Data Yang Digunakan Alat Penelitian

24 sama dengan riset pustaka. Historical research dilakukan dengan membaca buku- buku dan literatur serta mengikuti pola dari literatur maupun buku yang dibaca.

3.2. Data Yang Digunakan

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan file dokumen teks yang terdapat huruf kecil, huruf besar kapital, tanda baca dan angka numerik dengan jumlah karakter yang berbeda-beda. Untuk file dokumen yang digunakan dalam proses kompresi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Jenis File Dokumen Yang Akan Dikompresi No Nama Dokumen Variasi Teks 1 Dokumen U10k.txt File teks dengan jumlah karakter di bawah 10.000 2 Dokumen U20k.txt File teks dengan jumlah karakter di bawah 20.000 3 Dokumen U30k.txt File teks dengan jumlah karakter di bawah 30.000 4 Dokumen U45k.txt File teks dengan jumlah karakter di bawah 45.000 5 Dokumen U60k.txt File teks dengan jumlah karakter di bawah 60.000

3.3. Analisa Data

3.3.1. Elias Gamma Code

Langkah-langkah kompresi dengan algoritma Elias Gamma Code, dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut. Universitas Sumatera Utara 25 Gambar 3.1. Diagram Kompresi Algoritma Elias Gamma Code Bentuk Tabel Kode Elias Gamma Masukkan File Teks Pembacaan Scanning Isi File Bentuk Peta Kode Karakter dan Frekuensi Kemunculan Tiap Karakter Ganti Karakter Pada File Sesuai dengan Tabel Kode Simpan Hasil ke File Output Generate Kode Elias Gamma ke ASCII Timer Stop Timer Start Sort Z-A Rasio Kompresi Space Saving Kecepatan Kompresi Universitas Sumatera Utara 26 Langkah pertama dalam melakukan kompresi file adalah dengan memasukkan file teks dokumen.txt. Isi file dokumen.txt adalah SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI. Setelah file teks diterima maka Timer akan mulai melakukan pencatatan waktu yang diperlukan untuk melakukan proses kompresi mulai awal hingga selesai. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pembacaan isi file scanning. Pada tahap ini akan dilakukan pembentukan karakter set yaitu karakter-karakter yang terdapat pada isi file. Setelah karakter set diperoleh maka frekuensi kemunculan untuk tiap-tiap karakter akan dihitung. Berikut adalah hasil scanning terhadap file dokumen.txt: Karakter set = {S, E, K, L, O, M, P, SPASI, A, W, N, G, J, H, D, I} Frekuensi Karakter = S = 2 A = 8 E = 3 W = 1 K = 4 N = 4 L = 2 G = 2 O = 2 J = 1 M = 2 H = 1 P = 1 D = 3 SPASI = 6 I = 3 Setelah karakter set dan frekuensi kemunculan tiap karakter diketahui maka selanjutnya karakter set akan diurutkan berdasarkan frekuensi kemunculannya mulai dari karakter dengan frekuensi kemunculan terbesar ke karakter dengan frekuensi kemunculan terkecil. Jika terdapat lebih dari satu karakter dengan frekuensi kemunculan yang sama maka diurutkan berdasarkan abjad. Untuk hasil pengurutan karakter set dan frekuensi karakter dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 27 Tabel 3.2. Hasil Pengurutan Karakter Set Kompresi Kode Elias Gamma No Karakter Frekuensi Karakter 1 A 8 2 SPASI 6 3 K 4 4 N 4 5 D 3 6 E 3 7 I 3 8 G 2 9 L 2 10 M 2 11 O 2 12 S 2 13 H 1 14 J 1 15 P 1 16 W 1 Langkah selanjutnya adalah dengan membentuk tabel kode Elias Gamma. Untuk kode-kode yang terbentuk pada tabel kode Elias Gamma dapat dilihat pada tabel 2.1. Setelah itu karakter-karakter yang terdapat pada file dokumen yang akan dikompresi diganti dengan kode yang terdapat pada tabel kode Elias Gamma. Setelah diganti, hitung jumlah bit untuk tiap karakter. Untuk hasil pergantian karakter pada file dokumen dengan kode Elias Gamma dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 28 Tabel 3.3. Penggantian Karakter Dengan Kode Elias Gamma No Karakter Frekuensi Karakter Kode Elias Gamma Bit Frekuensi x Bit 1 A 8 1 1 8 2 SPASI 6 010 3 18 3 K 4 011 3 12 4 N 4 00100 5 20 5 D 3 00101 5 15 6 E 3 00110 5 15 7 I 3 00111 5 15 8 G 2 0001000 7 14 9 L 2 0001001 7 14 10 M 2 0001010 7 14 11 O 2 0001011 7 14 12 S 2 0001100 7 14 13 H 1 0001101 7 7 14 J 1 0001110 7 7 15 P 1 0001111 7 7 16 W 1 000010000 9 9 Total Char 45 Total Bit 203 Setelah diketahui kode untuk masing-masing karakter maka akan diperoleh sebuah string bit untuk dokumen.txt dengan isi dokumen adalah SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI seperti yang terlihat pada gambar 3.2 di bawah ini: Gambar 3.2. String Bit Kode Elias Gamma Pada dokumen.txt 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 111000100100111 Universitas Sumatera Utara 29 Selanjutnya adalah melakukan generate string bit kode Elias Gamma pada dokumen.txt menjadi kode ASCII. Namun sebelum melakukan generate dilakukan pemeriksaan terhadap panjang string bit dokumen.txt terlebih dahulu. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan terhadap panjang string bit : 1. Jika sisa bagi panjang string bit terhadap 8 adalah 0 maka tambahkan 00000001. Nyatakan dengan Bit Akhir. 2. Jika sisa bagi panjang string bit terhadap 8 adalah n 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 maka tambahkan 0 sebanyak 7 – n +”1” di akhir string bit. Nyatakan dengan L. Lalu tambahkan bilangan biner dari 9 - n. Nyatakan dengan Bit Akhir. Langkah-langkah pemeriksaan string bit dapat dilihat pada gambar 3.3. dan gambar 3.4 di bawah ini: Gambar 3.3. Pemeriksaan Panjang String Bit Kode Elias Gamma Gambar 3.4. Hasil Penambahan Pada String Bit Kode Elias Gamma 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 111000100100111 Jumlah Total 203 bit N = MOD 203,8 = 3 L = 7 – 3 + “1” = 00001 Bit Akhir = 9 – n = 6 00000110 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 1110001001001110000100000110 Universitas Sumatera Utara 30 Hasil generate kode Elias Gamma menjadi kode ASCII dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini: Gambar 3.5. Hasil Generate String Bit Kode Elias Gamma Ke ASCII Hasil generate pada gambar 3.5 akan disimpan pada file output lalu Timer akan berhenti melakukan pencatatan waktu. Rasio kompresi dan space saving dari proses kompresi yang ditandai dengan dimulainya perhitungan waktu hingga diberhentikannya waktu adalah sebagai berikut: Input Stream = 45 x 8 = 360 Output Stream = 203 � � � � � = x = . ��� ��� � = − . = . 00011000 01100110 01100001 00100010 11000101 00001111 00010110 11010011 10000100 00100100 10010001 00001000 10001110 10001101 01000011 00001100 01011001 00000100 00100001 01010010 00010100 11101000 10100111 01001110 00100100 11100001 00000110 00000000 00000000 00000000 0000000 Universitas Sumatera Utara 31 Langkah-langkah dekompresi dengan algoritma Elias Gamma Code, dapat dilihat pada gambar 3.6 di bawah ini. Gambar 3.6. Diagram Dekompresi Algoritma Elias Gamma Code Langkah pertama dalam melakukan dekompresi file adalah dengan memasukkan file hasil kompresi. Saat file dimasukkan Timer akan mulai melakukan pencatatan waktu yang dilanjutkan dengan melakukan generate terhadap isi file ke binary. Hasil generata isi file menjadi binary dapat dilihat pada gambar 3.7 di bawah ini: Masukkan File Teks Generate Isi File Ke Binary Ganti String Bit Sesuai Dengan Tabel Kode Elias Gamma Simpan Hasil ke File Output Timer Stop Timer Start Kembalikan Ke String Bit Semula Universitas Sumatera Utara 32 Gambar 3.7. Hasil Generate ASCII Ke Binary Selanjutnya adalah dengan mengembalikan binary menjadi string bit semula. Untuk mengembalikan binary menjadi string bit semula dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini: 1. Lakukan pembacaan pada 8 bit terakhir, hasil pembacaan berupa bilangan desimal. Nyatakan hasil pembacaan dengan n. 2. Hilangkan bit pada bagian akhir sebanyak 7 + n. Hasil pengembalian binary menjadi string bit semula dapat dilihat pada gambar 3.8 di bawah ini: Gambar 3.8. Pengembalian Binary Ke String Bit Semula Kode Elias Gamma 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 1110001001001110000100000110 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 1110001001001110000100000110 desimal n = 6 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 111000100100111 7 + n  7 + 6 = 13 Universitas Sumatera Utara 33 Setelah diperoleh string bit seperti semula, langkah selanjutnya adalah dengan menggantikan kode pada string bit berdasarkan Tabel 3.3 agar diperoleh isi dokumen seperti sebelum mengalami kompresi. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengganti string bit berdasarkan tabel kode Elias Gamma: 1. Lakukan pembacaan string bit dari awal hingga ketemu 1. Catat posisi angka 1 dan nyatakan sebagai p. Nyatakan jumlah 0 dengan n. 2. Lanjutkan pembacaan string bit setelah angka 1 sebanyak n. 3. Ganti kode hasil pembacaann dengan karakter berdasarkan tabel 3.3. Hasil penggantian string bit berdasarkan tabel 3.3. ataupun hasil dekompresi dengan kode Elias Gamma dapat dilihat pada gambar 3.9. di bawah ini: Gambar 3.9. Hasil Dekompresi Kode Elias Gamma Hasil dekompresi pada gambar 3.9 akan disimpan pada file output lalu Timer akan berhenti melakukan pencatatan waktu. Hasil pencatatan waktu oleh Timer akan dijadikan sebagai pembanding kecepatan dekompresi. 00011000011001100110000100100010110001010000111 10001011011010011100001000010010010010001000010 00100011101000110101000011000011000101100100000 10000100001010100100001010011101000101001110100 111000100100111 SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI Universitas Sumatera Utara 34

3.3.2. Elias Delta Code

Langkah-langkah kompresi dengan algoritma Elias Delta Code, dapat dilihat pada gambar 3.10 di bawah ini: Gambar 3.10. Diagram Kompresi Algoritma Elias Delta Code Masukkan File Teks Pembacaan Scanning Isi File Bentuk Peta Kode Karakter dan Frekuensi Kemunculan Tiap Karakter Bentuk Tabel Kode Elias Delta Ganti Karakter Pada File Sesuai dengan Tabel Kode Simpan Hasil ke File Output Generate Kode Elias Delta ke ASCII Timer Stop Timer Start Sort Z-A Rasio Kompresi Space Saving Kecepatan Kompresi Universitas Sumatera Utara 35 Langkah pertama dalam melakukan kompresi file adalah dengan memasukkan file teks dokumen.txt. Isi file dokumen.txt adalah SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI. Setelah file teks diterima maka Timer akan mulai melakukan pencatatan waktu yang diperlukan untuk melakukan proses kompresi mulai awal hingga selesai. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pembacaan isi file scanning. Pada tahap ini akan dilakukan pembentukan karakter set yaitu karakter-karakter yang terdapat pada isi file. Setelah karakter set diperoleh maka frekuensi kemunculan untuk tiap-tiap karakter akan dihitung. Berikut adalah hasil scanning terhadap file dokumen.txt: Karakter set = {S, E, K, L, O, M, P, SPASI, A, W, N, G, J, H, D, I} Frekuensi Karakter = S = 2 A = 8 E = 3 W = 1 K = 4 N = 4 L = 2 G = 2 O = 2 J = 1 M = 2 H = 1 P = 1 D = 3 SPASI = 6 I = 3 Setelah karakter set dan frekuensi kemunculan tiap karakter diketahui maka selanjutnya karakter set akan diurutkan berdasarkan frekuensi kemunculannya mulai dari karakter dengan frekuensi kemunculan terbesar ke karakter dengan frekuensi kemunculan terkecil. Jika terdapat lebih dari satu karakter dengan frekuensi kemunculan yang sama maka diurutkan berdasarkan abjad. Untuk hasil pengurutan karakter set dan frekuensi karakter dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 36 Tabel 3.4. Hasil Pengurutan Karakter Set Kompresi Kode Elias Delta No Karakter Frekuensi Karakter 1 A 8 2 SPASI 6 3 K 4 4 N 4 5 D 3 6 E 3 7 I 3 8 G 2 9 L 2 10 M 2 11 O 2 12 S 2 13 H 1 14 J 1 15 P 1 16 W 1 Langkah selanjutnya adalah dengan membentuk tabel kode Elias Delta. Untuk kode-kode yang terbentuk pada tabel kode Elias Delta dapat dilihat pada tabel 2.3. Setelah itu karakter-karakter yang terdapat pada file dokumen yang akan dikompresi diganti dengan kode yang terdapat pada tabel kode Elias Delta. Setelah diganti, hitung jumlah bit untuk tiap karakter. Untuk hasil pergantian karakter pada file dokumen dengan kode Elias Delta dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 37 Tabel 3.5. Penggantian Karakter Dengan Kode Elias Delta No Karakter Frekuensi Karakter Kode Elias Gamma Bit Frekuensi x Bit 1 A 8 1 1 8 2 SPASI 6 0100 4 24 3 K 4 0101 4 16 4 N 4 01100 5 20 5 D 3 01101 5 15 6 E 3 01110 5 15 7 I 3 01111 5 15 8 G 2 00100000 8 16 9 L 2 00100001 8 16 10 M 2 00100010 8 16 11 O 2 00100011 8 16 12 S 2 00100100 8 16 13 H 1 00100101 8 8 14 J 1 00100110 8 8 15 P 1 00100111 8 8 16 W 1 001010000 9 9 Total Char 45 