PERBEDAAN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN KON
LAPORAN KUNJUNGAN
“PERBEDAAN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI”
(Studi Kasus Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo, Kebun Raya
Cibodas dan Taman Wisata Alam Mandala Wangi)
BIOLOGI KONSERVASI
BIO 522
TEGUH PRIBADI
G 351060391
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kunjungan ini. Laporan kunjungan yang berjudul “Perbedaan Sistem
Pengelolaan Kawasan Konservasi” (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Gede
Pangranggo, Kebun Raya Cibodas dan Taman Wisata Alam Mandala Wangi).
Laporan ini adalah tugas akhir mata kuliah Biologi Konservasi (Bio 522).
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Dedi Setiadi M.S. selaku
Dosen Mata Kuliah, juga kepada rekan-rekan mahasiswa SPS Program Studi
Biologi angkatan 2006 dengan minat ekologi yang mengambil mata kuliah ini,
adik-adik mahasiswa S1 Biologi yang mengambil mk pengantar pengelolaan
sumber daya alam. Pihak Kebun Raya Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede
Pangranggo dan Taman Wisata Alam Mandala Wangi.
Bogor, Juni 2007
Teguh Pribadi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................
iv
PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Tujuan ............................................................................................
C. Pelaksanaan ...................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kawasan Konservasi ....................................................................
B. Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo.................................
C. Kebun Raya Cibodas.....................................................................
D. Taman Wisata Alam Mandala Wangi...........................................
3
3
8
8
9
PEMBAHASAN ..........................................................................................
A. Karakteritik Taman Nasional, Kebun Raya dan
Taman Wisata Alam .....................................................................
B. Perbedaan Pengelolaan Taman Nasional, Kebun Raya dan
Taman Wisata Alam .....................................................................
10
SIMPULAN .................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
19
10
16
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Penetapan Kawasan Konservasi Berdasarkan Prioritasnya ........................
7
Karakteristik Pengelolaan kawasan Konservasi dalam bentuk TN,
KR dan TWA ..............................................................................................
17
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan
membentang antara garis 95 - 145 Bujur Timur dan 6 Lintang Utara sampai 11
Lintang selatan.
Sebagai negara kepulauan, kekayaan sumberdaya alamnya meliputi juga
kekayaan sumberdaya alam pesisir dan lautan. Kekayaan sumberdaya alam
Indoneisa hampir tidak tertandingi oleh negeri manapun di muka bumi ini.
Kekayaan
keanekaragaman
hayatinya
termasuk
dalam
daftar
negara
megabiodiversity, yang hanya tertandingi oleh Brasil dan Zaire, dan sebagian dari
kekayaan hayati tersebut banyak diantaranya tidak dijumpai di belahan bumi
manapun.
Lingkungan dengan spesies terkaya salah satunya terdapat di hutan hujan
tropis . Indonesia yang terletak di kawasan tropis dengan karakteristik local yang
sangat beragam sangat mendukung terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity)
dan endemisitas organisme. Namun, kondisi biogeografi Indonesia mendukung
terhadap tingginya tingkat kepunahan jenis (Groombridge 1992 di dalam Primarck
et al. 1998).
Saat ini Indonesia tengah mengalami permasalahan lingkungan. Laju
deforstrasi, hutan hujan tropis, di Indonesia, terjadi dengan pesat walau tidak ada
angka yang pasti namun hampir 1,5 juta ha per tahun menjadi rahasia umum. Di
sisi lain gencarnya promosi pembangunan juga meningkatkan berbagai semakin
mempercepat tingkat kerusakan lingkungan. Di samping gagalnya pengendalian
populasi manusia. Diperparah dengan kesadaran etika lingkungan dalam dimensi
politik, hukum, ekonomi dan social yang masih rendah.
Permasalah pada sumber daya alam akibat aktivitas manusia melalui
perusakan habitat, fragmentasi habitat, gangguan pada habitat (polusi),
penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia, introduksi
spesies-speseis eksotik dan penyebaran penyakit (Primarck et al 1998). Akibatnya
angka kepunahan spesies juga meningkat. Bukan cuma spesies, namun juga pada
tingkat yang lebih tinggi, populasi, komunitas dan ekosistem. Dampak tak
langsung adalah menurunnya kualitas kehidupan manusia yang tinggal di sana.
Penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi adalah salah satu cara
terpenting untuk dapat menjamin agar sumber daya alam dapat lebih lestari,
sehingga sumber daya ini dapat lebih memenuhi kebutuhan umat manusia
sekarang dan di masa mendatang (Mackinnon et al. 1993). Kawasan konservasai
bertujuan untuk penjaminan keterpeliharaan secara berkesinambungan contoh
wilayah alami penting yang dapat dianggap sebagai perwakilan, keterjagaan
keanekaragaman biologi dan fisik dan kelestarian sumber plasma nutfah. Kawasan
yang dilindungi harus dijamin dari pemanfaatan sumberdaya secara tidak terbatas.
Pelestarian kawasan konservasai juga memberikan sumbangsih terhadap
pembangunan melalui: (1) pemeliharana stabilitas lingkungan wilayah sekitarnya,
sehingga mengurangi intensitas banjir dan kekeringan, erosi serta mengurangi
dampak iklim ekstrim local; (2) pemeliharaan kapasitas produktif ekosistem
sehingga menjamin ketersedian air serta produksi tumbuhan dan hewan secara
terus menerus; (3) penyediaan kesempatan bagi keberlangsungan penelitian dan
pemantauan spesies maupun ekosistem alami termasuk juga dengan pembangunan
manusia; (4) penyediaan kesempatan bagi terselenggaranya pendidikn pelestarian
untuk masyarakat umum dan para pengambil kebijakan; (5) penyediaan
kesempatan bagi pelaksanaan pembangunan pedesaan yang saling mengisi serta
pemanfaatan secara rasional tanah-tanah marjinal; dan (6) menyediakan lokasi
bagi pembangunan rekreasi dan wisata (Mackinnon et al. 1993).
B. Tujuan
Kunjungan wisata ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Karakteristik kawasan konservasi terutama taman nasional, kebun raya dan
taman wisata
2.
Perbedaan antara ketiga bentuk kawasan konservasi di atas
C. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2007 di Taman Nasional
Gungung Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas dan Taman Wisata Alam
Mandala Wangi
2
II. TINJUAN TEORITIS
A. Kawasan Konservasi (Conservation Area atau Protected area)
Kawasan konservasi adalah suatu kawasan (goegrafi) yang mengandung
ekosistem focal (focal ecosistems), spesies, proses ekologis dalam renatang alami
yang bervariasi (Poilan et al 2000 di dalam van Dyke 2003). Kawasan konservasi
adalah sebidang lahan yang terpisah dari peruntukan lain, bertujuan untuk
melestarikan kondisi alamiahnya (Pyle 1980 di dalam Sukmadi. 2007) dengan
kondidi unik Ekosistem unik, baik di darat dan atau di perairan, yang dilindungi,
diantaranya dengan cara memberlakukan pembatasan-pembatasan penggunaan
tertentu dengan maksud untuk mengawetkan feature alam tertentu atau seluruhnya
(Klemm & Shine 1993 di dalam Sukmadi. 2007 ). Wilayah daratan dan atau di
laut terutama diperuntukan bagi perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman
hayati, dan sumberdaya alam serta sumberdaya budayanya, dikelola melalui caracara legal atau cara-cara efektif lainnya (IUCN 1994 di dalam Sukmadi. 2007).
Berdasarkan UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kawasan lindung
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi pokok melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan..
Ciri-ciri kawasan konservasi: (1) karakteristik atau keunikan ekosistem; (2)
spesies dengan karakteristik khas seperti sangat diminati, memiliki nilai, langka
atau dalam kondisi terancam; (3) tempat yang memiliki keanekaragaman spesies;
(4) lansekap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau pengetahuan; (5) fungsi
perlindungan hidrologi, tanah, air dan iklim lokal; (6) fasilitas untuk rekreasi
alam; dan (7) tempat peninggalan budaya.
