dari gunung berapi dan penggunaan peralatan berat untuk membersihkan hutan, seperti areal pertambangan. Berdasarkan ukurannya, gangguan dibagi menjadi
gangguan kecil, sedang, dan besar. Sedangkan berdasarkan lamanya gangguan dapat diklasifikasikan menjadi gangguan jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.
IV. MERESTORASI LAHAN BEKAS TAMBANG
Tahap-tahap yang harus diperhatikan dalam merestorasi lahan bekas tambang tersebut dikemukakan sebagai berikut:
1. dampak negatif dari kegiatan pertambangan, 2. soil re-construction, 3. revegetation constrains, 4. strategi untuk merehabilitasi, dan 5. post mining land
uses. A. Dampak Negatif dari Kegiatan Pertambangan
Akibat adanya kegiatan, mengakibatkan dampak besar terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah akibat tidak
adanya penutupan tajuk yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu, juga mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati
gene pool, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan, terjadinya peningkatan erosi, dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat
masuk ke lingkungan perairan. Jika hal ini dibiarkan, maka akan mengancam kehidupan manusia.
B. Soil Re-Construction
Untuk mencapai tujuan restorasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka perlu dilakukan beberapa upaya seperti : rekonstruksi lahan dan manajenem
top soil. Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali back filling dengan memperhatikan jenis dan
asal bahan urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air drainase yang kemungkinan terganggu. Sebaiknya bahan-bahan galian dikembalikan keasalnya
mendekati keadaan aslinya. Ketebalan penutupan tanah sub-soil disarankan berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan dengan re-distribusi top-soil. Untuk
memperoleh kwalitas top-soil yang baik, maka pada saat pengerukan, penyimpanan dan re-distribusinya harus dilakukan pengawasan yang ketat. Re-alokasi top-soil
pada lahan tanam bisa dilakukan secara lokal per-lubang atau disebarkan merata dengan kedalaman yang memadai. selain itu juga dilakukan revegetasi lahan kritis.
C. Revegetation Constrain Strategi yang perlu diterapkan pada perbaikan kondisi tanah antara lain :
perbaikan ruang tubuh, pemberian top-soil dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur. Hal utama yang harus diperhatikan dalam merestorasi
lahan bekas tambang jika kita ingin mengadakan suatu penanaman tanaman adalah kendala tanah dan tanaman-tanaman lokal yang potensial. Menurut Bradshaw
1983, masalah-masalah yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas ini adalah masalah fisik, kimia nutrients dan toxicity, dan biologi. Masalah fisik tanah
mencakup tekstur dan struktur tanah. Akibat dari kegiatan pertambangan mempengaruhi solum tanah dan terjadinya pemadatan tanah, mempengaruhi
stabilitas tanah dan bentuk lahan. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi
2002 digitized by USU digital library
3
tanah ph, kekurangan unsur hara seperti NPK dan magnesium, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi PH yang rendah berkaitan dengan ketersediaan posfat
juga rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme
potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroriza.
D. Strategi untuk Merehabilitasi