Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara Tahun 2009.

(1)

PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN

DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ROHDO ULINA SIRAIT NIM : 050600147

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2009

Rohdo Ulina Sirait

Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara Tahun 2009.

xi + 60 halaman

Penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor predisposisi yang dapat menyebabkannya seperti infeksi virus dan bakteri, defisiensi nutrisi, defisiensi imun, perubahan hormonal, kebersihan rongga mulut dan penyakit sistemik. Penelitian penyakit mulut pada anak dan remaja masih sangat kurang, dari beberapa hasil penelitian yang ada, dilaporkan bahwa tidak sedikit anak dan remaja yang mengalami penyakit jaringan lunak mulut. Masa remaja merupakan masa dimana anak berusaha untuk memahami sesuatu dan berusaha untuk menjadi sesuatu. Pada masa ini edukasi mengenai penyakit mulut sedini mungkin palingt baik dilakukan dalam upaya menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di desa Ujung Rambung dan untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi, serta untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak-anak di desa ini

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel Quota sampling. Jumlah sampel


(3)

dalam penelitian ini adalah 124 orang anak usia 12-15 tahun yang terdiri dari 67 orang anak perempuan dan 57 orang anak laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan kebersihan rongga mulut, penilaian status gizi dan pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Subjek diarahkan mengisi kuesioner sebelum dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui identifikasi umum sampel dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit mulut yang dialami 75 orang anak (60,5%) di desa ini yaitu cheek bite (19,4%), bibir kering (14,5%), linea alba (13,7%), lidah berfisur (13,7%), pigmentasi (10,5%), lesi traumatik (5,7%), atrofi papila (4%), abses (3,2%), benjolan (2,4%), stomatitis (2,4%), lidah geografik (1,6%), lesi puti (1,6%), dan vesikel (0,8%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan yaitu pada mukosa bukal (38,8%).

Dari hasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan rongga mulut anak di desa ini memerlukan perhatian yang lebih dari tenaga kesehatan mengingat rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka serta minimnya pengetahuan dan sarana kesehatan gigi dan mulut di desa ini. Oleh karena itu, diperlukan tindakan penyuluhan mengenai kesahatan gigi dan mulut di desa ini dalam upaya preventif dan kuratif sedini mungkin untuk menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Daftar Rujukan: 36 (1984-2009).


(4)

PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN

DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ROHDO ULINA SIRAIT NIM : 050600147

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 29 September 2009

Pembimbing : Tanda Tangan

Wilda Hafni Lubis,drg., M.Si ... NIP. 19510611 198303 2 001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji pada tanggal 29 September 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga penulis yang sangat penulis cintai, yaitu Bapak Pangihutan Sirait, Mama Hasmy Sipayung, Abang Pesta Bertin, dan Adik Corry Permata, yang selalu memotivasi, mendukung, mendoakan, dan memberikan kasih sayang dengan tulus kepada penulis selama ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D, Sp. Pros. (K) selaku Dekan FKG USU.

2. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama menjalani pendidikan di FKG USU dan selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU serta dosen pembimbing skripsi atas waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi yang diberikan selama membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Seluruf staf pengajar dan pegawai FKG USU, khususnya Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU.


(8)

4. Bapak Sunaryo selaku Kepala Desa Ujung Rambung, Bapak Ngadikun selaku sekertaris Desa Ujung Rambung, kepala Dusun I sampai Dusun IX Desa Ujung Rambung, Ibu Malina Simanjuntak, Kakak Asima Wahyuni Girsang, Kakak Suheimi selaku Tim Bidan Desa atas pemberian izin, kemudahan, kerjasama, dan segala bantuan yang diberikan selama berlangsungnya kegiatan.

5. Masyarakat Desa Ujung Rambung secara keseluruhan, terutama penulis ucapkan terima kasih kepada anak remaja selaku sampel penelitian atas kerjasama dan keikhlasan yang telah diberikan.

6. Seluruh guru-guru SD yang ada di Ujung Rambung dan SMP Negeri I serta SMP Terbuka Pantai Cermin atas budi baik dan dukungan selama penelitian ini berlangsung.

7. Keluarga besar Sirait dan Sipayung atas dukungan, motivasi, bantuan, kasih sayang, dan doa yang diberikan kepada penulis selama ini. Donald Togi Tobing atas segalanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Senior-senior yang telah banyak membantu dan memotivasi: Kak Dinar, Kak Dewi, Kak Butek, Kak Citra, Bang Dedi, Kak Tini, Kak Yana, Kak Cici , Kak Nina dan para senior yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasi atas dukungan dan berbagai pengalaman yang telah dibagikan, semuanya itu menjadi pelajaran yang tak terlupakan bagi penulis.

9. Teman-teman penulis yang juga telah banyak membantu dan memotivasi: Puspa, Meynarley, si Gemes Iren, Enamia, Ain, Shally, Edak Carolin, Olin si Luna Maya, Ferry, Andi, Selfi, Tomas, GG, Ina, Maslah, Bu Padita Sabrina, Srek Mawar, dan teman-teman lainnya Shelly Mayvira, Haikal, Topik, TM, Pipit, Riris, Ucy, Bril,


(9)

Eva, Muktar dan teman-teman stambuk 2005 dan Adik-adik stambuk yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

10.Teman-teman yang terkasih dalam keluarga besar pelayanan KMKS: Radis, Lisda, Hirjan, Imes, Arli, Irma L. H., Marihot, Nesa, Ten otto dan yang lainnya mulai dari susuk 1 sampai dengan susuk 8. Terkhusus buat teman satu KTB Bang Harles, Amd., Kak Naomi, SP., Kak Sofi, SP, , Priska, Amd., Lusi, Amd., Vinae, Spd, Dian, C.Spd, Sandrome C.S.Si, David N70, S.Si, dan Kristina Hutapea, C.S.Sos., terima kasih buat dukungan dan kesetiaan dalam mendoakan satu dengan yang lainnya. Tak lupa buat teman satu kost: Irwan, Imes, David, B’Hendro, Bik Tua.

11.Pihak-pihak lainnya yang tidak disebutkan dalam kesempatan ini. Mohon maaf apabila terdapat segala kesalahan selama penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi perkembangan ilmu Kedokteran Gigi, dan masyarakat. Kiranya Allah sumber kasih karunia selalu memberkati kita semua .

Medan, 29 September 2009 Penulis,

(ROHDO ULINA SIRAIT) NIM: 050600147


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Ujung Rambung ... 8

2.2 Defenisi Remaja dan Penyakit Mulut ... 9

2.3 Etiologi Penakit Mulut ... 10

2.3.1 Infeksi ... 11

2.3.2 Trauma ... 11

2.3.3 Hormonal ... 11

2.3.4 Kelainan Darah ... 12

2.3.5 Defisiensi Imun ... 13

2.3.6 Tembakau ... 13

2.3.7 Defisiensi Nutrisi ... 14

2.3.8 Tingkat Ekonomi Keluarga... 15

2.3.9 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 15

2.3.10 Oral Hygiene... 15

2.4 Gambaran Klinis Penyakit Mulut ... 16


(11)

2.4.2 Lesi Merah dan Putih ... 17

2.4.3 Kelainan pada Lidah... 19

2.4.4 Lesi Ulseratif... 22

KERANGKA TEORI... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.2.1 Populasi Penelitian ... 25

3.2.2 Teknik Sampling dan Besar Sampel Penelitian ... 25

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

3.3.1 Variabel Bebas ... 27

3.3.2 Variabel Terikat ... 27

3.3.3 Varabel Tidak Terkendali ... 27

3.4 Definisi Operasional ... 27

3.5 Tempat Penelitian ... 30

3.6 Sarana Penelitian ... 31

3.7.1 Alat Penelitian ... 31

3.7.2 Bahan Penelitian ... 31

3.7 Kerangka Konsep ... 31

3.8 Cara Pengumpulan Data ... 32

3.9 Pengolahan Data... 32

3.10 Analisa Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Sosiodemografi Sampel di Desa Ujung Rambung ... 33

4.2 Karakteristik Sampel ... 35

4.3 Prevalensi Penyakit Mulut Anak Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 39

4.4 Distribusi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 41

BAB 5 PEMBAHASAN ... 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan dan Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Penduduk Usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung ... 9

2 Penyakit Kandidosis Oral ... 17

3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia (Data Kantor Kepala Desa Ujung Rambung Tahun 2009) ... 26

4 Cara Pemberian Skor OHI-S Yang Terdiri Atas Skor Debris Dan Skor Kalkulus ... 29

5 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Baku Median WHO-NCHS ... 30

6 Distribusi Frekuensi Gambaran Sosiodemografi Sampel Di Desa Ujung Rambung Tahun 2009 ... 34

7 Tingkat Pengetahuan Dan Kebiasaan Merawat Rongga Mulut... 38

8 Prevalensi Penyakit Mulut Pada Anak Usia 12-15 Tahun ... 40

9 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Lokasi Lesi... 45

10 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Sistemik ... 46

11 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal ... 47

12 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Anak Laki-Laki Usia 12-15 Tahun ... 48

13 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Menstruasi Pada Anak Perempuan Usia 12-15 Tahun ... 48


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Peta Geografi Kabupaten Serdang Bedagai ... 8

2. Herpes labialis ... 16

3 Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV ... 18

4 Keilitis angularis ... 18

5 Cheek Bite 11 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kebersihan Rongga ... 19

6 Lidah Berfisur ... 20

7 Lidah Geografik ... 21

8 Glossitis atrofic pada Penderita Anemia ... 22

9 Recurent apthous stomatiti Mayor ... 23

10 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin... 33

Mulut ... 35

12 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi ... 36

13 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

14 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Oral Hygiene ... 42

15 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Status Gizi ... 42

16 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 43


(14)