IUCN sebagai lembaga konservasi dunia telah mengembangkan klasifikasi
kawasan lindung yang mencakup berbagai intensitas kegiatan manusia. Kawasan
yang dilindungi penuh dan sebagian (multi guna):
1.
Strict Nature reserves (cagar alam murni) dan wilderness area (Kawasan
hutan belantara) adalah kawasan lindung yang secara ketat yang dipelihara
untuk tujuan ilmiah, pendidikan, pemantauan lingkungan. Kawasan ini
melindungi alam dan menjaga proses-proses alami dalam kondisi yang tidak
terganggu dengan tujuan memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili
3
lingkungan alami dan pemeliharaan sumber plasma nutfah dalam kondisi
dinamis dan berevolusi
2.
Taman nasional (national park) merupakan wilayah luas dengan keindahan
alam dan pemandangan yang dikelola untuk melindungi satu atau lebih
ekosistem serta untuk tujuan ilmiah, pendidikan dan rekreasi dan tidak bisa
diubah materinya oleh manusia dan diekploitasi untuk tujuan komersial
3.
Monument nasional dan landmark (bentukan-bentukan alam) merupakan
kawasan yang berukuran relative kecil karena dipusatkan pada perlindungan
cirri-ciri yang spesifik serta bertujuan untuk melestarikan suatu kebutuhan
biologi, geologi atau kebudayaan yang menarik dan unik
4.
Suaka alam kelola dan cagar alam kelola bersifat mirip dengan suaka alam
murni, namun kedua kawasan masih diperbolehkan adanya manipulasi
eksositem oleh manusia, untuk mempertahankan ciri-ciri komunitas yang
khas. Pemanenan terkendali juga masih diperbolehkan. Kawasan ini
diperuntukan untuk menjamin kondisi alami yang perlu bagi perlindungan
spesies, kumpulan spesies, komunitas hayati ataua cirri-ciri lingkungan yang
penting
5.
Bentang alam darat dan laut yang dilindungi yag penting artinya, memiliki
karakteristik interaksi yang serasi antara manusia dengan lingkungan. Masih
dapat dimungkinkan penggunaan lingkungan secara tradisional oleh
masyarakat setempat, terutama bila pemanfaatan ini data membentuk wilayah
yang meiliki cirri khas dari segi budaya, keindahan maupun ekonomi.
Kategori ini merupakan perpaduan bentang alam alami/budaya yang
memiliki nilai keindahan tinggi, di mana tata guna lahan tradisional
terpelihara
6.
Resources
reserves
(suaka
cadangan)
merupakan
kawasan
dimana
sumberdaya dilestarikan untuk masa depan dan penggunaan sumberdaya
dibatasi dengan cara-cara yang sesuai dengan kebijakan nasional. Klasifikasi
ini sementara dapat dipertahankan sampai diperoleh klasifikasi kawasan yang
tetap diputuskan
4
7.
Wilayah biota alami atau cagar budaya yaitu kawasan yang masih
memungkinkan masyarakat tradisional untuk melanjutkan cara hidup tanpa
diganggu pihak luar.
8.
Kawasan yang dikelola secara multiguna yaitu kawasan untuk penyedian
produksi air, kayu, satwa, padang penggembalaan dan obyek pariwisata dan
kemungkinkan pemanfaatan sumberdaya lain secara berkelanjutan umumnya
diperuntukan untuk tujuan pembangunan ekonomi (Mackinnon et al 1993;
Primarck et al. 1998)
Ketegori lain yang terkain dengan kawasan konservasi adalah cagar biosfer
yaitu kawasan untuk pelestarian keanekaragaman dan keutuhan komunitas
tumbuhan dan satwa dalam ekosistem alaminya bagi penggunaan masa sekarang
dan masa depan, dan untuk menjaga keanekaragaman plasma nutfah dari spesies
yang merupakan bahan baku bagi evolusinya. Kawasan ini ditujukan secara
inetrnasional untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan latihan. Kategori lain
adalah Taman warisan dunia, yaitu kawasan yang diperuntukan untuk melindungi
bentang alam yang dianggap memiliki nilai universal yang menonjol dan
merupakan daftar pilihan dari kawasan alami dan budaya yang unik di bumi, ang
dicalonkan oleh Negara yang merupakan anggota world heritage conventions
(Mackinnon et al 1993).
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 kawasan perlindungan dibagi menjadi 2
yairu kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam:
1.
Kawasan suaka alam, yaitu kawasandenganciri khas, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan biota
dan ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Ada dua macam
kawasan suaka alam, yaitu cagar alam dan suaka margasatwa. Perbedaan
pokok kedua kawasan ini, cagar alam hanya dapat dilakukan untuk
kepentingan penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
kegiatan penunjang budidaya.edangkan,suaka margasatwa fungsi pokoknya
untuk pelestarian keanekaragam dan keunikan jensi satwa, dan dapat
dilakukan kegiatan pembinaan habitat untuk tujuan penelitian, pendidikan
dan juga wisata terbatas.
5
2.
Kawasan pelestarian alam, yaitu kawasan dengan fungsi identik dengan
kawasan suaka alam, namun pemenfaatan sumber daya ahayati dan
ekosistemnya masih diperkenankan. Kawasan ini dibagi menjadi Taman
nasional, Taman hutan raya, dan Taman wisata alam. Taman nasional adalah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata. Taman hutan raya adalah kawasan untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami ataupun buatan, jenis asli
atau eksotik, yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata. Taman wisata alam, adalah
kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi.
Selain kedua kawasan tersebut berdasarkan UU No 41 tahun 1999 juga ada
kawasan konservasi yang disebut dengan hutan lindung. Hutan lindung berfungsi
sebagai kawasan perlindungan system penyangga kehidupan yang meliputi
pengatur tata air, mencegah banjir dan erosi tanah, mencegah intrusi air laut dan
menjaga kesuburan tanah.
