang terkuras dan harga ikan sebagai output dalam perikanan tangkap.

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi, 2007-2011 (ton) Provinsi

Perikanan Laut

2007 2008 2009 2010 2011 Nangroe Aceh Darussalam 130.550 129.947 138.942 126.701 143.681 Sumatera Utara 348.222 354.535 358.664 341.323 463.201 Sumatera Barat 187.092 187.043 191.345 192.658 196.511

Riau 102.090 87.917 75.520 77.102 90.503

Jambi 43.638 43.945 44.120 44.524 44.700

Sumatera Selatan 37.790 38.653 39.735 40.877 43.800

Bengkulu 42.435 57.655 44.209 44.241 39.860

Lampung 135.324 144.859 164.552 143.813 154.484

Bangka Belitung 123.202 150.496 153.222 159.421 192.474 Kep. Riau 193.556 225.439 225.469 196.633 157.506 Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel diatas menunjukkan produksi perikanan tangkap terbanyak (dalam ton) adalah Sumatera Utara,yaitu pada tahun 2011 menembus angka 463.201 ton pada tahun 2011. Selanjutnya diikuti oleh Provinsi NAD, Sumatera Barat, Kep riau, Lampung, dan Bangka Belitung. Dan sebaliknya produksi perikanan tangkap terkecil (dalam ton) adalah provinsi Sumatera Selatan dengan angka 37.790 ton pada tahun 2007. Selanjutnya diikuti oleh provinsi Jambi dan Bengkulu.


(20)

Namun pada hakikatnya nelayan tradisional adalah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan perahu dayung atau layar serta menggunakan alat tangkap ikan yang sederhana seperti pukat hanyut, pukat tangguk, pukat bakul, pukat rentang, pukat tarik, pukat sorong, belat, pancing, rawai, jaring, jala, pancing, umpan, dan alat tangkap non-modern tanpa menggunakan teknologi canggih untuk melaut dan wilayah operasinya di kawasan perairan yang berhampiran dengan pantai. Operasi menangkap ikan dijalankan seorang atau berdua yang rata-ratanya pulang hari, pergi pagi balik petang atau pergi petang balik pagi. Hasil tangkapan rendah dan sebahagian besarnya digunakan untuk keperluan dapur sendiri, selebihnya dijual atau diproses menjadi ikan asin atau ikan kering.

Kebijakan Upah Minimum telah menjadi isu yang penting dalam masalah ketenagakerjaan di beberapa Negara baik maju maupun berkembang. Sasaran dari kebijakan upah minimum ini adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum dari pekerja dan keluarganya. Dengan demikian, kebijakan upah minimum adalah untuk :

1) Menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu,

2) Meningkatkan produktivitas pekerja,

3) Mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien (Sumarsono, 2003).

Kebijakan upah minimum di Indonesia sendiri pertama kali diterapkan pada awal tahun 1970. Meskipun demikian, pelaksanaannya tidak efektif pada tahun-tahun


(21)

tersebut (Suryahadi,dkk, 2003). Pemerintah Indonesia baru mulai memberikan perhatian lebih terhadap pelaksanaan kebijakan upah minimum pada akhir tahun 1980. Hal ini terutama disebabkan adanya tekanan dari dunia internasional sehubungan dengan isu-isu tentang pelanggaran standar ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia.

Pada awalnya kebijakan upah minimum ditetapkan berdasarkan biaya Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Dalam perkembangannya kemudian, dalam era otonomi daerah, dalam menentukan besaran tingkat upah minimum beberapa pertimbangannya adalah :

1) Biaya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM),

2) Indeks Harga Konsumen (IHK),

3) Tingkat upah minimum antar daerah,

4) Kemampuan, pertumbuhan, dan keberlangsungan perusahaan,

5) Kondisi pasar kerja, dan

6) Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.

Sebagai input informasi dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2012 sebesar Rp.1.550.000,- (Satu Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).


(22)

1.2Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :

1) Berapa tingkat pendapatan nelayan tradisional dari melaut di daerah penelitian?

2) Apakah faktor-faktor sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian?

3) Bagaimana komparasi tingkat pendapatan nelayan tradisional dengan Upah Minimum Regional (UMR) di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk menganalisis tingkat pendapatan nelayan tradisional dari melaut di daerah penelitian.

2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian.

3) Untuk mengetahui komparasi tingkat pendapatan nelayan tradisional dengan Upah Minimum Regional (UMR) di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

1) Bagi peneliti diharapkan ini dapat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai sektor perikanan terutama yang berhubungan dengan pendapatan yang diterima nelayan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Sumberdaya Maritim Indonesia

Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem perairan ini merupakan seumber dari berbagai macam produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia dan ekologi bumi. Dari laut, manusia dapat menggunakannya untuk perikanan komersial, perikanan rekreasi (termasuk ikan hias untuk akuarium), wisata bahari, jasa transportasi, pengendalian atmosfer bumi dan iklim, serta sebagai sumber pertambangan dan juga sumber energy.

Permukaan laut yang luas menyimpan energi yang luas biasa besarnya dalam system ekologi bumi. Sumberdaya kelautan menyediakan lahan kesempatan kerja bagi banyak penduduk, terutama di negara-negara kepulauan yang mempunyai wilayah perairan luas. Sifat laut yang memiliki akses terbuka membuat system pengolahannya lebih rumit dan sering kali timbul konflik di antara pengguna. Terkadang batas wilayah perairan suatu Negara tidak tampak, sehingga dimasuki oleh penduduk Negara lain, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Potensi perikanan telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi manusia, baik langsung dikonsumsi sebagai sumber nutrisi, sebagai bahan baku industry, untuk memenuhi kepuasan manusia sebagai sarana rekreasi, maupun memberi manfaaat sosial dalam penyediaan kesempatan kerja di sektor perikanan. Lebih lanjut, di Indonesia sekitar 60% penduduknya bermukim di wilayah pesisir. Tidak mengherankan bila banyak penduduk berkecimpung sebagai nelayan, petani tambak, atau terlibat dalam wisata bahari. Lebih lanjut, potensi-potensi


(24)

sumberdaya kelautan yang tidak dapat diperbaharui misalnya minyak dan gas, mineral dan bahan tambang. Adapun potensi bahan tambang yang terdapat di sekitar laut dan pesisir pantai adalah aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi dan lain sebagainya.

2.2 Karakteristik Nelayan

Nelayan adalah seseorang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut :

a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

b) Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong-royong. Kebutuhan gotong-royong dan tolong-menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa.

c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara profesional.


(25)

Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau melalui transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menyebabkan rendahnya harga hasil laut di daerah mereka. (Sastrawidjaya, 2002)

Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu usaha nelayan modern dan usaha nelayan tradisional. Usaha nelayan modern mengunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan usaha nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena pengunaan motor untuk menggerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka, (Imron, 2003).