17 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Orang Tua ... 44 18 Distribusi Penyakit Mulut Berdasarkan Jumlah Lesi Dan Jenis


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2009

Rohdo Ulina Sirait

Prevalensi Penyakit Mulut pada Anak Usia 12-15 Tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara Tahun 2009.

xi + 60 halaman

Penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor predisposisi yang dapat menyebabkannya seperti infeksi virus dan bakteri, defisiensi nutrisi, defisiensi imun, perubahan hormonal, kebersihan rongga mulut dan penyakit sistemik. Penelitian penyakit mulut pada anak dan remaja masih sangat kurang, dari beberapa hasil penelitian yang ada, dilaporkan bahwa tidak sedikit anak dan remaja yang mengalami penyakit jaringan lunak mulut. Masa remaja merupakan masa dimana anak berusaha untuk memahami sesuatu dan berusaha untuk menjadi sesuatu. Pada masa ini edukasi mengenai penyakit mulut sedini mungkin palingt baik dilakukan dalam upaya menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di desa Ujung Rambung dan untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi, serta untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak-anak di desa ini

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel Quota sampling. Jumlah sampel


(16)

dalam penelitian ini adalah 124 orang anak usia 12-15 tahun yang terdiri dari 67 orang anak perempuan dan 57 orang anak laki-laki. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan kebersihan rongga mulut, penilaian status gizi dan pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Subjek diarahkan mengisi kuesioner sebelum dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui identifikasi umum sampel dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit mulut yang dialami 75 orang anak (60,5%) di desa ini yaitu cheek bite (19,4%), bibir kering (14,5%), linea alba (13,7%), lidah berfisur (13,7%), pigmentasi (10,5%), lesi traumatik (5,7%), atrofi papila (4%), abses (3,2%), benjolan (2,4%), stomatitis (2,4%), lidah geografik (1,6%), lesi puti (1,6%), dan vesikel (0,8%). Lokasi lesi yang paling banyak ditemukan yaitu pada mukosa bukal (38,8%).

Dari hasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan rongga mulut anak di desa ini memerlukan perhatian yang lebih dari tenaga kesehatan mengingat rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka serta minimnya pengetahuan dan sarana kesehatan gigi dan mulut di desa ini. Oleh karena itu, diperlukan tindakan penyuluhan mengenai kesahatan gigi dan mulut di desa ini dalam upaya preventif dan kuratif sedini mungkin untuk menurunkan insiden penyakit mulut di kemudian hari. Daftar Rujukan: 36 (1984-2009).


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam organ tubuh dan rongga mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan seseorang, karena rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan kebutuhan untuk pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal.1 Nutrisi yang cukup serta asupan makanan yang bergizi merupakan kunci utama bagi pertumbuhan anak yang optimal, namun adanya rasa sakit pada gigi dan mulut menyebabkan menurunnya selera makan mereka. Apabila keadaan ini dibiarkan terus-menerus, maka akan mengakibatkan anak kekurangan gizi yang berdampak pada menurunnya kemampuan dan prestasi belajar yang berujung pada hilangnya masa depan mereka.

Beberapa peneliti menyatakan penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang paling banyak diderita masyarakat. Hasil studi morbiditas SKRT-SURKESNAS 2001 menunjukkan bahwa dari sepuluh kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat Indonesia, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama mencapai 60% dari jumlah penduduk secara keseluruhan, ini berarti lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia pernah menderita penyakit gigi dan mulut. Hal ini menunjukkan masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya.

2

2,5

Di Jakarta yang merupakan ibukota negara Republik Indonesia, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit


(18)

gusi, persentase tingginya angka penyakit gigi dan mulut tersebut diduga lebih parah di daerah serta pada anak-anak dari golongan ekonomi menegah kebawah,2 hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit termahal keempat dalam pengobatan (The World Oral Health Report, 2003).3

Masalah gigi dan mulut memang tidak termasuk dalam daftar penyakit yang mematikan. Kondisi inilah yang membuat sebagian masyarakat mengesampingka n upaya mencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan mulut, padahal berbagai kelainan rongga mulut dapat merupakan manifestasi suatu penyakit sistemik seperti diabetes, penyakit jantung koroner, kelainan darah, defisisensi nutrisi, AIDS, dan bahkan kelainan yang mengarah kepada keganasan (kanker).1-4 Selain itu, infeksi di rongga mulut juga dapat menjadi sumber infeksi bagi organ tubuh lainnya yang disebut fokal infeksi seperti pneumonia dan penyakit saluran pencernaan.3 Pada penderita defisiensi nutrisi, pemeriksaan rongga mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang keadaan gizi pasien. Keilitis angularis merupakan manifestasi oral yang paling sering dijumpai pada penderita kurang gizi, umumnya terjadi pada anak-anak yang masih muda usia dekade pertama dan kedua kehidupan. Bila masalah ini tidak segera ditangani, maka efek yang ditimbulkannya tidak hanya di sekitar rongga mulut saja, tetapi dapat berimbas kepada kesehatan secara umum dan bahkan fungsi mentalnya.

Sekolah maupun keluarga merupakan lingkungan terdekat anak yang sejak dini harus mendidik anak untuk disiplin memperhatikan kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya, sebab pada usia belialah upaya edukasi dan pencegahan terhadap penyakit lebih efektif dilakukan. Walaupun program UKS (Unit Kesehatan Sekolah)


(19)

yang di dalamnya terkandung PKG (Pendidikan Kesehatan Gigi) sebagian besar sudah dimiliki sekolah-sekolah di Indonesia, namun kegiatan ini belum dapat dilaksanakan secara optimal, hal ini terkait dengan keterbatasan fasilitas serta kurangnya pengetahuan dari pihak sekolah.

Menurut beberapa peneliti, penelitian lesi mukosa mulut pada anak-anak maupun remaja smasig sangat kurang dibandingkan dengan penelitian lesi mukosa mulut pada orang dewasa, padahal penyakit mulut dapat mengganggu fungsi rongga mulut sebagai pintu gerbang masuknya makanan untuk keperluan pertumbuhan dan juga dapat merupakan manifestasi oral dari penyakit sistemik tertentu.

2

1,7-8

Shulman dalam penelitiannya pada 10.030 anak dan remaja usia 2-17 tahun, 914 orang diantaranya memiliki total 976 lesi. Daerah-daerah yang paling banyak dijumpai lesi yaitu bibir (30,7 %), dorsum lidah (14,7 %), dan mukosa bukal (13,6 %). Prevalensi terjadinya lesi mukosa mulut lebih banyak pada laki-laki (11,76 %) dibandingkan dengan perempuan (8,67 %). Lesi yang paling umum terjadi yaitu cheek bite (1,89 %), apthous stomatitis (1,64 %), recurrent herpes labialis (1,42 %), dan geographic tongue (1,05 %).8 Pada penelitian Parlak mengenai prevalensi lesi rongga mulut dan

hubungannya dengan anemia terhadap 260 orang anak usia 13-16 tahun di Turky, diperoleh hasil yaitu lesi rongga mulut yang umum terjadi adalah angular chelitis 9 %, linea alba 5,3 %, aphthous ulceration 3,6 % dengan kesimpulan bahwa hanya angular cheilitis yang memiliki pengaruh signifikan terhadap terjadinya anemia.9 M’

del Rosario melakukan penelitian untuk menentukan epidemiologi penyakit mulut yang terjadi di kalangan anak-anak. Pada penelitian ini Rosario mengumpulkan sejumlah data dari penelitian terdahulu baik yang bersifat nasional maupun


(20)

internasional, kemudian dilihat lesi apa saja yang paling dominan terjadi pada anak-anak. Dari hasil penelitiannya, Rosario menemukan beberapa lesi jaringan mulut yang sering terjadi yaitu recuren apthous stomatitis (0,9-10,8%), fissured tongue (1,49-23%), traumatic injury (0,09-22,15%), oral candidiasis (0.01-37%), herpes labialis (0,78-5,2%) dan geographic tongue (0,60-9,8%).10

Penelitian Nurmala dan Wilda tahun 2007 mengenai kesehatan gigi dan mulut pada 742 murid sekolah di delapan kecamatan di kota Medan, diperoleh hasil bahwa kelainan rongga mulut yang umum diderita yaitu abses 3,0%, lesi ulser 2,8%, kandidiasis 1,9%, lesi merah dan lesi putih serta benjolan ditemukan 2,3%. Dari hasil pemeriksaan lainnya diperoleh skor rata-rata tingkat kebersihan rongga mulut mereka yaitu 1,3-1,33, skor ini menunjukkan kebersihan rongga mulut anak dalam tingkat sedang dan berpeluang besar mengarah ke tingkat yang lebih buruk mengingat 45,40% anak tidak menyikat gigi, 43,80% orang tua mereka yang kadang-kadang dan bahakan tidak pernah memotivasi anak untuk menyikat gigi, dan 16,76% anak yang hanya membiarkan dan tidak mengobati penyakit gigi.11

Dari hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa anak usia sekolah yang bertempat tinggal di daerah perkotaan tidak terlepas dari kelainan rongga mulut dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut yang kurang, padahal tenaga dan fasilitas kesehatan lebih banyak tersedia di kota dibanding dengan daerah pedesaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kondisi kesehatan rongga mulut terkhusus anak usia sekolah yang bertempat tinggal di daerah pedesaan, apakah lebih buruk atau tidak memiliki perbedaan yang berarti.