Kegiatan konservasi secara yuridis (UU NO 5 tahun 1990) meliputi
perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman fauna
dan flora beserta eksosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati serta eksosistemnya
Penetapan suatu spesies atau ekosistem sebagai kawasan konservasai
didasarkan pada 3 pertimbangan: (1) Kekhasan, spesies dengan tingkat
endemisitas tinggi atau unik lebih prioritas dibandingkan dengan spesies yang
menyebar luas dan umum; (2) Keterancaman, spesies yang menghandapi
keterancaman lebih utama dilindungi spesies yang tidak terancam; (3) Kegunaan,
es dengan nilai guna nyata ata potensial bagi manusia perlu diber nilai konservasi
yang lebih tinggi (Primarck et al. 1998). Sedangkan Ratcliffe (1997) di dalam
mackinnon et al (1993) mendasarkan pada : Ukuran, kekayaan dan
keanekaragaman, alami, kelangkaan, keunikan kekhasan, kerapuhan, pelesdtraian
plasma nutfah, catatan sejarah, posisi dalam unit ekologi/geografis, kepentingan,
nilai potensial, daya tarik intrinsic, modifikasi landsekap, dan kesempatan untuk
pelestarian
6
Tabel 1. Penetapan kawasan konservasai berdasarkan prioritasnya
1
Prioritas
tinggi bagi
perlindungan
alam
2
3
4
Status yang
direkomendasikan
Kategori
IUCN
Terutama bagi
kepentingan
pelestarian
Cagar alam
cagar alam
Pemanfaatan
oleh
pengunjung
mangganggu
atau
prioritasnya
rendah
Pemanfaatan
oleh
pengunjung
dan
pengelolaan
aktif tidak
dikehendaki
Zona
pemanfaatan
untuk
pengunjung
dan/atau
diperlukan
pengelolaan
Terutama bagi
kepentingan
penelitian
Cagar ilmiah
cagar alam
Bernilai
biologis
Suaka
margasatwa
Suaka
margasatwa
Geofisik atau
biologi
mengagumkan
Monumen alam
monumen
alam
Pemanfaatan
oleh
pengunjung
prioritasnya
tinggi
kawasan
tangkapan
penting
Perlindungan
alam
prioritas
sekunder
kawasan
tangkapan
tidak
penting
Tidak untuk
pemanfaatan
konsumtif
Pemanfatan
konsumtif bagi
penduduk
setempat
Prioritas
global
Prioritas
nasional
Prioritas lokal
Kepentingan
global
Kepentingan
regional
World heritage
site
Taman propinsi
taman
warisan dunia
taman
nasional
taman nasional
Cagar biosfer
cagar biosfer
Cagar budaya
cagar budaya
Taman nasional
Potensi
pengunjung
tinggi
-
Hutan wisata
dilindungi
potensi
pengunjung
rendah
-
Hutan lindung
hidrologi
Perburuan
diprioritaskan
Taman buru
Pemanfaatan
tradisional
diprioritaskan
Zona pengelolaan
kehidupan
Pada dasarnya
alami
Cagar
agroforestri
Pada dasarnya
pertanian
Bentang alam
dilindungi
Nilai satwa
buru atau
pemungutan
haso tinggi
Nilai satwa
buru atau
pemungutan
hasil rendah
kawasan
pengelolaan
manfaat
ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat
ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat ganda
landskap dan
bentang laut
dilindungi
Sumber : Mackinnon et a. 1993
7
B. Taman Nasional Gede Pangranggo (TNGP)
Taman Nasional Gungung Gede Pangrango (TNGP) merupakan kawasan
konservasi yang mempunyai peranan penting bagi pelestarian eksosistem hutan
hujan pegunungan. TNGP merupakan habitat bagi beberapa flora dan fauna
endemic yang dilindungi seperti owa jawa (Hylobathes moloch), elang jawa
(Spizaetus bartelsii) serta tempat hidup bagi tumbuhan khas pegunungan seperti
edelweiss (Anaphalis javanica). TNGP merupakan habitat bagi 1400 flora
diantaranya terdiri dari 105 jenis tunaman hias, 100 jenis tumbuhan survival, dan
107 tumbuhan obat. Di dalamnya terdapat sekitar 70 jenis tanaman dalam
kelompok asli dan khas, 4 jenis endemic dan 4 mulai langka dan yang dilndungi
berdasarkan UU ada 8 jenis sebanyak 21 jenis merupakan tanaman eksotik
(Romauli et al. 2006)
Eksosistem TNGP terdiri dari eksosietm pegunungan darai submontana
(1000-1500 m dpl); Montana (1500-2400 m dpl) dan Sub alpine (2400 m dpl ke
atas). Selain itu juga terdapat eksosistem situ, rawa pegunungan, ekosistem
kawah, dan savanna pegunungan dan hutan tanaman. Kawasan TNGP berdasarkan
peraturan terbaru (SK Menhut no 147/Kpts-II/2003) memiliki luasan 21.975 ha.
TNGP merupakan kawasan hutan hutan tropis pegunungan yang relatif paling
baik dan terutuh dibandingkan beberapa TN di Jawa, dan menjadi perwakilan
ekosistem tersebut (Romauli et al. 2006).
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu dari lima
taman nasional yang pertama kalinya diumumkan di Indonesia pada tahun 1980.
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai
Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di
Malaysia pada tahun 1995 (www.tngp.or.id)
C. Kebun Raya Cibodas
Kebun Raya Cibodas (KRC) dimaksudkan sebagai tempat koleksi ex situ (di
luar habitat) bagi tumbuh-tumbuhan tropis basah dataran tinggi. Termasuk dalam
koleksinya adalah berbagai jenis pohon besar yang dilindungi seperti tusam
(Pinus merkusii) dan tumbuhan runjung, tumbuhan paku pegunungan, hutan
kaliandra, hutan alam dan terdapat pua air terjun. Koleksi terbaru yang paling
8
khas dari KRC adalah Taman Lumut yang memiliki 178 jenis lumut dan lumut
hati dari berbagai sudut Indonesia dan dunia. Taman ini diklaim sebagai satusatunya yang terletak di luar ruangan dan memiliki koleksi terbanyak
(www.wikipedia.indonesia.org)
Kebun Raya Cibodas (KRC) berada di lereng Gunung Gede – Pangrango,
pada ketinggian antara 1.300 – 1.425 meter dpl suhu rata-rata 18 0C dan curah
hujan 2.380 mm yang meliputi kawasan seluas 125 ha. Topografi KRC tergolong
unik beda ketinggian terlihat dengan jelas. Pada mulanya merupakan koleksi bibit
Johannes Elias Teysjmann antara 1830 – 1839. Tahun-tahun berikutnya daftar
koleksi terus bertambah, terutama untuk bibit tanaman yang tak bisa tumbuh
dengan kondisi KRB. Akhirnya KRC dikukuhkan sebagai cabang dari KRB pada
tahun 1862. Kelahirannya merupakan perwujudan gagasan Prof. C.G.C.
Reinwardt, Direktur Pertanian, Kebudayaan dan Penelitian di Hindia Belanda
(www.wikipedia.indonesia org)
D. Taman Wisata Alam Mandala Wangi (TWAMW)
TWAMW adalah kawasan ekoswisata Perum Perhutani Unit III jawa Barat
dan Banten yang merupakan ekowisata dalam bentuk pengelolaan UKM (unit
kelola mandiri wisata sehingga pengelolaannya dipisahkan dengan KPH yang
selama
ini
berjalan
(SK
Kepala
PERUM
Perhutani
Unit
III
No
146/KPTS/III/2004).
9
IV. PEMBAHASAAN
A. Karateristik Taman Nasional, Kebun Raya Dan Taman Wisata Alam
Taman Nasional adalah salah satu bentuk kawasan perlindungan alam
dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas
yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; (2)
Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; (3)
Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; (4) Memiliki keadaan
alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; (5)
Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan,
Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi
kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka
mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat
ditetapkan sebagai zona tersendiri (www.ditjenphka.go.id).
Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain : (1)
Ekonomi, Dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai
ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang
memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu
meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa Negara;
(2) Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik
di daratan maupun perairan; (3) Estetika, memiliki keindahan sebagai obyek
wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari; (4)
Pendidikan dan Penelitian, merupakan obyek dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan penelitian; dan (5) Jaminan masa depan
keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di
perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan
yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang (www.ditjenphka.go.id)
Pengelolaan Taman nasional didasarkan atas sistem zonasi, yang dapat
dibagi atas :
1.
Zona inti, yaitu kawasan dengan ciri-ciri: (1) Mempunyai keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; (2) Mewakili formasi biota
10
tertentu dan atau unit-unit penyusunnya, mempunyai kondisi alam, baik biota
maupun fisiknya yang masih asli dan atau tidak atau belum diganggu
manusia; (3) Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar
menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses
ekologis secara alami; (4) Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat
merupakan contoh yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; (5)
Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang
langka atau yang keberadaannya terancam punah.
2.
Zona pemanfaatan, dengan ciri-ciri : (1) Mempunyai daya tarik alam berupa
tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi
geologinya yang indah dan unik; (2) Mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi
pariwisata dan rekreasi alam; (3) Kondisi lingkungan di sekitarnya
mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
3.
Zona Rimba dan atau yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan
pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Zona ini ditetapkan
karena:
(1)
Kawasan
yang
ditetapkan
mampu
mendukung
upaya
perkembangan dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi; (2)
Memiliki keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian zona
inti dan zona pemanfaatan; (3) merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis
satwa migran tertentu.
Upaya pengawetan kawasan taman nasional dilaksanakan sesuai dengan
sistem zonasi pengelolaannya: (1) Upaya pengawetan pada zona inti dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan : perlindungan dan pengamanan, inventarisasi potensi
kawasan dan penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengelolaan. (2)
Upaya pengawetan pada zona pemanfaatan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
perlindungan dan pengamanan, inventarisasi potensi kawasan, dan penelitian dan
pengembangan dalam menunjang pariwisata alam; (3) Upaya pengawetan pada
zona rimba dilaksanakan dalam bentuk kegiatan : perlindungan dan pengamanan,
inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan dalam menunjang
pengelolaan, dan pembinaan habitat dan populasi satwa. Pembinaan habitat pada
zona rimba antara lain: pembinaan padang rumput, pembuatan fasilitas air minum
11
dan atau tempat berkubang dan mandi satwa,
penanaman dan pemeliharaan
pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon sumber makanan satwa, penjarangan
populasi satwa, penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau pemberantasan jenis
tumbuhan dan satwa pengganggu.
Taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasinya : (1)
Pemanfaatan Zona inti adalah untuk penelitian dan pengembangan yang
menunjang pemanfaatan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan penunjang
budidaya; (2) Pemanfaatan zona pemanfaatan antara lain: pariwisata alam dan
rekreasi, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan
dan atau, kegiatan penunjang budidaya; sedangkan (3) Pemanfaatan zona rimba:
penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan pendidikan serta kegiatan penunjang budidaya dan wisata alam terbatas.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
taman nasional adalah :
1.
Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem
2.
Merusak keindahan dan gejala alam
3.
Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
4.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan
melakukan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :
1.
Memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas
kawasan
2.
Membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap,
berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya
alam ke dan dari dalam kawasan.
Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Taman nasional dikelola oleh suatu badan yang disebut dengan
Balai Taman Nasional langsung di bawah Oleh Departemen Kehutanan Suatu
kawasan taman nasionali kelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang
12
disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial
budaya. Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat tujuan
pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Kebun Raya (Taman Hutan Raya) adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi
(www.ditjenphka.go.id)
Adapun kriteria penunjukkan dan penetaan sebagai kawasan taman hutan
raya :
1.
Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada
kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya
sudah berubah;
2.
Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan
3.
Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan
koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.
Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.. Kebun Raya secara organistoris dikelola oleh instansi teknis non
depertemen melalui LIPI Suatu kawasan Kebun raya dikelola berdasarkan satu
rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,
ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan
pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan :
1.
Perlindungan dan pengamanan
2.
Inventarisasi potensi kawasan
3.
Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan
13
4.
Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa. Pembinaan dan
pengembangan bertujuan untuk koleksi.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
kebun raya adalah :
1.
Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem
2.
Merusak keindahan dan gejala alam
3.
Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
4.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan
melakukan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :
1.
Memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas
kawasan
2.
Membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap,
berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya
alam ke dan dari dalam kawasan.
Sesuai dengan fungsinya, kebun raya dapat dimanfaatkan untuk :
1.
Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar
dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut).
2.
Ilmu pengetahuan
3.
Pendidikan
4.
Kegiatan penunjang budidaya
5.
Pariwisata alam dan rekreasi
6.
Pelestarian budaya.
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata
alam:
1.
Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
alam serta formasi geologi yang menarik;
14
2.
Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan
daya atarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
3.
Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam (www.ditjenphka.go.id)
Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Manajerial kawasan ini dikelola oleh sauatu Unit Kelola Mandiri di
bawah Perum Perhutani atau instansi teknis lainnya. Suatu kawasan taman wisata
alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan
kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat
tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Upaya pengawetan kawasan taman wisata alam dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan :
1.
Perlindungan dan pengamanan
2.
Inventarisasi potensi kawasan
3.
Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi
4.
Pembinaan habitat dan populasi satwa.
Pembinaan habitat dan populasi satwa, meliputi kegiatan :
1.
pembinaan padang rumput
2.
pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi satwa
3.
Penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon
sumber makanan satwa
4.
Penjarangan populasi satwa
5.
Penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau
6.
Pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
taman wisata alam adalah :
1.
Berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagianbagiannya di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumberdaya
alam di dalam kawasan
15
2.
Melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan
3.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk :
1.
Pariwisata alam dan rekreasi
2.
Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya
wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan
dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).
3.
Pendidikan
4.
Kegiatan penunjang budaya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mackinnon et al. (1993) yang menyatakan
bahawa tamana nasional adalah kawasan yang relatif luas dan tidak terganggu
dengan nilai alam yang menonjol untuk kepentingan pelestarian yang tinggi,
potensi reksrasi yang besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan memberikan
manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut, sedangkan taman wisata merupakan
kawasan alam atau landsekap kecil atau tempat yang menarik dan mudah
dikunjungi oleh pengunjung dengan nilai pelestarian rendah atau tidak akan
terganggu oleh kegiatan pengunjung dan pengelolaan berorientasi rekreasi.
Sedangkan kebun raya adalah kawasan konservasi ex-situ terhadap tumbuhan
sebagai pengawetan plasma nutfah.
B. Perbedaanan Pengelolaan Taman Nasional, Kebun Raya dan Taman
Wisata Alam
Berbedaan system pengelolaan kawasan konservasai dalam bentuk Taman
Nasional, Kebun Raya dan taman Wisata Alam dapat disarikan pada Tabel 2 di
bawah ini. Perbedaan system pengelolan ketiga kawasan ini terlatak pada pola
manajemen, tujuan dan skala prioritas, instansi teknis dan luasan kawasan.
Kesesuai suatu pengelolan kawasan konservasi sangat ditentukan oleh tujuan
pengelolaan kawasan tersebut.
Pertimbangan penetapan kawasan konservasi tergantung pada : (1) ciri-ciri
kawasan yang menjadi dasar perencanaan untuk perlindungan, ang didasarkan
pada ciri-ciri biologi dan ciri lainnya serta tujuan pengelolaan setelah kawasan
16
tersebut ditetapkan; (2) kadar perlakuan peneglolaan yang diperlukan untuk, atau
sesuai dengan tujuan plestarian yang telah ditetapkan; (3) Kadar toleransi atau
kerapuhan eksosistem atau spesies yang bersangkutan; (4) Kadar berbagai tipe
pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan tujuan peruntukan; dan (5) tingkat
permintaan berbagai tipe penggunaan dan kepraktisan pengelolan untuk
mengatusr kesemua itu (Mackinnon et al. 1993)
Tabel 2. Karakteristik pengelolan kawasan konservasi dalam bentuk TN, KR dan
TWA
Karaketistik
Unit Pelaksana
Taman Nasional
Gun
Kebun Raya
Taman Wisata
Alam
LIPI
Metode konservasi
Ditjen PHKA
melalui BTN
In situ
Ex situ
UKM di bawah
Perum Perhutani
-
Luasan Kawasan
Luas
Relative
Sempit
Orientasi pokok
Pelestarian dan
perlindungan
ekosistem
Terbatas sesuai
dengan zonasinya
Zonasi
Pelestarian plasma
nutfah (koleksi
tumbuhan)
Diperkenankan
Pariwisata
Pemanfaatan
Manajemen
kawasan
Tentatif
Diperkenankan
(lebih fleksibel)
Tidak ada
17
V. SIMPULAN
A. Simpulan
1.
Sistem pengelolaan kawasan konservasi berbeda-beda tergantung pada
prioritas utama dari tujuan penetapan kawasan konservasi tersebut
2.
Taman Nasional memilik karakteristik spesifik dibandingkan dengan kebun
raya dan taman wisata alam karena adanya system zonasi dalam pengelolaan
kawasannnya
3.
Kebun raya diperuntuk untuk koleksi tumbuhan dan konservasi secara ex situ
4.
Taman wisata alam kawasan konservasai dengan tujuan multi dengan fungsi
pokok sebagai kawasan rekreasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mackinnon K; Mackinnon J; Child G, Thorsell J. 1993. Pengelolaan Kawasan
yang Dilindungi Di Daerah Tropis. Terjemahan Amir HH. Yogyakarta:
GMU Pr
Primarck RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi
Konservasi. Jakarta: YOI
Romauli S, Artawan IM, Martien AK, Ridwantara I, Sopian. 2006. Buku
Informasi Flora Taman Nasional Gungung Gede Panggranggo. Cianjur:
BTNGP
SK Kepala PERUM Perhutani Unit III No 146/KPTS/III/2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Unit Kelola Mandiri Wisata Perum perhutani Unit III Jawa
Barat dan Banten
Sukmadi R. 2007. Bahan Kuliah Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi.
Bogor: Departemen KSDH IPB
UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Pokok Kehutanan
Van Dyke F. 2003. Conservation Biology Foundations, Concepts, Applications.
