Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
HUBUNGAN STATUS KARIES DAN GINGIVITIS
DENGAN
ORAL HYGIENE
PADA ANAK USIA
6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG
KECAMATAN PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
MUHAMMAD MITRA NIM : 040600108
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2009
Muhammad Mitra
Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
x + 52 halaman
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan oral hygiene dengan status karies, menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis, menganalisa hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Jenis penelitian analitik cross sectional Pengukuran yang digunakan adalah indeks karies dari Klein , indeks gingivitis dan indeks plak dari Loe and Silness. Uji analisis dilakukan dengan ujistatistik.
Pemeriksaan status karies, indeks gingiva, indeks plak dilakukan pada 398 orang. Prevalensi karies murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung adalah 90,2% dengan median deft adalah 3,00(0-18,00) dan DMFT adalah 1,00(0-12,00). Median indeks plak 1,50(0-3,00) ; prevalensi gingivitis sebesar 91,2% dengan median 0,83(0-2,67). Hasil analisis yang menunjukkan faktor resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan atau perbedaan bermakna terhadap plak adalah faktor umur ( p = 0,03) dan faktor pendidikan ibu (p = 0,05); Faktor resiko oral hygiene
(3)
yang mempunyai hubungan terhadap deft adalah faktor umur (p = 0,000) ; Faktor resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan terhadap DMFT adalah faktor umur (p = 0,000), faktor frekuensi menyikat gigi (p = 0,014) dan penggunaan pasta gigi berflour (p= 0,048). Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara deft dengan indeks plak (p = 0,009), hubungan antara DMFT dengan indeks plak (p = 0,007) dan diperoleh juga adanya hubungan antara gingivitis dengan indeks plak (p = 0,000).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan kesehatan gigi pada murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung salah satunya melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi, program UKGS dan penatalaksanaan karies dan gingivitis yang sebaiknya dilakukan segera.
(4)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 29 Januari 2010
Pembimbing Tanda tangan
T. Hermina M, drg ………
(5)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 29 Januari 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Yati Roesnawi,drg ANGGOTA : 1. Essie Octiara,drg.,Sp.KGA
(6)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, seru sekalian alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari segala pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda H. Drg. Syaiful Anwar Nasution, Ibunda Hj. Drg. Mahdian Asfida serta adinda Muhammad Mahathir dan adinda Muhammad Mulkan atas do’a dan cinta kasih yang diberikan.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang banyak memberikan bantuan, antara lain :
1. Prof.Ismet Danial Nasution,drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. T. Hermina M, drg selaku selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu,membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
3. Taqwa Dalimunthe,drg.,Sp.KGA selaku ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak dan seluruh Staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak. 4. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku ketua tim pelaksana Desa
(7)
5. Wandania Farahanny,drg selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan masa pendidikan dan kepada seluruh Staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi USU.
6. Keluarga besar drg Kudri dan drg Mahrita Sp.perio atas semangat dan bantuan yang telah diberikan, khususnya buat Nana yang telah banyak memberikan dorongan penuh dan motivasi yang tiada henti kepada penulis demi kelancaran penyelesaian skripsi ini, semoga harapan dan cita kita tercapai.
7. Kepala Desa Ujung Rambung, Bapak Camat dan Kepala Dinas Kesehatan Serdang Bedagai yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 8. Teman-teman penelitian di Desa Ujung Rambung Maslah siregar, Adi wika,
Nicko agung, Ina Julita, Aeri atas kerja samanya serta Dian P., Amy, Reza lubis, Nanda Iswa dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data. 9. Keluarga Besar HMI Komisariat FKG USU khususnya senioren dan rekan
pengurus’08-‘09, Bg Efril,Bg Daus,Bg Ranu,Bg Akbar,Bg Irvan, Andri, Dimas, Tassa, Ade, Agung, Nia, Habib, Cony, Nuria dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan,atas dukungan dan merupakan suatu kebanggan berada diantara kaum insan cita, yakin dengan niat usaha dengan ilmu sampaikan dengan amal.
Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga Allah selalu meridhoi kita semua.
Medan, 29 Januari 2010 Penulis,
Muhammad Mitra NIM: 040600108
(8)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pemasalahan ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Hipotesa Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 7
2.2 Gingivitis ... 14
2.3 Oral Hygiene Yang Buruk ... 15
2.4 Faktor Resiko Oral hygiene ... 18
2.5 Kerangka teori ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 20
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 21
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
4.3 Variabel Penelitian ... 21
4.4 Skema Identifikasi Variabel ... 22
(9)
4.6 Tempat dan Waktu ... 27
4.7 Sarana Penelitian ... 27
4.8 Cara pengumpulan data ... 28
4.9 Pengolahan dan Analisa data ... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Indeks plak,indeks gingivitis dan status karies pada murid SD Usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung ... 29
5.2 Hubungan gingivitis dan status karies (deft,DMFT) dengan Oral hygiene. ... 31
5.3 Hubungan Indeks plak dan karies (deft,DMFT) dengan Faktor resiko oral hygiene ... 33
BAB 6 PEMBAHASAN ... 40
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 47
7.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Karis gigi pada anak-anak ... 7 2 Faktor-faktor penyebab karies... 10 3 Karies pada proksimal gigi yang berlanjut hingga karies
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Status kejadian karies, tingkat keparahan oral hygiene dan gingivitis Murid SD Desa Usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung ... 30 2 Nilai tengah(median) karies, plak dan gingivitis pada murid
SD usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung…………..…………. 30 3 Uji statistik antara indeks plak dengan indeks gingivitis
Murid SD Usia 6-12 Tahun di Desa Ujung Rambung ... 31 4 Uji statistik antara indeks plak dengan indeks deft dan DMFT
pada Murid SD Usia 6-12 Tahun di Desa Ujung Rambung ... 32 5 Uji Statistik antara Faktor resiko Oral Hygiene dengan Indeks Plak Pada Murid SD Desa Ujung Rambung ... 33 6 Uji Statistik antara Faktor resiko Oral Hygiene dengan deft dan DMFT
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Informasi Kepada Orang Tua dan Pernyataan Kesedian Orang Tua Subjek.
2. Lembaran Pemeriksaan Keadaan Gigi-Geligi pada Rongga Mulut Subjek. 3. Kuesioner Orang Tua Mengenai Hubungan Faktor Predisposisi Terahadap
Kejadian Karies. 4. Hasil Analisis Statistik.
5. ... Surat
ethical clearence.
6. ... Surat Keterangan SD 104272, SD 107426, SD swasta Tuanku Tambusai.
(13)
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2009
Muhammad Mitra
Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
x + 52 halaman
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan oral hygiene dengan status karies, menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis, menganalisa hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Jenis penelitian analitik cross sectional Pengukuran yang digunakan adalah indeks karies dari Klein , indeks gingivitis dan indeks plak dari Loe and Silness. Uji analisis dilakukan dengan ujistatistik.
Pemeriksaan status karies, indeks gingiva, indeks plak dilakukan pada 398 orang. Prevalensi karies murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung adalah 90,2% dengan median deft adalah 3,00(0-18,00) dan DMFT adalah 1,00(0-12,00). Median indeks plak 1,50(0-3,00) ; prevalensi gingivitis sebesar 91,2% dengan median 0,83(0-2,67). Hasil analisis yang menunjukkan faktor resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan atau perbedaan bermakna terhadap plak adalah faktor umur ( p = 0,03) dan faktor pendidikan ibu (p = 0,05); Faktor resiko oral hygiene
(14)
yang mempunyai hubungan terhadap deft adalah faktor umur (p = 0,000) ; Faktor resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan terhadap DMFT adalah faktor umur (p = 0,000), faktor frekuensi menyikat gigi (p = 0,014) dan penggunaan pasta gigi berflour (p= 0,048). Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara deft dengan indeks plak (p = 0,009), hubungan antara DMFT dengan indeks plak (p = 0,007) dan diperoleh juga adanya hubungan antara gingivitis dengan indeks plak (p = 0,000).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan kesehatan gigi pada murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung salah satunya melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi, program UKGS dan penatalaksanaan karies dan gingivitis yang sebaiknya dilakukan segera.
(15)
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2009
Muhammad Mitra
Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
x + 52 halaman
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa hubungan oral hygiene dengan status karies, menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis, menganalisa hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Jenis penelitian analitik cross sectional Pengukuran yang digunakan adalah indeks karies dari Klein , indeks gingivitis dan indeks plak dari Loe and Silness. Uji analisis dilakukan dengan ujistatistik.
Pemeriksaan status karies, indeks gingiva, indeks plak dilakukan pada 398 orang. Prevalensi karies murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung adalah 90,2% dengan median deft adalah 3,00(0-18,00) dan DMFT adalah 1,00(0-12,00). Median indeks plak 1,50(0-3,00) ; prevalensi gingivitis sebesar 91,2% dengan median 0,83(0-2,67). Hasil analisis yang menunjukkan faktor resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan atau perbedaan bermakna terhadap plak adalah faktor umur ( p = 0,03) dan faktor pendidikan ibu (p = 0,05); Faktor resiko oral hygiene
(16)
yang mempunyai hubungan terhadap deft adalah faktor umur (p = 0,000) ; Faktor resiko oral hygiene yang mempunyai hubungan terhadap DMFT adalah faktor umur (p = 0,000), faktor frekuensi menyikat gigi (p = 0,014) dan penggunaan pasta gigi berflour (p= 0,048). Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan antara deft dengan indeks plak (p = 0,009), hubungan antara DMFT dengan indeks plak (p = 0,007) dan diperoleh juga adanya hubungan antara gingivitis dengan indeks plak (p = 0,000).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan kesehatan gigi pada murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung salah satunya melalui pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi, program UKGS dan penatalaksanaan karies dan gingivitis yang sebaiknya dilakukan segera.
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi.1
Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan.2 Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak.3
Penelitian karies gigi pada anak telah banyak dilaporkan. Suwelo melaporkan prevalensi karies anak prasekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t rata-rata 7,02 ± 5,25 dan hasil survei di 10 provinsi (1984 – 1988) pada daerah kota, prevalensi karies anak umur 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94 , serta menurut SKRT (1995) menunjukkan prevalensi karies pada anak umur 12 tahun sebesar 76,9% dengan DMF-T 2,21.2 Hasil penelitian pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai diperoleh karies pada gigi susu kelompok umur 6-14 tahun def-t 6,29 ± 4,41 indikasi yang masih dapat ditambal rata 4,70 ± 3,40 dan gigi dengan indikasi cabut rata-rata 1,59 ± 1,90 gigi. Karies gigi tetap tiap anak 6-14 tahun dijumpai rata-rata-rata-rata 1,68 ±
(18)
1,91 gigi yang terdiri atas rata-rata gigi yang masih dapat ditambal 1,56 ± 1,75 gigi dan rata-rata gigi yang sudah dicabut atau indikasi cabut sebesar 0,12 ± 0,49 gigi.4 Hal ini menunjukkan suatu keadaan gigi yang hampir tanpa penanganan. Agar target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO bahwa angka DMF-T anak umur 12 tahun sebesar 1 dapat tercapai maka diperlukan suatu tindakan pencegahan.
Penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukkan penyakit tersebut banyak diderita pada anak dan sumber dari penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadi akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang yang melekat erat dipermukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri.1 Pada percobaan klinis yang dilakukan Syed & Loesche ternyata gingivitis yang timbul mempunyai hubungan yang erat nilai plak, kenaikan nilai plak diikuti oleh peningkatan nilai indeks gingiva.5
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak secara teratur. Penelitian yang dilakukan Nurmala S. Pada tahun 2004 dikota medan, prevalensi penyakit periodontal pada seluruh kelompok umur cukup tinggi yaitu 96,58%. Pada umur 6 tahun sebesar 50 % dan pada umur 11 tahun sebesar 90%.6 Namun, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah.6
Tindakan pencegahan dan perawatan tengah dilakukan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU) melalui desa binaan yang terletak di desa ujung rambung Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai, termasuk dalam hal
(19)
ini pencegahan dan pelayanan di bidang kesehatan gigi anak. Lokasi penelitian berada di desa ujung rambung yang berjarak ± 40 km dari Medan. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (2002), luas desa terdiri dari 3,28 km2. Jumlah penduduk 3.213 jiwa dengan 499KK, terdiri dari 1.255 pria, 1.017 wanita, 487 anak laki-laki dan 454 anak perempuan.Pemilihan lokasi dikarenakan desa ini tidak memiliki praktek dokter dan dokter gigi serta tidak adanya UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah), fasilitas kesehatan yang tersedia adalah Puskesmas yang terletak di Kecamatan berjarak 5,1 km dari desa. Desa ini juga merupakan desa binaan sekaligus desa percontohan dalam hal kesehatan gigi dan mulut. Penduduk desa ini sbelumnya telah mendapat pelayanan gigi dan mulut oleh FKG USU pada bulan Februari 2008, namun yang baru mendapatkan pelayanan kesehatan gigi ( penambalan, pencabutan dan pembersihan karang gigi) berjumlah 286 orang yang terdiri dari pasien dewasa, remaja dan anak-anak. Pasien anak yang paling banyak mendapatkan pelayanan kesehatan gigi sebesar 220 orang yaitu 5 orang pada usia 0-4 tahun, 126 orang pada usia 5-9 tahun, 89 orang pada usia 10-14 tahun. Jumlah anak yang memerlukan pelayanan kesehatan gigi adalah sebanyak 161 orang, yang mendapat perawatan sebanyak 157 orang dan hanya 4 orang yang tidak mendapat perawatan.7
Penelitian ini dilakukan pada anak-anak kelompok usia Sekolah Dasar dari kelas I sampai kelas VI di SDN 104272, SDN 107426 dan SD Swasta Tuanku Tambusai, dilakukan untuk mengetahui hubungan status karies dan gingivitis dengan oral hygiene pada anak di desa Ujung Rambung.
(20)
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam permasalahan umum dan khusus ,yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara oral hygiene dengan status karies pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung?
2. Apakah ada hubungan antara oral hygiene dengan gingivitis pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung?
3. Bagaimana faktor resiko oral hygiene anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung dihubungkan dengan status karies dan oral hygiene ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisa hubungan oral hygiene dengan status karies pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung
2. Menganalisa hubungan oral hygiene dengan gingivitis pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung
3. Menganalisa hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat untuk masyarakat :
1. Mendapatkan informasi mengenai oral hygiene dan status karies pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung sehingga dapat sebagai bahan masukan untuk memotivasi anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
(21)
2. Memotivasi masyarakat agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan Puskesmas.
3. Mempercepat pembentukan dan pemanfaatan UKGS.
4. Desa ujung Rambung dijadikan sebagai desa percontohan dalam hal kesehatan gigi dan mulut.
Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan :
1. Sebagai penelitian pendahuluan bagi bidang kedokteran gigi anak.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah maupun swasta dalam hal pencegahan kesehatan gigi dan mulut anak.
Manfaat kebutuhan klinis :
1. Diketahuinya informasi mengenai keadaan oral hygiene dan karies anak usia 6-12 tahun didesa Ujung Rambung sehingga dokter gigi dapat memberikan kebutuhan klinis yang tepat pada anak
2.Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan program pencegahan dalam hal kesehatan gigi dan mulut di desa Ujung Rambung dalam rangka mewujudkan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.
(22)
1.5 Hipotesa Penelitian
- Adanya hubungan oral hygiene dengan karies pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung.
- Adanya hubungan oral hygiene dengan gingivitis pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung.
- Adanya hubungan faktor resiko oral hygiene dengan status karies dan oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung.
(23)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang sering terjadi pada anak-anak. Rasa sakit pada karies yang tidak dirawat akan mempengaruhi kehadiran di sekolah, makan dan berbicara serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Semua anak-anak pernah mengalami karies yang merupakan penyebab patologis hilangnya gigi pada anak-anak (Gambar 1). Walaupun demikian, karies gigi dapat dicegah dan dirawat. 8,9
Gambar 1. Karies gigi pada anak-anak.17
2.1.1 Defenisi dan Prevalensi Karies Gigi
Karies merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, mulai dari permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur
(24)
jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum). Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi.9,10
Tingginya prevalensi karies pada anak dapat menyebabkan masalah pada kedokteran gigi anak. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan angka prevalensi karies pada gigi sulung, 40% anak-anak berumur 5 tahun di Inggris memiliki karies pada gigi sulung mereka (Pitts 2001), 30% hingga 50% anak-anak berumur 5 tahun di Zimbabwe memiliki karies (Frencken 1999), 56 % hingga 96 % anak-anak berumur 5 hingga 6 tahun di Hungaria mengalami karies pada gigi sulung mereka (Szoke 2000), 81% anak-anak berumur 7 tahun di Pulau Karibia (Alonge 1999), sedangkan di Oman, 69% hingga 96% anak-anak berumur 6 tahun mengalami karies gigi sulung (Al-Ismaily 1997).10 Di Arab Saudi, prevalensi karies pada anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) mencapai 94,4 %.23
2.1.2 Penyebab Dan Gejala Karies Gigi
Karies tidak dapat dilepaskan dari peran plak gigi dan peran organisme yang dominan terdapt didalamnya yitu Streptococcus mutans yang dianggap sebagai bakteri utama penyebab terjadinya karies. Karena terjadinya karies akibat adanya interaksi dari pejamu (permukaan gigi, saliva, pelikel), diet dan plak gigi. Plak merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi yang berada pada suatu polimer matriks bakteri dan saliva. Dari hasil pertemuan para pakar mikrobiologi ekologi pada konferensi yang diadakan oleh The national Institute for Dental and Craniofacial Research disepakati bahwa plak merupakan biofilm yang terbentuk didalam rongga mulut. 11
(25)
Biofilm merupakan suatu agregat kompleks dari mikroorganisme yang menempel dan berkembangbiak pada suatu permukaan jaringan keras dan lunak rongga mulut, berisikan satu atau beberapa spesies mikroorganisme yang melekat dengan bantuan glikokaliks. Dengan demikian plak yang disebut juga biofilm gigi dapat idefenisikan sebagai suatu deposit lunak yang mengandung berbagai macam kumpulan mikroorganisme pada permukaan gigi sebagai biofilm. Proses pembentukan plak pada permukaan gigi meliputi 3 tahap. Pertama, absorbsi protein saliva dan glikoprotein membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan gigi yang disebut pelikel ( acquired pellicle). Kedua, kolonisasi bakteri di dalam pelikel yang menempel pada email gigi. Ketiga, kolonisasi sekunder akibat interaksi antara bakteri dalam pelikel dengan bakteri lain yang ada dalam rongga mulut, yang menyebabkan meningkatnya diversitas spesies bakteri dimana pada akhirnya terjadi matrikulasi plak pada gigi.11 Namun, secara umum ada empat faktor yang berperan menyebabkan karies atau lubang gigi, yakni gigi (host), bakteri (plak/agent), karbohidrat atau sukrosa (environment) dan waktu (time).9,15 (Gambar 2)
(26)
Gambar 2. Faktor-faktor penyebab karies.20
Sebanyak 96 % enamel gigi terdiri dari mineral. Mineral tersebut, khususnya hidroksiapatit, akan larut jika dalam lingkungan asam. Dentin dan sementum merupakan bagian gigi yang mudah terkena karies daripada enamel. Hal ini dikarenakan dentin dan sementum memiliki sedikit mineral. Hilangnya mineral pada permukaan akar gigi 2,5 kali lebih cepat dibandingkan karies pada enamel. Selain itu, anatomi gigi juga dapat mempengaruhi pembentukan karies. Groove gigi (pit dan fisur) yang dalam mengakibatkan gigi mudah terkena karies. Makanan yang terjebak atau menumpuk diantara gigi (proksimal) juga dapat mempermudah terbentuknya karies gigi. Walaupun karies proksimal tidak terlihat secara kasat mata, namun gambaran radiografi dapat membantu untuk mendeteksi karies proksimal 8,16 (Gambar 3).