(21)

Pada kesempatan kali ini penulis akan melakukan penelitian mengenai prevalensi penyakit mulut pada anak-anak usia 12-15 tahun di desa Ujung Rambung yang merupakan desa binaan Universitas Sumatera Utara. Desa Ujung Rambung terletak di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini memiliki sembilan dusun dengan jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan 621 KK, yang terdiri dari 1.599 laki-laki dan 1.413 perempuan. Sarana pendidikan yang tersedia di desa ini terdiri dari 2 SD/MI Negeri, 1 SD/MI Swasta, 1 SLTP/MTs Swasta. Berdasarkan survei lapangan, mata pencaharian masyarakat desa ini berada pada sektor pertanian, sektor perkebunan/perladangan, sektor peternakan, industri kecil hingga sedang, dan sektor jasa. Tenaga kesehatan yang terdapat di desa ini hanya tiga orang bidan desa dan tidak terdapat fasilitas kesehatan seperti posyandu, polindes, praktek dokter umum, terlebih lagi praktek dokter gigi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dimana tidak sedikit anak-anak yang menderita penyakit mulut dan adanya manifestasi oral

12

Dengan kondisi daerah seperti yang telah dipaparkan di atas, dimana tenaga kesehatan yang kurang serta fasilitas kesehatan yang tergolong minim, kemungkinan untuk megalami masalah kesehatan rongga mulut terkhusus pada anak dan remaja di desa tersebut dapat lebih besar bila dibandingkan dengan anak dan remaja yang bertempat tinggal di daerah perkotaan dimana fasilitas dan tenaga kesehatan lebih banyak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan preventif dan kuratif sedini mungkin untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut anak di desa ini.


(22)

penyakit sistemik serta bahaya penyakit mulut apabila tidak ditanggulangi sedini mungkin, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

- Apakah ada penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung?

- Berapakah prevalensi penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung?

- Bagaimanakah jenis, dan lokasi lesi mukosa mulut pada anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui apakah ada penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung.

- Untuk mengetahui prevalensi penyakit mulut pada anak usia 12-15 tahun di desa ujung Rambung.

- Untuk mengetahui jenis dan lokasi lesi-lesi mukosa mulut pada anak usia12-15 tahun di Desa Ujung Rambung.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui prevalensi penyakit mulut yang terdapat pada anak-anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung, maka diharapkan:

- Dapat digunakan sebagai data awal bagi peningkatan kesehatan rongga mulut anak-anak secara keseluruhan di Desa Ujung Rambung.


(23)

- Dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dalam menunjang kesehatan rongga mulut pada anak-anak secara keseluruhan di Desa ujung Rambung..

- Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut secara khusus di kalangan usia muda.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desa Ujung Rambung

Desa ujung rambung merupakan desa binaan Pepsodent-FKG USU dengan luas desa 3,28 km2, jumlah penduduk 3.012 jiwa dengan jumlah anak laki-laki 487 orang dan anak perempuan 454 orang. Desa ini berjarak ± 40 km dari kota Medan, terdiri dari sembilan dusun dan rata-rata mata pencaharian masyarakatnya bergerak dalam sektor pertanian, perkebunan/ perladangan, industri kecil dan sedang serta sektor jasa.

Gambar 1. Peta Geografi Kabupaten Serdang Bedagai12


(25)

Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK USIA 12-15 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG

No

12

Dusun Jumlah KK Usia 12 Usia 13 Usia 14 Usia 15

1 Dusun I 35 1 1 1 2

2 Dusun II 39 0 5 5 1

3 Dusun III 39 3 4 4 3

4 Dusum IV 47 6 5 5 2

5 Dusun V 119 5 6 4 8

6 Dusun VI 213 12 10 13 8

7 Dusun VII 47 4 5 2 4

8 Dusun VIII 38 2 4 7 5

9 Dusun IX 44 2 6 7 9

JUMLAH 621 35 46 48 51

2.2 Defenisi Remaja dan Penyakit Mulut

Masa remaja merupakan masa dimana gelombang kehidupan sudah mencapai puncaknya. Pada masa ini remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya dan sebaik-baiknya untuk mengalami hal-hal yang baru serta menemukan sumber-sumber baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada di dalam dirinya. Masa remaja awal dimulai pada usia 12-15 tahun, pada masa inilah individu akan berjuang untuk tumbuh dan menjadi “sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada.13

Usia 12 tahun merupakan salah satu indeks umur yang dianjurkan WHO dalam melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut, dimana pada usia ini umumnya anak-anak meninggalkan sekolah dasar, sehingga merupakan usia yang


(26)

mudah dijangkau sebelum anak-anak meninggalkan sekolah. Usia 12 tahun juga merupakan awal dimana anak memasuki masa remaja, pada masa ini anak akan mulai mengalami perubahan-perubahan hormonal yang merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya kelainan di rongga mulut.14

Penyakit mulut dapat didefenisikan sebagai suatu bidang dalam kedokteran gigi yang berpusat pada diagnosa dan terapi dari penyakit mukosa mulut (stomatologi), termasuk didalamnya diagnosa dan terapi dari keluhan mulut lainnya yang mungkin merefleksikan penyakit mulut setempat atau manifestasi penyakit sistemik di rongga mulut, atau fase-fase dari praktek dokter gigi yang khususnya memusatkan perawatan gigi pada pasien yang memiliki resiko secara fisiologis.15

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Parlak, Tomar, Shulman dan juga penelitian M Del Rosario pada anak-anak muali dari usia 2 sampai dengan 17 tahun, terdapat beberapa penyakit mulut yang umum dijumpai pada anak-anak, diantaranya cheek bite, recurent apthous stomatitis, herpes labialis, geographic tongue, angular cheilitis, dan oral candidiasis.7-9 Terjadinya penyakit-penyakit

tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti adanya infeksi, penyakit-penyakit sistemik, trauma yang berkepanjangan, dan lain-lain.4

2.3 Etiologi Penyakit Mulut

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyakit yang dijumpai di rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa faktor etiologi terjadinya lesi di rongga mulut.


(27)

2.3.1 Infeksi

Berbagai jenis flora normal terdapat di dalam rongga mulut yang membentuk mikroflora oral komensial. Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri, mikroplasma, jamur, dan protozoa, yang keseluruhannya dapat menimbulkan infeksi oportunistik simtomatik tergantung pada faktor-faktor lokal atau daya pertahanan tubuh pejamu yang rendah infek.4 Beberapa penyakit mulut yang dapat terjadi akibat infeksi yaitu Keilitis angularis yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Candida albicans, kandidiasis akibat infeksi jamur yang didominasi golongan

Candida albicans, serta herpes labialis dan gingivostomatitis herpetika primer yang

terjadi akibat infeksi virus herpes simpleks tipe1 dan 2, apabila terjadi kontak mukokutan langsung dari sekresi-sekresi yang terinfeksi virus ini maka penularan infeksi dapat terjadi.4,6,16

2.3.2 Trauma

Penyebab traumatik dari ulserasi rongga mulut bisa berupa trauma fisik atau kimiawi. Kerusakan fisik pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh permukaan tajam, seperti tepi-tepi protesa, peralatan ortodontik, kebiasaan mengigit pipi, atau gigi yang fraktur. Trauma kimiawi pada mukosa mulut biasanya dikarenakan tablet aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit.

2.3.3 Hormonal

4

Perubahan hormon seks terkhusus pada masa remaja dapat menimbulkan perubahan-perubahan mukosa mulut. Pada fase luteal siklus menstruasi wanita, ketika konsentrasi hormon progesteron mencapai nilai tertinggi, maka akan mengakibatkan


(28)

manifestasi oral seperti RAS (Recurent Apthous stomatitis), herpes labialis, dan infeksi Candida. Peningkatan mikroorganisme tetentu seperti Provotella intermedia dan spesies Capnocytophaga juga dapat ditemukan pada masa pubertas. Meningkatnya kolonisasi bakteri ini menyebabkan gingivitis dan tingginya tendensi perdarahan gingiva.

2.3.4 Kelainan Darah

17,18

Telah lama diketahui bahwa gejala-gejala oral merupakan indikasi awal terjadinya kelainan hematologis maupun defisiensi nutrisi. Lesi-lesi oral yang sering dijumpai pada keadaan ini adalah keilitis angularis, glossitis dan ulserasi oral.4

a) Anemia

Anemia defisiensi zat besi diperkirakan 8% terjadi pada wanita usia subur, sedangkan anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada lansia dengan kelainan pencernaan kususnya penyerapan vitamin B12.4 Manifestasi intraoral dari anemia

paling menonjol pada lidah. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan papila-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papila-papila berakibat permukaan lidah tampak licin, kering dan mengkilat (disebut bald tongue). Pada tahap akhir lidah tampak seperti daging merah dan terdapat apthae oral. Manifestasi oral yang lain dari anemia mencakup keilitis angularis, ulserasi apthosa dan erosi mukosa.

Pada penderita leukemia, terjadi infiltrasi sel leukosit ke dalam lapisan retikular mukosa mulut dan kelenjar limfe serta menurunya mekanisme pertahanan tubuh dan kadar trombosit di dalam darah, keadaan ini menyebabkan terjadinya

16


(29)

manifestasi oral dari penyakit leukemia di rongga mulut.4 Manifestasi oral yang dapat terlihat pada penderita leukemia yaitu gingivitis, dimana gingiva mengalami pembengkakan di daerah margin gingiva. Selain itu, penurunan mekanisme pertahanan tubuh pada penderita leukemia menyebabkan infeksi rentan terjadi terutama infeksi dari jamur Candida albicans.