Boston: McGrawHill
http://www.ditjenphka.go.id. Diakses 6 Juni 2007
http//:www.tngp.or.id. Diakses 6 Juni 2007
http//:www.wikipedia.indonesia.org. Diakses 6 Juni 2007
19
“PERBEDAAN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI”
(Studi Kasus Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo, Kebun Raya
Cibodas dan Taman Wisata Alam Mandala Wangi)
BIOLOGI KONSERVASI
BIO 522
TEGUH PRIBADI
G 351060391
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kunjungan ini. Laporan kunjungan yang berjudul “Perbedaan Sistem
Pengelolaan Kawasan Konservasi” (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Gede
Pangranggo, Kebun Raya Cibodas dan Taman Wisata Alam Mandala Wangi).
Laporan ini adalah tugas akhir mata kuliah Biologi Konservasi (Bio 522).
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Dedi Setiadi M.S. selaku
Dosen Mata Kuliah, juga kepada rekan-rekan mahasiswa SPS Program Studi
Biologi angkatan 2006 dengan minat ekologi yang mengambil mata kuliah ini,
adik-adik mahasiswa S1 Biologi yang mengambil mk pengantar pengelolaan
sumber daya alam. Pihak Kebun Raya Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede
Pangranggo dan Taman Wisata Alam Mandala Wangi.
Bogor, Juni 2007
Teguh Pribadi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................
iv
PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Tujuan ............................................................................................
C. Pelaksanaan ...................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kawasan Konservasi ....................................................................
B. Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo.................................
C. Kebun Raya Cibodas.....................................................................
D. Taman Wisata Alam Mandala Wangi...........................................
3
3
8
8
9
PEMBAHASAN ..........................................................................................
A. Karakteritik Taman Nasional, Kebun Raya dan
Taman Wisata Alam .....................................................................
B. Perbedaan Pengelolaan Taman Nasional, Kebun Raya dan
Taman Wisata Alam .....................................................................
10
SIMPULAN .................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
19
10
16
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Penetapan Kawasan Konservasi Berdasarkan Prioritasnya ........................
7
Karakteristik Pengelolaan kawasan Konservasi dalam bentuk TN,
KR dan TWA ..............................................................................................
17
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan
membentang antara garis 95 - 145 Bujur Timur dan 6 Lintang Utara sampai 11
Lintang selatan.
Sebagai negara kepulauan, kekayaan sumberdaya alamnya meliputi juga
kekayaan sumberdaya alam pesisir dan lautan. Kekayaan sumberdaya alam
Indoneisa hampir tidak tertandingi oleh negeri manapun di muka bumi ini.
Kekayaan
keanekaragaman
hayatinya
termasuk
dalam
daftar
negara
megabiodiversity, yang hanya tertandingi oleh Brasil dan Zaire, dan sebagian dari
kekayaan hayati tersebut banyak diantaranya tidak dijumpai di belahan bumi
manapun.
Lingkungan dengan spesies terkaya salah satunya terdapat di hutan hujan
tropis . Indonesia yang terletak di kawasan tropis dengan karakteristik local yang
sangat beragam sangat mendukung terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity)
dan endemisitas organisme. Namun, kondisi biogeografi Indonesia mendukung
terhadap tingginya tingkat kepunahan jenis (Groombridge 1992 di dalam Primarck
et al. 1998).
Saat ini Indonesia tengah mengalami permasalahan lingkungan. Laju
deforstrasi, hutan hujan tropis, di Indonesia, terjadi dengan pesat walau tidak ada
angka yang pasti namun hampir 1,5 juta ha per tahun menjadi rahasia umum. Di
sisi lain gencarnya promosi pembangunan juga meningkatkan berbagai semakin
mempercepat tingkat kerusakan lingkungan. Di samping gagalnya pengendalian
populasi manusia. Diperparah dengan kesadaran etika lingkungan dalam dimensi
politik, hukum, ekonomi dan social yang masih rendah.
Permasalah pada sumber daya alam akibat aktivitas manusia melalui
perusakan habitat, fragmentasi habitat, gangguan pada habitat (polusi),
penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia, introduksi
spesies-speseis eksotik dan penyebaran penyakit (Primarck et al 1998). Akibatnya
angka kepunahan spesies juga meningkat. Bukan cuma spesies, namun juga pada
tingkat yang lebih tinggi, populasi, komunitas dan ekosistem. Dampak tak
langsung adalah menurunnya kualitas kehidupan manusia yang tinggal di sana.
Penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi adalah salah satu cara
terpenting untuk dapat menjamin agar sumber daya alam dapat lebih lestari,
sehingga sumber daya ini dapat lebih memenuhi kebutuhan umat manusia
sekarang dan di masa mendatang (Mackinnon et al. 1993). Kawasan konservasai
bertujuan untuk penjaminan keterpeliharaan secara berkesinambungan contoh
wilayah alami penting yang dapat dianggap sebagai perwakilan, keterjagaan
keanekaragaman biologi dan fisik dan kelestarian sumber plasma nutfah. Kawasan
yang dilindungi harus dijamin dari pemanfaatan sumberdaya secara tidak terbatas.
Pelestarian kawasan konservasai juga memberikan sumbangsih terhadap
pembangunan melalui: (1) pemeliharana stabilitas lingkungan wilayah sekitarnya,
sehingga mengurangi intensitas banjir dan kekeringan, erosi serta mengurangi
dampak iklim ekstrim local; (2) pemeliharaan kapasitas produktif ekosistem
sehingga menjamin ketersedian air serta produksi tumbuhan dan hewan secara
terus menerus; (3) penyediaan kesempatan bagi keberlangsungan penelitian dan
pemantauan spesies maupun ekosistem alami termasuk juga dengan pembangunan
manusia; (4) penyediaan kesempatan bagi terselenggaranya pendidikn pelestarian
untuk masyarakat umum dan para pengambil kebijakan; (5) penyediaan
kesempatan bagi pelaksanaan pembangunan pedesaan yang saling mengisi serta
pemanfaatan secara rasional tanah-tanah marjinal; dan (6) menyediakan lokasi
bagi pembangunan rekreasi dan wisata (Mackinnon et al. 1993).
B. Tujuan
Kunjungan wisata ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Karakteristik kawasan konservasi terutama taman nasional, kebun raya dan
taman wisata
2.
Perbedaan antara ketiga bentuk kawasan konservasi di atas
C. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 mei 2007 di Taman Nasional
Gungung Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas dan Taman Wisata Alam
Mandala Wangi
2
II. TINJUAN TEORITIS
A. Kawasan Konservasi (Conservation Area atau Protected area)
Kawasan konservasi adalah suatu kawasan (goegrafi) yang mengandung
ekosistem focal (focal ecosistems), spesies, proses ekologis dalam renatang alami
yang bervariasi (Poilan et al 2000 di dalam van Dyke 2003). Kawasan konservasi
adalah sebidang lahan yang terpisah dari peruntukan lain, bertujuan untuk
melestarikan kondisi alamiahnya (Pyle 1980 di dalam Sukmadi. 2007) dengan
kondidi unik Ekosistem unik, baik di darat dan atau di perairan, yang dilindungi,
diantaranya dengan cara memberlakukan pembatasan-pembatasan penggunaan
tertentu dengan maksud untuk mengawetkan feature alam tertentu atau seluruhnya
(Klemm & Shine 1993 di dalam Sukmadi. 2007 ). Wilayah daratan dan atau di
laut terutama diperuntukan bagi perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman
hayati, dan sumberdaya alam serta sumberdaya budayanya, dikelola melalui caracara legal atau cara-cara efektif lainnya (IUCN 1994 di dalam Sukmadi. 2007).
Berdasarkan UU No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kawasan lindung
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi pokok melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan..
Ciri-ciri kawasan konservasi: (1) karakteristik atau keunikan ekosistem; (2)
spesies dengan karakteristik khas seperti sangat diminati, memiliki nilai, langka
atau dalam kondisi terancam; (3) tempat yang memiliki keanekaragaman spesies;
(4) lansekap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau pengetahuan; (5) fungsi
perlindungan hidrologi, tanah, air dan iklim lokal; (6) fasilitas untuk rekreasi
alam; dan (7) tempat peninggalan budaya.
IUCN sebagai lembaga konservasi dunia telah mengembangkan klasifikasi
kawasan lindung yang mencakup berbagai intensitas kegiatan manusia. Kawasan
yang dilindungi penuh dan sebagian (multi guna):
1.