Total Bit 226 Setelah diketahui kode untuk masing-masing karakter maka akan diperoleh sebuah string bit untuk dokumen.txt dengan isi dokumen adalah SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI seperti yang terlihat pada gambar 3.11 di bawah ini: Gambar 3.11. String Bit Kode Elias Delta Pada dokumen.txt 00100100011100101011100010000100100011001000100 01001110010001101010100010110010100001011001011 00010000100000100100110100100101010000100100011 10011011011000010000001000010001010110001101011 11010001101011110100010110010000101111 Universitas Sumatera Utara 38 Selanjutnya adalah melakukan generate string bit kode Elias Delta pada dokumen.txt menjadi kode ASCII. Namun sebelum melakukan generate dilakukan pemeriksaan terhadap panjang string bit dokumen.txt terlebih dahulu. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan terhadap panjang string bit : 1. Jika sisa bagi panjang string bit terhadap 8 adalah 0 maka tambahkan 00000001. Nyatakan dengan Bit Akhir. 2. Jika sisa bagi panjang string bit terhadap 8 adalah n 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 maka tambahkan 0 sebanyak 7 – n +”1” di akhir string bit. Nyatakan dengan L. Lalu tambahkan bilangan biner dari 9 - n. Nyatakan dengan Bit Akhir. Langkah-langkah pemeriksaan string bit dapat dilihat pada gambar 3.12 dan gambar 3.13 di bawah ini: Gambar 3.12. Pemeriksaan Panjang String Bit Kode Elias Delta Gambar 3.13. Hasil Penambahan Pada String Bit Kode Elias Delta 00100100011100101011100010000100100011001000100 01001110010001101010100010110010100001011001011 00010000100000100100110100100101010000100100011 10011011011000010000001000010001010110001101011 11010001101011110100010110010000101111 Jumlah Total 226 bit N = MOD 226,8 = 2 L = 7 – 2 + “1” = 000001 Bit Akhir = 9 – n 9 – 2 = 7 00000111 00100100011100101011100010000100100011001000100 01001110010001101010100010110010100001011001011 00010000100000100100110100100101010000100100011 10011011011000010000001000010001010110001101011 11010001101011110100010110010000101111000001000 00111 Universitas Sumatera Utara 39 Hasil generate kode Elias Delta menjadi kode ASCII dapat dilihat pada gambar 3.14 di bawah ini : Gambar 3.14. Hasil Generate String Bit Kode Elias Delta Ke ASCII Hasil generate pada gambar 3.14 akan disimpan pada file output lalu Timer akan berhenti melakukan pencatatan waktu. Rasio kompresi dan space saving dari proses kompresi yang ditandai dengan dimulainya perhitungan waktu hingga diberhentikannya waktu adalah sebagai berikut: Input Stream = 45 x 8 = 360 Output Stream = 226 � � � � � = x = . ��� ��� � = − . = . 00100100 01110010 10111000 10000100 10001100 10001000 10011100 10001101 01010001 01100101 00001011 00101100 01000010 00001001 00110100 10010101 00001001 00011100 11011011 00001000 00010000 10001010 11000110 10111101 00011010 11110100 01011001 00001011 11000001 00000111 11111111 Universitas Sumatera Utara 40 Langkah-langkah dekompresi dengan algoritma Elias Delta Code, dapat dilihat pada gambar 3.15 di bawah ini. Gambar 3.15. Diagram Dekompresi Algoritma Elias Delta Code Langkah pertama dalam melakukan dekompresi file adalah dengan memasukkan file hasil kompresi. Saat file dimasukkan Timer akan mulai melakukan pencatatan waktu yang dilanjutkan dengan melakukan generate terhadap isi file ke binary. Hasil generata isi file menjadi binary dapat dilihat pada gambar 3.16 di bawah ini: Generate Isi File Ke Binary Ganti String Bit Sesuai Dengan Tabel Kode Elias Delta Simpan Hasil ke File Output Timer Stop Timer Start Kembalikan Ke String Bit Semula Masukkan File Teks Universitas Sumatera Utara 41 Gambar 3.16. Hasil Generate ASCII Ke Binary Kode Elias Delta Selanjutnya adalah dengan mengembalikan binary menjadi string bit semula. Untuk mengembalikan binary menjadi string bit semula dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini: 1. Lakukan pembacaan pada 8 bit terakhir, hasil pembacaan berupa bilangan desimal. Nyatakan hasil pembacaan dengan n. 2. Hilangkan bit pada bagian akhir sebanyak 7 + n. Hasil pengembalian binary menjadi string bit semula dapat dilihat pada gambar 3.17 