Ketentuan Pemidanaan Berdasarkan Hukum Pidana Islam

c. Berjudi dan khamar Qs. al-maidah ayat 90 ا ي ا ع ن ج ا ا ا ن ا ي ا ا ا ن ا ن ني ا ا ي ا ي ف ت ع ب ن جا ف Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan d. Larangan membunuh Qs.Surat an-Nisâ’ 4, Ayat: 92 اك ا س ةيد ةن ْ ةبقر ريرْحتف أطخ ان ْ لتق ْ أطخ ا ان ْ لتْقي ْ أ ْ ل ا ِ ْْأ ل ة ةن ْ ةبقر ريرْحتف ْ ْ ْ كل دع ْ ق ْ اك ْ ف ا قدصي ْ أ ْ نْيب ْ كنْيب ْ ق ْ اك ْ باتت ْيرْ ش ايصف ْدجي ْ ل ْ ف ةن ْ ةبقر ريرْحت ِ ْْأ ل ة س ةيدف قاثي اك ِ لا ةبْ ت ْيَ ا يكح ا ي ع ِ لا ٢٩ Allah SWT berfirman: Dan tidak layak pantas bagi seorang Mukmin membunuh seorang Mukmin yang lain, kecuali karena tersalah tidak disengaja Adapun secara rinci suatu hukuman yang diterapkan terhadap pelaku jarimah dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu 52 : 1. Berdasarkan pertalian satu hukuman dengan hukuman lainnya. Poin ada empat tipologi, yaitu: a. Hukuman pokok al’uaqubah al-asliyah, yaitu hukuman yang telah ditepatkan dan merupakan hukuam asal dari suatu jarimah seperti hukuman qisas dalam pembunuhan, rajam, perzinahan dan potong tangan dalam pencurian. 52 Munajat, Makhrus, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008 b. Hukuman pengganti alu’qubah al-badaliyah, yaitu hukuman yang mengganti hukuman pokok apabla hukuman pokok tidak dapat dilaksanakan karena alasan syar’I seperti denda dalam hukuman qisas dan ta’zir sebagai pengganti hukuman had dan qisas. c. Hukuman tambahan aluqubah al-taba’iyah, yaitu yang mengikuti hukuman pokok tanpa mengikuti keputusan secara tersendiri. Seperti larangan menerima warisan bagi orang yang melakukan pembunuhan terhadap keluarga dan itu merupakan tambahan dari hukuman qisas d. Hukuman pelengkap al’uqubat al-takmiliyah, yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari hakim. 2. Berdasarkan besarnya hukuman yang telah ditentukan a. Hukuman yang telah ditentukan macam dan besarnya, dimana seorang hakim harus melaksanakannya tanpa dikurangi atau ditambah atau diganti dengan hukuman lain. b. Hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk dipilihnya dari sekumpulan hukuman- hukuman yang telah ditetapkan oleh syar’ agar bisa disesuaikan dengan keadaan perbuatan dan perbuatannya. 3. Berdasarkan tempat dilakukannya hukuman a. Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan pada anggota badan manusia. Seperti jilid. b. Hukuman yang dikenakan pada jiwa, seperti hukuman mati. c. Hukuman yang dikenakan pada kemerdekaan manusia seperti hukuman penjara atau pengasiangan. 4. Berdasarkan macamnya jarimah serta hukumannya: 1. Hukuman had, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah jarimah hudud. Antara lain: jilid 100 kali, pengasingan, rajam. Tiga macam hukuman tersebut ditetapkan bagi jarimah perzinahan. Jilid 80 kali bagi jarimah qadaf dan peminum khamr, potong tangan bagi jarimah pencurian dan hukuman mati bagi pembunuhan. Hukuman mati dan salib, pemotongan anggota badan, dan pengasingan. Ketiga hukuman tersebut ditetapkan dalam jarimah hirabah. Hukuman mati dan perampasan harta bagi jarimah murtad dan pemberontakan. 2. Hukuman qisas-diyat, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah: a. Qisas, yaitu pelaku jarimah dijatuhi hukuman setimpal bagi perbuatannya. b. Diyat, yaitu hukuman pokok bagi jarimah pembunuhan dan penganiayaan semi sengaja dan tidak sengaja. c. Pencabutan hak waris dan menerima wasiat merupakan hukuman tambahan dalam jarimah pembunuhan tidak sengaja. 3. Hukuman ta’zir, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah-jarimah ta’zir seperti penajara kurungan, pengasingan ancaman, dan denda. 53 Metode-metode dalam rangka memberikan sanksi kepada anak yang nakal antara lain: 1. Metode Ta’lim ب ى ؤ قف ى ع ضرع ث ك ء س ا ع ءاؤه ء س يق ص ت ك . 54 . Metode ta’lim secara harfiah artinya memberikan sesuatu kepada seseorang yang belum tahu. Metode ta’lim ini diterapkan terhadap obyek yang sama sekali belum punya gambaran atau pengetahuan tentang apa yang dihadapinya. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan anak terutama kebutuhan rohaninya, baik dalam perintah maupun larangan yang telah ditetapkan dalam agama. 2. Metode Tarhīb ك ع ه ع هب هرت ي ط بر ق تعطتس ع رخ ي . عي ها ن عت ا . ف ي ها يبس ىف ئش ن ا قفنت ا ظت ا ت ي 55 . 53 Abdul Qadir Audah. Al- Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamiy, 2 jilid B e i r u t : D a r a l - Kitab al-Arabi, 1994. Hlm 285 54 QS Al-Baqarah 2: 31. 55 QS Al-Anfal 8: 60 Metode ini artinya menimbulkan perasaan takut yang hebat kepada lawan. Metode tarhib berarti suatu cara yang digunakan dalam mendidik anak dengan cara penyampaian ancaman kekerasan terhadap anak. Anak-anak yang nakal agar tidak meneruskan kebiasaan buruknya. Metode tarhīb berarti tidak membenarkan secara semena-mena kepada orang tua untuk melakukan kekerasan pada anak-anaknya tanpa pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang telah dilakukan oleh anak. Metode tarhib digunakan bilamana anak yang melakukan kesalahan sudah diperingatkan dengan cara memberitahu dan ternyata anak tidak mau menghentikan perbuatan buruknya bahkan menimbulkan kecemasan kepada orang lain. 3. Metode Tagrīb ق ت ص ب ع ع : ص ها س اق . . عجدقف ينعا خ ينعا خ اي س ه , ج ا ةئا د ج بيث اب بيث ا ةنس يفن ةئا د ج ب اب ب ا . Hadis ini dapat dijadikan dasar bagi kita dalam memilih berbagai metode pendidikan dan pangajaran anak yang sesuai dengan ajaran Al- Qur’an dan hadis.Pendidikan dan pengajaran tidak hanya ditujukan untuk memberikan hal-hal yang menyenangkan kepada anak, tetapi juga menjatuhkan hukuman kepada anak bila bersalah. 56 56 M. Thalib. Pendidikan Islami: Metode 30 T , cet. ke-1. Bandung: Irsyad Baitus Salam,1996, hlm. 214.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 55 Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara mempelajari buku- buku, peraturan undang-undang, bahan-bahan literatur lain yang menunjang dan berhubungan sebagai penelaah hukum terhadap kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis.