2.3.5 Defisiensi Imun

19

Pertahanan terhadap kolonisasi mikrobial merupakan salah satu dari fungsi sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, suatu kerusakan pada sistem ini akan berakibat pada timbulnya infeksi. Hal ini digambarkan secara jelas oleh infeksi oportunistik yang timbul dalam mulut penderita AIDS. Jumlah Candida albicans dalam saliva bertambah pada penderita HIV. Kandidosis oral sering merupakan gejala awal dari infeksi HIV dan dapat dibedakan menjadi empat bentuk: Pseudomembranosis, eritematus (atrofik), hiperplastik, dan keilitis angularis.4

Infeksi virus yang terjadi pada penderita HIV yaitu virus Epstein-Barr yang menyebabkan hairy leukoplakia dan virus HSV I yang menyebabkan penyakit herpes simpleks. Infeksi HSV I terlihat pada bibir sebagai herpes labialis dan herpes intraoral yang bersifat kambuhan, lebih sering menetap sehingga terlihat lebih parah dibandingkan herpes simpleks pada orang yang tidak mengidap penyakit AIDS.

2.3.6 Tembakau

16

Tembakau adalah faktor resiko utama terjadinya kanker rongga mulut dan faring.Indonesia menempati urutan ketiga jumlah perokok terbanyak yang mencapai 146.860.000 jiwa. Remaja umumnya mulai merokok di usia remaja awal atau SMP.


(30)

Oleh karena itu, edukasi bahaya rokok terhadap kesehatan perlu diberikan sedini

mungkin.20 mmmm mmm Secara histologi, karakteristik dari kanker rongga mulut akibat tembakau

adalah adanya hiperkeratinisasi dan vakuolisasi epitel, akantosis, dan proliferasi sel-sel inflamatori. Penyakit mulut yang sering terjadi akibat penggunaan tembakau terutama melalui kebiasaan merokok yaitu stomatitis nikotina dan keratosis rokok. Kelainan ini umumnya mengenai orang dewasa dan jarang pada usia muda.16,21

2.3.7 Defisiensi Nutrisi

Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa, mengingat di Indonesi persentase populasi remaja mencapai 21% dari total populasi penduduk yaitu sekitar 44 juta jiwa (BPS, 2003). Masalah gizi pada remaja masih terabaikan karena banyaknya faktor yang belum diketahui (WHO,2003). Oleh karena itu, dokter gigi sebagai tenaga kesehatan harus mampu ambil bagian dalam upaya menurunkan angka gizi buruk dikemudian hari dengan melakukan pemeriksaan mulut yang dapat memberikan informasi cepat dan vital tentang keadaan gizi seseorang.6,22

Manifestasi oral yang sering ditemukan pada penderita kurang gizi antara lain keilitis angularis, cheilosis, glossitis dan RAS. Kekurangan gizi yang menimbulkan manifestasi oral tersebut dapat dikarenakan kekurangan vitamin B2, riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat dan biotin.6,22


(31)

2.3.8 Tingkat Ekonomi Keluarga

Angka penyakit gigi dan mulut diduga lebih tinggi di daerah serta pada anak dari golongan ekonomi menengah kebawah.2 Hal ini sesuai dengan pernyataan The World Oral Health Report (2003), bahwa perawatan penyakit gigi dan mulut

menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan.3 Selain itu, kekurangan gizi yang merupakan salah satu penyebab penyakit di rongga mulut, sering dialami masyarakat terutama di negara sedang berkembang.

2.3.9 Tingkat Pendidikan Orang Tua

6

Tingkat pengetahuan seseorang sering dikaitkan dengan perilaku kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan penilaian tentang kesehatan akan lebih baik, sehingga berpengaruh pada prilakunya untuk hidup sehat yang berdampak pada penurunan resiko terkena suatu penyakit dikemudian hari.3,23 Keluarga maupun sekolah merupakan lingkungan terdekat anak untuk memberi dukungan optimal dalam upaya mencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan mulut.

2.3.10 Oral Hygiene 2

Oral Hygiene (kebersihan rongga mulut) merupakan faktor resiko terjadinya

penyakit mulut. Dari hasil penelitian tahun 2008 di Iranian, dilaporkan bahwa adanya hubungan antara kebersihan rongga mulut yang buruk dengan lesi pada lidah.24 Selain itu, kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat meningkatkan peluang terjadinya infeksi jamur di rongga mulut.25


(32)

2.4 Gambaran Klinis Penyakit Mulut 2.4.1Lesi Vesikulobulosa

Herpes Labialis

Kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi di rongga mulut yaitu virus Herpes simpleks tipe-I, Herpes simpleks tipe-II, Varicella zoster, virus Epstein-Barr dan Sitomegalovirus. Pada infeksi herpes simpleks secara khas menimbulkan herpes labialis. Gejala-gejala yang timbul diawali perasaan menusuk atau perasaan terbakar pada satu tempat di bibir. Dalam 24 jam timbul vesikel yang akan pecah dalam waktu 48 jam dan akan menimbulkan erosi epitel dengan batas jelas berwarna merah, selanjutnya akan menjadi keropeng dan sembuh dalam beberapa waktu. Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan herpes labialis pada individu yang rentan adalah sinar matahari, trauma, stres, demam, haid, dan imunosupresi. Selain daerah bibir, palatum keras dan sulkus bukal bawah merupakan daerah yang sering terserang infeksi virus ini.4,16


(33)

2.4.2Lesi Merah dan Putih

Kandidosis Oral

Merupakan infeksi jamur pada mukosa mulut maupun lidah yang biasanya disebabkan oleh Candida albicans . Infeksi ini meningkat pada penderita HIV, terlihat adanya plak putih pada mukosa mulut dan lidah, berwarna merah, diikut i sensasi terbakar ataupun rasa sakit di daerah setempat. Pada lidah terjadi perubahan pengecapan, sensitif terhadap makanan yang pedas sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan.

Tabel 2. PENYAKIT KANDIDOSIS ORAL Penyakit

Oral Candidiasis

4,16

Epidemiologi Etiologi Kandidosis

Pseudomembranosis (Trhush)

5% pada bayi yang baru lahir dan 10% pada lansia yang lemah. Paling banyak ditemukan pada penderita HIV

Tidak ada predileksi ras atau jenis kelamin

Bayi yang ibunya menderita Trush Vagina, pemakaian antibiotik, steroid, dalam jangka panjang, penderita diabetes, hipoparatiroidisme,

immunodefisiensi, kemoterapi

Kandidosis Atrofik Akut Sering pada penderita HIV

Penggunaan antibiotik steroid spektrum luas, Kandidosis Atrofik

Kronis

15-16% pada pemakai gigitiruan lengkap dan sebahagian, terutama pada wanita tua

Alergi Gigitiruan

Kandidosis Keratotik Kronis (Hiperplastik)

Pada lansia. Pemakai gigitirua dan perokok berat.

OH yang buruk, perokok, serostomia, pemakai gigitiruan


(34)

Gambar 3. Kandidosis Pseudomembranosis pada penderita HIV 27

Keilitis Angularis

Keilitis angularis merupakan inflamasi pada salah satu atau kedua sudut mulut. Penyakit ini disebabkan oleh Streptokokus aureus dan Candida albicans, secara klinis keilitis angularis tampak merah dan pecah-pecah, dengan tepi lesi yang kurang merah dari pada daerah tengahnya. Keropeng dan nodula-nodula granulomatosa kecoklatan dapat menyertainya. Keilitis angularis dapat mengenai penderita penyakit imunologis (penurunan daya tahan tubuh), defisiensi nutrisi, dan penyakit haemopoetik (kelainan darah).

Gambar 4. Keilitis angularis

4,16


(35)

Cheek Bite

Gambaran klinis dari cheek bite yaitu adanya abrasi traumatik dari permukaan epitel mukosa mulut serta plak keputih-putihan dengan dasar berwarna merah. Cheek bite biasanya terjadi pada mukosa labial dan mukosa bukal dekat garis oklusal. Lesi ini tidak berpotensi mengarah kepada keganasan. Terjadinya lesi ini sering dihubungkan dengan kecemasan, sindroma premenstruasi, dan parafungsional mandibula.

Gambar 5. Cheek Bite

29

2.4.3 Kelainan pada Lidah

30

Kesehatan lidah mampu mencerminkan kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti yang mengatakan bahwa lidah merupakan indikator kesehatan seseorang secara umum, karena ditemukan adanya hubungan antara lesi pada lidah dengan penyakit sisemik seperti lidah geografik pada penderita stres emosional, alergi, dan defisiensi nutrisi, serta lidah atrofik (glossitis atrofic) pada penderita defisiensi zat besi dan riboflavin.31


(36)

Lidah Berfisur

Lidah berfisur adalah variasi dari anatomi lidah normal yang bersifat jinak, terdiri atas satu fisura garis tengah, fisura ganda atau fisura multipel pada permukaan dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Pola dan panjang fisur bermacam-macam dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada pendapat mengatakan bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Lidah berfisur mengenai 1-5% penduduk, umumnya terjadi pada sindrom Down dan sindrom Melkerson-Rosenthal. Fisur tersebut dapat terkena radang sekunder dan menyebabkan halitosis sebagai akibat dari penumpukan makanan.16

Gambar 6. Lidah Berfisur

Lidah geografik adalah suatu peradangan jinak yang disebabkan oleh pengelupasan keratin superfisial dan papila-papila filiformis. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan karena stres emosional, alergi, defisiensi nutrisi dan faktor herediter. Lidah geografik ditandai adanya bercak-bercak gundul dari papila filiformis, berwarna merah muda sampai merah, dapat tunggal atau multipel yang dibatasi ataupun tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang timbul. Dapat juga disertai

32


(37)

peradangan merah di tepi lesinya dan disertai perasaan sakit. Lesi terus menerus berubah pola dan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain.