di bawah ini: Gambar 3.17. Pengembalian Binary Ke String Bit Semula Kode Elias Delta 00100100011100101011100010000100100011001000100 01001110010001101010100010110010100001011001011 00010000100000100100110100100101010000100100011 10011011011000010000001000010001010110001101011 11010001101011110100010110010000101111000001000 00111 00100100011100101011100010000100100011001000100010011 10010001101010100010110010100001011001011000100001000 00100100110100100101010000100100011100110110110000100 00001000010001010110001101011110100011010111101000101 10010000101111 00000100000111 desimal n = 7 7 + n  7 + 7 = 14 00100100011100101011100010000100100011001000100 01001110010001101010100010110010100001011001011 00010000100000100100110100100101010000100100011 10011011011000010000001000010001010110001101011 11010001101011110100010110010000101111 Universitas Sumatera Utara 42 Setelah diperoleh string bit seperti semula, langkah selanjutnya adalah dengan menggantikan kode pada string bit berdasarkan Tabel 3.5 agar diperoleh isi dokumen seperti sebelum mengalami kompresi. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengganti string bit berdasarkan tabel kode Elias Delta: 1. Lakukan pembacaan string bit dari awal hingga ketemu 1. Catat posisi angka 1 dan nyatakan sebagai p. Nyatakan jumlah 0 dengan n. 2. Lanjutkan pembacaan string bit setelah angka 1 sebanyak n. Langkah ke-1 dan langkah ke-2 merupakan langkah-langkah untuk mendapatkan kode Elias Gamma. Nyatakan hasil pada langkah ke-1 dan langkah ke-2 dengan M. Pada Elias Delta diperlukan langkah tambahan. 3. Lakukan pembacaan M sebagai angka desimal. Nyatakan angka desimal sebagai L. 4. Lanjutkan pembacaan string bit setelah M sebanyak L-1. Nyatakan hasilnya sebagai C. 5. Gabungkan hasil pembacaan M dan C lalu ganti dengan karakter sesuai dengan tabel 3.5. Hasil penggantian string bit berdasarkan tabel 3.5 atau pun hasil dekompresi dengan kode Elias Delta dapat dilihat pada gambar 3.18 di bawah ini: Gambar 3.18. Hasil Dekompresi Kode Elias Delta Hasil dekompresi pada gambar 3.18 akan disimpan pada file output lalu Timer akan berhenti melakukan pencatatan waktu. Hasil pencatatan waktu oleh Timer akan dijadikan sebagai pembanding kecepatan dekompresi. 00100100011100101011100010000100100011001000100 01001110010001101010100010110010100001011001011 00010000100000100100110100100101010000100100011 10011011011000010000001000010001010110001101011 11010001101011110100010110010000101111 SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI Universitas Sumatera Utara 43

3.3.3. Levenstein Code

Langkah-langkah kompresi dengan algoritma Levenstein Code, dapat dilihat pada gambar 3.19 di bawah ini. Gambar 3.19. Diagram Kompresi Algoritma Levenstein Code Masukkan File Teks Pembacaan Scanning Isi File Bentuk Peta Kode Karakter dan Frekuensi Kemunculan Tiap Karakter Bentuk Tabel Kode Levenstein Ganti Karakter Pada File Sesuai dengan Tabel Kode Simpan Hasil ke File Output Generate Kode Levenstein ke ASCII Timer Stop Timer Start Sort Z-A Rasio Kompresi Space Saving Kecepatan Kompresi Universitas Sumatera Utara 44 Langkah pertama dalam melakukan kompresi file adalah dengan memasukkan file teks dokumen.txt. Isi file dokumen.txt adalah SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI. Setelah file teks diterima maka Timer akan mulai melakukan pencatatan waktu yang diperlukan untuk melakukan proses kompresi mulai awal hingga selesai. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pembacaan isi file scanning. Pada tahap ini akan dilakukan pembentukan karakter set yaitu karakter-karakter yang terdapat pada isi file. Setelah karakter set diperoleh maka frekuensi kemunculan untuk tiap-tiap karakter akan dihitung. Berikut adalah hasil scanning terhadap file dokumen.txt : Karakter set = {S, E, K, L, O, M, P, SPASI, A, W, N, G, J, H, D, I} Frekuensi Karakter = S = 2 A = 8 E = 3 W = 1 K = 4 N = 4 L = 2 G = 2 O = 2 J = 1 M = 2 H = 1 P = 1 D = 3 SPASI = 6 I = 3 Setelah karakter set dan frekuensi kemunculan tiap karakter diketahui maka selanjutnya karakter set akan diurutkan berdasarkan frekuensi kemunculannya mulai dari karakter dengan frekuensi kemunculan terbesar ke karakter dengan frekuensi kemunculan terkecil. Jika terdapat lebih dari satu karakter dengan frekuensi kemunculan yang sama maka diurutkan berdasarkan abjad. Untuk hasil pengurutan karakter set dan frekuensi karakter dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 45 Tabel 3.6. Hasil Pengurutan Karakter Set Kompresi Kode Levenstein No Karakter Frekuensi Karakter 1 A 8 2 SPASI 6 3 K 4 4 N 4 5 D 3 6 E 3 7 I 3 8 G 2 9 L 2 10 M 2 11 O 2 12 S 2 13 H 1 14 J 1 15 P 1 16 W 1 Langkah selanjutnya adalah dengan membentuk tabel kode Levenstein. Untuk kode-kode yang terbentuk pada tabel kode Levenstein dapat dilihat pada tabel 2.5. Setelah itu karakter-karakter yang terdapat pada file dokumen yang akan dikompresi diganti dengan kode yang terdapat pada tabel kode Levenstein. Setelah diganti, hitung jumlah bit untuk tiap karakter. Untuk hasil pergantian karakter pada file dokumen dengan kode Levenstein dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 46 Tabel 3.7. Penggantian Karakter Dengan Kode Levenstein No Karakter Frekuensi Karakter Kode Levenstein Bit Frekuensi x Bit 1 A 8 1 8 2 SPASI 6 10 2 12 3 K 4 1100 4 16 4 N 4 1101 4 16 5 D 3 1110000 7 21 6 E 3 1110001 7 21 7 I 3 1110010 7 21 8 G 2 1110011 7 14 9 L 2 11101000 8 16 10 M 2 11101001 8 16 11 O 2 11101010 8 16 12 S 2 11101011 8 16 13 H 1 11101100 8 8 14 J 1 11101101 8 8 15 P 1 11101110 8 8 16 W 1 11101111 8 8 Total Char 45 Total Bit 225 Setelah diketahui kode untuk masing-masing karakter maka akan diperoleh sebuah string bit untuk dokumen.txt dengan isi dokumen adalah SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI seperti yang terlihat pada gambar 3.20 di bawah ini: Gambar 3.20. String Bit Kode Levenstein Pada dokumen.txt 11101011111000111001110001111010001110101011101 00111101110111010101100101100011101111011010110 11011100110111011010111011001011101011111000111 10000011011110011101110100101101111000011100101 0111000011100101011000111010001110010 Universitas Sumatera Utara 47 Selanjutnya adalah melakukan generate string bit kode Levenstein pada dokumen.txt menjadi kode ASCII. Namun sebelum melakukan generate dilakukan pemeriksaan terhadap panjang string bit dokumen.txt terlebih dahulu. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan terhadap panjang string bit: 1. Jika sisa bagi panjang string bit terhadap 8 adalah 0 maka tambahkan 00000001. Nyatakan dengan Bit Akhir. 2. Jika sisa bagi panjang string bit terhadap 8 adalah n 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 maka tambahkan 0 sebanyak 7 – n +”1” di akhir string bit. Nyatakan dengan L. Lalu tambahkan bilangan biner dari 9 - n. Nyatakan dengan Bit Akhir. Langkah-langkah pemeriksaan string bit dapat dilihat pada gambar 3.21 dan gambar 3.22 di bawah ini: Gambar 3.12. Pemeriksaan Panjang String Bit Kode Levenstein Gambar 3.13. Hasil Penambahan Pada String Bit Kode Levenstein 11101011111000111001110001111010001110101011101 00111101110111010101100101100011101111011010110 11011100110111011010111011001011101011111000111 10000011011110011101110100101101111000011100101 0111000011100101011000111010001110010 Jumlah Total 225 bit N = MOD 225,8 = 1 L = 7 – 1 + “1” = 0000001 Bit Akhir = 9 – n = 8 00001000 11101011111000111001110001111010001110101011101 00111101110111010101100101100011101111011010110 11011100110111011010111011001011101011111000111 10000011011110011101110100101101111000011100101 01110000111001010110001110100011100100000001000 01000 Universitas Sumatera Utara 48 Hasil generate kode Levenstein menjadi kode ASCII dapat dilihat pada gambar 3.23 di bawah ini: Gambar 3.23. Hasil Generate String Bit Kode Levenstein Ke ASCII Hasil generate pada gambar 3.23 akan disimpan pada file output lalu Timer akan berhenti melakukan pencatatan waktu. Rasio kompresi dan space saving dari proses kompresi yang ditandai dengan dimulainya perhitungan waktu hingga diberhentikannya waktu adalah sebagai berikut: Input Stream = 45 x 8 = 360 Output Stream = 225 � � � � � = x = . ��� ��� � = − . = . 