(27)
Gambar 3. Karies pada proksimal gigi yang berlanjut hingga karies yang melibatkan pulpa.8
Mulut terdiri dari berbagai jenis bakteri, namun hanya beberapa bakteri yang diyakini sebagai penyebab terjadinya karies. Bakteri-bakteri tersebut antara lain Sterptococcus mutans, Lactobacillus sp, Veillonella sp. dan Actinomyces sp. Bakteri-bakteri tersebut berkumpul di sekitar gigi dan gingiva, lalu membentuk sebuah lapisan biofilm yang disebut plak gigi. Selain di sekitar gigi dan gingiva, lapisan biofilm juga dapat terbentuk di tepi tambalan atau restorasi mahkota, pesawat ortodonsia atapun gigitiruan.8 Plak gigi merupakan faktor penyebab karies yang utama. Hal ini dikarenakan bakteri menghasilkan asam yang dapat melarutkan mineral gigi dan akhirnya terbentuklah karies atau lubang gigi.14-17
Makanan yang mengandung gula sangat mempengaruhi prevalensi dan perkembangan karies gigi. Intensitas karies pada anak-anak pra sekolah dipengaruhi oleh frekuensi konsumsi makanan yang mengandung gula. Salah satu jenis gula,
(28)
sukrosa merupakan sumber energi bakteri dan bersifat kariogenik. Asam yang diproduksi bakteri yang disebut dengan asam laktat merupakan hasil perubahan dari sukrosa atau glukosa melalui proses glikolitik yang disebut dengan fermentasi.8,10-16 Asam tersebut akan menyebabkan demineralisasi dan jika terus berlanjut maka akan menimbulkan lubang. Proses demineralisasi tergantung pada pH rongga mulut. Biasanya sekitar 5,2 hingga 5,5. Namun, proses remineralisasi juga dapat terjadi jika pH di sekitar gigi meninggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh (1) kurangnya substrat untuk metabolisme bakteri, (2) persentase bakteri kariogenik yang rendah pada plak gigi, (3) kecepatan sekresi saliva yang meningkat, (4) kemampuan buffer pada saliva yang tinggi, (5) adanya ion inorganik pada saliva, (6) fluoride dan (7) proses pembersihan rongga mulut yang teratur.18
Frekuensi gigi terkena bahan kariogenik (dalam lingkungan asam) akan mempengaruhi perkembangan karies. Setelah makan, bakteri dalam rongga mulut mengubah gula menjadi asam yang akan menurunkan pH rongga mulut. Kemudian pH kembali normal akibat kemampuan buffer dari saliva. Setiap terkena asam, mineral inorganik pada permukaan gigi akan larut dan kembali larut selama 2 jam. Perkembangan karies gigi dipengaruhi oleh frekuensi gigi terkena lingkungan asam. Sebagai contoh, ketika gula dimakan sepanjang hari, gigi lebih mudah terkena karies dan karies berkembang dengan cepat. Hal ini dikarenakan pH tidak kembali normal, sehingga permukaan gigi tidak dapat diremineralisasi dan mineral yang hilang semakin banyak.8
Disamping keempat faktor penyebab karies di atas, saliva juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan karies. Kemampuan buffer pada saliva
(29)
dihubungkan dengan perkembangan karies. Karena kemampuan buffer saliva dapat menetralkan kembali pH rongga mulut yang asam akibat metabolisme sukrosa yang dilakukan oleh bakteri. Adanya penyakit sistemik yang membuat volume saliva berkurang juga dapat meningkatkan insiden terjadinya karies. Contohnya sjögren's syndrome, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarcoidosis. Obat-obatan seperti antihistamin and antidepresan, juga dapat mengganggu aliran saliva di rongga mulut. Di Amerika Serikat, sebanyak 63 % obat-obatan memiliki efek samping mulut kering. Terapi radiasi pada perawatan kepala dan leher juga dapat menggangu produksi saliva di rongga mulut. Konsumsi tembakau pada rokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya karies. Beberapa rokok ternama memiliki kandungan gula yang tinggi yang dapat menyebabkan gigi mudah terkena karies.8
Seseorang yang mengalami karies biasanya tidak sadar atau mengetahui. Tanda awal dari karies adalah white spot pada permukaan gigi, menunjukkan daerah yang mengalami demineralisasi enamel. Jika demineralisasi berlanjut, maka akan berubah menjadi warna kecoklatan dan mulai berlubang. Sebuah brown spot merupakan tanda karies aktif dan selanjutnya terjadi kerusakan pada enamel atau dentin. Jika lubang terbentuk pada enamel dan tubulus dentin terpapar, maka akan menyentuh saraf gigi dan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit akan bertambah parah jika terkena panas, dingin atau makanan dan minuman manis. Karies juga dapat menyebabkan infeksi di sekitar gigi yang terkena karies.8,21
(30)
2.2 Gingivitis
Gingivitis merupakan salah satu penyakit periodontal yang terjadi akibat oral higiene yang buruk. Selain gingivitis, penyakit pada jaringan periodontal adalah periodontitis. Kedua penyakit tersebut dibedakan berdasarkan saku yang terbentuk. Pada gingivitis, saku yang terbentuk saku gusi, sedangkan pada periodontal saku yang terbentuk saku periodontal. Gingivitis jika tidak dirawat maka akan menjadi periodontitis. Gingivitis diklasifikasikan menjadi tiga yakni gingivitis ringan, sedang dan berat/parah. Tanda awal gingivitis ringan yakni edema pada tepi gingiva dengan perubahan warna dari merah jambu ke merah atau merah kebiruan. Pada gingivitis sedang gingiva berwarna merah, edematous dan berdarah jika disentuh. Sedangkan pada gingiva berat, gingiva berwarna merah tua, membesar dan berdarah spontan.28 Kadang-kadang pada gingivitis dapat dijumpai adanya ulser. Kontur gingiva normal yang stippling seperti kulit jeruk tidak dijumpai pada gingivitis, tetapi yang dijumpai adalah kontur yang licin berkilat. Pembesaran gingiva yang terjadi pada gingivitis membuat jarak antara tepi gingiva dan batas sementum enamel pada gigi semakin dalam.29,30
2.2.1 Definisi dan Prevalensi Gingivitis
Gingivitis dapat diartikan sebagai respon inflamasi pada gingiva. Respon inflamasi disebabkan adanya mikroba yang mengkoloni di sulkus gingiva atau permukaan gigi. Jika mikroba dalam jumlah sedikit, masih dapat ditolerir oleh tubuh melalui mekanisme pertahanan tubuh. Namun jika jumlah mikroba meningkat dan pertahanan tubuh tidak mampu melawan invasi bakteri, maka akan menyebabkan gingivitis.28,29
(31)
Pada anak-anak, prevalensi gingivitis meningkat seiring dengan pertambahan usia hingga mencapai puncak pubertas. Menurut Dhar dkk (2007), Prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 5-14 tahun di Rajasthan (India) sekitar 84,37 %.30 Di Lithuania, prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 6-14 tahun sekitar 56,4 % (Pauraite dkk).31
2.2.2 Penyebab dan Gejala Gingivitis
Penyebab terjadinya gingivitis atau inflamasi gingiva adalah adanya invasi bakteri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Loe dkk dan McCall 1933. Loe dkk meyimpulkan bahwa plak bakteri yang berkumpul di margin gingiva dapat menyebabkan gingivitis. Bakteri-bakteri tersebut antara lain Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis. Selain itu, defisiensi vitamin C juga dihubungkan dengan faktor etiologi gingivitis (Bucker 1943). Tanda-tanda atau gejala klinis dari inflamasi gingiva meliputi perubahan kontur, warna dan konsistensi. Pada gingivitis, kontur gingiva licin berkilat, berwarna merah hingga merah kebiruan, edematous dan perdarahan. 28,29
2.3 Oral Hygiene Yang Buruk
Kesehatan rongga mulut memegang peranan yang penting untuk masalah satu komponen hidup sehat yang penting. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik, maka akan menimbulkan penyakit di rongga mulut. Penyakit periodontal (seperti gingivitis dan periodontitis) dan karies gigi merupakan akibat dari oral higiene yang buruk.Penyakit periodontal dan karies gigi merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis. Kedua penyakit tersebut
(32)
dipengaruhi oleh tindakan kontrol plak oleh pasien dan perawatan dari dokter gigi.22 Kontrol plak yang dapat dilakukan oleh pasien di rumah antara lain menyikat gigi dan flossing. Sedangkan di klinik dokter gigi, dapat dilakukan topikal aplikasi fluoride dan skelling.23 Jika gigi bersih maka karies tidak akan terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh J Leon Williams (1852-1931), presiden pertama American Dental Association (ADA). Oral higiene yang baik akan mencegah timbulnya karies.20
Karies gigi, gingivitis dan status kesehatan rongga mulut sangat berhubungan karena penyakit periodontal (seperti gingivitis dan periodontitis) dan karies gigi merupakan akibat dari oral higiene yang buruk. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi bersifat kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mengalaminya seumur hidup. Namun demikian penyakit ini sering tidak mendapat perhatian dari masyarakat dan tenaga kesehatan, karena jarang membahayakan jiwa.23
Selain faktor gigi itu sendiri, faktor dari luar juga berhubungan dengan resiko terjadinya karies, seperti budaya, status sosial ekonomi, gaya hidup dan pola makan. Karies gigi lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 11 – 14 tahun.23 Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menunjukkan prevalensi karies gigi 89,38% untuk usia 15 tahun; 83,50% untuk usia 18 tahun; 94,56% untuk usia 35-44 tahun dan 98,57% untuk usia 65 tahun ke atas.18 Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan sebanyak 76,2 % anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun atau hampir 8 dari 10 anak mengalami karies
(33)
atau gigi berlubang. Dan berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05 %. Tingginya prevalensi karies gigi di Indonesia, membuat masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.24-26
Karies gigi disebabkan oleh plak bakteri yang ada di sekitar gigi dalam jangka waktu tertentu. Untuk terjadinya lubang atau karies pada permukaan licin gigi yang dapat terlihat secara klinis dibutuhkan waktu kira-kira 18 bulan ± 6 bulan. Karies gigi pada tahap awal tidak menimbulkan rasa sakit, namun pada tahap lanjut dapat menimbulkan rasa sakit.27 Beberapa kondisi yang menyebabkan hal tersebut yakni frekuensi konsumsi gula, mulut kering dan oral higiene yang buruk.14 Oral higiene dapat dirawat secara pribadi di rumah dengan cara menyikat gigi secara tepat dan teratur. Tujuannya yakni untuk meminimalkan bakteri penyebab penyakit di rongga mulut dengan mencegah pembentukan plak bakteri dan menyingkirkannya. Jika plak bakteri bertambah banyak, gigi akan mudah terkena karies. Karena sisa makanan yang mengandung gula akan dipakai bakteri untuk memproduksi asam yang akan mendemineralisasikan enamel. Selain di rumah, perawatan oral higiene dapat dilakukan di klinik dokter gigi. Dokter gigi akan menyingkirkan plak dan kalkulus yang sulit disingkirkan secara pribadi di rumah.8
Oral higiene yang buruk juga berhubungan dengan gingivitis. Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva. Selain itu, defisiensi vitamin C juga dihubungkan dengan faktor etiologi gingivitis (Bucker 1943). Prevalensi terjadinya gingivitis pada anak-anak meningkat hingga mencapai umur pubertas (Parfitt 1957,
(34)
Hugoson dkk 1981 dan Stamm 1986). Pada anak-anak, gingivitis tidak terjadi separah dengan yang terjadi pada orang dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun tubuh, ataupun perbedaan morfologi jaringan periodontium antara anak-anak dan orang dewasa (Bimstein dan Matsson 1999). Plak bakteri pada anak-anak biasanya terdiri dari bakteri patogen yang konsentrasinya rendah.28,29
2.4 Faktor Resiko Oral Hygiene
Oral higiene memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup sehat. Jika oral higiene tidak terpelihara maka akan menimbulkan berbagai penyakit di rongga mulut. Oral higiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan ras. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sogi GM dkk (2002) dan Peres MA dkk (2003), karies gigi dan status kesehatan rongga mulut anak-anak usia 13 hingga 14 tahun sangat berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Namun, menurut penelitian Mustahsen dkk tahun 2008, status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Pada penelitian Mustahsen dkk, keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada yang keadaan sosial ekonominya rendah atau tinggi.23 Disamping berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi, kesehatan rongga mulut juga berhubungan dengan tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan ras. Menurut Tirthankar (2002), tingkat pendidikan merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat. Seseorang
(35)
dengan tingkat pendidikan tingi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.3 Sedangkan pada faktor usia dan jenis kelamin, anak-anak yang berusia diantara 11 - 14 tahun dan jenis kelamin perempuan memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk (WHO). Jika dihubungkan dengan ras, orang Asia dan Afrika memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada orang Eropa dan Amerika.21
2.5 Kerangka teori
Karies Gingivitis
Karbohid rat (diet)
Host
Saliva
Jenis kelamin
Defisiensi Nutrisi/
Vit. C Bakteri
Oral Hygiene
(36)
BAB 3
KERANGKA KONSEP
?