Gambar 7. Lidah Geografik

16

32

Glossitis Atrofic

Merupakan radang pada lidah yang sering dialami penderita anemia. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan papila-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papila mengakibatkan suatu permukaan tanpa papila-papila, yang tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir tampak lidah seperti daging atau merah padam dan terasa sakit apabila terkena minuman maupun makanan yang panas dan pedas.16


(38)

Gambar 8. Glossitis atrofic pada Penderita Anemia 33

2.4.4 Lesi Ulseratif

RAS (Recurent apthous stomatitis)

Para ahli berpendapat bahwa lesi ini timbul bukan hanya sebagai penyakit tunggal, melainkan manifestasi klinis dari penyakit lain. 4,14,15

Keluhan awal sebelum terjadinya lesi yaitu rasa terbakar dan diikuti nyeri setempat di sekitar muko sa mulut selama 2-48 jam sebelum munculnya ulser. Selama masa prodormal ini terjadi suatu daerah kemerahan setempat dan dalam beberapa jam terbentuk papula putih yang secara berangsur-angsur menjadi ulser dan membesar dalam waktu 48-72 jam. Lesi yang terbentuk umumnya dangkal, bulat, simetris dan tidak ada koyakan jaringan. Besar lesi bisa mencapai 2-5 mm, kadang-kadang ulkus tampak dalam kelompok-kelompok, tetapi biasanya kurang dari 5 terjadi sekaligus. Lesi dapat sembuh secara spontan dalam waktu 10-14 hari.14,15


(39)

Gambar 9. Recurent apthous stomatitis


(40)

KERANGKA KONSEP

Hormonal Defisiensi

Imun Tembakau Kelainan Darah Trauma Penyakit Mulut Defisiensi Nutrisi Lesi Vesikul-obulosa Lesi Merah dan Putih Kelainan Lidah Lesi Ulseratif Keilitis Angularis Cheek Bite Kandidosis

Gingivostomatitis Herpetika Primer Herpes Labialis Sosioal-ekonomi Keluarga RAS Lidah Berfisur Lidah Geografik Tingkat Pendidikan Orang tua Glossitis Infeksi


(41)

METODE PENELITIAN BAB III

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin.

3.2.2 Teknik Sampling dan Besar Sampel Penelitian

Berdasarkan jumlah penduduk usia 12-15 tahun di desa ujung rambung, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara Quota sampling yaitu dengan cara menetapkan jumlah sampel yang diperlukan, kemudian jumlah inilah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan dari populasi yang ada. Jumlah populasi diketahui dari data jumlah penduduk melalui kepala desa.35


(42)

Tabel 3. JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA (DATA KANTOR KEPALA DESA UJUNG RAMBUNG TAHUN 2009)

Usia Jumlah (jiwa) 12 tahun 35

13 tahun 46 14 tahun 48 15 tahun 51

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus oleh Soekidjo Notoadmojo (2005).

n = 1 + N (d

35

N

2

n =

1 + 180 (0,05)

)

Dimana : d = Penyimpangan terhadap populasi/ derajat ketepatan yang diingginkan, biasanya 0,05 atau 0,001

N = Besar Populasi (180 Orang) n = Besar Sampel

180

n =

1,45 n = 124,1

2


(43)

Jumlah sampel yang didapat adalah 124,1. Maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 124 orang.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas : 1. Anak usia 12-15 tahun 2. Jenis Kelamin

3.3.2 Variabel Terikat : Lesi-lesi mukosa oral : 1. Herpes labialis 2. Kandidosis Oral 3. Keilitis angularis 4. Cheek bite 5. Lidah geografik 6. Lidah berfisur 7. Glossitis atrofic

8. RAS

3.3.3 Variabel Tidak Terkendali: 1. Tingkat pendidikan orang tua 2. Tingkat penghasilan orang tua 3. Penyakit sistemik yang diderita 4. Oral Hygiene

5. Status gizi

3.4 Defenisi Operasional

a. Kandidosis Oral adalah plak berwarna putih, tidak melekat, dapat dilepas dengan mudah dan meninggalkan mukosa berwarna merah dibawahnya. Kadang-kadang diikuti perasaan terbakar di daerah setempat.10


(44)

b. Keilitis angularis adalah radang pada salah satu maupun kedua sudut mulut, terlihat pecah-pecah dengan tepi lesi yang kurang merah dari pada daerah tengahnya, dapat juga disertai keropeng-keropeng di sekitar sudut mulut.14

c. Herpes labialis adalah kumpulan kelompok-kelompok vesikel kecil yang timbul disekitar bibir, bila sudah pecah membentuk ulkus kuning-kecoklatan, sedikit cekung, mempunyai lingkaran merah yang jelas dan terasa sakit.14

e. Glossitis atrofic adalah permukaan dorsal lidah yangi licin, kering dan mengkilat karena berkurangnya jumlah papila.14

f. RAS adalah ulkus oval, dangkal, berwarna kekuningan dengan diameter 2-5 mm dengan tepi lesi eritematous yang mencolok dan tidak ada pembentukan vesikel.14

h. Cheek bite adalah lesi mukosa pipi dapat unilateral maupun bilateral. Berupa plak atau lipatan-lipatan putih sedikit menimbul, pada cedera menetap terjadi eritema dan ulserasi.14

i. Lidah Berfisur adalah fisur yang dapat berupa fisura garis tengah, fisura ganda atau fisura multipel dengan berbagai kedalaman yang terdapat pada permukaan dorsal dari dua pertiga anterior lidah.14

j. Lidah geografik adalah bercak-bercak gundul berwarna merah muda sampai merah pada permukaan dorsal lidah, tunggal atau multipel yang dibatasi atau tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul.14

l. Jenis kelamin dalam penelitian yaitu laki-laki dan perempuan.

k. Usia 12-15 tahun adalah anak yang memiliki tahun kelahiran mulai tahun 1994-1997.


(45)

m.Tingkat penghasilan orang tua yaitu rata-rata penghasilan orang tua setiap bulan.

n. Tingkat pendidikan orang tua yaitu tingkat pendidikan terakhir orang tua anak.

o. Penyakit sistemik yaitu penyakit yang memiliki manifestasi oral yang sedang diderta anak.

p. Oral Hygiene yaitu kebersihan rongga mulut. Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks saja. (gigi 16, 11, 26, 31 dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya)

6 1 6 6 1 6

Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan kalkulus. Masing-masing skor dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Total skor OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus, skor 0-1,2 dikategorikan baik, 1,3-3,0 sedang dan 3,1-6 buruk.3

Tabel 4. CARA PEMBERIAN SKOR OHI-S YANG TERDIRI ATAS SKOR DEBRIS DAN SKOR KALKULUS

Kriteria skor untuk indeks debris

3

Kriteria skor untuk indeks kalkulus

0 = Tidak dijumpai stein 0 = Tidak dijumpai kalkulus 1= Debris menutupi <1/3 permukaan

gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris dengan

tidak memperhitungkan perluasannya.

1= Kalkulus supragingiva menutupi >1/3permukaan gigi.


(46)

<2/3 permukaan gigi. 1/3 tetapi <2/3 permukaan gigi atau flek kalkulus subgingival mengelilingi serviks gigi.

3 = Debris menutupi >2/3 permuka an gigi.

3= Kalkulus supra gingiva menutupi >2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingival mengelilingi Serviks gigi.

q. Status gizi dihitung berdasarkan kriteria Baku Median WHO-NCHS yaitu tabel berat badan/umur (BB/U).

Tabel 5. PENILAIAN STATUS GIZI BERDASARKAN BAKU MEDIAN WHO-NCHS

Status Gizi

36

BB/U

Gizi Lebih > 120% Gizi Baik 80% - 120% Gizi Sedang 70% - 79,9% Gizi Kurang 60% - 69.9% Gizi Buruk < 60%

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin. Waktu penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.


(47)

Status Gizi Penyakit sistemik

3.6 Sarana penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

- Kaca Mulut - Senter

- Sonde - Timbangan

- Pipet tetes - Baskom

3.6.2 Bahan Penelitian

- Desinfektan ( Dettol) - Masker - Pewarna kue - Tisu - Sarung Tangan

3.7 Kerangka Konsep

Jenis kelamin Pend. Orang Tua Peng. Orang tua

Oral Hygiene

Anak Usia 12-15 tahun

Penyakit Mulut: 1. Herpes labialis 2. Kandidosis oral 3. Keilitis angularis 4. Cheek bite 5. Lidah geografik 6. Lidah berfisur 7. Glossitis atrofic 8. Ras


(48)

3.8 Cara Pengumpulan Data

Pasien diarahkan untuk mengisi lembar kuesioner guna mengetahui identifikasi umum dan tingkat pengetahuan serta kebiasaan merawat kebersihan rongga mulut. Kemudian untuk mengetahui kondisi klinis pasien, peneliti malakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien yang meliputi pengukuran berat badan, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Pemeriksaan ekstraoral dilakukan dengan memeriksa bentuk wajah, kelenjar limfa, bibir dan sirkum oral, sedangkan pemeriksaan intraoral dilakukan dengan bantuan dua kaca mulut untuk melihat mukosa labial, mukosa bukal, gingiva, palatum durum, palatum mole, lidah dan dasar mulut. Kemudian dicatat lesi yang terjadi sesuai dengna lokasi lesi terutama lesi-lesi yang menjadi target penelitian.