11101011 11100011 10011100 01111010 00111010 10111010 01111011 10111010 10110010 11000111 01111011 01011011 01110011 01110110 10111011 00101110 10111110 00111100 00011011 11001110 11101001 01101111 00001110 01010111 00001110 01010110 00111010 00111001 00000001 00001000 00000000 Universitas Sumatera Utara 49 Langkah-langkah dekompresi dengan algoritma Levenstein Code, dapat dilihat pada gambar 3.24 di bawah ini. Gambar 3.24. Diagram Dekompresi Algoritma Levenstein Code Langkah pertama dalam melakukan dekompresi file adalah dengan memasukkan file hasil kompresi. Saat file dimasukkan Timer akan mulai melakukan pencatatan waktu yang dilanjutkan dengan melakukan generate terhadap isi file ke binary. Hasil generata isi file menjadi binary dapat dilihat pada gambar 3.25 di bawah ini: Masukkan File Teks Generate Isi File Ke Binary Ganti String Bit Sesuai Dengan Tabel Kode Levenstein Simpan Hasil ke File Output Timer Stop Timer Start Kembalikan Ke String Bit Semula Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 3.25. Hasil Generate ASCII Ke Binary Kode Levenstein Selanjutnya adalah dengan mengembalikan binary menjadi string bit semula. Untuk mengembalikan binary menjadi string bit semula dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini: 1. Lakukan pembacaan pada 8 bit terakhir, hasil pembacaan berupa bilangan desimal. Nyatakan hasil pembacaan dengan n. 2. Hilangkan bit pada bagian akhir sebanyak 7 + n. Hasil pengembalian binary menjadi string bit semula dapat dilihat pada gambar 3.26 di bawah ini: Gambar 3.26. Pengembalian Binary Ke String Bit Semula Kode Levenstein 11101011111000111001110001111010001110101011101 00111101110111010101100101100011101111011010110 11011100110111011010111011001011101011111000111 10000011011110011101110100101101111000011100101 01110000111001010110001110100011100100000001000 01000 11101011111000111001110001111010001110101011101001111 01110111010101100101100011101111011010110110111001101 11011010111011001011101011111000111100000110111100111 01110100101101111000011100101011100001110010101100011 1010001110010 000000100001000 desimal n = 8 7 + n  7 + 8 = 15 11101011111000111001110001111010001110101011101 00111101110111010101100101100011101111011010110 11011100110111011010111011001011101011111000111 10000011011110011101110100101101111000011100101 0111000011100101011000111010001110010 Universitas Sumatera Utara 51 Setelah diperoleh string bit seperti semula, langkah selanjutnya adalah dengan menggantikan kode pada string bit berdasarkan Tabel 3.7 agar diperoleh isi dokumen seperti sebelum mengalami kompresi. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengganti string bit berdasarkan tabel kode Levenstein: 1. Lakukan perhitungan terhadap jumlah angka “1” sampai “0” ketemu. Nyatakan angka “1” dengan C. 2. Jika hasil perhitungannya adalah C=0, makanya nilainya adalah “0”. Lalu berhenti dan gantikan kode bit dengan huruf pada tabel 3.7. Jika tidak lanjutkan ke langkah ketiga. 3. Jika jumlah C=1 ambil bit sebanyak 2 dari posisi awal pembacaan. 4. Jika jumlah C=2 ambil bit sebanyak 4 dari posisi awal pembacaan. 5. Jika jumlah C=3 dan bit di depan “0” yang dijumpai adalah “0” ambil bit sebanyak 7 dari posisi awal pembacaan. 6. Jika jumlah C=3 dan bit di depan “0” yang dijumpai adalah “1” ambil bit sebanyak 8 dari posisi awal pembacaan. 7. Selain itu ambil bit sebanyak 12 dari posisi awal pembacaan. Lalu gantikan dengan huruf berdasarkan tabel 3.7. Hasil penggantian string bit berdasarkan tabel 3.7 atau pun hasil dekompresi dengan kode Levenstein dapat dilihat pada gambar 3.27 di bawah ini: Gambar 3.27. Hasil Dekompresi Kode Levenstein 11101011111000111001110001111010001110101011101 00111101110111010101100101100011101111011010110 11011100110111011010111011001011101011111000111 10000011011110011101110100101101111000011100101 0111000011100101011000111010001110010 SEKELOMPOK KAWANAN GAJAH SEDANG MANDI DI KALI Universitas Sumatera Utara 52 Hasil dekompresi pada gambar 3.27 akan disimpan pada file output lalu Timer akan berhenti melakukan pencatatan waktu. Hasil pencatatan waktu oleh Timer akan dijadikan sebagai pembanding kecepatan dekompresi.