B. Sumber dan jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan , mengutip dan menelaah peraturan per undang-undangan, buku-buku, dokumen, 55 Soekanto Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum . Universitas Indonesia.Press. Jakarta. 1986. Hlm 43 kamus, artikel dan literatur hukum lainnya yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas. Karena jenis penelitian ini adalah library research, maka pada tahap pengumpulan data menggunakan bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan bahasan perbandingan petanggungjawaban pidana terhadapa anak sebagai pelaku tindak pidana ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum pidana islam yang relevan dan representative. Adapun data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan ini meliputi : 1. Bahan Hukum Primer, yang meliputi : Berbagai undang-undang yang menyangkut tentang pembahasan perbandingan pertanggungjawaban pidana terhadapa anak sebagai pelaku tindak pidana ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum pidana islam. Dalamhal ini hukum primer yang digunakan: a. Al-Qur’an dan Terjemahannya b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP c. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan e. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak f. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak g. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 2. Bahan Hukum sekunder Bahan hukum sekunder ialah data-data yang diambil dari literatur yang berkaitan dengan pokok masalah, karya-karya ilmiah, putusan hakim, peraturan pemerintah, rancangan Undang-undang dan hasil-hasil penelitian para pakar sesuai dengan objek penelitian. 3. Bahan Hukum Tersier, yang terdiri dari : Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari literatur- literatur, makalah-makalah, internet, surat kabar dan lain-lain serta Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Arab-Indonesia.

C. Penentuan Narasuber

Narasumber dalam panelitian ini diperlukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan secara jelas yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Pemilihan narasumber dengan pertimbangan bahwa narasumber tersebut dapat mewakili institusinya sehingga dapat memberikan informasi mengenai permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini. Informasi yang diberikan oleh narasumber berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, sehingga penalitian ini memperoleh sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kajian lebih lanjut penentuan narasumber sangat penting dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan narasumber adalah pihak-pihak yang berkaitan dengan hukum pidana positif dan hukum pidana islam terhadap permasalahan yang berkaitan dengan perbandingan pertanggungjawaban pidana terhadapa anak sebagai pelaku tindak pidana ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum