tanah ph, kekurangan unsur hara seperti NPK dan magnesium, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi PH yang rendah berkaitan dengan ketersediaan posfat
juga rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme
potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroriza.
D. Strategi untuk Merehabilitasi
Untuk merehabilitasi lahan bekas tambang, diperlukan suatu strategi dalam memilih spesies. Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan
iklim setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan suatu studi awal untuk melihat apakah spesies tersebut cocok dengan kondisi setempat,
terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang karena tajuknya terbentuk dengan cepat dan daunnya mudah
dikomposisi. Dengan dilakukannya penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada lahan bekas tambang tersebut. Menurut Lugo 1997, penanaman
pohon-pohon akan memberi keuntungan bagi kegiatan rehabilitasi lahan, karena akan memungkinkan terjadinya suksesi “Jump-start” permulaan yang sangat
cepat, memberikan naungan, memodifikasi ekstrim dari kerusakan lahan. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas tambang, maka usaha-
usaha seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok, aplikasi teknik silvikultur yang benar, dan penggunaan pupuk biologis seperti pemberian
mikroriza arbuskular perlu dilakukan.
E. Post Mining Land Uses
Dalam rangka mendukung upaya merestorasi lahan bekas tambang, masih dibutuhkan upaya penelitian, yaitu: bidang agriculture, horticulture, foresty
produktive dan protective, wild life conservation, dan recreation. Untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman
pada lahan bekas tambang, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: persentasi daya tumbuhnya, persentasi penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan
akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut, serasah yang terdekomposisi, pengurangan erosi, dan apakah tanaman tersebut dapat berfungsi sebagai filter
alam. Dengan cara tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang kita capai dalam merestorasi lahan bekas tambang.
V. MIKORIZA SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MERESTORASI LAHAN BEKAS
TAMBANG
Sebagai salah satu alternatif untuk merstorasi lahan bekas tambang, penggunaan mikoriza sangat diperlukan. Mikoroza merupakan suatu bentuk
hubungan simbiosis antara cendawan dan perakaran tumbuhan tingkat tinggi. Salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang cukup populer, yaitu cendawan
mikoriza arbuskula yang dapat digunakan sebagai pupuk biologis. Cendawan mikoriza arbuskula CMA ini adalah salah satu alternatif teknologi untuk
membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, dan kualitas tanaman utamanya tanaman yang ditanam pada lahan-lahan yang kurang subur, seperti lahan
bekas tambang.
2002 digitized by USU digital library
4
Kelebihan yang dimiliki oleh CMA ini adalah kemampuannya dalam meningkatkan penyerapan unsur hara makro terutama fosfat dan beberapa unsur
mikro seperti Cu, Zn, dan Bo. Oleh sebab itu, maka penggunaan CMA ini dapat dijadikan sebagai alat biologis untuk mengefisienkan penggunaan pupuk buatan
terutama fosfat. Untuk membantu pertumbuhan tanaman reboisasi pada lahan- lahan yang rusak, penggunaan tipe cendawan ini dianggap merupakan suatu cara
yang paling efisien karena kemampuannya meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan. Beberapa penelitian lainnya juga membuktikan bahwa
cendawan ini juga mampu mengurangi serangan patogen tular tanah dan dapat membantu pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah yang tercemar logam berat,
sehingga penggunaannya dapat berfungsi sebagai bio-proteksi.
Keberadaan CMA di alam mutlak diperlukan. Peranannya sangat penting dalam mengefektifkan daur ulang unsur hara sehingga dianggap sebagai alat yang paling
efektif untuk mempertahankan stabilitas ekosistem dan keanekaragaman hayati. Selain itu, CMA juga merupakan sumberdaya alam hayati potensial dan dapat
diisolasi, dimurnikan dan dikembangbiakan dalam biakan monosenic. Melalui serangkaian penelitian di laboratorim dan pengujian di lapangan, efektivitas isolat-
isolat CMA untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan kualitas tanaman dapat dimanipulasi dan ditingkatkan. Dengan cara tersebut, maka dapat dihasilkan dan
diseleksi isolat-isolat CMA unggul yang teruji efektif. Isolat-isolat unggul tersebut dapat diproduksi dan dikemas dalam berbagai bentuk inokulan yang dapat berfungsi
sebagai pupuk biologis yang murah tetapi cukup efektif dan bersahabat lingkungan.
Produk ini dapat digunakan untuk membantu program reklamasi lahan bekas tambang dalam hal meningkatkan pertumbuhan. Aplikasi CMA ini sebenarnya
merupakan keutuhan ekologi karena pada prinsipnya memanfaatkan sumberdaya alam hayati potensial untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan teknologi
yang sederhana, murah, dan ramah lingkungan.
VI. PEMILIHAN JENIS SEBAGAI UPAYA UNTUK PEMULIHAN LAHAN BEKAS TAMBANG