?
SUBSTRAT PLAK BAKTERI GIGI WAKTU
ORAL HYGIENE BURUK : -Plak
-Faktor resiko
(pendidikan,sosio-ekonomi, perilaku kesehatan gigi) PLAK
KARIES GIGI GINGIVITIS
(37)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan secara analitik cross sectional.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Anak sekolah dasar yang terdapat di dua Sekolah Dasar Negeri (SDN 104272 dan SDN 107426) dan satu Sekolah
Dasar Swasta (SD Swasta Tuanku Tambusai) di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
Sampel : Anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. yang terdapat di dua Sekolah Dasar (SDN 104272 dan SDN 107426) dan
satu Sekolah Dasar Swasta (SD Swasta Tuanku Tambusai) di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai.
Teknik pengambilan sampel : Purposive Sampling.
4.3 Variabel Penelitian
- Variabel tidak terkendali :
Sosial-ekonomi dan Pengetahuan -Variabel terkendali :
(38)
- Variabel bebas : Oral hygiene
- Variabel tergantung : a. Status karies b. Gingivitis
4.4 Skema Identifikasi Variabel
4.5 Definisi Operasional
4.5.1 Karies adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, mulai dari permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang
Variabel bebas : Oral hygiene
Variabel tergantung : - Status karies - Gingivitis Variabel tidak terkendali :
- Sosial-ekonomi - Pengetahuan
Variabel terkendali : - Umur
(39)
disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum). 8,9
4.5.2 Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva. Tanda awal gingivitis antara lain adanya adema pada margin gingiva ditandai dengan perubahan warna merah jambu ke warna merah atau merah biru.28,29.
4.5.3 Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies, karena objek penelitian adalah anak pada masa gigi bercampur, maka digunakan indeks dari klein yang meliputi pemeriksaan pada gigi (DMF-T/def-t) .32
DMF-T
Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga.
D = Decayed = gigi tetap yang mengalami karies atau yang belum ditambal. M = Missing = gigi tetap dengan kesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan sudah dicabut.
F = Filling = gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal. T = Tooth = Gigi tetap (permanen).
def-t
d = decayed = gigi susu yang mengalami karies dan belum ditambal. e = extracted = gigi susu dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat, radiks(indikasi pencabutan) dan gigi yang hilang tidak diperhitungkan.
f = filling = gigi susu yang mengalami karies dan sudah ditambal. t = tooth = gigi sulung
(40)
4.5.4 Indeks gingiva diperkenalkan oleh Loe and Silness pada tahun 1963 dengan kriteria pemberian skornya antara lain :
Kode 0 : Gingiva normal.
Kode 1 : Peradangan ringan, pembengkakan sedikit dan tidak ada perdarahan sewaktu probing.
Kode 2 : Peradangan sedang, terlihat gingiva memerah, membengkak dan terjadi perdarahan setelah probing.
Kode 3 : Peradangan berat, terlihat warna merah yang jelas, kecenderungan perdarahan spontan.32
4.5.5 Indeks oral hygine, pada anak digunakan indeks plak Loe and Silness dengan kriteria pemberian skornya antara lain :
Kode 0 : Tidak ada plak pada daerah gingiva.
Kode 1 : Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai dengan mengesek gesekan sonde sepanjang permukaan gigi.
Kode 2 : Penumpukan yang sedang dari deposit lunak di dalam saku dan tepi gingiva, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Kode 3 : Penumpukan yang banyak dari deposit lunak di dalam saku da/atau Pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.32
4.5.6 Pemeriksaan indeks plak dan gingiva dilakukan pada 6 gigi yaitu 55/16, 51/11, 65/26, 85/46, 71/31, 75/36, yaitu sebagai berikut :
(41)
55/16 51/11 65/26
85/46 71/31 75/36
4.5.7 Pemberian nilai indeks gingiva adalah dengan menjumlahkan skor indeks gingiva yang diperiksa lalu dibagi jumlah gigi(6). Bila hasilnya berkisar 0-1 dikategorikan gingivitis ringan, 1,1-2 dikategorikan gingivitis sedang, 2,1-3 dikategorikan gingivitis parah. Pemberian skor indeks gingiva yaitu :
- skor 1 : gingivitis parah (2,1-3). - skor 2 : gingivitis sedang (1,1-2). - skor 3 : gingivitis ringan (0-1)
4.5.8 Pemberian nilai indeks plak adalah dengan menjumlahkan skor indeks plak yang diperiksa lalu dibagi jumlah gigi (6). Bila hasilnya berkisar 0-0,9 dikategorikan oral hygine baik, 1-1,9 dikategorikan oral hygine sedang, ≥ 2 dikategorikan oral hygine buruk.32 Pemberian skor indeks plaknya yaitu :
- skor 1 : oral hygine buruk (≥ 2). - skor 2 : oral hygine sedang (1-1,9). - skor 3 : oral hygine baik (0-0,9)
4.5.9 Jenis kelamin adalah anak laki-laki dan perempuan. Penentuan skornya : - skor 1 : anak laki-laki
(42)
4.5.10 Umur anak adalah umur subjek 6-12 tahun dihitung dari ulang tahun terakhir anak. Penentuan skornya :
- skor 1 : umur 6-7 tahun - skor 2 : umur 8-9 tahun - skor 3 : umur 10-11 tahun - skor 4 : umur 12 tahun
4.5.11 Pemberian kategori skor untuk tingkat pendidikan,yaitu : - skor 1 : Tingkat rendah ( Tidak sekolah dan Tamat SD ).
- skor 2 : Tingkat sedang ( Tamat SLTP )
- skor 3 : Tingkat tinggi ( Tamat SLTA dan Akademik /Perguruan tinggi) 4.5.12 Pemberian kategori skor untuk pekerjaan ibu, yaitu : - skor 1 : tidak bekerja
- skor 2 : bekerja (buruh/tukang/PRT, petani,pegawai swasta,PNS/TNI/Polisi, Pedagang/pengusaha/wiraswasta)
4.5.13 Pemberian kategori skor untuk penghasilan,yaitu : - skor 1: ≤ 1 juta rupiah
- skor2 : > 1 juta rupiah
4.5.14 Pemberian kategori skor untuk frekuensi dalam sehari anak menyikat gigi, yaitu :
- skor 1 : Frekuensi salah (Tidak pernah sikat gigi, tidak setiap hari sikat gigi dan 1 kali sehari sikat gigi).
- skor 2 : Frekuensi benar ( 2 kali sehari, 3 kali sehari, lebih dari 3 kali sehari) 4.5.15 Pemberian kategori skor pada waktu penyikatan gigi,yaitu :
(43)
- skor 1 : Waktu salah ( tidak tentu, Sebelum sarapan pagi atau mandi sore, Sebelum sarapan pagi dan Saat mandi sore hari).
- skor 2 : Waktu benar (Setelah sarapan pagi atau Malam hari sebelum tidur, dan Setelah sarapan pagi dan Malam hari sebelum tidur).
4.5.16 Pemberian kategori skor untuk penggunaan pasta gigi berflour,yaitu: - skor 1 : tidak menggunakan flour
- skor 2 : menggunakan flour
4.6 Tempat dan Waktu
Tempat : Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Waktu : Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai
November 2009.
4.7 Sarana penelitian Alat :
- Sonde
- Pinset
- Kaca mulut
- Prob periodontal
- Masker dan sarung tangan - Senter atau Lampu penerangan
Bahan :
(44)
- Antiseptik
- Kapas
4.8 Cara pengumpulan data
Meminta izin kepada kepala desa dan kepala sekolah di tiga sekolah dasar yaitu SDN 104272, SDN 107426 dan SD Swasta Tuanku Tambusai, lalu memberikan informed consent dan kuesioner untuk diisi kepada orang tua murid. Pengumpulan data dilakukan di sekolah masing-masing. Sampel dikumpulkan diruangan yang telah disediakan pihak sekolah berdasarkan tingkat kelasnya. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan pada rongga mulut menggunakan prob periodontal, sonde, kaca mulut,dan bantuan cahaya dari senter. Pada setiap sampel dicatat indeks DMFT, indeks deft, indeks gingivitis, indeks plak pada lembar pemeriksaan.
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Science).
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kruskal wallis test dan Mann-Whitney sebab data yang diperoleh tidak terdistribusi normal.
(45)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Ujung rambung dari bulan Mei s/d Juli 2009 selama 5 minggu di tiga Sekolah Dasar Desa Ujung Rambung yaitu SD Negeri 104272, SD Negeri 107426 dan SD Swasta Tuanku Tambusai. Diperoleh data berdasarkan daftar hadir masing-masing sekolah dengan total jumlah murid sebanyak 417 orang. Namun, lima orang tidak menjadi subjek penelitian dengan alasan tidak hadir saat pemeriksaan, menolak diperiksa, dan tidak diizinkan orang tua sehingga jumlah murid yang diperiksa menjadi 412 orang. Dari 412 orang, sebanyak 14 orang telah berusia diatas 12 tahun, sehingga jumlah anak yang berusia 6-12 tahun berjumlah 398 orang. Kuesioner yang dikembalikan dan diisi dengan lengkap dari anak usia 6-12 tahun hanya 330 kuesioner.