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu : nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh adalah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional.


(26)

Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan. (Mubyarto, 2002).

Status usaha nelayan dapat dibedakan berdasarkan kepemilikan modal dan keterampilan melaut. Usaha nelayan yang memiliki modal kuat ditempatkan pada nelayan atas yang disebut punggawa. Lapisan berikutnya ditempati oleh nelayan yang memiliki keterampilan tinggi dalam melaut disebut juragan. Sedangkan lapisan paling bawah adalah nelayan yang mempunyai keterampilan rendah dan hanya mengandalkan tenaga dalam penangkapan ikan disebut sawi, (Salman, 1995).

Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi nelayan tradisional, untuk bekal kerja mencari ikan dilaut, latar belakang seorang nelayan memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai merupakan pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit nelayan tradisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi nelayan (Kusnadi, 2003).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang


(27)

cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lainnya yang tidak mengandung moderenisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar monopsoni (Kusnadi, 2003).

Ada beberapa karakterisitik sosial ekonomi yang mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan dan diuraikan sebagai berikut:

1) Umur

Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar.

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

2) Pengalaman.

Apabila seseorang dianggap nelayan yang telah berumur 15-30 tahun, diatas 30 tahun dianggap sebagai nelayan yang berpengalaman. Hal ini merupakan kategori atau klasifikasi untuk menentukan banyak jumlah tangkapan ikan dilaut.


(28)

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada pemula.

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti : kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.

4) Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi) adalah alat penerangan (lampu) dan jaring. Peralatan atau modal usaha nelayan adalah nilai dari pada peralatan yang digunakan seperti : (1) harga perahu, apakah mempergunakan mesin besar atau kecil yang dimiliki nelayan, dan (2) harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jarring, pancing, kelambu, lampu dan lain-lain.


(29)

Jumlah tanggungan merupakan beban yang harus dipikul atau ditanggung oleh nelayan dalam keluarga. Menurut Lubis (2000), maksud dari jumlah tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan nelayan dalam satuan jiwa. Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong nelayan untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

6) Biaya Produksi Nelayan

Biaya produksi nelayan adalah biaya yang dikorbankan oleh nelayan untuk melaut mendapatkan hasil usaha tangkapan ikan. Adapun biaya produksi nelayan antara lain adalah biaya bahan bakar kapal, biaya perbekalan selama di laut, biaya peralatan, biaya umpan dan biaya upah tenaga kerja. Pendapatan dari hasil usaha tangkapan ikan akan dikurangi oleh biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan bersih.

Setidaknya ada dua fenomena ekstrem terhadap lautan akibat perubahan iklim global yakni kenaikan suhu air laut dan permukaan air laut. Kenaikan suhu air laut mempengaruhi ekosistem terumbu karang yang menjadi fishing ground dan

nursery ground ikan yang hidup di wilayah itu. Ikan – ikan yang hidup di daerah karang akan mengalami penurunan populasi.

2.4 Landasan Teori

Menurut ahli ekonomi klasik, pendapatan ditentukan oleh kemampuan faktor– faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar kemampuan


(30)

faktor–faktor produksi menghasilkan barang dan jasa, semakin besar pula pendapatan yang diciptakan.

Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (total revenue) dan semua biaya produksi (total cost). Jadi π = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Q) dengan harga jual (P). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka TC = TFC + TVC.( Soekartawi, 2002)

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1) Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2) Pendapatan disposibel, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3) Pendapatan nasional, yaitu seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.


(31)

Menurut Sobri (1999), pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan :

1) Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji.

2) Pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pendapatan nelayan tradisional dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah faktor-faktor sosial ekonomi yang terdiri dari umur, lama melaut, pendidikan, peralatan, jumlah tanggungan dan biaya produksi nelayan. Keenam faktor tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap pendapatan nelayan tradisional, dan selanjutnya diregresikan kedalam bentuk regresi linier berganda. Kemudian tingkat pendapatan nelayan tradisional akan dikomparasikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan di daerah penelitian tersebut.


(32)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

: menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh

: menyatakan proses komparasi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional dan Komparasinya Terhadap UMR, Kab. Aceh Barat

Nelayan 

di i l

Penerimaan  Nelayan 

Faktor‐faktor yang  mempengaruhi : 

1. umur  2. pendidikan  3. jumlah 

tanggungan  4. pengalaman 

melaut  5. investasi  6 biaya

Upah Minimum  Regional  Pendapatan 

Nelayan 

Non‐ikan: kepiting, kerang,  tiram, udang dan cumi‐cumi  Ikan: Tongkol, gembung,  kakap, selar, dan salam 


(33)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1) Terdapat pengaruh yang nyata antara umur, pengalaman, pendidikan, peralatan, dan jumlah tanggungan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan nelayan tradisional.

2) Perbandingan tingkat pendapatan nelayan tradisional lebih rendah daripada Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan di daerah penelitian.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu secara sengaja di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) karena di daerah ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan dan merupakan nelayan yang masih tradisional.

3.2 Metode Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan yang masih tradisional di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Riduan, 2010).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan tradisional mempergunakan pertanyaan/kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara, dan literatur yang mendukung penelitian.


(35)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan (1) dihitung dengan menggunakan analisis pendapatan nelayan tradisional dengan rumus :

TR = P1 x Q1 + P2 x Q2 + P3 + Q3 + P4 x Q4 + P5 x Q5 + P6 x Q6

TC = TFC + TVC π = TR – TC

Keterangan :

TR = Pendapatan kotor/ Total Revenue (Rp)

TC = Total biaya/ Total Cost (Rp)

P = Harga jual/ Price (Rp/Kg)

Q = Jumlah produksi/ Quantity (Kg)

TFC = Total biaya tetap/ Total Fixed Cost (Rp)

TVC = Total biaya variabel/ Total Variabel Cost (Rp) Π = Pendapatan bersih/ Benefit (Rp)

Untuk tujuan (2) dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang diturunkan dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Rumus regresi linier berganda adalah sebagai berikut :


(36)

Dimana:

Y = Pendapatan nelayan tradisional (Rp) a = Konstanta/Koefisien Intersep

b1-b7 = Koefisien variabel regresi X1 = Umur (tahun)

X2 = Pengalaman (tahun)

X3 = Pendidikan (tahun)

X4 = Peralatan

X5 = Jumlah tanggungan (jiwa)

X6 = Biaya produksi nelayan

µ = Kesalahan pengganggu

Koefisien Determinasi (R2)

R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. R2 dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :

R2 = koefisien determinasi


(37)

JKyy = jumlah kuadrat-kuadrat y

JKxy = jumlah kuadrat-kuadrat xy

(Supriana, 2009).

Uji F

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap pendapatan nelayan tradisional (Y), maka digunakan uji F. Uji F dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05

Kriteria uji F:

Jika probabilitas F-hitung > 0,05 , maka H0 diterima; H1 tidak diterima

Jika probabilitas F-hitung ≤ 0,05 , maka H0 tidak diterima; H1 diterima

Uji t

Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap pendapatan nelayan tradisional (Y), maka digunakan uji-t.

Kriteria uji t:

Jika t-hitung ≤ t-Tabel, maka H0 diterima; H1 tidak diterima

Jika t-hitung ≥ t-Tabel, maka H0 tidak diterima; H1 diterima


(38)

H = 0 tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor terhadap pendapatan nelayan tradisional.

H ≠ 0 ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor terhadap pendapatan nelayan tradisional (Sudjana, 1989).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi

1) Nelayan sampel adalah nelayan yang melaut masih dengan cara yang sederhana (tradisional).

2) Pendapatan nelayan tradisional adalah pendapatan bersih usaha nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja dalam satuan Rupiah.

3) Umur sampel adalah usia nelayan tradisional sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.

4) Pengalaman adalah rata-rata pemilik yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai usaha nelayan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam tahun.

5) Pendidikan sampel adalah pendidikan formal nelayan tradisional terakhir yang pernah ditempuh yang dinyatakan dalam tahun.

6) Peralatan adalah alat-alat yang digunakan oleh nelayan tradisional dalam penangkapan ikan.


(39)

7) Jumlah tanggungan adalah semua anggota keluarga yang masih menjadi beban tanggungan nelayan sampel.

8) Biaya produksi nelayan adalah biaya yang dikeluarkan nelayan untuk modal usaha penangkapan ikan.

9) Upah Minimum Regional (UMR) adalah ketetapan yang berlaku di daerah penelitian yaitu sebesar Rp 1.550.000,- (Satu juta lima ratus lima puluh ribu rupiah).

3.5.1 Batasan operasional

1) Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

2) Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

3) Nelayan sampel adalah nelayan tradisional yang bertempat tinggal di daerah penelitian.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Luas dan Letak Geografis

Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Aceh yang terletak di daerah barat selatan aceh. Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak di posisi : 040 06’– 040 47’ LU dan 950 52’– 96 30’ BT. Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat berbatasan dengan :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie dengan Aceh Tengah,

 Sebelah timur berbatasan dengan Nagan Raya dengan Samudera Indonesia  Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya

 Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten nagan raya

Kabupaten Aceh Barat memiliki luas wilayah daratan 2.927,95 km2 atau 292.795 ha, dengan panjang garis pantai diperkirakan 50,55 km dan dengan luas laut 233 km2 mempunyai wilayah yang sangat potensial untuk salah satu daerah hasil laut yang produktif (DKP, 2007). Menurut Badan Pusat Statistik (2010), Kabupaten Aceh Barat memiliki 321 desa dengan 12 (dua belas) kecamatan, dan juga memiliki empat kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia yaitu kecamatan pesisir meliputi Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Kecamatan Arongan Lambalek, serta delapan kecamatan daratan yaitu Kaway XVI, Sungai Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan Woyla Timur.


(41)

Kecamatan Johan Pahlawan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Meulaboh sebagai ibukota kecamatan, kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Secara geografis kecamatan Johan Pahlawan terletak pada 040060 – 040470 LU dan 950520 – 960300 BT. Kecamatan Johan Pahlawan menempati areal seluas 44,91 km2 yang terdiri dari 21 desa/Gampong. Adapun persentase luas kecamatan terhadap luas kabupaten yaitu sebesar 1,53 % dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Kaway XVI

Sebe;ah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kecamatan Samatiga

Sebelah Timur : Kecamatan Meurebo

Desa/gampong yg termasuk di kecamatan Johan Pahlawan yaitu gampong Blang Beurandang, gampong darat, gampong gampa, kampong pasir, leuhan, padang seurahet, pasar aceh, seunenbok, suak nie, suak raya, suak sigadeng.dengan kelurahan yaitu Drien Rampak, Kampung Belakang, Kuta Padang, Lapang, Panggong, Rundeng, Suak Indrapuri, Suak Ribbe, Ujung Baroh dan kelurahan Unjung Kalak.

4.2 Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi dalam kehidupan nelayan disamping faktor lainnya. Unsur iklim yang penting adalah curah hujan, suhu, angin, cahaya, dan kelembapan udara. Dalam proses penangkapan ikan nelayan bergantung pada musim ikan, yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat


(42)

adalah musim panen ikan bagi nelayan, dimana produksi ikan melimpah. Sedangkan pada musim timur merupakan kebalikan musim barat yaitu musim dimana nelayan tidak dianjurkan melaut karna cuaca yg buruk, dan produksi ikan yg sangat sedikit. Keadaan curah hujan dan hari hujan di kecamatan Johan Pahlawan selama 10 tahun terahir dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Johan Pahlawan 10 tahun (2003 -2012).

No Tahun Curah hujan Hari hujan

1 2003 3. 407 221

2 2004 3.204 190

3 2005 3.189 187

4 2006 2.706 185

5 2007 1.312 125

6 2008 2.185 154

7 2009 2.766 186

8 2010 2.526 164

9 2011 2.858 208

10 2012 2.470 202

Total 26.620 1.822

Rataan 2,662 182,2

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Aceh Barat, 2012.

Berdasarkan tabel diatas menunujkkan curah terbesar adalah tahun 2003 sebesar 3.407 mm dan curah hujan terkecil adalah tahun 2007 sebesar 1.312 mm. dan hari hujan terbesar adalah 221 hari hujan pada tahun 2003 dan hari hujan terkecil pada tahun 2007 sebesar 125 hari hujan. Dengan demikian Iklim dan geografis


(43)

kecamtan johan pahlawan memang sesuai dengan daerah nelayan yaitu pesisir pantai.

4.3 Penduduk dan Mata Pencaharian

Penduduk yang berada di kecamatan Johan Pahlawan tahun 2003 berjumlah 53.312 jiwa yang terdiri dari 26.928 jiwa perempuan dan 26.384 jiwa pria. Adapun penelitian jumlah penduduk di kecamatan Johan Pahlawan menurut golongan umur dapat diperlihatkan pada Tabel berikut ini :

Tabel 3 . Jumlah Penduduk Kecamatan Johan Pahlawan Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2012.

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0-4 2.720 2.768 5.488

2 5-9 2.816 2.773 5.599

3 10-14 2.914 2.844 5.758

4 15-19 2.736 2.939 5.675

5 20-24 2.297 2.842 5.139

6 25-29 2.477 2.792 5.269

7 30-34 2.817` 2.313 4.500

8 35-39 2.016 1.972 3.988

9 49-44 1.722 1.522 3.244

10 45-49 1.272 1.116 2.388

11 50-54 949 925 1.874

12 55-59 691 653 1.344

13 60-64 690 642 1.331


(44)

15 70-74 306 261 567

16 75+ 205 183 389

Jumlah 26.384 26.928 53.312

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Aceh Barat, 2012

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 5.758 jiwa. Dimana dari jumlah tersebut dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan jenis kelamin yaitu yang terbesar laki-laki berjumlah 2.914 jiwa pada kelompok umur 10-14 tahun. Dan perempuan yang terbesar berada pada kelompok 15-19 tahun. Sebaliknya, jumlah penduduk terrkecil berada pada kelompok umur diatas 75 tahun. Dimana laki-laki berjumlah 205 dan perempuan 183. Dan jika dibandingkan jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan maka dengan jumlah terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 26.928 jiwa dan laki-laki 26.384 jiwa.

Penduduk kecamatan Johan Pahlawan sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan selebihnya bekerja sebagai pegawai, petani, buruh, dan lain-lain. Dan adapun kelompok umur nelayan di daerah penelitian berada pada rata-rata 40-65. Dimana pada umumnya nelayan di daerah penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki.


(45)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Johan Pahlawan,2012

No Tingkat

pendidikan Jumlah(jiwa) Persentase(%)

1 TK/RA 1613 32.35

2 SD/MI 1906 38.22

3 SLTP/MTs 642 12.87

4 SLTA/MA 587 11.77

5 Akademia/PT 238 4.77

4986 100

Sumber : Kantor Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat,2012

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa tingakat pendidikan penduduk tertinggi di kecamatan Johan Pahlawan adalah academia/PT yait sebesar 238 jiwa, yang diikuti tingkat SLTA/MA sebanyak 587, SLTP/MTs sebesar 642 jiwa, yang terbesar yaitu SD/MI sebesar 1906, dan TK/RA sebesar 1613 jiwa.

Adapun untuk jumlah tenaga kerja menurut mata pencaharian di Kecamtan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Tabel berikut :


(46)

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kecamatan Johan Pahlawan tahun 2012.

No Jenis Mata Pencaharian(Jiwa) Jumlah Persentase

1 Nelayan 504 28.21

2 Petani 271 25.59

3 Pagawai 275 26.56

4 Pedagang 247 5.05

5 Tukang 218 5.71

6 Industry 315 6.61

7 Buruh 245 2.26

Total 2.075 100

Sumber :Kantor Statistik Kabupaten aceh Barat, 2012.

Berdasarkan data pada Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa penduduk di kecamatan Johan Pahlawan mayoritas mata pencahariannya sebagai nelayan sebesar 504 jiwa atau 28.21 %, dimana dari jumlah keselurahn nelayan di kecamatan Johan Pahlawan terdapat 303 nelayan tradisional. Hal tersebut dikarenakan kecamatan johan pahlawan adalah daerah pesisir pantai. Dimana masyarakat setempat menggantungkan hidupnya kepada hasil laut. Nelayan setempat tersebut umumnya adalah nelayan tradisional atau disebut juga nelayan pinggir pantai, dimana aktifitas melaut tersebut sudah turun menurun menjadi pekerjaan utama di daerah tersebut. Selebihnya mata pencaharian lainnya diikiuti oleh petani 25.59 %, pegawai 26.56 %, pedagang 5.05 %, tukang 5.71%, industry 6.61%, dan buruh sebesar 2.26 %.


(47)

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 6. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Johan Pahlawan,2012

No Jenis Bangunan Jumlah (unit)

1 Sarana Ibadah

Mesjid 52

2 Sarana Kesehatan 42

3 Sarana Pendidikan TK/RA

SD/MI SMP/MTs SLTA/MA Akademik/PT

31 36 13 13 8 4 Industri

Tradisional

Makanan dan MInuman

146 143

Sumber : Kecamatan Johan Pahlawan dalam angka,2012

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di kecamatan Johan Pahlawan mencakup fasilitas pendidikan, sarana ibadah, fasilitas kesehatan, serta industri.


(48)

4.5 Karakteristik Nelayan

Kecamatan Johan Pahlawan yang menjadi objek penelitian memiliki luas areal 44.91 km2 dengan topografi pantai. Bentang wilayah pantai yang cukup luas dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. nelayan di kecamatan Joham Pahlwan pada umumnya menggunakan perahu bermotor dan perahu tanpa motor (sampan). Sedangkan peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan dilaut pada umumnya menggunakan peralatan seperti jaring halus(kelambu), pancing, lampu, dan lain-lain. Dalam penelitian ini sampel nelayan yang diambil sebanyak 10% dari jumlah populasi nelayan tradisional di daerah penelitian sebesar 303 nelayan tradisional yaitu sebanyak 30 sampel nelayan tradisional.

Adapun karakteristik nelayan sampel dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 7. Rekapitulasi Karakteristik Nelayan Sampel di Kecamatan Johan Pahlawan,2012.

Uraian Satuan Rerata Nelayan Tradisional

Umur Tahun 58

Tingkat

pendidikan Tahun 4

Jumlah tanggunan Jiwa 3

Pengalaman Tahun 30

Investasi Rp 2.340.000

Sumber : Analisis Data Primer,2012(Lampiran 1).

Dari Tabel diatas, dapat dilihat bahwa umur nelayan di daerah penelitian berkisar antara 23-63 tahun. Dalam tingkat umur, rata-rata umur sampel nelayan tertinggi


(49)

berumur 58 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nelayan tradisional adalah nelayan paling lama dalam mencari nafkah di dalam sektor perikanan, hal ini dapat dilihat dari penggunaan alat-alat yang masih tradisional.

Jenjang pendidikan hanya tamatan SD dan SMA. Tingkat pendidikan rata-rata 4 tahun yaitu tingkat SD. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan nelayan sampel di tempat penelitian masih tergolong rendah. Dalam hal banyaknya jumlah tanggungan, nelayan tradisional di daerah penelitian mempunyai jumlah tanggungan rata-rata 3 jiwa. Pengalaman melaut nelayan sampel berkisar antara 5-40 tahun. Pengalaman nelayan tradisional di daerah penelitian memiliki rata-rata 30 tahun. Dalam hal investasi, nelayan tradisional memiliki investasi rata-rata Rp. 2.340.000.

Keadaaan Ekonomi dan Sosial Keluarga Nelayan Tradisional Keadaan Ekonomi

Lamanya waktu penangkapan ikan dilaut bagi nelayan adalah bervariasi. Ada nelayan pulang hari berkisar antara 9-14 jam, ada nelayan yang beroperasi satu trip berkisar 3-6 hari, dan ada juga tergantung pada jenis kapalnya. Jenis kapal juga menentukan luas jangkauan operasional nelayan. Biasanya nelayan perahu beroperasi dalam areal 3-6 mil diukur dari titik pasang surut. Sedangkan nelayan motor areal operasinya ada yg dapat menjangkau sampai 60 mil.

Adapun jenis-jenis ikan yang dominan ditangkap nelayan tergantung pada jenis musim. Pada musim timur ikan yg ditangkap berupa ikan teri putih, udang lobster. Sedangkan pada musim barat ikan yg ditangkap berupa ikan gulama, gabu,kapas-kapas. Rata-rata pendapatan nelayan di kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten


(50)

Aceh Barat sebesar Rp. 4.211.542,-. Dimana rata-rata tersebut didapat dari penggabungan pendapatan musim barat dan musim timur.

Keadaan Sosial

Pada umumnya penduduk kecamatan johan pahlawan bersifat homogeny Karen didominasi oleh satu suku. Di daerah penelitian ini suku yang dominan adalah suku Aceh dan sebagian besar adalah penduduk asli setempat.

Jika ditinjau dari rata-rata jumlah tanggungan, nelayan tradisional di kecamatan Johan Pahlawan mempunyai tanggungan yang cukup besar. Jumlah tanggungan rata-rata berkisar 2 hingga 3 orang. Besarnya jumlah tanggungan ini mengakibatkan besarnya biaya hidup keluarganelayan sehingga pemenuhan kebutuhannya hanya untuk pangan saja.


(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional di Daerah Penelitian

Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (total revenue) dan semua biaya produksi (total cost). Jadi π = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi/ hasil tangkapan yang diperoleh (Q) dengan harga jual (P) hasil tangkapan. Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Dimana biaya tetap antara lain; investasi perahu dan alat tangkap sedangkan biaya tidak tetap antara lain; biaya akomodasi dan biaya logistik. Adapun tingkat pendapatan nelayan di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Distribusi Tingkat Pendapatan Nelayan Sampel per Bulan

No Tingkat pendapatan Besar sampel Persentase (%) 1 Tinggi (> Rp. 4.000.000) 16 53.33%

2 Sedang (Rp. 3.500.001 – 4.000.000) 6 20% 3 Rendah (Rp. 2.500.001 – 3.500.000) 8 26.67%

Jumlah 30 100

Sumber: diolah dari lampiran 7

Sumber pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian didapat dari hasil tangkapan melaut. Adapun rata-rata jenis tangkapan yang didapat oleh nelayan antara lain : ikan gulama, ikan gabu, ikan teri putih, udang lobster, dan ikan kappa-kapas. Hasil tangkapan bervariasi tergantung pada keadaan musim.


(52)

Misalnya pada musim barat kebanyakan hasil tangkapan berupa ikan gabu dan ikan gulama. Sedangkan pada musim timur kebanyakan berupa ikan teri putih, udang lobster, dan ikan kappa-kapas. Pada musim timur biasanya tangkapan nelayan bisa lebih banyak karena nelayan mendapatkan ikan teri dalam jumlah yang banyak dengan harga jual yang tinggi. Selain itu keadaan cuaca pada musim timur mendukung nelayan untuk melaut. Sebaliknya pada musim barat nelayan tidak dianjurkan melaut Karena kondisi alam dan cuaca yang kurang mendukung sehingga berdampak kepada hasil jumlah tangkapan nelayan. Pendapatan nelayan di daerah penelitian bergantung pada hasil jumlah tangkapan mereka karena nelayan setempat belum ada melakukan pengolahan tangkapan ikan seperti pembuatan terasi atau ikan asin.

Rata-rata penerimaan nelayan tradisional di daerah penelitian dari hasil tangkapan ikan Gulama sebanyak Rp. 315.167 (15,958 Kg/bulan dengan harga satuan Rp. 20.000/kg), ikan Gabu sebanyak Rp. 533.167 (15,23Kg/bulan dengan harga satuan Rp. 35.000), ikan Teri sebanyak Rp. 1.400.000 (35,1667Kg/bulan dengan harga satuan Rp. 40.000), udang lobster sebanyak Rp. 1.200.000 (4,867Kg/bulan dengan harga satuan Rp.250.000) dan ikan Kapa-kapas sebanyak Rp.1.226.667 (24,533Kg/bulan dengan harga satuan Rp. 50.000). dari hasil tangkapan tersebut total penerimaan nelayan tradisonal di daerah penelitian rata-rata adalah Rp. 4.675.000.

Adapun biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk melaut adalah biaya akomodasi (transportasi dan logistik) dan biaya penyusutan dari perahu dan alat tangkap. Rata-rata biaya penyusutan sebesar Rp. 83.791,27. Untuk biaya transportasi sebesar Rp. 333.833,33 dan untuk biaya logistik sebesar


(53)

Rp.45.833,33. Jadi, jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh nelayan perbulan sebesar Rp.463.457,93.

Pendapatan bersih nelayan didapat dari hasil penjualan ikan tangkapan (penerimaan) dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan seperti biaya transportasi (bbm), biaya logistik, dan biaya penyusutan perahu dan alat tangkap. Maka, dari uraian diatas dapat dilihat rata-rata pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian sebesar Rp. 4. 211.542,3. Hal ini menunjukkan distribusi tingkat pendapatan nelayan berada di kelompok tinggi dengan persentase 53,33%. Secara grafis pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian dapat disajikan pada grafik berikut:

Gambar 2. Grafik Pendapatan Nelayan Tradisonal di Daerah Penelitian dan Upah Minimum Regional (UMR)

2. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional di Daerah Penelitian

Adapun faktor sosial ekonomi yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman melaut, investasi, dan biaya produksi. Umur

Nomor Sampel  Pendapatan (Rp)


(54)

adalah usia nelayan sampel pada saat penelitian. Umur nelayan berada di rata-rata 58 tahun yang masih berada pada usia produktif. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang ditamatkan oleh nelayan sampel, berdasarkan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA. Jumlah tanggungan adalah jumlah dalam jiwa yang menjadi tanggungan dari nelayan sampel. Pengalaman melaut adalah lamanya nelayan bekerja mencari hasil tangkapan di laut. Investasi adalah biaya yang dikeluarkan nelayan untuk perlengkapan dan peralatan melaut yang dapat digunakan dalam jangka panjang. Dan biaya produksi merupakan akumulasi dari baiaya akomodasi dan biaya logistik.

