nasional banyak dilengkapi dengan kategori lainnya dari kawasan yang dilindungi.
Pengelolaan Kawasan Suakan Alam KSA dan Kawasan Pelestarian Alam KPA bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati
serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan.. Pengelolaan KSA
dan KPA dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan yaitu 1.
sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan; 2.
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya;
3. untuk pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya
B. Pengelolaan Kawasan
Pada umumnya mengelola kawasan konservasi juga berarti mengelola hutan agar tetap berfungsi dengan baik. Hutan secara ekologis berfungsi menjaga
keseimbangan ekosistem, secara ekonomis menjadi tempat bergantung bagi sebagian masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan konservasi, dan
secara sosial hutan konservasi memiliki nilai budaya dan adat istiadat yang tinggi. Pengelolaan kawasan konservasi harus tetap dapat menjaga fungsi
asalnya setelah mengalami pengelolaan.
Gambar 1. Fungsi asal dan fungsi baru hutan karena mengalami pengelolaan Purnomo, 2003
Anita Zaitunah : Sistem Zonasi Kawasan Yang Dilindungi Untuk Mendukung Keberhasilan Pengelolaan Kawasan, 2009 USU e-Repository © 2009
Pengelolaan kawasan konservasi bertujuan untuk melindungi sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati jenis tumbuhan dan satwa
berserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam dan ekosistemnya. Tujuan tersebut diharapkan dapat dikomodasikan dalam sebuah
kawasan konservasi. Dalam satu kawasan konservasi tidak seluruh wilayahnya memiliki karakteristik,
ciri dan tingkat kerentanan lingkungan yang sama., sehingga dalam satu kawasan manajemen kawasan konservasi perlu dilakukan pembuatan batasan terhadap
sesuatu yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dilakukan di suatu kawasan konservasi.
Beberapa pendekatan manajemen konservasi pernah diterapkan dalam mengelola kawasan konservasi, mulai dari perlindungan secara mutlak sampai yang agak
terbuka dengan memberi akses kepada masyarakat untuk memasuki kawasan konservasi. Adaptif manajemen juga dapat menunjang keberhasilan pengelolaan
kawasan konservasi, melalui pendekatan penyediaan area yang menarik secara umum diantara tradisi hidup dan tujuan konservasi pengelolaan sumberdaya
alam. Dalam proses perencanaan zonasi kawasan konservasi dalam sekala besar juga dapat memadukan antara pandangan ekologis dan pandangan budaya
masyarakat.
Sherpa 1999 menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman pengelolaan konservasi di wilayah Asia dan Pasifik menunjukkan bahwa kesuksesan
konservasi keanekaragaman hayati memerlukan partisipasi masyarakat dan dukungannya. Pembangunan pedesaan yang terintegrasi dengan mata
pencaharian masyarakat lokal dan masyarakat asli yang tinggal di buffer zone kawasan yang dilindungi termasuk hutan masyarakat, agroforestry, konservasi
tanah dan air, produksi ternak, pelestarian pertanian di pegunungan, dan pendidikan masyarakat. Penggunaan lahan dengan berbagai tujuan seperti di
Anita Zaitunah : Sistem Zonasi Kawasan Yang Dilindungi Untuk Mendukung Keberhasilan Pengelolaan Kawasan, 2009 USU e-Repository © 2009
negara-negara Nepal, Himalaya, dan Pakistan serta negara lain yang berhasil dalam mengelola ekosistem hutan pegunungan.
Anita Zaitunah : Sistem Zonasi Kawasan Yang Dilindungi Untuk Mendukung Keberhasilan Pengelolaan Kawasan, 2009 USU e-Repository © 2009
ZONASI KAWASAN KONSERVASI
Zonasi bertujuan untuk mendefinisikan tindakan manajemen tertentu untuk setiap zona dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen Zonasi juga
digunakan untuk identifikasi dan merencanakan area-area dimana tingkat pengaruh turis paling tinggi mungkin terjadi tanpa membahayakan wilayah yang
secara ekologi penting
Eagles, et al 2001.
Penzonasian merupakan bagian penting dari semua rencana managemen wilayah yang dilindungi. Tujuan utamanya adalah untuk mendefinisikan dan memetakan
perbedaan tingkat perlindungan dan penggunaan yang akan mungkin terjadi di dalam wilayah yang dilindungi dan untuk memisahkan potensi konflik aktivitas
manusia. Penzonasian harus komprehensif, tetapi juga sesederhana mungkin. Ini memungkingkan dapat dimengerti oleh publik dan diterjemahkan dalam aksi
pengelolaan dan pengaturan yang mudah untuk melaksanakan dan mendorongnya.
A. Kategori I – V