5.1 Indeks plak, Indeks gingivitis dan status karies pada Murid SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung
Data karies pada murid SD Desa Ujung Rambung terdiri atas karies dan bebas karies dengan bebas karies sebanyak 39 orang (9,8%) dan karies sebanyak 359 orang (90,2%). Pada data dari indeks plak diperoleh 72 orang (18,09 %) kategori oral hygiene baik ; 225 orang (56,53%) kategori oral hygiene sedang ; 101 orang (25,38%) kategori oral hygiene buruk. Dari data indeks gingivitis diperoleh 254 orang (63,81%) kategori gingivitis ringan ; 139 orang (34,93%) kategori gingivitis sedang ; 5 orang kategori gingivitis parah(1,26%) (tabel 1).
(46)
TABEL 1. STATUS KEJADIAN KARIES, TINGKAT KEPARAHAN ORAL HYGIENE DAN GINGIVITIS PADA MURID SD USIA 6-12 DI DESA UJUNG RAMBUNG (N = 398)
Dari penelitian anak usia 6-12 tahun yang dilakukan pemeriksaan terhadap karies ,plak dan gingivitis diperoleh nilai median deft yaitu 3,00 ; DMFT yaitu 1,00 ; indeks plak adalah 1,50 ; indeks gingivitis adalah 0,83 .(Tabel 2)
Tabel 2. NILAI TENGAH (MEDIAN) KARIES, INDEKS PLAK DAN INDEKS GINGIVITIS PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG (N=398)
Indeks Nilai tengah (Median) Nilai maksimum Nilai minimum
Deft 3,00 18,00 0
DMFT 1,00 12,00 0
Plak 1,50 3,00 0
Gingivitis 0,83 2,67 0
Kriteria N (orang) Presentase (%)
Kejadian karies Tidak Ya 39 359 9,8 90,2 Plak Buruk Sedang Baik 101 225 72 25,38 56,53 18,09 Gingivitis Parah Sedang Ringan 5 139 254 1,26 34,93 63,81
(47)
5.2 Hubungan gingivitis dan status karies (deft, DMFT) dengan oral hygiene
Pada penelitian data yang telah diperoleh dilakukan pemrosesan data secara analitik untuk melihat hubungan antara status karies (deft,DMFT) dengan oral hygiene (plak) dan juga hubungan antara gingivitis dengan oral hygiene (plak). Data ini diketahui dari lembar pemeriksaan pada 398 orang. Pada lembar pemeriksaan tersebut didapat status karies (deft dan DMFT), indeks plak dan indeks gingivitis yang kemudian dilakukan uji analisis untuk mengetahui hubungan dengan hubungan signifikan p < 0,05.
Pada uji statistik, diperoleh nilai p pada hubungan antara indeks plak dengan gingivitis, dengan nilai p = 0,000 ( tabel 3 ).
Tabel 3. UJI STATISTIK ANTARA INDEKS PLAK DENGAN INDEKS GINGIVITIS,PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG Kriteria indeks plak Indeks gingivitis Nilai minimum Nilai maximum
Median Mean SD P
Buruk Sedang Baik 0,33 0,00 0,00 2,67 2,00 2,00 1,41 0,83 0,50 1,42 0,84 0,54 0,46 0,46 0,48 0,000
Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara kriteria plak Buruk dan Sedang ; p = 0,000. - Antara kriteria plak Buruk dan Baik ; p = 0,000. - Antara kriteria plak Baik dan Sedang ; p = 0,000.
(48)
Pada uji statistik, diperoleh nilai p pada hubungan antara status karies yaitu deft dengan indeks plak , dengan nilai = 0,009 ; dan DMFT dengan indeks plak , dengan nilai = 0,007 (tabel 4).
Tabel 4. UJI STATISTIK ANTARA INDEKS PLAK DENGAN INDEKS deft DAN INDEKS DMFT PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA
UJUNG RAMBUNG
Kriteria Indeks
plak
Indeks deft Indeks DMFT Nilai
min.
Nilai max.
Median Mean SD P Nilai min.
Nilai max.
Median Mean SD p
Buruk Sedang Baik 0,00 0,00 0,00 15,00 18,00 16,00 3,00 3,00 1,00 3,93 4,02 3,04 3,46 3,62 3,94 0,009 0,00 0,00 0,00 12,00 9,00 6,00 1,00 1,00 0,00 1,93 1,32 0,97 2,49 1,71 1,56 0,007
Perolehan hasil analitik indeks deft tersebut memiliki hubungan bermakna (p = 0,009), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara kriteria plak Buruk dan Sedang; p = 0,958. - Antara kriteria plak Buruk dan Baik ; p = 0,014. - Antara kriteria plak Baik dan Sedang ; p = 0,003.
Perolehan hasil analitik indeks DMFT tersebut memiliki hubungan bermakna (p = 0,007) , sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara kriteria plak Buruk dan Sedang; p = 0,058. - Antara kriteria plak Buruk dan Baik ; p = 0,002. - Antara kriteria plak Baik dan Sedang ; p = 0,040.
(49)
5.3 Hubungan Indeks Plak dan Karies (deft, DMFT) dengan Faktor resiko Oral
hygiene
Untuk melihat ada hubungan Indeks Plak dan karies dengan Faktor resiko Oral hygiene digunakan uji statistik dengan hubungan signifikan p < 0,05. Dari uji statistik untuk melihat hubungan antara indeks plak dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (0,038) dan pada faktor pendidikan ibu (0,05) (tabel 5).
Tabel 5. UJI STATISTIK ANTARA FAKTOR RESIKO ORAL HYGIENE DENGAN INDEKS PLAK PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG
Kriteria N %
Indeks plak
Median Nilai min Nilai max P 1. Umur 6-7 tahun 8-9 tahun 10-11 tahun 12 tahun 99 157 114 28 24,9 39,4 28,6 7,0 1,50 1,66 1,33 1,26 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 3,00 3,00 2,33 0,038
2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 199 199 50 50 1,50 1,50 0,00 0,00 3,00 2,83 0,226 3. Pendidikan orang tua
a. Ayah Tingkat rendah Tingkat sedang Tingkat tinggi b. Ibu Tingkat rendah Tingkat sedang Tingkat tinggi 154 91 85 183 95 52 46,6 27,6 25,8 55,45 28,78 15,77 1,50 1,33 1,50 1,50 1,33 1,66 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 2,50 2,83 3,00 2,66 3,00 0,170 0,05 4. Pekerjaan ibu
- Tidak bekerja - Bekerja
134 196 40,6 59,4 1,50 1,50 0,00 0,00 2,83
(50)
Kriteria N % Indeks plak
Median Nilai min Nilai max P 5. Penghasilan
- ≤ 1 juta rupiah - > 1 juta rupiah
299 31 90,6 31 1,50 1,50 0,00 0,16 3,00 2,50 0,632 6. Ibu membantu/ mengawasi anak dalam menyikat gigi. Tidak Ya 60 270 18,2 82,8 1,50 1,50 0,50 0,00 3,00 3,00 0,853 7. Frekuensi dalam sehari anak menyikat gigi. Frek. Salah Frek. Benar 57 273 17,3 82,7 1,50 1,50 0,00 0,00 3,00 2,83 0,420 8. Waktu dilakukan penyikatan gigi Waktu salah Waktu benar 227 103 68,8 31,2 1,50 1,33 0,00 0,00 3,00 2,83 0,380 9. Anak menyikat gigi menggunakan pasta gigi
berfluor Tidak Ya 56 274 17 83 1,50 1,50 0,00 0,00 3,00 3,00 0,786
Perolehan hasil analitik antara indeks plak dengan umur memiliki hubungan bermakna (p = 0,038), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun; p = 0,189. - Antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,239. - Antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun ; p = 0,195.
(51)
- Antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,013 - Antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ; p = 0,042 - Antara umur 10-11 tahun dan 12 tahun ; p = 0,660
Perolehan hasil analitik antara indeks plak dengan pendidikan ibu memiliki hubungan bermakna (p = 0,05), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara umur tingkat rendah dan sedang; p = 0,293. - Antara umur tingkat rendah dan tinggi ; p = 0,045. - Antara umur tingkat sedang dan tinggi ; p = 0,015.
Antara def-t dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (0,000) (tabel 6). Uji statistik untuk melihat hubungan antara DMF-T dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (0,001); frekuensi menyikat gigi dalam sehari (0,014) ; faktor menyikat gigi menggunakan pasta gigi berflour (0,048). Selebihnya tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara indeks plak, deft dan DMFT dengan faktor resiko oral hygiene.(tabel 6)
(52)
Tabel 6. UJI STATISTIK ANTARA FAKTOR RESIKO ORAL HYGIENE DENGAN deft DAN DMFT PADA MURID SD USIA 6-12 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG
Kriteria N % Deft DMFT Me- dian Nilai min Nilai max p Me- Dian Nilai min Nilai max p 1. Umur 6-7 tahun 8-9 tahun 10-11 tahun 12 tahun 99 157 114 28 24,9 39,4 28,6 7,0 7,00 3,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16,00 18,00 13,00 6,00 0,000 0,00 1,00 1,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00 9,00 12,00 10,00 0,001
2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 199 199 50 50 3,00 3,00 0,00 0,00 15,00 18,00
0,676 1,00 1,00 0,00 0,00 12,00 10,00 0,171
3. Pendidikan orang tua c. Ayah Tingkat rendah Tingkat sedang Tingkat tinggi d. Ibu Tingkat rendah Tingkat sedang Tingkat tinggi 154 91 85 183 95 52 46,6 27,6 25,8 55,45 28,78 15,77 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00 4,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16,00 12,00 15,00 14,00 12,00 16,00 0,888 0,062 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8,00 9,00 10,00 10,00 8,00 8,00 0,915 0,211
4. Pekerjaan ibu - Tidak bekerja - Bekerja
134 196 40,6 59,4 3,00 2,50 0,00 0,00 15,00 16,00
0,072 0,00 1,00 0,00 0,00 8,00 10,00 0,194 5. Penghasilan - ≤ 1 juta rupiah - > 1 juta rupiah
299 31 90,6 31 3,00 4,00 0,00 0,00 16,00 11,00
0,077 1,00 2,00 0,00 0,00 10,00 8,00 0,111 6. Ibu membantu/ mengawasi anak dalam menyikat gigi. Tidak Ya 60 270 18,2 82,8 2,00 3,00 0,00 0,00 16,00 15,00 0,282 1,00 1,00 0,00 0,00 9,00 10,00 0,206
(53)
Kriteria N % Deft DMFT Me- dian Nilai min Nilai max p Me- Dian Nilai min Nilai max p 7. Frekuensi
dalam sehari anak menyikat gigi. Frek. Salah Frek. Benar 57 273 17,3 82,7 4,00 3,00 0,00 0,00 16,00 15,00
0,258 1,00 0,00 0,00 0,00 9,00 10,00 0,014 8. Waktu dilakukan penyikatan gigi Waktu salah Waktu benar 227 103 68,8 31,2 3,00 2,00 0,00 0,00 16,00 13,00 0,081 1,00 0,00 0,00 0,00 9,00 10,00 0,153 9. Anak menyikat gigi menggunakan pasta gigi berfluor Tidak Ya 56 274 17 83 2,00 3,00 0,00 0,00 16,00 15,00 0,489 1,50 1,00 0,00 0,00 9,00 10,00 0,048
Perolehan hasil analitik antara indeks deft dengan umur memiliki hubungan bermakna (p = 0,000), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun; p = 0,000. - Antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,000. - Antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun ; p = 0,000. - Antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,000 - Antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ; p = 0,000 - Antara umur 10-11 tahun dan 12 tahun ; p = 0,057
(54)
Perolehan hasil analitik antara indeks DMFT dengan umur memiliki hubungan bermakna (p = 0,001), sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :
- Antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun; p = 0,026. - Antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,000. - Antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun ; p = 0,002. - Antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ; p = 0,077 - Antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ; p = 0,042 - Antara umur 10-11 tahun dan 12 tahun ; p = 0,293
Pada penelitian ini juga didapatkan gambaran umur 6-7 tahun sebanyak 99 orang (24,9%), umur 8-9 tahun sebanyak 157 orang (39,4%), umur 10-11 tahun sebanyak 114 orang (28,6%), umur 12 tahun sebanyak 28 orang (7,0%). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan yang berusia 6-12 tahun di SD Ujung Rambung memiliki jumlah dan persentase yang sama yaitu masing-masing sebanyak 199 orang (50%) (tabel 5 dan 6).