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dan tabulasi dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program excel.

3.10 Analisa Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian ditabulasikan dan analisa data dilakukan dengan cara perhitungan persentase penyakit mulut berdasarkan jenis kelamin, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, kebersihan rongga mulut, dan status gizi.


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Sosiodemografi Sampel di Desa Ujung Rambung

Sampel pada penelitian ini terdiri dari 124 anak usia 12-15 tahun, dimana sampel terbanyak berdasarkan umur ialah kelompok umur 14 tahun yaitu 37 orang (29,8%). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak menjadi subjek penelitian yaitu 67 orang (54%) (Gambar 10). Hanya satu (0,8%) orang tua dari sampel penelitian yang memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi, selebihnya kebanyakan dari orang tua mereka memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu 50 orang (40,3%). Mayoritas penghasilan orang tua sampel setiap bulannya adalah kurang dari Rp1.000.000,- (53,2%) dan hanya lima orang tua yang memiliki penghasilan diatas Rp2.000.000,- setiap bulan (4%). (Tabel 6)

Gambar 10. DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN

0 5 10 15 20

J U M L A H (%)

12 13 14 15

UMUR

DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN

laki-laki perempuan


(50)

Tabel 6. DISTRIBUSI FREKUENSI GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SAMPEL DI DESA UJUNG RAMBUNG TAHUN 2009

Kriteria n

(nγ= 124) %

1. Umur

- 12 tahun - 13 tahun - 14 tahun - 15 tahun

30 34 37 23 24,2 27,4 29,8 14,6

2. Jenis Kelamin

- Laki-laki - Perempuan 57 67 46 54

3. Tingkat pendidikan terakhir orang tua

- SD - SMP - SMU

- Perguruan Tinggi

50 46 27 1 40,3 37,1 21,8 0,8

4. Penghasilan orang tua

- < Rp1.000.000,-

- Rp1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- - Rp1.500.000,- s/d Rp2.000.000,- - >Rp2.000.000,- 66 45 8 5 53,2 36,3 6,5 4


(51)

4.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik subjek penelitian diketahui dari pengisian pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner yang meliputi pengetahuan dan kebiasaan merawat kesehatan rongga mulut serta beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan kebersihan rongga mulut (higyene oral) dan penilaian status gizi. Pada pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut, kebanyakan subjek memiliki kondisi rongga mulut dengan kategori buruk yaitu sejumlah 73 orang (58,9%), sedangkan kategori sedang sejumlah 47 orang (37,9%) dan kategori baik 4 orang (3,2%) (Gambar 11). Berbeda dengan penilaian status gizi, mayoritas status gizi subjek dikategorikan gizi baik yaitu sejumlah 94 orang (75,8%), sedangkan gizi lebih sejumlah 15 orang (12,1%), gizi sedang 11 orang (8,9%), dan gizi dengan kategori kurang yaitu sejumlah 4 orang (3,2%). (Gambar 12)

Gambar 11 . DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN TINGKAT KEBERSIHAN RONGGA MULUT

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN INDEKS ORAL HIGIENE

Baik Sedang Buruk


(52)

Gambar 12. DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI

Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat kebersihan rongga mulut, diketahui dari pengisian beberapa pertanyaan pada lembar kuesioner. Hampir seluruh anak menyatakan bahwa merawat rongga mulut itu penting yaitu 123 orang (99,2%) dan satu orang (0,8%) menyatakan tidak tahu. Walaupun demikian, masih dijumpai subjek yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi dan mulut yaitu sejumlah 59 orang (50,8%) sedangkan yang pernah sejumlah 65 orang (52,4%). Kebanyakan dari subjek mendapatkan penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi dan mulut dari sekolah yaitu 50 orang (76,9%) selebihnya dari puskesmas sejumlah 7 orang (10,8%), balai desa dan televisi sebanyak 7 orang (10,8%), dan Praktik bidan 1 orang (1,5%).

Pengalaman subjek dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut terbilang minim yaitu hanya 15 orang (12,1%) yang pernah mendapatkan perawatan gigi dan mulut, selebihnya 130 orang (87,9%) tidak pernah. Jenis perawatan kesehatan gigi

DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS GIZI

Lebih Baik Sedang Kurang Buruk


(53)

dan mulut tersebut antara lain pencabutan sejumlah 10 orang (66,7%), penambalan 2 orang (13,3%) dan yang lainnya seperti pengobatan sejumlah 3 orang (20%).

Kebanyakan subjek membersihkan rongga mulutnya dengan cara menyikat gigi dua kali sehari atau lebih yaitu sejumlah 100 orang (80,7%), selebihnya 19 orang (15,3%) hanya satu kali sehari, dan 5 orang (4,0%) yang tidak setiap hari membersihkan rongga mulutnya. Subjek yang mengetahui cara lain membersihkan rongga mulut selain menyikat gigi ada sejumlah 31 orang (25%) yang tidak tahu sebanyak 93 orang (75%). Cara lain membersihkan rongga mulut yang subjek ketahui diantaranya berkumur dengan obat kumur sebanyak 14 orang (45,2%), menggunakan benang gigi sebanyak 5 orang (16,1%) dan yang lainnya seperti dengan abu, permen karet, kumur air garam, lalang, makan tebu sebanyak 12 orang (38,7%).

Untuk pengetahuan mengenai penyakit mulut, subjek yang menyatakan sariawan merupakan penyakit mulut sebanyak 105 orang (84,7%) dan 19 orang meyatakan tidak (15,3%). Subjek yang mengetahui adanya hubungan penyakit mulut dengan kondisi sistemik seperti kurang gizi, kelainan darah dan sakit gula ada sejumlah 18 orang (14,5%) dan 106 orang (85,5%) menyatakan tidak tahu. Dari semua subjek yang diteliti, 10 orang (8,1%) subjek sudah merokok dan 74 orang (59,7%) yang mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan rongga mulut. (Tabel 7)


(54)

Tabel 7. TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MERAWAT RONGGA MULUT

Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat rongga mulut Jumlah (orang)

% Anggapan merawat rongga mulut:

a. Penting b. Tidak penting c. Tidak tahu

123 - 1 99,2 - 0,8 Pengalaman mendapat penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi

dan mulut: a. Pernah b. Tidak pernah

65 59

52,4 47,6 Mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dari:

a. Sekolah b. Puskesmas

c. Praktik bidan, dokter gigi dan dokter umum d. Lain-lain (balai desa, televisi)

50 7 1 7 76,9 10,8 1,5 10,8 Pengalaman mendapat perawatan dokter gigi:

a. Pernah b. Tidak pernah

15 109

12,1 87,9 Jenis perawatan yang diterima:

a. Pencabutan gigi b. Penambalan gigi

c. Lain-lain (pemeriksaan)

10 2 3 66,7 13,3 20 Kebiasaan menyikat gigi dalam sehari:

a. Tidak setiap hari (kadang-kadang) b. 1 kali

c. ≥ 2 kali

5 19 100 4 15,3 80,7 Pengetahuan mengenai cara lain menjaga kebersihan rongga


(55)

mulut: a. Tahu b. Tidak tahu

32 92

25,8 74,2 Cara lain untuk menjaga kebersihan rongga mulut selain

menyikat gigi:

a. Berkumur dengan obat kumur b. Menggunakan benang gigi

c. Lain-lain (permen karet, abu, lalang, kumur air garam, makan tebu) 14 5 12 45,2 16,1 38,7

Apakah sariawan merupakan penyakit mulut: a. Ya b. Tidak 105 19 84,7 15,3 Pengetahuan mengenai hubungan penyakit mulut dengan

kelainan sistemik: a. Tahu b. Tidak tahu

18 106

14,5 85,5 Bahaya merokok terhadap kesehatan rongga mulut:

a. Tahu b. Tidak tahu

74 50

59,7 40,3

4.3 Prevalensi Penyakit Mulut Anak usia 12-15 tahun di Desa Ujung Rambung

Total jumlah lesi mukosa mulut yang dijumpai pada 124 orang anak yaitu sebanyak 116 lesi. Lesi-lesi tersebut antara lain cheek bite dialami sebanyak 24 orang (19,4%), bibir kering dan pecah-pecah 18 orang (14,5%), linea alba 17 orang (13,7%), lidah berfisur 17 orang (13,7%), pigmentasi 13 orang (10,5%), lesi traumatik 7 orang (5,7%), atrofi papila 5 orang (4%), abses 3 orang (3,2%), stomatitis


(56)

3 orang (2,4%), benjolan 3 orang (2,4%), lidah geografik 2 orang (1,6%), lesi putih 2 orang (1,6%), dan vesikel sebanyak 1 orang (0,8%). (Tabel 8)

Tabe 8. PREVALENSI PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN Penyakit Mulut Jumlah

(orang)

% Lokasi

Cheek bite 24 19,4 Mukosa bukal Bibir kering 18 14,5 Bibir

Linea alba 17 13,7 Mukosa bukal

Lidah berfisur 17 13,7 Permukaan dorsal lidah

Pigmentasi 13 10,5 Bibir, mukosa labial, mukosa bukal, permukaan dorsal lidah

Lesi traumatik 7 5,7 Gingiva, mukosa labial, mukosa bukal, permukaan lateral lidah

