Kristalisasi Menurut Brown 1978 kristalisasi adalah suatu proses pembentukan kristal dari Kelarutan endapan Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan.

Gambar 7. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf Webb, 2002 Ruang sampel Daerah pengukuran Transmisi sinar X Medium cair Partikel di atas daerah pengukuran Distribusi partikel homogen Partikel di dalam daerah pengukuran Partikel di bawah daerah pengukuran Semua partikel berukuran lebih besar jatuh terlebih dahulu ke daerah pengukuran Kumpulan partikel berdasarkan perbedaan ukuran

III. METODOLOGI PENELITIAN A.

Waktu dan Tempat Peneletian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2011 – Maret 2012 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Analisis morfologi dengan Scanning Electron Mycroscopy SEM Jeol JSM-6360la dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi PPPGL Bandung dan analisis menggunakan instrument Particle Size Analyzer PSA Coulter LS 1000 dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering digunakan di laboratorium, water bath, botol-botol plastik, indikator pH universal, pengaduk magnet, oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160, SEM Jeol JSM-6360la, dan PSA Coulter LS 1000. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl 2 anhidrat dari chemical products , Na 2 SO 4 dari chemical products, akuades, kertas saring, senyawa ekstrak daun belimbing wuluh, dan NALCO 72990.

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh

Ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dengan cara menghaluskan daun belimbing wuluh yang sudah dikeringkan menggunakan oven. Sebanyak 100 gram serbuk daun belimbing wuluh yang sudah diayak dilarutkan dalam 1 liter akuades sambil dipanaskan pada suhu 90 o C. Larutan tersebut diaduk menggunakan pengaduk magnet selama 2-3 jam. Setelah diaduk, filtrat disaring dengan menggunakan kertas saring dan divacum. Sehingga, diperoleh ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 100.000 ppm.

2. Preparasi bibit kristal

Bibit kristal dibuat dengan mencampurkan larutan CaCl 2 anhidrat 1M dan larutan Na 2 SO 4 1M masing-masing dalam 50 mL akuades. Campuran diaduk hingga mengendap sempurna. Kemudian endapan dipisahkan melalui proses penyaringan menggunakan kertas saring. Endapan yang diperoleh dicuci dengan akuades untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 80 o C. Prosedur ini diulang beberapa kali sampai diperoleh jumlah bibit kristal sebanyak 50 gram dan cukup untuk melakukan prosedur berikutnya. Selanjutnya kristal ini akan digunakan sebagai bibit kristal yang diamati pertumbuhannya Suharso dkk., 2007. 3. Pengujian ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990 sebagai inhibitor dalam pengendapan kristal CaSO 4 dengan metode seeded dan unseeded experiment Tahapan untuk menguji ekstrak daun belimbing wuluh dan NALCO 72990 sebagai inhibitor dalam pengendapan kristal CaSO 4 dengan metode seeded dan unseeded experiment dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai berikut: a. Penentuan laju pertumbuhan CaSO 4 pada beberapa variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dengan metode seeded experiment 1. Tanpa penambahan inhibitor kerak Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,15 M CaCl 2 dan larutan 0,15 M Na 2 SO 4 masing-masing dalam 200 mL akuades dan kemudian diletakan dalam waterbath pada suhu 90 o C selama 10-15 menit. Kemudian, kedua larutan tersebut dicampurkan dan diukur pH-nya. Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan, larutan dibagi ke dalam 8 botol plastik di mana setiap botol berisi 50 mL larutan pertumbuhan dan masing-masing botol ditambahkan bibit kristal sebanyak 200 mg. Larutan tersebut kemudian diletakan ke dalam waterbath pada suhu 90 o C. Pengamatan dilakukan selama satu jam, dan setiap lima menit satu botol diambil untuk ditimbang berat kristal yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dicuci dengan akuades, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80 o C. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl 2 dan Na 2 SO 4 sebesar 0,2 dan 0,25 M. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis menggunakan instrumen SEM, dan distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.

2. Dengan penambahan inhibitor kerak

Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,15 M CaCl 2 dan larutan 0,15 M Na 2 SO 4 dalam inhibitor ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 50 ppm pada masing-masing larutan hingga mencapai volume 200 mL, diletakan dalam waterbath pada suhu 90 o C selama 10-15 menit. Kemudian, kedua larutan tersebut dicampurkan dan diukur pH-nya. Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan, larutan dibagi ke dalam 8 botol plastik di mana setiap botol berisi 50 mL larutan pertumbuhan dan masing-masing botol ditambahkan bibit kristal sebanyak 200 mg. Larutan tersebut kemudian diletakan ke dalam waterbath pada suhu 90 o C. Pengamatan dilakukan selama satu jam, dan setiap lima menit satu botol diambil untuk ditimbang berat kristal yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dicuci dengan akuades, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80 o C. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl 2 dan Na 2 SO 4 sebesar 0,2 dan 0,25 M dan variasi konsentrasi inhibitor sebesar 150 dan 250 ppm. Kemudian percobaan diulang dengan mengganti inhibitor ekstrak daun belimbing wuluh dengan NALCO 72990. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dipilih yang paling efektif untuk dianalisis menggunakan SEM, dan distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.

