Kebutuhan Informasi Mahasiswa Progam Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) FK-UI dalam Memenuhi Tugas Journal Reading

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Kebutuhan Informasi Mahasiswa Progam Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS) FK-UI dalam Memenuhi Tugas Journal Reading
Ishak
Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi
Universitas Sumatera Utara
Abstract
The objective of this research is to identify and to describe the information need of medical
students, 2004, Faculty of Medicine, University of Indonesia, in supporting journal reading.
This research tries to identify selected subject, information use, type of collections, information
format, information resources, and the library service needed. This research was conducted to
35 students from 24 specialist education programs in medical by giving questionnaires.
Keywords: Information Needs, Information Use, Information Resources, Journal Reading
Pendahuluan
Pelaksanaan Program Pendidikan Dokter
Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (selanjutnya disingkat PPDS FKUI) berpegang pada Tridharma Perguruan
Tinggi, di mana unsur penelitian merupakan
salah satu komponen dalam program
pendidikan tersebut. Unsur penelitian ini

tercantum dalam tujuan umum PPDS FK-UI
butir ketiga yaitu untuk menghasilkan lulusan
yang mampu menentukan, merencanakan,
melaksanakan pendidikan, penelitian mandiri,
dan mengembangkan ilmu ke tingkat
akademik yang lebih tinggi. Kepentingan
penelitian juga dituangkan dalam Kebijakan
Dasar Pengembangan Jangka Panjang
Universitas Indonesia tahun 1990 – 2010.
Salah satu tema pokok pengembangan
program
pendidikan
disiapkan
untuk
mewujudkan universitas riset (research
university) (UI, 1999).
Mahasiswa PPDS FK-UI sebelum memasuki
program studi masing-masing diberikan paket
metodologi penelitian berupa kuliah sebesar 2
SKS,

bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan tentang penelitian. Paket
penyelenggaraan metodologi penelitian bagi
mahasiswa PPDS terdiri dari: a) kursus
pendahuluan metode penelitian, b) kursus
lanjutan menjelang peserta PPDS melakukan
penelitian, dan c) journal reading. Fokus
pada penelitian ini adalah kegiatan journal

reading sebagai salah satu bagian dari paket
metodologi penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas penelitian peserta
PPDS FK-UI. Kegiatan journal reading
dilakukan agar mahasiswa dapat memahami
berbagai metodologi penelitian ilmiah yang
telah dilakukan dan dimuat di berbagai
sumber informasi.
Perpustakaan Fakultas Kedokteran UI

(selanjutnya disingkat Perpustakaan FK-UI),
sebagai
pengelola
informasi
dalam
penyelenggaraannya mempunyai tugas dan
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
informasi dan memberikan fasilitas akses
informasi terhadap pemakai perpustakaan.
Dukungan yang diberikan perpustakaan FKUI untuk kegiatan perkuliahan tersebut,
adalah menyediakan jasa layanan penelusuran
literatur, langganan fotokopi daftar isi jurnal
terbaru, layanan audio visual, jasa pembuatan
slide presentasi, dan lain-lain.
Penelitian ini dilakukan untuk memberi
gambaran apakah sumber informasi dan jasa
layanan yang tersedia pada perpustakaan FKUI sudah membantu dalam memenuhi
kebutuhan informasi mahasiswa PPDS FKUI, sumber informasi apa yang digunakan,
dan bagaimana upaya pencarian informasi
yang dilakukan, apakah mahasiswa PPDS

menggunakan sumber informasi dan jasa
layanan perpustakaan FK-UI atau mencari
sumber informasi di luar perpustakaan FK-UI.
Halaman 90
Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Tinjauan Literatur
Konsep Kebutuhan informasi
Kata kebutuhan dapat diartikan sebagai
sesuatu yang harus dimiliki seseorang.
Sehingga kebutuhan informasi dapat diartikan
informasi yang harus dimiliki seseorang.
Mengapa seseorang membutuhkan informasi
dan kapan munculnya kebutuhan informasi
tersebut? Belkin (1978: 55) dengan konsep
Anomalous State of Knowledge (ASK)
memberikan batasan tentang kebutuhan
informasi sebagai berikut: “… when a person

recognizes something wrong in his or her state of
knowledge and wishes to resolve the anomaly.”
Belkin menyatakan bahwa kebutuhan
informasi terjadi ketika seseorang menyadari
adanya
kekurangan
dalam
tingkat
pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu
dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut.
Krikelas (1983: 5) mendefinisikan kebutuhan
informasi sebagai berikut, “… when the
current state of possessed knowledge is less
than needed”. Krikelas menyatakan bahwa
kebutuhan
informasi
timbul
ketika
pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang
dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong

seseorang untuk mencari informasi.
Kuhlthau (1991) juga memberikan batasan
pengertian kebutuhan informasi. Kuhlthau
menyatakan bahwa kebutuhan informasi
muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang
ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan
informasi yang diperlukan. Selanjutnya
Crawford (dalam Devadason, 1996)
mengemukakan bahwa kebutuhan informasi
sulit didefinisikan dan diukur karena
melibatkan proses kognitif dengan tingkat
kesadaran yang berbeda-beda. Hal senada
juga diungkapkan Krikelas (1983) yang
menyatakan bahwa adanya kesulitan dalam
menentukan kebutuhan informasi, yakni
membedakan kapan kebutuhan itu disadari
dan bagaimana kebutuhan itu diungkapkan.
Analisis Kebutuhan Informasi
Penelitian terhadap kebutuhan informasi di
bidang perpustakaan sudah dimulai sejak

Halaman 91

tahun 1916 di Inggris melalui survei
bagaimana perpustakaan digunakan dan siapa
saja yang menggunakan. Awalnya penelitian
berfokus pada penggunaan sistem bukan pada
pemakai. Baru pada tahun 1980-an kajian
beralih kepada pemakai (user center) (Wilson,
2000).
Memahami kebutuhan informasi pemakai
sebenarnya untuk mengetahui antara lain: a)
siapa pemakai potensial perpustakaan, b) apa
yang mereka pelajari dan teliti, c) sumber
informasi dan layanan perpustakaan apa yang
mereka butuhkan, d) bagaimana pengetahuan
mereka tentang sumber informasi dan layanan
yang ada di perpustakaan, e) bagaimana
mereka menggunakan sumber informasi dan
perpustakaan, dan f) bagaimana mereka
menjadikan perpustakaan sebagai nilai tambah

dalam membantu menyelesaikan tugas dan
pekerjaan (Hiller, 2004).
Jika pengelola informasi bisa memahami
kebutuhan informasi pemakai, maka akan
membantu dalam pengembangan layanan
perpustakaan, di antaranya: a) peningkatan
apa saja yang dapat dilakukan untuk
memanfaatkan layanan yang sudah ada, b)
usaha apa saja yang harus dilakukan agar
layanan dan sumber informasi perpustakaan
diketahui secara lebih baik oleh pemakai, dan
c) program kerja apa saja yang dapat
dijalankan untuk mempertemukan layanan
yang ada dengan kebiasaan pencarian
informasi pemakai (Chaudry, 1993).
Hiller (2004) mengemukakan bahwa upaya
pengelola informasi untuk memahami
kebutuhan informasi pemakai, berdasarkan
pada konsep user center, yaitu: a) menyesuaikan
koleksi dan sumber informasi dengan kebutuhan

pemakai, b) mengidentifikasi perbedaan
kebutuhan informasi pemakai, c) mendukung
pendistribusian dana yang wajar dan adil, dan
d) menjamin perpustakaan mempu merespons
kebutuhan pemakai.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dan perilaku
pemakai dari suatu jasa perpustakaan secara
sistematis adalah dengan kajian pemakai (user
studies). Kajian pemakai banyak dipengaruhi
ilmu psikologi dan sosiologi (Darmono dan

Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Ardoni, 1994). Ilmu psikologi menjelaskan
faktor internal manusia melalui perilaku
manusia, dalam kajian pemakai difokuskan
pada perilaku manusia terhadap informasi.

Aspek sosiologi menjelaskan perilaku
manusia sebagai anggota masyarakat. Perilaku
manusia sangat dipengaruhi oleh kedudukan
manusia di antara komunitasnya.
Kebutuhan
informasi
seseorang
sulit
didefinisikan dan diukur karena melibatkan
proses kognitif dengan tingkat kesadaran yang
berbeda-beda. Juga sulit untuk membedakan
kapan kebutuhan itu disadari dan bagaimana
kebutuhan itu diungkapkan (Krikelas, 1983).
Sementara itu Leckie dkk. (1996) dan
Nicholas
(2000)
mencoba
menjawab
permasalahan ini dengan mencari karakteristik
dari kebutuhan informasi tersebut. Leckie dkk.

(1996) juga menyatakan bahwa pengetahuan
tentang sumber informasi (awareness of
information sources) yang akan digunakan,
seperti kecepatan akses (accessibility),
kualitas
(quality),
ketepatan
waktu
(timeliness), kepercayaan (trustworthiness),
kebiasaan (familiarity) dan keberhasilan
sebelumnya (previous success) akan berdampak
langsung pada pelaksanaan pencarian
informasi (information is sought).
Identifikasi kebutuhan informasi pemakai
Kebutuhan informasi pemakai selalu berubah
dan berkembang, sehingga sulit untuk
menentukannya secara tepat. Alasan tersebut
didukung oleh pendapat Moores (1981: 83)
yang menyatakan: “They have customer’s
needs that are changing all the time.
Understanding how these needs are changing
is obviously an essential element when
designing future service”. Perpustakaan
memiliki pemakai yang kebutuhannya terus
berubah. Memahami bagaimana kebutuhan itu
berubah merupakan unsur penting dalam
perencanaan layanan informasi di masa
mendatang. Memahami kebutuhan informasi
pemakai memerlukan kerja sama antara
pengelola informasi dan pemakai informasi.
Chaudry (1993: 5) menyatakan: “Ascertaining
information needs is indeed a complex
phenomenon. Even users themselves, most of
time, have difficulty in clearly defining and
expressing
their
information
needs”.

Memastikan kebutuhan informasi pemakai
merupakan suatu fenomena yang rumit,
bahkan pemakai sendiri sering merasa
kesulitan
dalam
mengungkapkan
dan
mengidentifikasi kebutuhan mereka.
Berrie (dalam Newhouse, 1990) melihat dua
manfaat paling penting dari usaha untuk
mengetahui kebutuhan informasi pemakai,
yaitu: a) mendorong komunikasi antara
pengelola
informasi
dengan
pemakai
informasi, dan b) mengidentifikasi antara
ketersediaan sumber informasi di perpustakaan
dengan kebutuhan pemakai.
Prawati (2003) menyatakan bahwa untuk
mengidentifikasi kebutuhan informasi dapat
dilakukan dengan: a) current approach, yaitu
memperhatikan kebutuhan pengguna akan
informasi mutakhir, b) everyday approach,
yaitu kebutuhan pengguna akan informasi
yang diperlukan sehari-hari, c) exhaustive
approach, yaitu kebutuhan pengguna akan
informasi secara menyeluruh, dan d) catchingup approach, yaitu kebutuhan pengguna akan
informasi yang cepat dan singkat.
Chowdhury (1999) mengatakan bahwa
kebutuhan informasi merupakan suatu konsep
yang samar. Kebutuhan informasi muncul
ketika seseorang menyadari pengetahuan yang
ada padanya tidak cukup untuk mengatasi
permasalahan tentang subjek tertentu.
Selanjutnya Chowdhury menyatakan sifatsifat kebutuhan informasi antara lain: a)
mempunyai konsep yang relatif, b) berubah
pada periode tertentu, c) berbeda antara satu
orang dengan orang lain, d) dipengaruhi oleh
lingkungan, e) sulit diukur secara kuantitas, f)
sulit diekspresikan, g) seringkali berubah
setelah seseorang menerima informasi lain.
Hal senada juga diungkapkan Devadason
(1996) bahwa kebutuhan informasi tergantung
pada kegiatan kerja, disiplin ilmu/bidang
pekerjaan/minat, fasilitas yang tersedia,
kedudukan atau jabatan seseorang, motivasi,
kebutuhan untuk mengambil keputusan,
kebutuhan untuk menemukan ide baru,
kebutuhan mencari kebenaran, dan lain-lain.
Devadason (1996) juga menyatakan bahwa
kebutuhan informasi dipengaruhi oleh
Halaman 92
Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

berbagai faktor seperti, a) ketersediaan
sumber informasi, b) kegunaan informasi, c)
latar belakang, motivasi, kepentingan
profesional, dan karakteristik lain yang
dimiliki pemakai, d) sosial, politik, ekonomi,
hukum dan sistem yang berkaitan dengan
pemakai, dan e) konsekuensi dari penggunaan
informasi.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan
Informasi

pencari informasi, meliputi, ketepatan,
ketekunan mencari informasi, pencarian
secara sistematis, motivasi dan kemauan
menerima informasi dari teman, kolega dan
atasan, c) waktu, d) akses, yaitu menelusur
informasi secara internal (di dalam organisasi)
atau eksternal (di luar organisasi), dan e)
sumber daya teknologi yang digunakan untuk
mencari informasi.

Pannen (1990) mengatakan bahwa faktor yang
paling umum mempengaruhi kebutuhan
informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan
profesi, disiplin ilmu yang diminati,
kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan. Hal
senada juga dikatakan Wilson (1981) bahwa
kebutuhan informasi berkaitan erat dengan
masalah yang dihadapi, kesenjangan atau
ketidak
berdayaan
seseorang
dalam
mendapatkan sumber informasi.

Sementara itu Crawford (dalam Devadason,
1996)
menyatakan
bahwa
kebutuhan
informasi
tergantung
pada:
kegiatan
pekerjaan, disiplin ilmu, tersedianya berbagai
fasilitas, jenjang jabatan individu, faktor
motivasi terhadap kebutuhan informasi,
kebutuhan untuk mengambil keputusan,
kebutuhan untuk mencari gagasan baru,
kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang
tepat,
kebutuhan
untuk
memberikan
kontribusi professional, dan kebutuhan untuk
melakukan penemuan baru.

Nicholas (2000) menyatakan bahwa ada lima
faktor yang mempengaruhi kebutuhan
informasi pemakai, yaitu: a) jenis pekerjaan,
b) personalitas, yaitu aspek psikologi dari

Wilson (1981) juga menguraikan faktor yang
secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan
informasi, seperti digambarkan pada Gambar1.

KEBUTUHAN INFORMASI

Gambar – 1: Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
(Sumber: Wilson, 1994)

Halaman 93

Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Pada Gambar tersebut di atas terdapat tiga
faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan
informasi, yaitu:
a. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu
meliputi kebutuhan psikologis (psychological
needs), kebutuhan afektif (affectif needs)
dan kebutuhan kognitif (cognitive needs).
Ketiga kebutuhan ini secara langsung
mempengaruhi kebutuhan informasi.
b. Peran sosial (social role)
Peran sosial meliputi peran kerja (work
role) dan tingkat kinerja (performance
level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan
yang ada dalam diri individu.
c. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan, meliputi lingkungan
kerja (work environment), lingkungan
sosial-budaya (social-cultural environment),
lingkungan politik-ekonomi (politiceconomic environment) dan lingkungan
fisik (physical environment) mempengaruhi
faktor peran sosial maupun faktor
kebutuhan individu. Sehingga terjadi
pengaruh
bertingkat
yang
akan
membentuk kebutuhan informasi.
Karakteristik Kebutuhan Informasi
Leckie dkk. (1996) menyatakan bahwa
kebutuhan
informasi
memiliki
enam
karakteristik yang dapat menunjukkan wujud
dari kebutuhan informasi itu, yaitu: a)
demografis
seseorang,
seperti
tingkat
pendidikan atau usia, b) konteks, misalnya
kebutuhan khusus, kebutuhan internal atau
eksternal, c) frekuensi, misalnya apakah
kebutuhan informasi itu berulang atau baru, d)
kemungkinan, misalnya apakah kebutuhan
informasi tersebut dapat diramalkan atau tidak
terduga, e) kepentingan, misalnya kebutuhan
informasi dilihat dari tingkat urgensinya, dan
f) kerumitan, misalnya kebutuhan informasi
tersebut mudah atau sulit untuk dipecahkan.
Sementara itu Nicholas (2000) menyatakan
bahwa kebutuhan informasi memiliki sebelas
karaktersitik yang dapat menunjukkan wujud
dari kebutuhan informasi tersebut. Berikut
uraian singkat dari kesebelas karakteristik
kebutuhan informasi.

a. Pokok Masalah (Subject)
Subjek yang terkandung dalam suatu
informasi
merupakan
karakteristik
kebutuhan informasi yang paling jelas dan
segera terlihat. Ada tiga aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menguraikan
pokok masalah, yaitu: 1) berapa banyak
pokok masalah yang terkandung dalam
suatu informasi, 2) seberapa jauh
kedalaman pokok masalah itu, dan 3)
apakah
terdapat
masalah
dalam
menentukan subjek yang lebih rinci.
b. Fungsi (Function)
Setiap pemakai informasi memiliki fungsi
yang berbeda-beda dalam memanfaatkan
informasi, tergantung pada kegiatan dan
hasil kegiatan dari pemakai informasi.
Pada dasarnya pemakai membutuhkan
informasi dengan tujuan untuk memenuhi
lima fungsi pokok, yaitu: 1) fungsi temuan
(fact-finding), 2) fungsi aktualisasi informasi
(current awareness), 3) fungsi penelitian
(research), 4) fungsi penyegaran (briefing),
dan 5) fungsi pendorong (stimulus).
c. Sifat (Nature)
Sifat informasi merujuk pada ciri esensial
yang ada pada suatu informasi, yaitu
apakah informasi itu memiliki salah satu
sifat berikut, seperti: berubah pada
periode tertentu, atau kebutuhan informasi
berbeda antara satu orang dengan yang
lainnya.
d. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)
Informasi baru dapat dipahami secara
efektif oleh pemakai bila memiliki
prasyarat keluasan pengetahuan minimum
atau tingkat kecerdasan tertentu. Sehingga
dalam konsep kebutuhan informasi
terkandung karakteristik yang berkaitan
dengan tingkat intelektual pemakai.
e. Titik Pandang (Viewpoint)
Informasi dalam ilmu sosial sering
dituangkan dengan titik pandang atau
pendekatan tertentu. Untuk memudahkan
titik pandang tersebut maka dibuat
kategori berdasarkan pada pemikiran,
orientasi politik, pendekatan positif –
negatif, dan orientasi disiplin ilmu.
f. Kuantitas (Quantity)
Pemakai informasi membutuhkan jumlah
atau kuantitas yang berbeda dalam
memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau
dalam memecahkan suatu permasalahan.
Halaman 94
Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Jumlah informasi yang dibutuhkan sangat
tergantung pada sifat individu pemakai,
artinya setiap pemakai dianggap mampu
menentukan batasan kebutuhan informasi
masing-masing
g. Kualitas (Quality)
Kualitas kebutuhan informasi sangat
tergantung pada sifat individu pemakai
informasi. Sehingga keputusan penggunaan
informasi berdasarkan pada kualitas ini
bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan
pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan
kualitas secara tepat, sangat diperlukan
pemahaman yang mendalam terhadap
pemakai informasi.
h. Batas Waktu Informasi (Date)
Untuk memahami kebutuhan informasi
pemakai berdasarkan karakteristik batas
waktu informasi, ada dua pertanyaan yang
harus diajukan. Pertanyaan tersebut
adalah: 1) seberapa lama informasi masa
lampau yang diperlukan? dan 2) seberapa
baru informasi yang diperoleh?
Pertimbangan utama yang menentukan
ialah berapa lama umur informasi dalam
simpanan berkas yang ada. Informasi
pada setiap disiplin ilmu yang ada akan
memiliki umur penyimpanan berkas
informasi berbeda-beda.
i. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)
Informasi diupayakan secepatnya sampai
pada pemakai, dan diharapkan tidak
terhenti dalam masa transit atau
penyebarannya,
sehingga
aktualitas
informasi dapat dijaga. Hal ini berarti
informasi jangan sampai tidak up-to-date
kemanfaatannya.
j. Tempat Asal Publikasi (Place)
Bagi pemakai informasi, tempat asal
publikasi bisa menjadi masalah. Masalah
tersebut berhubungan dengan tiga hal
utama, yaitu: 1) pokok masalah dalam
informasi, 2) posisi pengguna, dan 3)
kelancaran bahasa.
k. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing
and Packaging)
Pemrosesan berkaitan dengan cara
penyajian informasi dari pokok pikiran
dan riset yang sama, sedangkan
pengemasan berkaitan dengan tampilan
luar atau bentuk fisik dari informasi.

Halaman 95

Selanjutnya
untuk
mengetahui
wujud
kebutuhan
informasi
pemakai,
dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada tiga
karaktersitik saja, yaitu subjek, fungsi atau
manfaat, dan format informasi yang ada
hubungannya dengan jenis koleksi. Ketiga
karakterisik ini dianggap lebih mudah
ditanyakan kepada pemakai. Pengetahuan
pemakai tentang sumber informasi dan
layanan perpustakaan juga difokuskan dalam
penelitian ini, dengan tujuan dapat memberi
kontribusi bagi penyelenggara perpustakaan,
khususnya perpustakaan FK-UI.
Metode dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei,
dengan tujuan untuk memberi gambaran yang
tepat dari suatu gejala. (Tan, dalam
Koentjaraningrat, 1993). Dalam penelitian ini,
survei
dilakukan
untuk
mendapatkan
gambaran mengenai kebutuhan informasi
mahasiswa PPDS FK-UI yang terdaftar pada
24 program studi dalam rangka memenuhi
tugas journal reading. Kehandalan penelitian
survei tergantung pada: a) jumlah orang yang
dijadikan sampel, b) taraf hingga mana
sampel itu representative, artinya mewakili
kelompok yang diselidiki, dan c) tingkat
kepercayaan informasi yang diperoleh dari
sampel itu (Nasution, 2003).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang terdaftar sebagai peserta
PPDS FK-UI angkatan 2004. Mahasiswa
PPDS FK-UI angkatan 2004 tersebar pada 24
program studi dan berjumlah 352 orang.
Jumlah mahasiswa pada setiap program studi
seperti terlihat pada Tabel – 1.
Penentuan ukuran sampel pada penelitian
deskriptif, menurut Gay (dalam Sevilla dkk.,
1993) dan Nasution (2003) dapat diambil
sebesar 10% dari jumlah populasi. Dengan
demikian ukuran sampel pada penelitian ini
jika dihitung 10% dari jumlah populasi (n =
352) adalah 35. Dari 24 program studi yang
ada
dihitung
pengambilan
sampel

Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Tabel – 1: Mahasiswa PPDS FK-UI Angkatan 2004
No

Jumlah Populasi
(N)
21
11
28
27
10
21
10
20
13
12
13
21
16
20
12
12
13
11
12
10
9
11
10
9
352

Program Studi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Ilmu Penyakit Dalam
Ilmu Bedah
Ilmu Kesehatan Anak
Obstetri & Ginekologi
Ilmu Penyakit Saraf
Psikiatri
Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin
Ilmu Penyakit Mata
Ilmu Penyakit THT
Radiologi
Ilmu Kedokteran Forensik
Kardiologi
Pulmonologi
Anestesiologi
Ilmu Bedah Orthopaedi
Patologi Anatomi
Patologi Klinik
Urologi
Ilmu Bedah saraf
Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
Ilmu Kedokteran Olahraga
Ilmu Bedah Plastik
Mikrobiologi Klinik
Farmakologi Klinik
Jumlah
(Sumber: Seketariat PPDS FK-UI)

dengan menggunakan
dengan rumus:
ni = (

N1
N

alokasi

sebanding,

) x n, untuk i = 1, 2, 3, … k

di mana: N1 = jumlah populasi pada 1, 2, 3, …k
N = jumlah semua populasi
n = jumlah sampel yang ditetapkan
Misalnya, jumlah populasi pada program studi
Ilmu Penyakit Dalam 21 orang, Jumlah
sampel ditetapkan 35, dengan menggunakan
rumus alokasi sebanding maka jumlah sampel
yang akan diambil pada program studi Ilmu
Penyakit Dalam adalah 21/352x35=2,08.
Jumlah sampel yang ditetapkan untuk
program studi Ilmu Penyakit Dalam menjadi 2
orang. Demikian seterusnya perhitungan

penentuan jumlah sampel dilakukan untuk
semua program studi.
Strategi pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan secara sampel aksidental, karena
metode ini sangat mudah, murah, dan cepat
untuk dilakukan (Nasution, 2003).
Variabel penelitian
Variabel adalah faktor-faktor yang berperan
dalam suatu penelitian atau dapat pula diartikan
sebagai sesuatu objek pengamatan penelitian
berupa faktor yang memiliki variasi nilai. Faktor
atau objek pengamatan tersebut dapat berupa
gejala, kondisi, kemampuan, sikap, perilaku dan
lain-lain (Poerwanti, 2000).
Variabel dalam penelitian ini adalah seperti
terlihat padaTabel – 2.

Halaman 96
Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Tabel – 2: Variabel dan Definisi Operasional
Variabel terikat
Kebutuhan informasi

Variabel bebas

Definisi operasional

1 subjek/permasalahan
2. manfaat

1.
2.

3. jenis koleksi
informasi

dan

format
3.

4. sumber informasi
4.
5. layanan perpustakaan
5.

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Pemilihan alat ini
berdasarkan pendapat Nasution (2003) yang
menyatakan bahwa untuk memperoleh
informasi pada penelitian survei dapat
menggunakan metode kuesioner, wawancara,
observasi langsung, atau kombinasi beberapa
teknik pengumpulan data.
Kuesioner disebarkan pada 35 mahasiswa
PPDS FK-UI angkatan 2004 yang dijadikan
sampel dan penyebaran kuesioner pada 24
program studi diperlakukan secara proporsional.
Upaya ini dilakukan agar sampel benar-benar
representatif.
Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan mengenai
penilaian responden terhadap kebutuhan
informasi.
Jawaban
dalam
kuesioner
bentuknya berupa pilihan, daftar urutan, skala,
serta pertanyaan terbuka.
Analisis Data
Data yang sudah terkumpul dianalisis
menggunakan Tabel Distribusi Frekuensi.
Data tersebut diperoleh dari jawaban yang
beragam pada kuesioner yang terkumpul dan
dikelompokkan ke dalam kode kategori. Data
yang sudah dikelompokkan dibuatkan lembar
ringkasan (summary sheet) dan kemudian

Halaman 97

masalah yang timbul akibat
tugas journal reading
kegunaan, nilai, dan arti
informasi yang diperoleh
jenis koleksi yang dibutuhkan
untuk tugas journal reading,
termasuk format informasi
yang dipilih, tercetak atau
elektronik
individu, organisasi, institusi
dan lembaga yang dianggap
penting untuk mendukung
tugas journal reading
jasa layanan yang tersedia di
perpustakaan yang dibutuhkan
pemakai

dibuat tabulasi sesuai dengan analisis yang
digunakan, antara lain: daftar urutan, tabel
presentase, dan tabel distribusi frekuensi.
Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa:
a. Daftar urutan, yaitu dengan menjumlahkan
pernyataan yang dipilih oleh responden
secara berurut.
b. Skala numerik, yaitu dengan menjumlahkan
semua angka pada setiap pernyataan
kemudian membaginya sesuai dengan
jumlah responden.
c. Persentase pilihan pernyataan yang dipilih
responden dari sejumlah pilihan.
Data yang diperoleh dari pertanyaan terbuka
dikelompokkan ke dalam kategori. Kemudian
kategori ini dimasukkan dalam lembar
ringkasan dan ditabulasikan dengan menyusun
tabel persentase.
Pengolahan data dibantu dengan program
SPSS ver 10.0 for Windows. Program ini
digunakan untuk mengetahui jumlah frekuensi
dan penyebaran data yang diperoleh
berdasarkan program studi. Adapun prosedur
pengolahan data yang dilakukan menggunakan
program SPSS adalah:
• Editing, yaitu melakukan pengecekan
isian kuesioner. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah jawaban yang ada
pada kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan
dan konsisten.

Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006





spesifik mengenai pokok permasalahan untuk
tugas journal reading, dijawab oleh 14
responden (40%). Subjek atau permasalahan
yang dipilih responden seperti terlihat pada
Tabel – 3. Selanjutnya responden yang
memberikan
jawaban
umum
dengan
menyatakan ”masalah yang berhubungan
dengan program studi” dijawab oleh 21
responden (60%).

Coding, yaitu merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka atau
bilangan. Misalnya untuk sub-variabel
format informasi dilakukan coding 1 =
tercetak, 2 = elektronik, dan 3 = keduanya
(tercetak dan elektronik). Coding digunakan
untuk mempermudah saat analisis data
dan mempercepat entri data.
Processing, yaitu melakukan entri data
dari kuesioner ke program SPSS untuk
dapat dianalisis.
Cleaning, yaitu melakukan pengecekan
kembali data yang sudah dientri untuk
menghindari kesalahan pada saat analisis
data.

Selanjutnya setelah entri data dianggap benar,
maka dilakukan analisis data. Analisis data
menggunakan analisis deskriptif, tujuannya
untuk dapat menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik dari variabel yang diteliti. Untuk
data numerik digunakan nilai rata-rata,
sedangkan data kategorik digunakan jumlah
dan persentase.

Pokok masalah yang terkandung dalam suatu
informasi yang dinyatakan responden dari 8
program
studi
tersebut
merupakan
karakteristik kebutuhan informasi yang paling
jelas dan segera dapat dilihat. Pokok masalah
tersebut juga tergantung minat responden
seperti yang telah diungkapkan Nicholas
(2000). Subjek yang berhubungan dengan
dispilin ilmu pemakai, dalam hal ini
mahasiswa
PPDS,
diperlukan
untuk
menentukan jenis koleksi yang akan
disediakan perpustakaan sebagai sumber
informasi bagi pemakai, seperti yang
dikatakan Atherton (1977).

Hasil dan Pembahasan

Jenis dan Format Informasi

Subjek yang Berhubungan Dengan Tugas
Journal Reading

Berdasarkan data mengenai jenis koleksi yang
digunakan responden untuk mendukung tugas
journal reading, sumber informasi primer
yang dipandang sangat penting adalah jurnal
ilmiah (68,60%) dan buku (57,10%).



Jawaban responden mengenai subjek yang
berhubungan dengan tugas journal reading,
dikelompokkan pada jawaban yang bersifat
umum dan jawaban spesifik. Jawaban yang

Tabel – 3: Subjek yang Berhubungan dengan Tugas Journal Reading
No

Program Studi

Jumlah
Responden

1

Ilmu Penyakit Dalam

2

2

Obstetri & Ginekologi

3

3

Psikiatri

2

4

Ilmu Penyakit Mata

2

5

Ilmu Penyakit THT

2

6

Ilmu Kedokteran Forensik

1

7
8

Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
Ilmu Bedah Plastik
Jumlah

1
1
14

Subjek Masalah
Patofisiologi, epidemiologi, Hypertension,
Diabetic fort
SLE in pregnancy Retensio urin post partum,
Diabetes mellitus in pregnancy PPH, ECV, RPL
Depresi, Ketergantungan zat, Psikiatri
komunitas
Glaukoma, Kelainan retina, Kelainan kornea
Kelainan infeksi imunologi, Trabeculectomy
Otologi, Rinologi, Laring-faringologi,
Plastik rekonstruksi
Basic toxicology drugs, Blood group
laboratory, Thanatology (Post mortem sign)
Low back pain, Neuro imaging
Perioperatif, Teknik operasi

Halaman 98
Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Sedangkan sumber primer yang dipandang
penting adalah laporan penelitian dan
tesis/disertasi. Ini berarti jenis koleksi tersebut
selalu dibutuhkan responden sebagai sumber
informasi untuk mendukung tugas journal
reading. Penggunaan sumber primer ini
(jurnal, buku, laporan penelitian, tesis/
disertasi) karena dipengaruhi oleh kebutuhan
dan pengetahuan responden untuk terus
mengikuti perkembangan informasi bidang
kedokteran dengan cara membaca sumber
primer terutama jurnal ilmiah. Adapun jurnal
yang rutin dibaca oleh 35 responden adalah 67
judul jurnal ilmiah. Terdiri dari 66 judul
terbitan luar negeri dan 1 judul terbitan dalam
negeri. Kemudian terdapat 2 pangkalan data
jurnal yang diakses melalui internet, yaitu
Medscape dan Proquest Medical Journal.
Judul jurnal tersebut mencakup 24 program
studi PPDS yang ada di lingkungan FK-UI.
Responden umumnya masih memilih format
informasi tercetak (69,52%) dibanding dengan
format elektronik (30,48%). Format tercetak
untuk jenis koleksi buku dipilih responden
dengan jumlah frekuensi 34 kali. Format
informasi
elektronik
yang
digunakan
responden terbanyak adalah jenis koleksi
jurnal ilmiah dengan jumlah frekuensi 26 kali.
Hal ini juga didukung oleh tersedianya
fasilitas akses journal electronic melalui
database proquest medical journal yang
dilanggan
perpustakaan
FK-UI
dan
tersedianya akses internet gratis di
laboratoriun komputer FK-UI.

Sumber Informasi
Sumber informasi pertama yang digunakan
responden dalam menyelesaikan tugas journal
reading adalah koleksi sendiri, dipilih
sebanyak 17 responden (53,13%) dan internet
dipilih sebanyak 12 responden (34,29%). Bila
belum
menemukan
informasi
yang
dibutuhkan, responden akan mencari ke
sumber informasi berikutnya yaitu koleksi
pada perpustakaan program studi dipilih
sebanyak 9 responden (25,71%) dan bertanya
pada teman dipilih sebanyak 8 responden
(25%).
Selanjutnya sumber informasi yang dihubungi
responden sebagai alternatif kelima adalah
koleksi pada perpustakaan FK-UI dipilih
sebanyak 10 responden (28,57%) dan
bertanya pada dosen dipilih sebanyak 7
responden (21,88%). Sebagai urutan ke-7
yang dipilih responden sebagai sumber
informasi yang dihubungi adalah koleksi di
luar perpustakaan FK UI dipilih sebanyak 10
responden (31,25%), sedangkan toko buku
merupakan sumber informasi terakhir yang
dihubungi dipilih sebanyak 19 responden
(61,29%). Sumber informasi diluar perpustakaan
FK-UI yang dikunjungi responden adalah
perpustakaan Bristol Myers Squibb (BMS)
Indonesia dipilih sebanyak 16 responden
(45,71%), perpustakaan Eijkman dipilih
sebanyak 8 responden (22,86%) dan
perpustakaan Rumah Sakit Persahabatan Kita
dipilih sebanyak 1 responden (2,86%).

Tabel – 4: Format Informasi yang Dipilih Responden

Jenis koleksi
f
1. Jurnal ilmiah
2. Buku
3. Laporan Penelitian
4. Tesis/Disertasi
5. Abstrak
6. Surat kabar
Jumlah
Keterangan: f = frekuensi

Halaman 99

14
34
22
27
14
19
130

Format informasi
Tercetak
Elektronik
Persentase
Persentase
f
(%)
(%)
35,00
26
65,00
100,00
73,33
8
26,67
96,43
1
3,57
42,42
19
57,58
86,36
3
16,64
69,52
57
30,48

Jumlah
f
40
34
30
28
33
22
187

Persentase
(%)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

yang tepat menurut tingkat uraian dan
ketelitian (Leckie et al., 1996).

Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan FK-UI yang paling
banyak digunakan responden adalah layanan
fotokopi dokumen (32,63%), selanjutnya
layanan penelusuran (29,476%), layanan
peminjaman (25,26%), dan layanan fotokopi
daftar isi majalah (12,64%).
Tabel – 5: Jenis layanan Perpustakaan yang
Digunakan
Jenis layanan
Layanan fotokopi
dokumen
Layanan penelusuran
Layanan peminjaman
Layanan fotokopi
daftar isi majalah
Jumlah
Keterangan: f = frekuensi

f

Persentase (%)