Atrofi papila 5 4 Pemukaan dorsal lidah, permukaan lateral lidah, 1/3 anterior lidah

Abses 4 3,2 Gingiva, palatum

Benjolan 3 2,4 Gingiva, mukosa bukal, mukosa labial Stomatitis 3 2,4 Mukosa labial, mukosa bukal,

permukaan dorsal lidah Lidah geografik 2 1,6 Permukaan dorsal lidah Lesi putih 2 1,6 Mukosa bukal, dasar mulut Vesikel 1 0,8 Mukosa labial


(57)

4.4 Distribusi Penyakit Mulut Pada Anak Usia 12-15 tahun Di Desa Ujung Rambung

Dari hasil pemeriksaan, dijumpai penderita penyakit mulut sebanyak 45 orang (36,3%) pada anak perempuan dan 30 orang pada anak laki-laki (24,2%) dengan jumlah lesi sebanyak 62 lesi (53,5%) pada perempuan dan 54 lesi (45,6%) pada laki-laki. (Gambar 13)

Gambar 13. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Berdasarkan tingkat kebersihan rongga mulut, penyakit mulut paling banyak dijumpai yaitu pada skor OHI dengan kategori buruk yaitu 65 lesi (56%), sedangkan pada OHI sedang 46 lesi (39,7%), dan OHI yang baik 5 lesi (4,3%). (Gambar 14)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Laki-laki Perempuan


(58)

Gambar 14. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN ORAL HYGIENE

Pada pemeriksaan status gizi, jumlah lesi yang paling banyak dijumpai yaitu pada kategori gizi baik sebanyak 80 lesi (69%), kemudian 23 lesi (19,8%) pada gizi lebih, 9 lesi (7,8%) pada gizi sedang, dan 4 lesi pada gizi kurang (3,4%). (Gambar 15)

Gambar 15. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN STATUS GIZI

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN STATUS GIZI

Lebih Baik Sedang Kurang Buruk DISTRIBUSII PENYAKIT MULUT BERDASARKAN

ORAL HYGIENE

Baik Sedang Buruk


(59)

Berdasarkan tingkat pendidikan orang tua, lesi terbanyak dijumpai pada tingkat pendidikan SD yaitu 52 lesi (44,8%), kemudian 41 lesi (35,3%) dijumpai pada pendidikan SMP, 22 lesi (19%) pada pendidikan SMU, dan 1 lesi (0,9%) pada pendidikan Perguruan Tinggi. (Gambar 16)

Gambar 16. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

Berdasarkan tingkat penghasilan orang tua, lesi mukosa mulut paling banyak dijumpai pada penghasilan kurang dari Rp1.000.000,-, yaitu 62 lesi (53,5%), selanjutnya 41 lesi (35,3%) pada penghasilan Rp1.000.000,- s/d Rp1.500.000,-, 8 lesi (6,9%) pada penghasilan Rp.1.500.000,- s/d Rp.2000.000,-, dan 5 lesi (4,3%) ditemukan pada penghasilan lebih dari Rp2.000.000,- setiap bulan. (Gambar 17)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

SD SMP SMU


(60)

Gambar 17. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA

Distribusi penyakit mulut berdasarkan jumlah lesi dan jenis kelamin dari 124 anak yang diperiksa, anak yang memiliki 1 lesi sebesar 42,7% pada perempuan dan 18,7% pada laki-laki, yang memiliki 2 lesi sebesar 14,7% pada perempuan dan 13,3% pada laki-laki, yang memiliki 3 lesi sebesar 1,3% pada perempuan dan 5,3% pada laki, yang memiliki 4 lesi tidak ditemukan pada perempuan dan 2,7% pada laki-laki, dan yang memiliki 5 lesi sebesar 1,3% pada perempuan dan tidak ditemukan pada laki-laki. (Gambar 18)

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA

<Rp1.000.000,-

Rp1.000.000,- s/dRp1.500.000,- Rp1.500.000,- s/dRp2.000.000,- >Rp2.000.000,-


(61)

Gambar 18. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JUMLAH LESI DAN JENIS KELAMIN

Berdasarkan lokasi lesi, 38,8% penyakit mulut dijumpai pada mukosa bukal, 31% di lidah, 17,2% di bibir, 6,9% di gingiva, 5,2% di mukosa labial, 1,7% di palatum durum dan 0,9% di dasar mulut. (Tabel 9)

Tabel 9. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN LOKASI LESI

Lokasi Lesi Jumlah (%)

Mukosa bukal 45 38,8

Lidah 36 31

Bibir 20 17,2

Gingiva 8 6,9

Mukosa labial 6 5,2

Palatum durum 2 1,7

Dasar mulut 1 0,9

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 J U M L A H %

1 2 3 4 5

JUMLAH LESI

DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN JUMLAH LESI DAN JENIS KELAMIN

Perempuan


(62)

Distribusi penyakit mulut berdasarkan ada tidaknya penyakit sistemik, dari 75 orang anak yang menderita penyakit mulut terdapat 14,7% yang mengalami penyakit sistemik, sedangkan yang tidak mengalami penyakit sistemik sebanyak 85,3%. ( Tabel 10).

Tabel 10. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN ADA TIDAKNYAPENYAKIT SISTEMIK

Penyakit sistemik Jumlah (orang)

Penyakit mulut (orang)

%

Ada 13 11 14,7

Tidak 111 64 85,3

Distribusi penyakit mulut berdasarkan lokasi tempat tinggal, penyakit mulut terbanyak dijumpai di dusun 6 yaitu 21,3% dan dusun 5 yaitu 20%, selebihnya penyakit mulut ditemukan di dusun 1 sebanyak 5,3%, dusun 2 sebanyak 4%, dusun 3 sebanyak 9,3%, dusun 4 sebanyak 8%, dusun 7 sebanyak 12% dusun 8 sebanyak 9,3%, dan dusun 9 sebanyak 10,7%. (Tabel 11)


(63)

Tabel 11. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN LOKASI TEMPAT TINGGAL

Dusun Jumlah (orang)

%

1 4 5,3

2 3 4

3 7 9,3

4 6 8 5 15 20

6 16 21,3

7 9 12

8 7 9,3

9 8 10,7

TOTAL 75 100

Distribusi penyakit mulut berdasarkan kebiasaan merokok pada anak laki-laki, dari 30 orang anak laki-laki yang menderita penyakit mulut 20% anak sudah merokok dan yang tidak merokok sebanyak 80%. (Tabel 12)


(64)

Tabe 12. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN KEBIASAAN MEROKOK PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 12-15 TAHUN

Merokok Jumlah

(orang)

Penyakit mulut (orang)

%

Ia 10 6 20

Tidak 47 24 80

Distribusi penyakit mulut berdasarkan menstruasi pada anak perempuan, dari 45 anak perempuan yang menderita penyakit mulut 17,8% sedang menstruasi dan 82,2% tidak sedang menstruasi. (Tabel 13)

Tabe 13. DISTRIBUSI PENYAKIT MULUT BERDASARKAN MENSTRUASI PADA ANAK PEREMPUAN USIA 12-15 TAHUN

Sedang menstruasi Jumlah (orang)

Penyakit mulut (orang)

%

Ia 12 8 17,8


(65)

BAB 5 PEMBAHASAN

Desa Ujung Rambung terletak di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri atas 3.012 jiwa dengan jumlah 621 KK. Desa ini berjarak 5,1 km dari ibukota kecamatan Pantai Cermin dengan luas daerah 3,41 km2

Dari hasil penilaian status gizi, kebanyakan subjek memiliki status gizi yang baik. Kondisi ini juga tercermin dari rendahnya angka penyakit mulut yang dialami . Sarana kesehatan yang tersedia di desa ini hanya praktek bidan, sedangkan posyandu, polindes, praktek dokter terlebih dokter gigi tidak tersedia. Minimnya fasilitas kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut, memberikan potensi yang besar bagi tingginya angka penyakit gigi dan mulut di desa ini. Dari 124 anak remaja yang diperiksa pada penelitian ini, 58,37% memiliki skor OHI buruk. Ini berarti lebih dari separuh jumlah sampel secara keseluruhan memiliki kondisi rongga mulut yang buruk, padahal dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada subjek, hampir seluruhnya menjawab bahwa merawat rongga mulut itu penting yaitu 99,2% dan kebanyakan dari mereka membersihkan rongga mulutnya dua kali dalam sehari yaitu 80,7%. Rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut ini mungkin dikarenakan subjek kurang mengetahui bagaimana merawat rongga mulut dengan benar, sehingga perlu tenaga kesehatan yang mampu memberikan pendidikan mengenai cara merawat rongga mulut dengan benar maupun melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya di desa ini mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan rongga mulut serta dampaknya bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.


(66)

subjek khususnya yang berkaitan dengan status gizi yaitu atrofi papila (4,03%), stomatitis (2,42%), dan lidah geografik (1,61%). Walaupuan dikategorikan rendah, angka penyakit mulut yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi suatu saat bisa saja meningkat mengingat kebanyakan dari orang tua subjek hanya memiliki pendidikan terakhir SD. Rendahnya tingkat pendidikan memungkinkan orang tua subjek tidak mengetahui asupan nutrisi yang baik bagi keluarganya, apalagi adanya manifestasi oral dari difisiensi nutrisi. Meskipun penghasilan rata-rata orang tua subjek tergolong rendah, bukan berarti mereka tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga mengingat mayoritas masyaraka Ujung Rambung adalah petani. Yang menjadi permasalahannya adalah, apakah mereka mengetahui sumber-sumber asupan nutrisi yang dibutuhkan agar anggota keluarganya memiliki gizi yang baik tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal. Untuk itu, perlu dilakukan penyuluhan mengenai efek yang ditimbulkan dari defisiensi nutrisi di rongga mulut sebagai pintu utama masuknya makanan dan pengaruhnya bagi organ tubuh secara keseluruhan, serta berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan sumber-sumber yang dapat mereka peroleh tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal.