Pada tingkat pendidikan orang tua diperoleh pendidikan ayah dengan pendidikan tingkat rendah (tidak sekolah dan tamat SD ) sebanyak 154 orang (46,6%), tingkat sedang (tamat SLTP) sebanyak 91 orang (27,6%), tingkat tinggi (tamat SLTA dan akademik/perguruan tinggi) sebanyak 85 orang (25,8%); dan pada tingkat pendidikan ibu diperoleh dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 183 orang (55,45%), tingkat sedang sebanyak 95 orang (29,78%) dan tingkat tinggi sebanyak 52 orang (15,77%).
(55)
Pada pekerjaan ibu diperoleh yang terbanyak jumlahnya adalah yang tidak bekerja sebanyak 134 orang (40,6%), yang bekerja sebagai petani sebanyak 101 orang (30,6%), yang bekerja sebagai buruh/tukang/pembantu rumah tangga sebanyak 43 orang (13%), yang bekerja sebagai pedagang/pengusaha/wiraswasta sebanyak 34 orang (10,3%), yang bekerja sebagai Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polisi sebanyak 18 orang (5,5%). Berdasarkan penghasilan orang tua, yang terbanyak adalah dibawah sama dengan 1 juta rupiah (≤ 1 juta) yaitu sebanyak 299 orang (90,6%). Berpenghasilan diatas 1 juta rupiah (> 1 juta) sebanyak 31 orang (9,4%). (tabel 5 dan 6).
(56)
BAB 6 PEMBAHASAN
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat identitas, memeriksa indeks plak, indeks gingivitis dan status karies lalu dilakukan pencatatan dilembar pemeriksaan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner diberikan untuk mengetahui karakteristik masyarakat Desa Ujung Rambung yang berhubungan dengan faktor resiko oral hygiene. Pertanyaan ini meliputi tingkat pendidikan, sosial-ekonomi dan perilaku terhadap kesehatan gigi. Pada penelitian ini data yang diperoleh tidak terdistribusi normal sehingga tidak ditentukan rata-rata (mean) pada masing-masing skala pengukuran.
Prevalensi karies gigi murid-murid Sekolah Dasar yang berumur 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung sebesar 90,2% (tabel 1) serta def-t 3,00(0,00–18,00) dan DMF-T 1,00(0,00-12,00). Prevalensi tersebut berbeda dengan prevalensi pada saat pengabdian FKG USU di Desa Ujung Rambung tahun 2008, dimana prevalensi karies anak dengan umur 0-14 tahun adalah sebesar 73,18%.7 Penelitian Situmorang N. (2008) di beberapa Kecamatan di Kota Madya Medan, diperoleh prevalensi karies anak usia sekolah sebesar 74,69 %.33 Berbeda dengan hasil penelitian Essie O. dan Yati R. (2001) pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai diperoleh karies pada gigi susu kelompok umur 6-14 tahun def-t 6,29 ± 4,41 dan karies gigi tetap DMFT tiap anak 6-14 tahun dijumpai rata-rata 1,68 ± 1,91 gigi.4
Pada penelitian ini diperoleh indeks plak buruk (≥ 2) sebanyak 101 orang dengan presentase 25,38%, indeks plak sedang (1-1,9) sebanyak 225 orang dengan
(57)
presentase 56,53%, indeks plak baik (0-0,9) sebanyak 72 orang dengan presentase 18,09% , hal ini dapat diartikan yang tinggi presentase oral hygiene adalah oral hygiene yang sedang (tabel 1). Diperoleh juga median sebesar 1,50(0,00 – 3,00). Pada penelitian Silvia Anitasari pada siswa Sekolah Dasar dari kelas 1-6 di Kecamatan Palaran Samarinda didapatkan 6,73% siswa keadaan kebersihan gigi dan mulut baik ; 59,03% sedang ;34,24% buruk dengan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) rata-rata adalah 3 (kategori sedang).1 Sama dengan hasil penelitian Essie O. dan Yati R. (2001) pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai diperoleh indeks OHI-S anak umur 6-14 tahun dengan rata-rata 2,37 termasuk kriteria sedang, lebih baik dibandingkan indeks OHI-S pada anak SD Yon Angmor Jakarta yaitu 3,36.
Pada indeks gingivitis terdapat 35 orang (8,8%) yang bernilai 0,00 sehingga didapat prevalensi gingivitis pada penelitian ini sebesar 91,2% dengan dengan median sebesar 0,83(0,00-2,67) (tabel2). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nurmala S., pada tahun 2004 di Kota Madya Medan, prevalensi penyakit periodontal pada seluruh kelompok umur cukup tinggi yaitu 96,58%. Pada umur 6 tahun sebesar 50 % dan pada umur 11 tahun sebesar 90%.6 Pada penelitian yang dilakukan Dhar dkk (2007), prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 5-14 tahun di Rajasthan (India) sekitar 84,37 %.30 Di Lithuania, prevalensi gingivitis pada anak-anak usia 6-14 tahun sekitar 56,4 % (Pauraite dkk).31
Pada penelitian diuji hubungan antara gingivitis dengan oral hygiene (indeks plak) dan juga antara deft, DMFT dengan indeks plak. Dilakukan uji Kruskal-Wallis dikarenakan tidak terdistribusi normal data yang dikumpulkan, diperoleh nilai p pada hubungan antara gingivitis dengan indeks plak , dengan nilai p = 0,00 (tabel 3). Oleh
(58)
karena p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa paling tidak terdapat hubungan antara gingivitis dengan indeks plak antara dua kelompok. Untuk mengetahui kelompok yang mempunyai hubungan atau yang memiliki perbedaan, maka dilakukan analisis post hoc, alat untuk analisis post hoc pada uji Kruskal-Wallis adalahuji Mann Whitney.
Hasil dari analisis post hoc tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan gingivitis adalah antara kelompok plak buruk dan sedang, kelompok plak buruk dan baik dan kelompok plak baik dan sedang. Perbedaan tersebut peneliti melihat pada kondisi plak (oral hygiene) buruk, indeks gingivitisnya, yaitu 1,41 (0,33-2,67) , lebih tinggi daripada indeks gingivitis pada saat kondisi plak (oral hygiene) baik,yaitu 0,50 (0,00-2,00). Artinya semakin bertambah buruk tingkat keparahan plak anak maka indeks gingivitisnya juga semakin bertambah tinggi.
Diperoleh juga nilai p pada hubungan antara deft dengan indeks plak , dengan nilai p = 0,009 dan pada DMFT dengan indeks plak diperoleh nilai p = 0,007 (tabel 4). Dilakukan juga analisis post hoc dengan uji Mann Whitney. Hasil dari post hoc tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan deft adalah antara kelompok plak buruk dan baik serta kelompok plak baik dan sedang, sedangkan antara kelompok plak buruk dan sedang tidak terdapat perbedaan deft.
Antara kelompok indeks DMFT dengan plak, hasil dari post hoc tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan DMFT adalah antara kelompok plak buruk dan sedang, kelompok plak buruk dan baik serta kelompok plak baik dan sedang. Dapat dilihat pada kondisi keparahan plak
(59)
buruk,keadaan DMFT nya yaitu 1,00(0,00-12,00) lebih tinggi daripada indeks DMFT pada saat kondisi plak baik 0,00(0,00-6,00) .
Proses terjadinya karies berhubungan dengan plak yang didalamnya terdapat kumpulan mikrorganisme termasuk streptococcus mutans. Gingivitis dan karies gigi merupakan akibat dari oral higiene yang buruk.Kedua penyakit tersebut dipengaruhi oleh tindakan kontrol plak oleh pasien dan perawatan dari dokter gigi.22 Hasil penelitian dari Alaluusua dan Malnivirta menunjukkan bahwa akumulasi plak pada permukaan fasial gigi insisivus maxilaris merupakan tanda awal adanya resiko karies.35
Hasil analitik untuk melihat hubungan antara indeks plak, deft dan DMFT dengan faktor resiko oral hygiene diperoleh adanya hubungan indeks plak dengan faktor umur (p = 0,038) dan faktor pendidikan ibu (p = 0,05) (tabel 5). Antara def-t dengan faktor resiko oral hygiene ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (p = 0,00) (tabel 6). Diperoleh pada hubungan antara DMFT dengan faktor resiko oral hygiene bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) pada faktor umur (p = 0,001). Selain faktor umur diperoleh juga adanya nilai p < 0,05 pada uji statistik untuk melihat hubungan antara DMF-T dengan faktor resiko oral hygiene yaitu pada faktor frekuensi menyikat gigi dalam sehari (p = 0,014) ; faktor menyikat gigi menggunakan pasta gigi berflour (p = 0,048).