Strict Nature reserves (cagar alam murni) dan wilderness area (Kawasan
hutan belantara) adalah kawasan lindung yang secara ketat yang dipelihara
untuk tujuan ilmiah, pendidikan, pemantauan lingkungan. Kawasan ini
melindungi alam dan menjaga proses-proses alami dalam kondisi yang tidak
terganggu dengan tujuan memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili
3
lingkungan alami dan pemeliharaan sumber plasma nutfah dalam kondisi
dinamis dan berevolusi
2.
Taman nasional (national park) merupakan wilayah luas dengan keindahan
alam dan pemandangan yang dikelola untuk melindungi satu atau lebih
ekosistem serta untuk tujuan ilmiah, pendidikan dan rekreasi dan tidak bisa
diubah materinya oleh manusia dan diekploitasi untuk tujuan komersial
3.
Monument nasional dan landmark (bentukan-bentukan alam) merupakan
kawasan yang berukuran relative kecil karena dipusatkan pada perlindungan
cirri-ciri yang spesifik serta bertujuan untuk melestarikan suatu kebutuhan
biologi, geologi atau kebudayaan yang menarik dan unik
4.
Suaka alam kelola dan cagar alam kelola bersifat mirip dengan suaka alam
murni, namun kedua kawasan masih diperbolehkan adanya manipulasi
eksositem oleh manusia, untuk mempertahankan ciri-ciri komunitas yang
khas. Pemanenan terkendali juga masih diperbolehkan. Kawasan ini
diperuntukan untuk menjamin kondisi alami yang perlu bagi perlindungan
spesies, kumpulan spesies, komunitas hayati ataua cirri-ciri lingkungan yang
penting
5.
Bentang alam darat dan laut yang dilindungi yag penting artinya, memiliki
karakteristik interaksi yang serasi antara manusia dengan lingkungan. Masih
dapat dimungkinkan penggunaan lingkungan secara tradisional oleh
masyarakat setempat, terutama bila pemanfaatan ini data membentuk wilayah
yang meiliki cirri khas dari segi budaya, keindahan maupun ekonomi.
Kategori ini merupakan perpaduan bentang alam alami/budaya yang
memiliki nilai keindahan tinggi, di mana tata guna lahan tradisional
terpelihara
6.
Resources
reserves
(suaka
cadangan)
merupakan
kawasan
dimana
sumberdaya dilestarikan untuk masa depan dan penggunaan sumberdaya
dibatasi dengan cara-cara yang sesuai dengan kebijakan nasional. Klasifikasi
ini sementara dapat dipertahankan sampai diperoleh klasifikasi kawasan yang
tetap diputuskan
4
7.
Wilayah biota alami atau cagar budaya yaitu kawasan yang masih
memungkinkan masyarakat tradisional untuk melanjutkan cara hidup tanpa
diganggu pihak luar.
8.
Kawasan yang dikelola secara multiguna yaitu kawasan untuk penyedian
produksi air, kayu, satwa, padang penggembalaan dan obyek pariwisata dan
kemungkinkan pemanfaatan sumberdaya lain secara berkelanjutan umumnya
diperuntukan untuk tujuan pembangunan ekonomi (Mackinnon et al 1993;
Primarck et al. 1998)
Ketegori lain yang terkain dengan kawasan konservasi adalah cagar biosfer
yaitu kawasan untuk pelestarian keanekaragaman dan keutuhan komunitas
tumbuhan dan satwa dalam ekosistem alaminya bagi penggunaan masa sekarang
dan masa depan, dan untuk menjaga keanekaragaman plasma nutfah dari spesies
yang merupakan bahan baku bagi evolusinya. Kawasan ini ditujukan secara
inetrnasional untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan latihan. Kategori lain
adalah Taman warisan dunia, yaitu kawasan yang diperuntukan untuk melindungi
bentang alam yang dianggap memiliki nilai universal yang menonjol dan
merupakan daftar pilihan dari kawasan alami dan budaya yang unik di bumi, ang
dicalonkan oleh Negara yang merupakan anggota world heritage conventions
(Mackinnon et al 1993).
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 kawasan perlindungan dibagi menjadi 2
yairu kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam:
1.
Kawasan suaka alam, yaitu kawasandenganciri khas, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan biota
dan ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Ada dua macam
kawasan suaka alam, yaitu cagar alam dan suaka margasatwa. Perbedaan
pokok kedua kawasan ini, cagar alam hanya dapat dilakukan untuk
kepentingan penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
kegiatan penunjang budidaya.edangkan,suaka margasatwa fungsi pokoknya
untuk pelestarian keanekaragam dan keunikan jensi satwa, dan dapat
dilakukan kegiatan pembinaan habitat untuk tujuan penelitian, pendidikan
dan juga wisata terbatas.
5
2.
Kawasan pelestarian alam, yaitu kawasan dengan fungsi identik dengan
kawasan suaka alam, namun pemenfaatan sumber daya ahayati dan
ekosistemnya masih diperkenankan. Kawasan ini dibagi menjadi Taman
nasional, Taman hutan raya, dan Taman wisata alam. Taman nasional adalah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata. Taman hutan raya adalah kawasan untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami ataupun buatan, jenis asli
atau eksotik, yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata. Taman wisata alam, adalah
kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi.
Selain kedua kawasan tersebut berdasarkan UU No 41 tahun 1999 juga ada
kawasan konservasi yang disebut dengan hutan lindung. Hutan lindung berfungsi
sebagai kawasan perlindungan system penyangga kehidupan yang meliputi
pengatur tata air, mencegah banjir dan erosi tanah, mencegah intrusi air laut dan
menjaga kesuburan tanah.
Kegiatan konservasi secara yuridis (UU NO 5 tahun 1990) meliputi
perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman fauna
dan flora beserta eksosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati serta eksosistemnya
Penetapan suatu spesies atau ekosistem sebagai kawasan konservasai
didasarkan pada 3 pertimbangan: (1) Kekhasan, spesies dengan tingkat
endemisitas tinggi atau unik lebih prioritas dibandingkan dengan spesies yang
menyebar luas dan umum; (2) Keterancaman, spesies yang menghandapi
keterancaman lebih utama dilindungi spesies yang tidak terancam; (3) Kegunaan,
es dengan nilai guna nyata ata potensial bagi manusia perlu diber nilai konservasi
yang lebih tinggi (Primarck et al. 1998). Sedangkan Ratcliffe (1997) di dalam
mackinnon et al (1993) mendasarkan pada : Ukuran, kekayaan dan
keanekaragaman, alami, kelangkaan, keunikan kekhasan, kerapuhan, pelesdtraian
plasma nutfah, catatan sejarah, posisi dalam unit ekologi/geografis, kepentingan,
nilai potensial, daya tarik intrinsic, modifikasi landsekap, dan kesempatan untuk
pelestarian
6
Tabel 1. Penetapan kawasan konservasai berdasarkan prioritasnya
1
Prioritas
tinggi bagi
perlindungan
alam
2
3
4
Status yang
direkomendasikan
Kategori
IUCN
Terutama bagi
kepentingan
pelestarian
Cagar alam
cagar alam
Pemanfaatan
oleh
pengunjung
mangganggu
atau
prioritasnya
rendah
Pemanfaatan
oleh
pengunjung
dan
pengelolaan
aktif tidak
dikehendaki
Zona
pemanfaatan
untuk
pengunjung
dan/atau
diperlukan
pengelolaan
Terutama bagi
kepentingan
penelitian
Cagar ilmiah
cagar alam
Bernilai
biologis
Suaka
margasatwa
Suaka
margasatwa
Geofisik atau
biologi
mengagumkan
Monumen alam
monumen
alam
Pemanfaatan
oleh
pengunjung
prioritasnya
tinggi
kawasan
tangkapan
penting
Perlindungan
alam
prioritas
sekunder
kawasan
tangkapan
tidak
penting
Tidak untuk
pemanfaatan
konsumtif
Pemanfatan
konsumtif bagi
penduduk
setempat
Prioritas
global
Prioritas
nasional
Prioritas lokal
Kepentingan
global
Kepentingan
regional
World heritage
site
Taman propinsi
taman
warisan dunia
taman
nasional
taman nasional
Cagar biosfer
cagar biosfer
Cagar budaya
cagar budaya
Taman nasional
Potensi
pengunjung
tinggi
-
Hutan wisata
dilindungi
potensi
pengunjung
rendah
-
Hutan lindung
hidrologi
Perburuan
diprioritaskan
Taman buru
Pemanfaatan
tradisional
diprioritaskan
Zona pengelolaan
kehidupan
Pada dasarnya
alami
Cagar
agroforestri
Pada dasarnya
pertanian
Bentang alam
dilindungi
Nilai satwa
buru atau
pemungutan
haso tinggi
Nilai satwa
buru atau
pemungutan
hasil rendah
kawasan
pengelolaan
manfaat
ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat
ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat ganda
kawasan
pengelolaan
manfaat ganda
landskap dan
bentang laut
dilindungi
Sumber : Mackinnon et a. 1993
7
B. Taman Nasional Gede Pangranggo (TNGP)
Taman Nasional Gungung Gede Pangrango (TNGP) merupakan kawasan
konservasi yang mempunyai peranan penting bagi pelestarian eksosistem hutan
hujan pegunungan. TNGP merupakan habitat bagi beberapa flora dan fauna
endemic yang dilindungi seperti owa jawa (Hylobathes moloch), elang jawa
(Spizaetus bartelsii) serta tempat hidup bagi tumbuhan khas pegunungan seperti
edelweiss (Anaphalis javanica). TNGP merupakan habitat bagi 1400 flora
diantaranya terdiri dari 105 jenis tunaman hias, 100 jenis tumbuhan survival, dan
107 tumbuhan obat. Di dalamnya terdapat sekitar 70 jenis tanaman dalam
kelompok asli dan khas, 4 jenis endemic dan 4 mulai langka dan yang dilndungi
berdasarkan UU ada 8 jenis sebanyak 21 jenis merupakan tanaman eksotik
(Romauli et al. 2006)
Eksosistem TNGP terdiri dari eksosietm pegunungan darai submontana
(1000-1500 m dpl); Montana (1500-2400 m dpl) dan Sub alpine (2400 m dpl ke
atas). Selain itu juga terdapat eksosistem situ, rawa pegunungan, ekosistem
kawah, dan savanna pegunungan dan hutan tanaman. Kawasan TNGP berdasarkan
peraturan terbaru (SK Menhut no 147/Kpts-II/2003) memiliki luasan 21.975 ha.
TNGP merupakan kawasan hutan hutan tropis pegunungan yang relatif paling
baik dan terutuh dibandingkan beberapa TN di Jawa, dan menjadi perwakilan
ekosistem tersebut (Romauli et al. 2006).
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu dari lima
taman nasional yang pertama kalinya diumumkan di Indonesia pada tahun 1980.
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai
Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di
Malaysia pada tahun 1995 (www.tngp.or.id)
C. Kebun Raya Cibodas
Kebun Raya Cibodas (KRC) dimaksudkan sebagai tempat koleksi ex situ (di
luar habitat) bagi tumbuh-tumbuhan tropis basah dataran tinggi. Termasuk dalam
koleksinya adalah berbagai jenis pohon besar yang dilindungi seperti tusam
(Pinus merkusii) dan tumbuhan runjung, tumbuhan paku pegunungan, hutan
kaliandra, hutan alam dan terdapat pua air terjun. Koleksi terbaru yang paling
8
khas dari KRC adalah Taman Lumut yang memiliki 178 jenis lumut dan lumut
hati dari berbagai sudut Indonesia dan dunia. Taman ini diklaim sebagai satusatunya yang terletak di luar ruangan dan memiliki koleksi terbanyak
(www.wikipedia.indonesia.org)
Kebun Raya Cibodas (KRC) berada di lereng Gunung Gede – Pangrango,
pada ketinggian antara 1.300 – 1.425 meter dpl suhu rata-rata 18 0C dan curah
hujan 2.380 mm yang meliputi kawasan seluas 125 ha. Topografi KRC tergolong
unik beda ketinggian terlihat dengan jelas. Pada mulanya merupakan koleksi bibit
Johannes Elias Teysjmann antara 1830 – 1839. Tahun-tahun berikutnya daftar
koleksi terus bertambah, terutama untuk bibit tanaman yang tak bisa tumbuh
dengan kondisi KRB. Akhirnya KRC dikukuhkan sebagai cabang dari KRB pada
tahun 1862. Kelahirannya merupakan perwujudan gagasan Prof. C.G.C.
Reinwardt, Direktur Pertanian, Kebudayaan dan Penelitian di Hindia Belanda
(www.wikipedia.indonesia org)
D. Taman Wisata Alam Mandala Wangi (TWAMW)
TWAMW adalah kawasan ekoswisata Perum Perhutani Unit III jawa Barat
dan Banten yang merupakan ekowisata dalam bentuk pengelolaan UKM (unit
kelola mandiri wisata sehingga pengelolaannya dipisahkan dengan KPH yang
selama
ini
berjalan
(SK
Kepala
PERUM
Perhutani
Unit
III
No
146/KPTS/III/2004).
9
IV. PEMBAHASAAN
A. Karateristik Taman Nasional, Kebun Raya Dan Taman Wisata Alam
Taman Nasional adalah salah satu bentuk kawasan perlindungan alam
dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas
yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; (2)
Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; (3)
Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; (4) Memiliki keadaan
alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; (5)
Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan,
Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi
kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka
mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat
ditetapkan sebagai zona tersendiri (www.ditjenphka.go.id).
Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain : (1)
Ekonomi, Dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai
ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang
memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu
meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa Negara;
(2) Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik
di daratan maupun perairan; (3) Estetika, memiliki keindahan sebagai obyek
wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari; (4)
Pendidikan dan Penelitian, merupakan obyek dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan penelitian; dan (5) Jaminan masa depan
keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di
perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan
yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang (www.ditjenphka.go.id)
Pengelolaan Taman nasional didasarkan atas sistem zonasi, yang dapat
dibagi atas :
1.
Zona inti, yaitu kawasan dengan ciri-ciri: (1) Mempunyai keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; (2) Mewakili formasi biota
10
tertentu dan atau unit-unit penyusunnya, mempunyai kondisi alam, baik biota
maupun fisiknya yang masih asli dan atau tidak atau belum diganggu
manusia; (3) Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar
menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses
ekologis secara alami; (4) Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat
merupakan contoh yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; (5)
Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang
langka atau yang keberadaannya terancam punah.
2.
Zona pemanfaatan, dengan ciri-ciri : (1) Mempunyai daya tarik alam berupa
tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi
geologinya yang indah dan unik; (2) Mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi
pariwisata dan rekreasi alam; (3) Kondisi lingkungan di sekitarnya
mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
3.
Zona Rimba dan atau yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan
pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Zona ini ditetapkan
karena:
(1)
Kawasan
yang
ditetapkan
mampu
mendukung
upaya
perkembangan dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi; (2)
Memiliki keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian zona
inti dan zona pemanfaatan; (3) merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis
satwa migran tertentu.
Upaya pengawetan kawasan taman nasional dilaksanakan sesuai dengan
sistem zonasi pengelolaannya: (1) Upaya pengawetan pada zona inti dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan : perlindungan dan pengamanan, inventarisasi potensi
kawasan dan penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengelolaan. (2)
Upaya pengawetan pada zona pemanfaatan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
perlindungan dan pengamanan, inventarisasi potensi kawasan, dan penelitian dan
pengembangan dalam menunjang pariwisata alam; (3) Upaya pengawetan pada
zona rimba dilaksanakan dalam bentuk kegiatan : perlindungan dan pengamanan,
inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan dalam menunjang
pengelolaan, dan pembinaan habitat dan populasi satwa. Pembinaan habitat pada
zona rimba antara lain: pembinaan padang rumput, pembuatan fasilitas air minum
11
dan atau tempat berkubang dan mandi satwa,
penanaman dan pemeliharaan
pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon sumber makanan satwa, penjarangan
populasi satwa, penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau pemberantasan jenis
tumbuhan dan satwa pengganggu.
Taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasinya : (1)
Pemanfaatan Zona inti adalah untuk penelitian dan pengembangan yang
menunjang pemanfaatan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan penunjang
budidaya; (2) Pemanfaatan zona pemanfaatan antara lain: pariwisata alam dan
rekreasi, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan
dan atau, kegiatan penunjang budidaya; sedangkan (3) Pemanfaatan zona rimba:
penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan pendidikan serta kegiatan penunjang budidaya dan wisata alam terbatas.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
taman nasional adalah :
1.
Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem
2.
Merusak keindahan dan gejala alam
3.
Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
4.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan
melakukan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :
1.
Memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas
kawasan
2.
Membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap,
berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya
alam ke dan dari dalam kawasan.
Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Taman nasional dikelola oleh suatu badan yang disebut dengan
Balai Taman Nasional langsung di bawah Oleh Departemen Kehutanan Suatu
kawasan taman nasionali kelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang
12
disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial
budaya. Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat tujuan
pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Kebun Raya (Taman Hutan Raya) adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi
(www.ditjenphka.go.id)
Adapun kriteria penunjukkan dan penetaan sebagai kawasan taman hutan
raya :
1.
Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada
kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya
sudah berubah;
2.
Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan
3.
Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan
koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.
Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.. Kebun Raya secara organistoris dikelola oleh instansi teknis non
depertemen melalui LIPI Suatu kawasan Kebun raya dikelola berdasarkan satu
rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,
ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan
pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan :
1.
Perlindungan dan pengamanan
2.
Inventarisasi potensi kawasan
3.
Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan
13
4.
Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa. Pembinaan dan
pengembangan bertujuan untuk koleksi.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
kebun raya adalah :
1.
Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem
2.
Merusak keindahan dan gejala alam
3.
Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
4.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan
melakukan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :
1.
Memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas
kawasan
2.
Membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap,
berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya
alam ke dan dari dalam kawasan.
Sesuai dengan fungsinya, kebun raya dapat dimanfaatkan untuk :
1.
Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar
dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut).
2.
Ilmu pengetahuan
3.
Pendidikan
4.
Kegiatan penunjang budidaya
5.
Pariwisata alam dan rekreasi
6.
Pelestarian budaya.
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata
alam:
1.
Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
alam serta formasi geologi yang menarik;
14
2.
Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan
daya atarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
3.
Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam (www.ditjenphka.go.id)
Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Manajerial kawasan ini dikelola oleh sauatu Unit Kelola Mandiri di
bawah Perum Perhutani atau instansi teknis lainnya. Suatu kawasan taman wisata
alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan
kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat
tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Upaya pengawetan kawasan taman wisata alam dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan :
1.
Perlindungan dan pengamanan
2.
Inventarisasi potensi kawasan
3.
Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi
4.
Pembinaan habitat dan populasi satwa.
Pembinaan habitat dan populasi satwa, meliputi kegiatan :
1.
pembinaan padang rumput
2.
pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi satwa
3.
Penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon
sumber makanan satwa
4.
Penjarangan populasi satwa
5.
Penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau
6.
Pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
taman wisata alam adalah :
1.
Berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagianbagiannya di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumberdaya
alam di dalam kawasan
15
2.
Melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan
3.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan
atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk :
1.
Pariwisata alam dan rekreasi
2.
Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya
wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan
dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).
3.
Pendidikan
4.
Kegiatan penunjang budaya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mackinnon et al. (1993) yang menyatakan
bahawa tamana nasional adalah kawasan yang relatif luas dan tidak terganggu
dengan nilai alam yang menonjol untuk kepentingan pelestarian yang tinggi,
potensi reksrasi yang besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan memberikan
manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut, sedangkan taman wisata merupakan
kawasan alam atau landsekap kecil atau tempat yang menarik dan mudah
dikunjungi oleh pengunjung dengan nilai pelestarian rendah atau tidak akan
terganggu oleh kegiatan pengunjung dan pengelolaan berorientasi rekreasi.
Sedangkan kebun raya adalah kawasan konservasi ex-situ terhadap tumbuhan
sebagai pengawetan plasma nutfah.
B. Perbedaanan Pengelolaan Taman Nasional, Kebun Raya dan Taman
Wisata Alam
Berbedaan system pengelolaan kawasan konservasai dalam bentuk Taman
Nasional, Kebun Raya dan taman Wisata Alam dapat disarikan pada Tabel 2 di
bawah ini. Perbedaan system pengelolan ketiga kawasan ini terlatak pada pola
manajemen, tujuan dan skala prioritas, instansi teknis dan luasan kawasan.
Kesesuai suatu pengelolan kawasan konservasi sangat ditentukan oleh tujuan
pengelolaan kawasan tersebut.
Pertimbangan penetapan kawasan konservasi tergantung pada : (1) ciri-ciri
kawasan yang menjadi dasar perencanaan untuk perlindungan, ang didasarkan
pada ciri-ciri biologi dan ciri lainnya serta tujuan pengelolaan setelah kawasan
16
tersebut ditetapkan; (2) kadar perlakuan peneglolaan yang diperlukan untuk, atau
sesuai dengan tujuan plestarian yang telah ditetapkan; (3) Kadar toleransi atau
kerapuhan eksosistem atau spesies yang bersangkutan; (4) Kadar berbagai tipe
pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan tujuan peruntukan; dan (5) tingkat
permintaan berbagai tipe penggunaan dan kepraktisan pengelolan untuk
mengatusr kesemua itu (Mackinnon et al. 1993)
Tabel 2. Karakteristik pengelolan kawasan konservasi dalam bentuk TN, KR dan
TWA
Karaketistik
Unit Pelaksana
Taman Nasional
Gun
Kebun Raya
Taman Wisata
Alam
LIPI
Metode konservasi
Ditjen PHKA
melalui BTN
In situ
Ex situ
UKM di bawah
Perum Perhutani
-
Luasan Kawasan
Luas
Relative
Sempit
Orientasi pokok
Pelestarian dan
perlindungan
ekosistem
Terbatas sesuai
dengan zonasinya
Zonasi
Pelestarian plasma
nutfah (koleksi
tumbuhan)
Diperkenankan
Pariwisata
Pemanfaatan
Manajemen
kawasan
Tentatif
Diperkenankan
(lebih fleksibel)
Tidak ada
17
V. SIMPULAN
A. Simpulan
1.
Sistem pengelolaan kawasan konservasi berbeda-beda tergantung pada
prioritas utama dari tujuan penetapan kawasan konservasi tersebut
2.
Taman Nasional memilik karakteristik spesifik dibandingkan dengan kebun
raya dan taman wisata alam karena adanya system zonasi dalam pengelolaan
kawasannnya
3.
Kebun raya diperuntuk untuk koleksi tumbuhan dan konservasi secara ex situ
4.
Taman wisata alam kawasan konservasai dengan tujuan multi dengan fungsi
pokok sebagai kawasan rekreasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mackinnon K; Mackinnon J; Child G, Thorsell J. 1993. Pengelolaan Kawasan
yang Dilindungi Di Daerah Tropis. Terjemahan Amir HH. Yogyakarta:
GMU Pr
Primarck RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi
Konservasi. Jakarta: YOI
Romauli S, Artawan IM, Martien AK, Ridwantara I, Sopian. 2006. Buku
Informasi Flora Taman Nasional Gungung Gede Panggranggo. Cianjur:
BTNGP
SK Kepala PERUM Perhutani Unit III No 146/KPTS/III/2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Unit Kelola Mandiri Wisata Perum perhutani Unit III Jawa
Barat dan Banten
Sukmadi R. 2007. Bahan Kuliah Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi.
Bogor: Departemen KSDH IPB
UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Pokok Kehutanan
Van Dyke F. 2003. Conservation Biology Foundations, Concepts, Applications.
Boston: McGrawHill
http://www.ditjenphka.go.id. Diakses 6 Juni 2007
http//:www.tngp.or.id. Diakses 6 Juni 2007
http//:www.wikipedia.indonesia.org. Diakses 6 Juni 2007
19