Untuk melihat bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi tersebut terhadap pendapatan dapat disajikan pada Tabel 9, Tabel 10, dan Tabel 11 berikut:

Tabel 9. Uji Kelayakan Model

Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbi n-Watso n R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Chang

e

1 .989a .978 .972 1.56250E5 .978 167.037 6 23 .000 1.713 a. Predictors: (Constant), Biaya, Tamatan, Umur, Investasi, Jumlah

Tanggungan, Pengalaman Melaut b. Dependent Variabel: Pendapatan


(55)

Tabel 10. Hasil Pengujian Secara Serempak ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.447E13 6 4.078E12 167.037 .000a

Residual 5.615E11 23 2.441E10

Total 2.503E13 29

a. Predictors: (Constant), Biaya, Tamatan, Umur, Investasi, Jumlah Tanggungan, Pengalaman Melaut

b. Dependent Variabel: Pendapatan

Tabel 11. Pengaruh Umur, Tamatan, Jumlah Tanggungan, Pengalaman Melaut, Investasi, dan Biaya Terhadap Pendapatan Nelayan Tradisional di Daerah Penelitian

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF 1 (Constant) 90794.597 640740.104 .142 .889

Umur 7299.087 8773.842 .033 .832 .414 .633 1.579 Tamatan 8613.857 32967.375 .009 .261 .796 .761 1.313 Jumlah

Tanggungan 36006.653 35847.327 .044 1.004 .326 .498 2.009 Pengalaman

Melaut

138472.01

3 12974.259 1.150 10.673 .000 .084 1.902

Investasi .015 .027 .023 .561 .580 .560 1.785


(56)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF 1 (Constant) 90794.597 640740.104 .142 .889

Umur 7299.087 8773.842 .033 .832 .414 .633 1.579 Tamatan 8613.857 32967.375 .009 .261 .796 .761 1.313 Jumlah

Tanggungan 36006.653 35847.327 .044 1.004 .326 .498 2.009 Pengalaman

Melaut

138472.01

3 12974.259 1.150 10.673 .000 .084 1.902

Investasi .015 .027 .023 .561 .580 .560 1.785

Biaya -1.607 .972 -.173 3.754 .005 .089 1.180

a. Dependent Variabel: Pendapatan

Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 90.794,597 + 7.299,087X1 + 8.613,857 X2 + 36.006,653 X3 + 138.472,013X4 + 0,015 X5 – 1,607X6 +µ

Dari model di atas diperoleh interpetasi sebagai berikut:

a. Uji kelayakan model

Untuk melihat kelayakan model tersebut dapat dilihjat melalui nilai R square yang diperoleh dari hasil uji statistic regresi linear berganda. Hasil uji statistic menunjikkan nilai koefisien determinan(R2) adalah sebesar 97,8% . hal ini


(57)

menunjukkan variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman melaut, biaya investasi, dan biaya produksi secara bersama-sama mampu merangkan variasi variabel pendapatan sebesar 97,8 % dan sisanya sebesar 2,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model.

Berdasrkan uji F yang dilakukan diperoleh nilai F hitung 167,037 dengan probabilitas 0,000 < 0,05 atau F = 167,037 , p = .000 maka, H0 ditolak H1 diterima, artinya bahwa semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Dimana df1 = k-1 = 7-1 = 6, df2 = n-k =30-7 = 23, jadi dengan melihat tabel diperoleh nilai F tabel sebesar 2,53.

b. Pengujian secara parsial

Uji siginikansi secara parsial yaitu dengan menggunakan uji t, untuk menguji keberartian pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman melaut, biaya investasi, dan biaya produksi terhadap variabel pendapatan.

 Umur diperoleh t hitung (0,832) lebih kecil dari t-Tabel (1,711) dan signifikansi sebsar 0,414 lebih besar dari (0,05), sehingga umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan tradisional.

 Tamatan diperoleh t-hitung (0,261) lebih kecil dari t-Tabel (1,711) dan signifikansi sebesar 0,796 lebih besar dari (0,05) sehingga variabel tamatan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan tradisional.


(58)

 Jumlah tanggungan diperoleh hitung (1,004) lebih kecil dari t-Tabel (1,711) dengan signifikansi 0,326 lebih besar dari 0,05 sehingga variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan tradisional.

 Pengalaman melaut diperoleh hitung (10,673) lebih besar dari t-Tabel (1,711) dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan tradisional.

 investasi diperoleh t-hitung (0,561) lebih kecil dari t-Tabel (1,711) dengan signifikansi 0,580 lebih besar dari 0,05 sehingga variabel investasi tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan tradisional.

 Biaya diperoleh t-hitung (3,754) lebih besar dari t-Tabel (1,711) dengan signifikansi 0,005 lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel variabel biaya berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan tradisional.

Uji Asumsi Klasik (best linear unbias estimation)

Tujuan menggunakan asumsi klasik adalah untuk mengetahui apakah model yang dibangun sesuai dengan teori dan untuk mengungkap varibel-variabel diluar variable umur, tamatan, jumlah tanggungan, pengalaman melaut, investasi, dan biaya melaut.

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel independen (Gujarati, 2003; Santoso,


(59)

2000, Arif, 1993). Cara yang digunakan untuk menilainya adalah dengan melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi Factor/VIF), yang tidak melebihi 4 atau 5 (Hines dan Montgomery, 1990).

Keenam variabel independen yakni umur, tamatan, jumlah tanggungan, pengalaman melaut, investasi dan biaya melaut memiliki nilai VIF dalam batas toleransi yang telah ditentukan (tidak melebihi 4 atau 5), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadi multikolinearitas variabel independent dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, maka dikatakan terjadi homoskedastisitas . sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik.


(60)

Dari grafik Scatterplot yang di sajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola yang jelass, serta titik-tiitik menyebar di bawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas(Santoso,2000).

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada tahun sebelumnya.

Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel independent tertentu.


(61)

Untuk mendiaognasis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (uji Dw) dengan ketentuan sebagai berikut :

Dw Kesimpulan

kurang dari 1,10 Ada aAutokorelasi 1,10 dan 1,54 Tanpa Kesimpulan 1,55 dan 2,46 Tidak ada Autokorelasi 2,46 dan 2,90 Tanpa Kesimpulan lebih dari 2,91 Ada autokorelasi

Dari hasil proses data dapat dinilai Dw, sebagai berikut :

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.713

a. Predictors: (Constant), Kurs, GDP

b. Dependent Variable: Jk_mly

Dari model summary tersebut dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson adalah 1,1713. Dengan demikian tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi ini.


(62)

3. Komparasi Tingkat Pendapatan Nealayan Tradisional Terhadap Upah Minimum Regional (UMR) di daerah penelitian.

Kebijakan upah minimum di Indonesia sendiri pertama kali diterapkan pada awal tahun 1970. Meskipun demikian, pelaksanaannya tidak efektif pada tahun-tahun tersebut (Suryahadi,dkk, 2003). Pemerintah Indonesia baru mulai memberikan perhatian lebih terhadap pelaksanaan kebijakan upah minimum pada akhir tahun 1980. Hal ini terutama disebabkan adanya tekanan dari dunia internasional sehubungan dengan isu-isu tentang pelanggaran standar ketenagakerjaan yang terjadi di Indonesia. Sebagai input informasi dalam penelitiann ini dijelaskan bahwa upah minimum regional (UMR) provinsi Nagroe Aceh Darussalam sebesar

Rp. 1.550.000,- (satu juta lima ratus lima puluh ribu rupiah). Dari uraian sebelumnya dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan nelayan sampel di daerah penelitian per bulannya berada di atas upah minimum regional provinsi NAD. Dimana rata-rata pendapatan nelayan sampel per bulan sebesar Rp. 4.211.542,3,- .


(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Adapun tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian diperoleh nilai dengan rata-rata Rp. 4.211.542,67 dan dapat disimpulkan pendapatan di daerah penelitian adalah tinggi

2. Pengalaman melaut dan biaya produksi berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan. Sedangkan variabel umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan biaya investasi tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel pendapatan.

3. Pendapatan nelayan sampel di daerah penelitian berada diatas upah minimum regional provinsi NAD, dimana rata-rata pendapatan nelayan sampel sebesar Rp. 4.211.542,67

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran, sebagai bentuk implementasi dari hasil penelitian ini. Adapun saran-saran sebagai berikut :


(64)

1. Untuk mendorong peningkatan pendapatan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat pesisir khususnya nelayan sudah seharusnya pemerintah kabupaten Aceh Barat dan Dinas Perikanan bekerja sama mencari solusi dari ketimpangan pendapatan pada musim barat dan timur yang jauh berbeda, salah satu solusinya adalah memberikan paradigm positif dalam memanajemen keuangan,contohnya memberikan tabungan khusus nelayan. Juga pemerintah kabupaten Aceh Barat dan Dinas perikanan harus segera mencari solusi dari kosongnya kegiatan para nelayan di musim barat, contohnya memberikan penyuluhan-penyuluhan.

2. Untuk mendorong kemampuan dari nelayan maka pemerintah Kabupaten Aceh Barat terutama Dinas Perikanan dapat memberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan nelayan dalam kemampuan menangkap ikan dan juga meningkatkan teknologi dalam menangkap ikan dengan teknologi yang tepat guna.

3. Peralatan yang digunakan oleh para nelayan pada umumnya masih minim dan tradisional sehingga hasil tangkapannya acapkali tidak dapat menutupi biaya yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga.


(65)

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2003. Ilmu Sosial Dasar.Jakarta : Rineka Cipta

Evy, Ratna. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Jakarta :MutiaraSumber

Imron, masyuri. 2003. “Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan” dalam jurnal masyarakat dan budaya. PMB-LIPI.

Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LKis.Yogyakarta.

Lubis, N, L. 2000. Adopsi Teknologi dan Faktor yang Mempengaruhinya.USU press. Medan

Salman.1995. Kemiskinan Struktural dan Polarisasi Sosial Pada Masyarakat Nelayan. Ujung Pandang.

Sastrawidjaja, dkk, 2002.Nelayan Nusantara, Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Serdati, Novalina, 2002. Identifikasi Potensi Area,Kualitas Air dan Karakteristik Oseanografi Perairan Zona I Sulawesi Tengah Untuk Pengembangan Budidaya Laut. Jurnal Agroland volume 14 nomor 4.

Sobri, 1999.Ekonomi Makro. BPFE-UGM.Yogyakarta.

Soekartawi.1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya.Jakarta : Raja Grafindo Persada

Suratiyah,K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta :Penebar Swadaya

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan .Yogyakarta :Graha Ilmu

Suryahadi, dkk. 2003. “Minimum Wage Policy and Its Impact on Employment in the Urban Formal Sector”. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 39(1),29-50


(66)

Sujarno.2008. AnalisisFaktor- Faktor yang Mempengaruhi Trend Nelayan di Kabupaten Langkat.Tessis.Sekolah Pascasarjana USU. Medan.


(67)

Lampiran 1. Karakteristik nelayan tradisonal di Kecamatan Johan Pahlawan  No Sampel Umur (tahun) Tamatan (tahun) Jumlah tanggungan (Jiwa) Pengalaman Melaut (tahun)

Investasi Total

Investasi (Rp) Perahu

Alat Tangkap

1 49 6 4 23 7.000.000 270.000 7.270.000

2 63 3 1 43 10.000.000 500.000 10.500.000

3 53 5 4 40 10.000.000 400.000 10.400.000

4 50 6 5 30 7.000.000 300.000 7.300.000

5 60 5 2 40 10.000.000 350.000 10.350.000

6 60 4 1 39 7.000.000 330.000 7.330.000

7 51 4 3 42 10.000.000 420.000 10.420.000

8 50 3 2 29 7.000.000 280.000 7.280.000

9 59 5 2 34 7.000.000 330.000 7.330.000

10 58 6 3 31 7.000.000 310.000 7.310.000

11 57 6 4 33 7.000.000 330.000 7.330.000

12 63 6 1 43 10.000.000 550.000 10.550.000

13 58 3 4 35 10.000.000 320.000 10.320.000

14 60 4 3 39 7.000.000 350.000 7.350.000

15 59 4 2 37 7.000.000 310.000 7.310.000

16 63 4 2 30 10.000.000 300.000 10.300.000

17 57 5 3 33 10.000.000 330.000 10.330.000

18 60 4 3 25 7.000.000 290.000 7.290.000

19 62 4 2 27 7.000.000 300.000 7.300.000

20 59 4 3 30 10.000.000 300.000 10.300.000

21 61 4 2 20 7.000.000 250.000 7.250.000

22 60 3 2 24 7.000.000 260.000 7.260.000

23 58 5 2 23 7.000.000 255.000 7.255.000

24 63 5 3 27 7.000.000 300.000 7.300.000


(68)

26 57 5 3 24 7.000.000 280.000 7.280.000

27 62 4 3 26 7.000.000 310.000 7.310.000

28 54 6 5 20 7.000.000 250.000 7.250.000

29 59 4 5 20 7.000.000 240.000 7.240.000

30 55 5 4 18 7.000.000 210.000 7.210.000

Total 237.000.000 9.465.000 246.465.000

Rata-rata 7900000 315500 8215500

         

                           


(69)