Uji analitik yang dilakukan pada kriteria umur tersebut merupakan uji Kruskal-Wallis sehingga hanya diketahui terdapatnya hubungan atau perbedaan paling tidak diantara dua kelompok,maka dilakukan post hoc dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok umur yang memiliki perbedaan bermakna.
(60)
Pada hubungan antara indeks plak dengan umur dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh kelompok yang memiliki hubungan adalah antara :
- kelompok umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ( p = 0,013 ). - kelompok umur 8-9 tahun dan 12 tahun ( p = 0,042).
Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks plak, dimana pada anak umur 8-9 tahun indeks plak merupakan yang tertinggi diantara yang lainnya, yaitu 1,66 (0,00-3,00) dan pada anak umur 12 tahun,indeks plak merupakan yang terendah, yaitu 1,26 (0,00-2,33). Perbedaan plak pada anak umur 8-9 tahun dengan 10-11 dan 12 tahun dapat dikarenakan anak umur 8-9 tahun memiliki populasi yang terbesar (39,4%) dibandingkan kelompok umur lain. Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok pendidikan ibu yang memiliki perbedaan bermakna indeks plaknya.
Diketahui bahwa antara pendidikan ibu tingkat rendah (tidak sekolah dan tamat SD), kondisi indeks plaknya tidak memiliki perbedaan bermakna dengan tingkat pendidikan sedang ( tamat SLTP).
Pada hubungan antara deft dengan umur dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh kelompok umur memiliki hubungan dengan deft, yaitu :
- antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun ( p = 0,00); - antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun ( p = 0,00); - antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun ( p = 0,00); - antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun ( p = 0,00); - antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun ( p = 0,00); - antara umur 10-11 tahun dan 12 tahun ( p = 0,05).
(61)
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna deft pada tiap-tiap kelompok. Pada kelompok umur terendah memiliki median deft sebesar 7(0,00-16,00) sedangkan umur tertinggi memiliki median 0(0,00-6,00), dimana keadaannya semakin bertambah umur maka indek deft berkurang dikarenakan bertambahnya umur menyebabkan semakin banyak gigi sulung yang hilang sehingga nilai deft menjadi berkurang.
Pada hubungan antara DMFT dengan umur dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh selain kelompok umur 10-11 tahun dan 12 tahun, semua kelompok umur memiliki perbedaan bermakna pada DMFT nya, yaitu :
- antara umur 6-7 tahun dan 8-9 tahun (p = 0,026); - antara umur 6-7 tahun dan 10-11 tahun (p = 0,000); - antara umur 6-7 tahun dan 12 tahun (p = 0,002); - antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun (p = 0,077); - antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun (p = 0,042).
Hal ini menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok umur yang terendah dengan tertinggi. Pada kelompok umur 6-7 tahun juga diperoleh nilai DMFT sebesar 0,00(0,00-4,00), dimana keadaan nilai DMFT nya semakin besar seiring bertambahnya umur, dikarenakan semakin banyaknya gigi yang erupsi.
Terdapat juga perbedaan yang bermakna antara DMFT dengan frekuensi anak menyikat gigi dalam sehari (p = 0,014). Artinya antara frekuensi salah (tidak pernah sikat gigi, tidak setiap hari sikat gigi dan 1 kali sehari sikat gigi) dan frekuensi benar (2 kali sehari, 3 kali sehari, lebih dari 3 kali sehari) terdapat perbedaan bermakna DMFT nya. Hasil uji analitik ini berbeda penelitian oleh Silvia Anitasari di
(62)
Samarinda (2004) dimana yang terdapat hubungan antara frekuensi sikat gigi siswa sekolah dasar dengan kebersihan gigi dan mulut dimana X2hitung = X2tabel maka Ho pada penelitian itu ditolak, artinya ada hubungan antara frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut.dan karies1.
Dalam hal waktu menyikat gigi, nilai DMFT anak tidak memiliki perbedaan bermakna antara menyikat gigi waktu salah dan benar, tetapi dalam hal frekuensi sikat gigi ada perbedaan. Ini dapat disebabkan karena jumlah anak yang menyikat dengan frekuensi benar mempunyai jumlah terbesar yaitu 82,8% dan waktu dilakukan menyikat gigi terbesar pada waktu salah (68,8%).
Faktor sosial ekonomi dengan plak,deft dan DMFT tidak diperoleh adanya hubungan (p<0,05). Sama halnya dengan penelitian Mustahsen dkk tahun 2008, status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Pada penelitian Mustahsen dkk, keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada yang keadaan sosial ekonominya rendah atau tinggi.23
Berdasarkan kelompok umur, subjek terbanyak adalah kelompok umur 8-9 tahun yaitu 157 orang (39,4%) dan paling sedikit adalah kelompok umur 12 tahun ke atas yaitu 28 orang (7%) (tabel 7). Jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama sebesar 199 orang. Pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, median deft pada laki-laki adalah sebesar 3,00(0,00-15,00) dan median deft pada perempuan adalah sebesar 3,00(0,00-18,00) serta tidak ada perbedaan deft dan DMFT pada jenis kelamin, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustahsen dkk pada usia sekolah di Abu Dhabi antara laki-laki dan perempuan, terdapat rata-rata
(63)
karies anak laki-laki dan perempuan dimana rata-rata karies lebih tinggi pada perempuan (3,82 ± 3,42) dibandingkan laki-laki (2,79 ± 2,50).23
Pada penelitian Dhar V di Udaipur, Rajasthan, pada anak sekolah umur 5-14 tahun lebih besar indeks gingivitis pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki yaitu indeks gingivitis pada anak laki-laki-laki-laki sebanyak 83,31% dan perempuan sebanyak 85,53%.30 Berbeda dengan penelitian Aiste Zaborskyte, pada anak umur 12 tahun,lebih besar pada anak laki-laki (51,2%) dibandingkan perempuan (44,2%).33
Berdasarkan pendidikan terakhir orang tua, pendidikan terakhir yang paling besar adalah yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD dan tidak sekolah) yaitu ayah 154 orang (46,6%) dan ibu 183 orang (55,45%), dan paling kecil frekuensinya adalah tingkat pendidikan tinggi (SLTA dan Akademik/Perguruan Tinggi) yaitu ayah 8 orang (25,8%) dan ibu 52 orang (15,77%). Berdasarkan pekerjaan ibu dari subjek, kebanyakan ibu tidak bekerja yaitu sebanyak 134 orang (40,6%).
(64)
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan:
1. Prevalensi karies pada anak SD usia 6-12 tahun di Desa Ujung Rambung yaitu 90,2% dengan median deft yaitu 3,00(0,00-18,00) dan median DMFT yaitu 1,00(0,00-12,00).
2. Median indeks plak sebesar 1,50(0,00-3,00) , dengan tingkat keparahan yang paling banyak adalah pada oral hygiene yang sedang sebanyak 225 orang (56,53%).
3. Median indeks gingivitis sebesar 0,83(0,00-2,67) , dengan tingkat keparahan yang paling banyak adalah pada gingivitis ringan , sebanyak 254 orang (63,81%)..
4. Faktor resiko oral hygiene yang terdapat perbedaan bermakna dengan indeks plak yaitu pada faktor umur (p = 0,038) dimana kelompok umur yang memiliki perbedaan bermakna adalah kelompok antara umur 8-9 tahun dan 10-11 tahun, serta kelompok antara umur 8-9 tahun dan 12 tahun. Selain umur,juga terdapat perbedaan bermakna dengan pendidikan ibu (p = 0,05).
5. Faktor resiko oral hygiene yang terdapatperbedaan bermakna dengan deft yaitu pada faktor faktor umur (0,000), dimana semua kelompok umur memiliki perbedaan bermakna antara kategori umur yang satu dengan yang lainnya. Yang memiliki perbedaan bermakna dengan DMFT yaitu pada faktor umur (0,001), faktor
(65)
frekuensi menyikat gigi dalam sehari (0,014) dan faktor menyikat gigi menggunakan pasta gigi berflour (0,048)
6. Adanya hubungan yang signifikan ( p < 0,05 ) antara deft dengan indeks plak , dengan nilai = 0,009 dan DMFT dengan indeks plak , dengan nilai = 0,007. Diperoleh juga nilai p pada hubungan antara gingivitis dengan indeks plak , dengan nilai = 0,000.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan tindakan pembersihan debris terlebih dahulu untuk melihat apakah terdapat karies atau tanda-tanda karies yang terbentuk pada permukaan gigi.
2. Dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan gigi secara teratur untuk mengetahui keadaan kondisi rongga mulut serta tentang waktu menyikat gigi yang baik dan bagaimana cara menyikat gigi yang baik.
3. Diharapkan dilakukan penelitian selanjutnya terhadap status karies , gingivitis dan keadaan oral hygiene untuk mengetahui sampai sejauh mana terdapat perubahan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD Desa Ujung Rambung.
4. Perlu untuk dilakukan upaya-upaya pembentukan UKGS di sekolah-sekolah yang ada di Desa Ujung Rambung, yang merupakan desa binaan FKG USU.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anitasari S, Rahayu NS. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Majalah Kedokteran Gigi 2005; 38(2) : 88-90.
2. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Dent J 2005; 38(3) :130-134.
3. Pintauli S, Melur T. Hubungan tingkat pendidikan dan skor DMF-T pada ibu-ibu rumah tangga berusia 20-45 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Dentika Dental J 2004 ;9(2) : 78-83.
4. Octiara E, Roesnawi Y. Karies gigi, oral hygiene dan kebiasaan membersihkan gigi pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai. Dentika Dental J 2001 ; 6(1) :18-23.
5. Natasasmita S. Hubungan indeks plak dengan karies gigi ,indeks gingiva, indeks kalkulus dan kedalaman poket gusi. Majalah Kedokteran Gigi 1999 :24.
6. Situmorang N. Profil penyakit periodontal peenduduk di dua kecamatan kota medan tahun 2004 dibandingkan dengan kesehatan mulut tahun 2010(WHO). Dentika dental J 2003 ;9(2) :71-77.
7. Abidin T. Penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Pengabdian 2008, FKG USU. (Unpublish).
8. Marshall TA dkk. Dental caries and beverage consumption in young children. Pediatrics 2003; 112: 184-186.
(67)
9. Wikipedia the free encyclopedia. Dental caries http://en.wikipedia.org/wiki/dental_caries.html (19 April 2009)
10. Tarigan Rasinta. Karies gigi. Hipokrates, Jakarta. 1995: 1-36.
11. Chismirina S,, Tjahajani A, Brotosoetarno S. Pembentukan mikrobial biofilm dalam rongga mulut. IJD 2006; 13(1) :55-60.