b. Penentuan laju pertumbuhan CaSO

4 pada beberapa variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dengan metode unseeded experiment 1. Tanpa penambahan inhibitor kerak Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,15 M CaCl 2 dan larutan 0,15 M Na 2 SO 4 masing-masing dalam 200 mL akuades dan kemudian diletakan dalam waterbath pada suhu 90 o C selama 10-15 menit. Kemudian, kedua larutan tersebut dicampurkan dan diukur pH-nya. Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan, larutan dibagi ke dalam 8 botol plastik di mana setiap botol berisi 50 mL larutan pertumbuhan. Larutan tersebut kemudian diletakan ke dalam waterbath pada suhu 90 o C. Pengamatan dilakukan selama satu jam, dan setiap lima menit satu botol diambil untuk ditimbang berat kristal yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dicuci dengan akuades, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80 o C. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl 2 dan Na 2 SO 4 sebesar 0,2 dan 0,25 M. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dilakukan analisis menggunakan instrumen SEM, dan distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.

2. Dengan penambahan inhibitor kerak

Larutan pertumbuhan dibuat dari larutan 0,15 M CaCl 2 dan larutan 0,15 M Na 2 SO 4 dalam inhibitor ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 50 ppm pada masing-masing larutan hingga mencapai volume 200 mL, diletakan dalam waterbath pada suhu 90 o C selama 10-15 menit. Kemudian, kedua larutan tersebut dicampurkan dan diukur pH-nya. Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan, larutan dibagi ke dalam 8 botol plastik di mana setiap botol berisi 50 mL larutan pertumbuhan. Larutan tersebut kemudian diletakan ke dalam waterbath pada suhu 90 o C. Pengamatan dilakukan selama satu jam, dan setiap lima menit satu botol diambil untuk ditimbang berat kristal yang terbentuk dengan cara menyaring larutan dalam botol tersebut menggunakan kertas saring, dicuci dengan akuades, dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80 o C. Percobaan ini diulang dengan variasi konsentrasi larutan CaCl 2 dan Na 2 SO 4 sebesar 0,2 dan 0,25 M dan variasi konsentrasi inhibitor sebesar 150 dan 250 ppm. Kemudian percobaan diulang dengan mengganti inhibitor ekstrak daun belimbing wuluh dengan NALCO 72990. Endapan yang terbentuk ditimbang, kemudian dipilih yang paling efektif untuk dianalisis menggunakan SEM, dan distribusi ukuran partikel dalam endapannya menggunakan PSA.

4. Analisa data

Data yang diperoleh berupa jumlah endapan terhadap waktu dengan variasi konsentrasi larutan pertumbuhan dan variasi konsentrasi inhibitor, masing-masing akan diplot sebagai jumlah endapan terhadap waktu. Morfologi kerak CaSO 4 sebelum atau sesudah penambahan inhibitor dianalisis menggunakan SEM. Perubahan ukuran partikel dari kelimpahan CaSO 4 pada masing-masing endapan dari setiap percobaan yang dilakukan juga dianalisis dengan PSA.

Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Jerawat

45 235 99

Efektivitas Ekstrak Daun Belimbing Wuluh sebagai Bahan Inhibitor Korosi pada Kawat Ortodonsi Berbahan Dasar Nikel-Titanium

0 3 6

STUDI PENGGUNAAN SENYAWA TDMACMKR DAN EKSTRAK GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

0 17 50

STUDI PENDAHULUAN EKSTRAK KULIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DAN NALCO 72990 SEBAGAI PEMBENTUKAN INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

1 13 41

EFEK PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

3 59 44

EFEK PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE SEEDED EXPERIMENT

0 11 42

STUDI PENAMBAHAN SENYAWA EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu, L.) SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM SULFAT (CaSO4) DENGAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

4 26 58

STUDI PENGGUNAAN SENYAWA EKSTRAK GAMBIR DAN TDMACMKR SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM SULFAT (CaSO 4 ) DENGAN METODE UNSEEDED

0 2 7

PENGARUH PENGGUNAAN KEMENYAN (Styrax benzoin dryand) SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM SULFAT (CaSO4)

8 27 54

EFEK PENAMBAHAN EKSTRAK GAMBIR ( Uncaria gambier Roxb), KEMENYAN PUTIH ( Styrx benzoin Dryand), DAN ADITIF GOLONGAN KARBOKSILAT SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

0 16 70