Lampiran 3. Biaya Tangkapan Nelayan per Bulan

No. Sampel

Biaya Akomodasi Nelayan per Bulan

Total Biaya Transportasi/ BBM

(Rp) Biaya Logistik

1 250.000 50.000 300.000

2 465.000 45.000 510.000

3 450.000 50.000 500.000

4 280.000 40.000 320.000

5 450.000 50.000 500.000

6 440.000 40.000 480.000

7 470.000 50.000 520.000

8 340.000 40.000 380.000

9 410.000 50.000 460.000

10 395.000 45.000 440.000

11 300.000 50.000 350.000

12 450.000 50.000 500.000

13 430.000 40.000 470.000

14 450.000 50.000 500.000

15 430.000 45.000 475.000

16 350.000 40.000 390.000

17 400.000 50.000 450.000

18 200.000 50.000 250.000

19 315.000 45.000 360.000

20 310.000 40.000 350.000

21 220.000 50.000 270.000

22 295.000 45.000 340.000


(70)

24 310.000 50.000 360.000

25 240.000 45.000 285.000

26 210.000 40.000 250.000

27 305.000 45.000 350.000

28 220.000 50.000 270.000

29 200.000 50.000 250.000

30 210.000 40.000 250.000

Total 10.015.000 1.375.000 11.390.000

Rata-rata 333.833.33 45.833.33 379.666.7

   

                             


(1)

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Perahu dan Alat Tangkap

No Sampel

Perahu Alat tangkap Penyusutan(Rp)

Total(Rp ) Harga (Rp) Umur pakai (thn) Harga (Rp) Umur pakai (thn) Perahu Alat tangkap

1 7.000.000 15 270.000 1 58.333 22.500 80.833 2 10.000.000 15 500.000 1 55.555 41.666.67 97.221.67 3 10.000.000 10 400.000 1 55.555 33.333.33 88.888.33 4 7.000.000 15 300.000 1 58.333 25.000 83.333 5 10.000.000 15 350.000 1 55.555 29.166.67 84.721.67 6 7.000.000 10 330.000 1 58.333 27.500 85.833 7 10.000.000 15 420.000 1 55.555 35.000 90.555 8 7.000.000 10 280.000 1 58.333 23.333.33 81.666.33 9 7.000.000 10 330.000 1 58.333 27.500 85.833 10 7.000.000 10 310.000 1 58.333 25.833.33 84.166.33 11 7.000.000 15 330.000 1 58.333 27.500 85.833 12 10.000.000 10 550.000 1 55.555 45.833.33 101.388.3 13 10.000.000 15 320.000 1 55.555 26.666.67 82.221.67 14 7.000.000 10 350.000 1 58.333 29.166.67 87.499.67 15 7.000.000 10 310.000 1 58.333 25.833.33 84.166.33 16 10.000.000 15 300.000 1 55.555 25.000 80.555 17 10.000.000 10 330.000 1 55.555 27.500 83.055 18 7.000.000 10 290.000 1 58.333 24.166.67 82.499.67 19 7.000.000 10 300.000 1 58.333 25.000 83.333 20 10.000.000 10 300.000 1 55.555 25.000 80.555 21 7.000.000 15 250.000 1 58.333 20.833.33 79.166.33 22 7.000.000 10 260.000 1 58.333 21.666.67 79.999.67 23 7.000.000 10 255.000 1 58.333 21.250 79.583 24 7.000.000 15 300.000 1 58.333 25.000 83.333


(2)

25 7.000.000 10 240.000 1 58.333 20.000 78.333 26 7.000.000 15 280.000 1 58.333 23.333.33 81.666.33 27 7.000.000 10 310.000 1 58.333 25.833.33 84.166.33 28 7.000.000 10 250.000 1 58.333 20.833.33 79.166.33 29 7.000.000 10 240.000 1 58.333 20.000 78.333 30 7.000.000 10 210.000 1 58.333 17.500 75.833 Total 237.000.000 355 9.465.000 30 1.724.988 788.750 2.513.738

Rata-rata 7.900.000 2.290 315.500 193 57.499.6 26.291.67 83.791.27  

   

                             


(3)

Lampiran 5. Total Biaya Keseluruhan Nelayan

No.

Sampel Total Biaya Penyusutan

Total Biaya

Akomodasi Total biaya

1 80.833

300.000 380.833

2 97.221.67

510.000 607.221.67

3 88.888.33

500.000 588.888.33

4 83.333

320.000 403.333

5 84.721.67

500.000 584.721.67

6 85.833

480.000 565.833

7 90.555

520.000 610.555

8 81.666.33

380.000 461.666.33

9 85.833

460.000 545.833

10 84.166.33

440.000 524.166.33

11 85.833

350.000 435.833

12 101.388.3

500.000 601.388.3

13 82.221.67

470.000 552.221.67

14 87.499.67

500.000 587.499.67

15 84.166.33

475.000 559.166.33

16 80.555

390.000 470.555

17 83.055

450.000 533.055

18 82.499.67

250.000 332.499.67

19 83.333

360.000 443.333

20 80.555

350.000 430.555

21 79.166.33

270.000 349.166.33

22 79.999.67

340.000 419.999.67

23 79.583

260.000 339.583

24 83.333

360.000 443.333


(4)

25 78.333

285.000 363.333

26 81.666.33

250.000 331.666.33

27 84.166.33

350.000 434.166.33

28 79.166.33

270.000 349.166.33

29 78.333

250.000 328.333

30 75.833

250.000 325.833

Total

2.513.737.96 11.390.000 13.903.737.96

Rata-rata

83.791.26 379.666.67 463.457.93

       

                           


(5)

Lampiran 6 Pendapatan Nelayan

No.

Sampel Total Penerimaan

Total Biaya

Total Pendapatan

1

3.700.000 380.833 3319167

2

6.500.000 607.221 5892779

3

6.000.000 588.888 5411112

4

4.730.000 403.333 4326667

5

6.200.000 584.721 5615279

6

5.850.000 565.833 5284167

7

6.250.000 610.555 5639445

8

4.320.000 461.666 3858334

9

4.960.000 545.833 4414167

10

4.740.000 524.166 4215834

11

4.850.000 435.833 4414167

12

6.500.000 601.388 5898612

13

5.170.000 552.221 4617779

14

5.880.000 587.499 5292501

15

5.670.000 559.166 5110834

16

4.640.000 470.555 4169445

17

4.850.000 533.055 4316945

18

3.950.000 332.499 3617501

19

4.170.000 443.333 3726667

20

4.620.000 430.555 4189445

21

3.390.000 349.166 3040834

22

3.800.000 419.999 3380001

23

3.710.000 339.583 3370417

24

4.070.000 443.333 3626667


(6)

25

3.340.000 363.333 2976667

26

3.840.000 331.666 3508334

27

4.050.000 434.166 3615834

28

3.700.000 349.166 3350834

29

3.700.000 328.333 3371667

30

3.100.000 325.833 2774167

Total

140.250.000 13.903.737 126.346.269

Rataan

4.675.000 463.457.93 4.211.542.3