3.4. Alat Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat penelitian berupa: a. Perangkat keras Laptop DELL 1. Processor IntelR CoreTM i3 CPU M330 2.13GHz 2. RAM 2 GB DDR3 3. Harddisk 320 GB 4. Monitor dengan resolusi 1366 x 768 pixel 32 bit true color 5. Mouse dan keyboard b. Perangkat lunak 1. Sistem Operasi Windows 7 Windows 7 adalah jajaran sistem operasi berbasis grafis yang dibuat oleh Microsoft untuk digunakan pada komputer pribadi, yang mencakup komputer rumah, desktop bisnis, laptop, dan MediaCenter. Windows 7 merupakan sistem dasar untuk dapat menjalankan berbagai perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini. 2. Microsoft Visual Basic .Net Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak diatas sistem .NET Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga aplikasi command-line. Alat ini diperoleh secara terpisah dari beberapa produk lainnya seperti Microsoft Visual C++, Visual C, atau Visual J, atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET. Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Universitas Sumatera Utara 53 Microsoft Visual Basic versi sebelumnya yang diimplementasikan diatas .NET Framework. Peluncurannya mengundang kontroversi, mengingat banyak sekali perubahan yang dilakukan oleh Microsoft dan versi baru ini tidak kompatibel dengan versi terdahulu. Beberapa versi Visual Basic .NET antara lain : 1. Visual Basic .NET 2002 VB 7.0 2. Visual Basic .NET 2003 VB 7.1 3. Visual Basic .NET 2005 VB 8.0 4. Visual Basic 2008 Visual Basic 9.0 Apakah Visual Basic .NET dianggap sebagai sebuah versi Visual Basic atau benar-benar bahasa yang berbeda merupakan sebuah topik perdebatan yang hangat. Hal ini dikarenakan sintaksis bahasa Visual Basic .NET tidak mengalami perubahan yang sangat drastis, dan hanya menambahkan beberapa dukungan fitur baru seperti penanganan eksepsi secara terstruktur dan eskpresi yang bisa di-short-circuit-kan. Dua perubahan tipe dan pun terjadi saat berpindah ke Visual Basic .NET. Dibandingkan Visual Basic 6.0, tida data integer yang dimiliki oleh Visual Basic .NET memiliki panjang dua kali lebih panjang dari 16 bit menjadi 32 bit. Selain itu, tipe data long juga sama-sama berubah menjadi dua kali lebih panjang dari 32 bit menjadi 64 bit. Bilangan bulat 16-bit dalam Visual Basic .NET dinamakan dengan Short. Lagi pula, desainer GUI Windows Forms yang terdapat di dalam Visual Studio .NET atau Visual Basic .NET memiliki gaya yang sangat miirp dengan editor form Visual Basic klasik. Jika sintaksis tidak banyak yang berubah, lain halnya dengan semantik, yang berubah secara signifikan. Visual Basic .NET merupakan sebuah bahasa pemrograman yang mendukung fitur Bahasa Pemrograman Berorientasi Objek secara penuh, karena memang didukung oleh arsitektur Microsoft .NET Framework, yang mengandung kombinasi dari Common Language Runtime dan Base Class Library. Visual Basic klasik, hanya merupakan sebuah bahasa pemrogaman berbasis objek, yang berjalan di atas arsitektur Component Object Model COM. Universitas Sumatera Utara 54 Perubahan ini telah mengubah banyak asumsi tentang hal yang benar yang harus dilakukan dengan mempertimbangkan performa dan kemudahan untuk dipelihara. Beberapa fungsi dan pustaka perangkat lunak, yang ada di dalam Visual Basic klasik, kini tidak terdapat di dalam Visual Basic .NET, mungkin masih banyak yang masih terdapat di dalam Visual Basic .NET, tapi tidak seefisien apa yang ditawarkan oleh .NET Framework. Bahkan jika program Visual Basic klasik bisa dikompilasi dengan benar, sebagian besar program Visual Basic klasik harus melalui beberapa proses refactoring untuk mengadopsi fitur bahasa baru secara keseluruhan. Dokumentasi untuk ini pun tersedia di situs Microsoft. Universitas Sumatera Utara 55

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai analisa algoritma Elias Gamma Code, Elias Delta Code dan Levenstein Code terhadap data teks berdasarkan jumlah karakter yang berbeda-beda pada dokumen yang akan dikompres. Dari proses kompresi terhadap data teks akan diketahui rasio kompresi, Space Saving serta kecepatan waktu kompresi.

4.1. Hasil Kompresi Algoritma Elias Gamma Code

Terdapat 5 buah teks dokumen dengan jumlah karakter yang berbeda-beda akan dikompresi menggunakan metode Elias Gamma Code. Hasil kompresi akan dikembalikan seperti semula untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk melakukan proses dekompresi. Gambar 4.1 berikut ini menunjukkan hasil kompresi teks dokumen dengan jumlah karakter di bawah 10.000 karakter yang dikompresi dengan menggunakan kode Elias Gamma. Gambar 4.1. Proses Kompresi Dokumen U10k.txt Dengan Kode Elias Gamma Universitas Sumatera Utara