31

32,63

28
24

29,47
25,26

12

12,64

95

100,00

Setelah mengetahui jenis layanan perpustakaan
FK-UI yang digunakan responden untuk
memenuhi tugas journal reading, selanjutnya
perlu diketahui sarana yang digunakan
responden untuk memesan informasi yang
dibutuhkan, sehingga dapat diungkapkan
dengan cara apa responden memesan informasi.
Cara responden untuk memesan informasi
umumnya dengan datang sendiri ke
perpustakaan FK-UI, dipilih sebanyak 33
responden (94,30%). Hanya 1 responden yang
menggunakan electronic mail, dan tidak ada
responden yang memilih telepon dan faksimili
sebagai sarana untuk memesan informasi.
Tabel – 6: Cara Responden Memesan
Informasi
Cara memesan
informasi
Datang sendiri
Electronic mail
Telepon
Faksimili
Jumlah
Keterangan: f = frekuensi

f
33
1
0
0
34

Persentase
(%)
97,06
2,94
0,00
0,00
100,00

Responden selalu mendatangi sendiri sumber
informasi yang dibutuhkan dalam rangka
menyelesaikan tugas journal reading. Cara ini
dilakukan karena responden membutuhkan
informasi yang lengkap dan hasil pencarian

Kesimpulan
Subjek yang dipilih mahasiswa PPDS FK-UI
angkatan 2004 dalam memenuhi tugas journal
reading umumnya berhubungan dengan minat
dan program studi yang dipilih responden.
Untuk memenuhi tugas tersebut responden
membutuhkan jenis koleksi jurnal ilmiah,
khususnya terbitan luar negeri dalam format
elektronik. Jenis koleksi buku, laporan
penelitian, tesis/disertasi, dan abstrak juga
dibutuhkan mahasiswa sebagai bahan
pendukung untuk tugas journal reading.
Penelitian ini juga dapat menggambarkan bahwa
mahasiswa cenderung menggunakan format
elektronik untuk mengakses jurnal ilmiah.
Layanan yang paling banyak diminati di
perpustakaan FK-UI adalah layanan fotokopi
dokumen dan layanan penelusuran informasi.
Umumnya mahasiswa datang sendiri ke
perpustakaan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Fasilitas lain yang disediakan
perpustakaan seperti e-mail, telepon dan faksimili
belum secara maksimal digunakan responden.
Rujukan
Atherton, P. (1977). Handbook for
information systems and services. Paris:
UNESCO
Belkin, N. J (1978). “Information concept for
information science”. Journal of
Documentation, 34(1): 55-58
Chaudry, A.S. (1993). “Information needs and
their satisfaction in a utility company”.
Libraries Review, 42 (1)
Chowdhury. G.G. (1999). Introduction to
modern information retrieval. London:
Library Association Publishing
Darmono dan Ardoni. (1994). “Kajian
pemakai dan sumbangannya kepada
dunia Pusdokinfo”. Jurnal Ilmu
Perpustakaan dan Ilmu Informasi, 1
(2), April: p. 21-34
Devadason, F.J., dan P. Pratap Lingam.
(1996). “Practical steps for identifying
information needs of clients”. Tenth
Congress of Southeast Asian Librarians
(CONSAL X), May 21-25, 1996; Kuala
Lumpur, Malaysia.
Halaman 100
Universitas Sumatera Utara

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

Devadason, F.J.; P. dan Pratap Lingam.
(1996). “A Methodology for the
Identification of Information Needs of
Users”. 62nd IFLA General Conference
- Conference Proceedings - August 2531, 1996
Eskola, Eeva-Liisa. (1998). “University
students' information seeking behaviour
in a changing learning environment”.
Information Research, 4 (2) October
Hiller, Steve. (2004). User needs assessment
to support collection management
decisions. Florida: ALA Annual
Krikelas, J. (1983). “Information seeking
behaviour: patterns and concepts”.
Drexel Library Quarterly, 19(2) Spring
Kuhlthau, C.C. (1991). Seeking meaning: a
process approach to library and
information services. Norwood, NJ:
Ablex
Kuhlthau, Carol C. (2002). “The Information
Search Process (ISP): A Search for
Meaning Rather than Answers”.

Leckie, G.J; Pettigrew, K.E dan Sylvain, C.
(1996). “Modelling the information
seeking of professional: a general
model derived from research on
engineers, health care professionals,
and lawyers”. Library Quarterly, 66(2):
161-193
Moores, Paul. (1981). “Information users
changing expectation and needs”. Aslib
proceedings. 33(3)
Nasution, S. (2003). Metode research:
penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara
New house, R.C. (1990). A library essential:
need assessment. Library Review, 32(3)
Nicholas,
David.
(2000).
Assessing
information needs: tools, techniques
and concepts for the internet age. 2nd
ed. London: Aslib
Pannen, P. (1990). A study in information
seeking and use behaviours of resident
students and non-resident students in
Indonesia tertiary education. Syracuse
University (Disertasi)
Poerwanti, Endang. (2000). Pendekatan
kuantitatif dalam penelitian perilaku.
Malang: Universitas Muhammadiyah

Halaman 101

Prawati, Budi. (2003). “Keterpakaian koleksi
majalah ilmiah pusat perpustakaan dan
penyebaran teknologi pertanian oleh
peneliti badan balitbang pertanian”.
Jurnal Perpustakaan Pertanian, 12(1)
Sevilla, C.G. dkk. (1993). Pengantar metode
penelitian; penerjemah Alimuddin
Tuwu. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1993.
Wilson, T.D. (1981). “The cognitive approach
to information-seeking behaviour and
information use”. Social Science
Information Studies, 4, 197-204
Wilson, T.D. (2000). “Human information
behavior”. Informing Science. 3(2): p.
49-55

Universitas Sumatera Utara

Petunjuk untuk Penulis
PUSTAHA: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi terbit dua kali setahun yaitu pada bulan
Juni dan Desember. Redaksi Pustaha menerima artikel baik yang berupa hasil penelitian
maupun studi literatur yang orisinal yang relevan dengan bidang perpustakaan dan informasi.
Pustaha juga menerima artikel berupa laporan kasus, penyegar ilmu perpustakaan dan informasi,
dan ceramah ilmiah lainnya dalam konteks perpustakaan dan informasi.
Artikel Penelitian: berisi artikel mengenai hasil penelitian dalam bidang perpustakaan dan
informasi. Format penulisannya terdiri dari: Pendahuluan: berisi latar belakang, masalah dan
tujuan penelitian. Tinjauan Pustaka: berisi kajian teoretis dan atau landasan teori yang relevan
dengan topik yang diteliti. Metode: berisi metode atau cara dan prosedur yang digunakan untuk
melakukan penelitian. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk deskripsi teks, dan data dapat
disajikan pada tabel, gambar atau grafik. Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel,
gambar, dan atau grafik, tetapi jangan mengulang apa yang telah disajikan dalam tabel, gambar,
dan atau grafik sebelumnya. Diskusi: berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang
ditemukan. Pembahasan tentang hasil penelitian dapat dibandingkan dengan hasil penelitian
lain. Jangan mengulang apa yang telah ditulis pada bab sebelumnya. Kesimpulan dan Saran:
berisi kesimpulan penulis berdasarkan hasil penelitiannya. Saran yang dikemukakan harus
mengacu kepada kesimpulan yang ditulis ringkas, padat dan relevan dengan hasil.
Studi Literatur: merupakan article review dari jurnal dan atau buku mengenai ilmu
perpustakaan dan informasi yang mutakhir. Format tulisan terdiri atas Pendahuluan,
Pembahasan dan Kesimpulan.
Laporan Kasus: berisi artikel tentang kasus pada perpustakaan tertentu yang cukup menarik
dan baik untuk disebarluaskan kepada kalangan perpustakaan lainnya. Format tulisan terdiri
atas: Pendahuluan, Laporan Kasus, Pembahasan, dan Kesimpulan.
Penyegar Ilmu Perpustakaan dan Informasi: berisi artikel yang membahas berbagai hal dan
atau topik, baik topik yang lama maupun yang baru akan tetapi masih bersifat mutakhir yang
dipandang perlu untuk disebarluaskan. Format tulisan disesuaikan dengan kebutuhan.
Ceramah: berisi tulisan atau laporan yang menyangkut bidang ilmu perpustakaan dan informasi
yang pernah disampaikan pada pertemuan tertentu akan tetapi dipandang perlu untuk
disebarluaskan. Format tulisan disesuaikan dengan kebutuhan.
Petunjuk Umum
Artikel yang dikirim ke Redaksi Pustaha adalah artikel yang belum pernah dipublikasikan.
Untuk menghindari duplikasi, redaksi tidak menerima artikel yang juga dikirim pada jurnal lain
pada waktu yang bersamaan untuk publikasi. Bila artikel itu berupa karyasama dari beberapa
penulis, maka penulis utama harus memastikan bahwa seluruh penulis pembantu telah membaca
dan menyetujui artikel tersebut.
Semua artikel yang dikirimkan kepada Redaksi Pustaha akan dibahas oleh para pakar dalam
bidang keilmuan tersebut (peer-review) dan Redaksi Pustaha. Artikel yang perlu mendapat
perbaikan format atau isinya akan dikembalikan kepada penulis untuk diperbaiki.
Penulisan Artikel
Artikel, termasuk tabel, gambar, dan daftar pustaka, harus diketik dua spasi pada kertas ukuran
21,5 x 28 cm (kertas A4) dengan jarak tepi minimal 2,5 cm, dengan jumlah halaman maksimum
20 halaman. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul sampai
halaman terakhir. Kirimkan naskah asli dalam bentuk cetak dan berkas elektroniknya (disket)
kepada Redaksi Pustaha. Tuliskan nama berkas dan program yang digunakan pada label disket.
Halaman 102
Universitas Sumatera Utara

Artikel cetak dan berkas elektronik yang dikirim kepada Redaksi Pustaha tidak akan
dikembalikan kepada penulis.
Halaman Judul
Halaman judul berisi judul artikel, nama setiap penulis artikel disertai dengan gelar akademik
tertinggi dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi, nomor telepon, nomor
faksimil dan alamat e-mail. Judul sebaiknya singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter
termasuk huruf spasi. Dianjurkan agar jumlah penulis artikel dibatasi maksimal sampai dengan
4 orang.
Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak untuk artikel yang berbahasa Indonesia dibuat dalam bahasa Inggris dan artikel yang
ditulis dalam bahasa Inggris dibuat dalam bahasa Indonesia. Abstrak ditulis dalam bentuk tidak
terstruktur dengan jumlah kata maksimal 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan
penelitian, metode, hasil utama dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat ringkas dan jelas
sehingga memungkinkan pembaca memahami aspek penting tanpa harus membaca seluruh
artikel.
Teks Artikel
Teks artikel disusun menurut subjudul atau subbab yang sesuai format penulisan sebagaimana
diuraikan di atas. Jangan menggunakan singkatan tidak baku. Jangan memulai kalimat dengan
suatu bilangan numerik. Untuk kalimat yang diawali dengan suatu angka, tuliskan dengan huruf.
Tabel
Setiap tabel harus diketik dua spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan urutan penyebutan
dalam teks. Setiap tabel diberi judul singkat. Judul tabel dituliskan di atas tabel. Setiap kolom
diberi subjudul atau uraian singkat. Tempatkan penjelasan pada catatan kaki, bukan pada judul.
Gambar dan atau Grafik
Gambar dan atau grafik harus diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam teks. Judul
gambar dan atau grafik ditulis di bawah gambar dan atau grafik.
Rujukan
Rujukan ditulis sesuai aturan penulisan yang ditetapkan oleh Modern Language Association
(MLA). Cantumkan semua nama penulis bila tidak lebih dari tiga orang, dan bila lebih dari tiga
orang penulis pertama diikuti oleh kata et al. Jumlah rujukan sebaiknya dibatasi maksimal
sampai dengan 30 judul. Hindari penggunaan abstrak sebagai rujukan. Hindari rujukan berupa
komunikasi pribadi (personal communication) kecuali untuk informasi yang tidak mungkin
diperoleh dari sumber umum. Sebutkan nama sumber dan tanggal/komunikasi, dapatkan izin
tertulis dan konfirmasi ketepatan dari sumber komunikasi.
Artikel dikirimkan kepada:
Pemimpin Redaksi PUSTAHA: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi
Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara
Jl. Universitas 19, Kampus USU, Medan, 20155, Indonesia
Tel: 061-8223581, Fax: 061-8213108
Situs Web: dspi.usu.ac.id/pustaha-jurnal
E-mail: pustaha@dspi.usu.ac.id

Halaman 103

Universitas Sumatera Utara