12. Nadin G, Goel BR, Yeung A, Glenny AM. Pulp treatment for extensive decay in primary teeth (Review). JohnWiley & Sons Ltd, 2009: 1-26
13. Bra Silverstone LM. The Etiology of Dental Caries. In: Braham RL, Morris ME. Textbook of Pediatric Dentistry. London : Williams and Wilkins : 102-15.
14. Ritter AV. Dental caries. Journal of esthetic and restorative dentistry 2004: 76. 15. Drummond B, Kilpatrick N, Bryant R, et al. Dental caries and retorative
paediatric dentistry. In : Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 2nd ed. St Louis : Mosby Co, 2003 : 44-50.
16. Tinanoff N. Dental caries : etiology, pathogenesis, clinical manifestations, and management. In :Wei SH. Pediatric Dentistry : Total Patient Care. Philadelphia : Lea and Febiger, 1988 : 9-22.
17. National institus of health consensus development conference statement. Diagnosis and management of dental caries throughout life. Journal of dental education;65 ;10: 1162-8.
18. Tinanoff N. Current understanding of the epidemiology, mechanisms, and prevention of dental caries in Preschool Children. Pediatric dentistry 2002: 543-51.
(68)
19. Scottish Intercollagiate Guidelines Network (SIGN). Preventing dental caries in children at high caries risk. 2009 http://www.sign.ac.uk (18 april 2009)
20. Touger R, Decker, van Loveren C. Sugar and dental caries. Am J Clin Nutr 2003; 78: 881S-92S.
21. Ismail AI, Hasson H, Sohn W. Dental caries in the second millennium. Journal of Dental Education 2001; 65: 953-9.
22. Washington State Department of Health. Oral health. 2007. http://www.doh.wa.gov/cfh/oral_health.html (18 April 2009)
23. Mustahsen dkk. The relationship of caries with oral hygiene status and extra oral risk factors. J Ayub Med Coll Abbottabad 2008; 20 (1): 103-8.
24. Karies, Dominasi Masalah Kesehatan Gigi. http://www.Jurnalnet.com (30 mei 2009).
25. Sakit gigi bisa picu penyakit kronis. 2009. http://www.dechacare.com/Sakit-Gigi-Bisa-Picu-Penyakit-Kronis-I231.html (30 Mei 2009)
26. Suara Karya Online. Penyakit gigi : Jorok, 77 persen orang indonesia malas sikat gigi. 25 Agustus 2007 http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Sehat (30 Mei 2009).
27. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap USU 2005:1-30.
28. Polson AM. Gingival dan periodontal problems in children. Pediatrics 1974; 54: 190-5.
29. Bimstein E, Needleman HL, Karimbux N, Van Dyke TE. Periodontal dan gingiva health and diseases. Martin & Dunitz, USA: 17-27, 32-3, 207-25.
(69)
30. Dhar dkk. Prevalence of gingival diseases, malocclusion and fluorosis in school-going children of rural areas in Udaipur district. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2007: 103-5.
31. Pauraite dkk. The prevalence of gingivitis among 6-14 year old schoolchildren in Kaunas. Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2003; 5(3): 97-100.
32. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press,2008:15-16.
33. Zaborskyte A, Bendoraitiene E. Oral hygiene habits and complaints of gum bleeding among schoolchildren in lithuania. Stomatologija 2003; 5: 31-36.
34. Situmorang N. Status dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah di 8 Kecamatan di Kota Medan. Dentika Dent J 2008; 13(2): 115-119. 35. Windari A H. Peran kebersihan rongga mulut pada pencegahan karies dan
(70)
Lampiran 1
Informasi Kepada Orang Tua/ Wali Subjek Penelitian
Kepada Yth, Bapak/Ibu/
Sdr……….. Orang Tua/ Wali
Ananda………... SD : ………. Kelas : ……….
Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr dapat mengijinkan ananda…………..
……… untuk partisipasi sebagai subjek penelitian Kami yang berjudul :
Hubungan status karies dan gingivitis dengan oral hygiene pada anak usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Dengan tujuan :
Mendata status karies dan gingivitis pada anak SD dan menganalisis hubungannya dengan oral hygiene pada anak.
Dalam penelitian tersebut kepada anak anda akan dilakukan :
1. Pemeriksaan rongga mulut mengenai adanya karies/gigi berlubang dan gingivitis.
(71)
Adapun ketidaknyamanan yang akan dialami dalam prosedur penelitian yaitu :
Anak membuka mulut sedikit lebih lama untuk memeriksa keadaan tiap gigi anak yang ada dirongga mulut.
Namun keuntungan menjadi subjek penelitian adalah :
Mendapat data kondisi rongga mulut anak anda secara fisik serta saran upaya pencegahan, dan untuk pemeriksaan yang dilakukan tidak dikenakan biaya apapun. Diharapkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat membantu solusi pencegahan karies(gigi berlubang) dan gingivitis pada anak-anak Indonesia di masa yang akan datang.
Jika Bapak/ Ibu/ Sdr bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian harap ditandatangani dan dikirim kembali kepada :
Wali kelas :………
Perlu Bapak/ Ibu/ Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/ Ibu/ Sdr dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung.
Mudah-mudahan keterangan saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan ananda dari Bapak/ Ibu/ Sdr untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Medan,………. Peneliti
(1)
Range 2,50
Interquartile Range ,83
Skewness -.493 .464
Kurtosis .580 .902
> 2 juta Mean 1,7567 ,17412
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1,3552
Upper Bound 2,1582
5% Trimmed Mean 1,7669
Median 2,0000
Variance .273
Std. Deviation ,52235
Minimum ,83
Maximum 2,50
Range 1,67
Interquartile Range ,75
Skewness -.571 .717
Kurtosis -.215 1.400
Indeks deft < 1 juta Mean 3,5405 ,20196
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 3,1431
Upper Bound 3,9380
5% Trimmed Mean 3,2395
Median 3,0000
Variance 12.073
Std. Deviation 3,47461
Minimum ,00
Maximum 16,00
Range 16,00
Interquartile Range 6,00
Skewness 1.004 .142
(2)
1-2 juta Mean 4,4800 ,73285 95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,9675
Upper Bound 5,9925
5% Trimmed Mean 4,3778
Median 3,0000
Variance 13.427
Std. Deviation 3,66424
Minimum ,00
Maximum 11,00
Range 11,00
Interquartile Range 7,00
Skewness .239 .464
Kurtosis -1.435 .902
> 2 juta Mean 3,0000 ,44096
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1,9831
Upper Bound 4,0169
5% Trimmed Mean 3,0556
Median 4,0000
Variance 1.750
Std. Deviation 1,32288
Minimum 1,00
Maximum 4,00
Range 3,00
Interquartile Range 2,50
Skewness -.833 .717
Kurtosis -1.248 1.400
Indeks DMFT < 1 juta Mean 1,3514 ,10395
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1,1468
Upper Bound 1,5559
5% Trimmed Mean 1,1299
(3)
Variance 3.198
Std. Deviation 1,78834
Minimum ,00
Maximum 10,00
Range 10,00
Interquartile Range 2,00
Skewness 1.792 .142
Kurtosis 3.927 .282
1-2 juta Mean 1,7600 ,42536
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound ,8821
Upper Bound 2,6379
5% Trimmed Mean 1,5444
Median 1,0000
Variance 4.523
Std. Deviation 2,12681
Minimum ,00
Maximum 8,00
Range 8,00
Interquartile Range 3,00
Skewness 1.189 .464
Kurtosis 1.364 .902
> 2 juta Mean 1,5556 ,50308
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound ,3955
Upper Bound 2,7157
5% Trimmed Mean 1,5062
Median 1,0000
Variance 2.278
Std. Deviation 1,50923
Minimum ,00
Maximum 4,00
(4)
Interquartile Range 3,00
Skewness .425 .717
Kurtosis -1.360 1.400
12. Uji statistik Indeks Plak, indeks Gingivitis, Indeks deft, Indeks DMFT
dengan Pekerjaan ibu dan Frekuensi sikat gigi
Test Statisticsa
indeks Gingivitis Indeks deft Indeks DMFT Indeks Plak Mann-Whitney U 12506.000 11618.000 12087.500 12516.500
Wilcoxon W 31812.000 30924.000 21132.500 31822.500
Z -.738 -1.799 -1.300 -.725
Asymp. Sig. (2-tailed) .461 .072 .194 .469
a. Grouping Variable: pekerjaan ibu
Test Statisticsa
indeks Gingivitis Indeks deft Indeks DMFT Indeks Plak
Mann-Whitney U 6464.000 7047.500 6259.500 7253.000
Wilcoxon W 43865.000 44448.500 43660.500 44654.000
Z -2.016 -1.131 -2.460 -.807
Asymp. Sig. (2-tailed) .044 .258 .014 .420
a. Grouping Variable: frekuensi sikat gigi
13. Post hoc Mann-Whitney Pendidikan ibu dgn indeks plak
-
Rendah dan sedang
Test Statisticsa
Indeks Plak
Mann-Whitney U 8026.000
Wilcoxon W 12586.000
(5)
Asymp. Sig. (2-tailed) .293 a. Grouping Variable: pendidikan ibu
-
Rendah dan tinggi
Test Statisticsa
Indeks Plak
Mann-Whitney U 3989.500
Wilcoxon W 20825.500
Z -1.780
Asymp. Sig. (2-tailed) .045 a. Grouping Variable: pendidikan ibu
-
Sedang dan tinggi
Test Statisticsa
Indeks Plak
Mann-Whitney U 1868.500
Wilcoxon W 6428.500
Z -2.442
Asymp. Sig. (2-tailed) .015 a. Grouping Variable: pendidikan ibu
14. Uji statistik Indeks Plak, indeks Gingivitis, Indeks deft, Indeks DMFT
dengan Penghasilan (< 1juta ; 1-2 juta ; >2 juta)
Test Statisticsa,b
Indeks Plak Indeks deft Indeks DMFT
Chi-Square 2.169 1.850 1.047
Df 2 2 2
(6)
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: penghasilan ortu
15. Distribusi frekuensi keparahan gingivitis, keparahan plak dan kejadian
karies
keparahan gingivitis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 5 1.3 1.3 1.3
Sedqng 139 34.9 34.9 36.2
Ringan 254 63.8 63.8 100.0
Total 398 100.0 100.0
keparahan plak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Buruk 100 25.1 25.1 25.1
Sedqng 225 56.5 56.5 81.7
Baik 73 18.3 18.3 100.0
Total 398 100.0 100.0
kejadian karies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 39 9.8 9.8 9.8
ya 359 90.2 90.2 100.0