Penelitian penyakit mulut di kalangan anak dan remaja pada saat ini masih sangat kurang. Dari beberapa hasil penelitian, penyakit mulut yang umum dijumpai pada anak dan remaja diantaranya adalah cheek bite, recurent apthous stomatitis, herpes labialis, lidah geografik, keilitis angularis, dan kandidiasis oral. Pada

penelitian ini penyakit mulut yang paling banyak dijumpai yaitu cheek bite sebanyak 19,4% dari 124 anak remaja yang diperiksa. Hal ini sesuai dengan penelitian Shulman, namun dengan angka yang lebih rendah yaitu 1,89%. Sementara peneliti


(67)

lainnya seperti M Del Rosario dan Parlak menyatakan bahwa penyakit mulut yang paling banyak dijumpai pada anak dan remaja yaitu kandidiasis (37%) dan keilitis angularis (9%). Cheek bite termasuk lesi traumatik yang disebabkan tergigitnya mukosa bukal. Keadaan ini sering dihubungkan dengan adanya sindroma premenstruasi (PMS), stres dan kecemasan. Stres sering dialami para remaja, menurut Hall masa remaja disebut juga masa ”strom & stress” (badai dan tekanan) dimana tekanan emosi meningkat sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal.37 Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingginya tingkat stres pada remaja dengan terjadinya Cheek bite, maka diperlukan penelitian yang lebih lanjut.

Penyakit mulut terbanyak kedua yang dijumpai pada penelitian ini adalah bibir kering dan pecah-pecah sebanyak 14,5%. Etiologi terjadinya penyakit ini bisa karena radiasi sinar matahari yang berlebihan, infeksi Candida albicans, stres, dan adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam mulut yang disebut dengan sepsis oral. Kebersihan ronggga mulut yang buruk seperti dialami kebanyakan subjek dapat menjadi pemicu utama terjadinya lesi ini, apalagi bila subjek memiliki kebiasaan buruk yaitu menjilat-jilat bibirnya yang kering, maka tanpa disadari kandida mendapat jalan masuk ke lapisan-lapisan permukaan dari epitel bibir sehingga memperlambat proses penyembuhan.16 Penyakit mulut lainnya yang berhubungan dengan kebiasaan buruk pada anak remaja di desa ini adalah linea alba (13,7%). Line alba merupakan lesi yang terjadi akibat gesekan gigi geligi pada daerah oklusal, dapat merupakan tanda dari kebiasaan bruksisme yang dialami oleh orang yang menderita gangguan psikologis seperti stress.


(68)

Tingginya angka penyakit mulut yang berhubungan dengan faktor kebiasaan buruk pada subjek, memberikan asumsi bahwa kebanyakan dari mereka tidak mengetahui adanya pengaruh dari kebiasaan-kebiasaan tertentu terhadap kesehatan rongga mulut mereka. Untuk itu, perlu diadakan edukasi lebih dini agar faktor kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan rongga mulut dapat segera diatasi.

Kelainan rongga mulut lainnya yang ditemukan pada subjek yaitu lidah berfisur (13,7%). Lidah berfisur umumnya terjadi dan bertambah banyak seiring bertambahnya usia, namun ada juga yang mengatakan berkaitan dengan faktor herediter. Sedangkan lidah geografik terjadi akibat defisiensi nutrisi, alergi, stres dan faktor keturunan. Beberapa peneliti mengamati adanya hubungan antara lidah berfisur dengan lidah geografik, Sedano et al menyatakan prevalensi anak yang menderita lidah berfisur lebih banyak pada anak yang juga menderita lidah geografik. Hal ini juga ditemukan pada anak remaja di desa ujung rambung, dari 2 orang anak yang menderita lidah geografik keduanya juga memiliki lidah berfisur. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adanya hubungan antara lidah berfisur dengan lidah geografik.

Lesi traumatik yang dijumpai pada penelitian ini kebanyakan terjadi akibat karies dan sebagian karena cara menyikat gigi yang salah. Angka karies gigi di desa ini tergolong tinggi, hal ini diketahui dari hasil pengabdian masyarakat yang telah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi USU baik kepada anak-anak maupun orang dewasa. Selain lesi traumatik, penyakit mulut lainnya yang berhubungan dengan karies gigi pada subjek yaitu abses intra oral (3,2%). Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Nurmala dan Wilda (2007) pada murid sekolah di


(69)

delampan kecamatan di kota Medan yang menemukan abses sebanyak 3,0%. Terjadinya abses intraoral sebagian besar dikarenakan kebersihan rongga mulut yang buruk, dimana karies gigi yang tidak dirawat membuat peradangan sehingga terbentuk abses. Tingginya skor OHI yang buruk pada subjek dan masih banyak dari subjek yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan dan perawatan kesehatan gigi, memberikan peluang yang besar bagi peningkatan angka abses intraoral di kemudian hari.

Pigmentasi yang terjadi pada anak di desa ini kebanyakan di daerah 1/3 dorsal lidah, bibir, mukosa labial dan hanya sedikit dijumpai di mukosa bukal. Pigmentasi yang terjadi pada subjek bukan dikarenakan amalgam maupun tembakau. Walaupun dujumpai 8,1% anak yang merokok, namun mereka masih dikategorikan perokok pemula, sementara pigmentasi karena tembakau umumnya dijumpai pada pria dewasa ataupun mereka yang mengkonsumsi tembakau dalam kurun waktu yang lama. Pigmentasi pada mukosa mulut dapat dikarenakan penyakit addison, sindrom Peutz-Jeghers, endapan melanin, dan juga dapat merupakan tanda keganasan di rongga mulut. Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar penyebab dari terjadinya lesi ini dapat segera diketahui.

Lesi putih, vesikel, dan benjolan hanya sedikit dijumpai pada subjek. Lesi putih yang dijumpai pada penelititan ini tidak dapat dihapus saat dilakukan pemeriksaan. Vesikel yang terjadi dapat merupakan awal dari terbentuknya stomatitis di rongga mulut subjek. Benjolan yang ditemukan pada penelitian ini dapat dikarenakan kebiasaan mengisap mukosa bukal, karena pada waktu pemeriksaan, subjek tidak mengeluhkan adanya perasaan sakit disekitar lesi benjolan.


(70)

Tingkat pengetahuan dan kebiasaan merawat rongga mulut pada anak remaja di desa ini diketahui dengan menanyakan beberapa pertanyaan melalui lembar kuesioner. Dari 124 subjek yang diperiksa, masih terdapat 47,6% subjek yang tidak pernah mendapatkan pendidikan/ penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, padahal seharusnya guru sudah mengajarkannya di sekolah, tetapi mereka yang mendapatkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dari sekolah hanya sebanyak 40,3%. Selebihnya mereka yang mendapatkannya dari puskesmas, praktek bidan ataupun dokter sejumlah 5,8% dan hanya sedikit dari media informasi seperti televisi yaitu 5,7%, sementara dari majalah, artikel ataupun internet tidak ada. Kenyataan ini mencerminkan rendahnya tingkat pengetahuan remaja di desa ini dalam hal cara merawat gigi dan mulut dengan benar yang mengakibatkan rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka.

Kebanyakan dari subjek tidak mengetahui cara lain untuk membersihkan rongga mulut selain menyikat gigi dan masih ada beberapa subjek membersihkan giginya dengan abu padi dan lalang tanpa menyadari hal ini dapat mengiritasi jaringan lunak di sekitar rongga mulut mereka. Hanya 14,5% subjek yang mengetahui adanya hubungan antara penyakit mulut dengan kelainan sistemik seperti kekurangan asupan vitamin, untuk kondisi sitemik lainnya seperti kelainan darah dan diabetes melitus subjek tidak mengetahuinya.

Subjek yang tidak mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan rongga mulut ada sebanyak 40,3%, padahal ada bebrapa orang dari subjek yang telah merokok. Bahaya merokok bagi kesehatan rongga mulut yang mereka ketahui hanya sebatas


(71)

stein pada gigi akibat nikotin dan bau mulut, sementara efek yang lebih serius dari kebiasaan merokok yaitu kanker rongga mulut tidak diketahui subjek sama sekali.

Dari beberapa hasil penelitian, prevalensi perokok usia muda di Indonesia meningkat drastis dari 0,6% pada tahun 1995 menjadi 2,8% tahun 2004. Peningkatan prevalensi perokok tertinggi diperoleh pada interval usia 15-19 tahun dan umumnya perokok pemula mulai merokok pada usia remaja awal yaitu 12-15 tahun. Mengingat jumlah perokok pemula yang semakin meningkat dan kurangnya pengetahuan subjek akan bahaya merokok khususnya di rongga mulut, maka perlu edukasi sedini mungkin untuk mengurangi perokok usia muda di desa ini.

Penyakit sistemik yang dialami subjek umumnya alergi dan penyakit saluran pencernaan. Alergi yang terjadi kebanyakan disebabkan makanan sementara penyakit saluran pencernaan yang dikeluhkan subjek yaitu gejala mag. Alergi dan penyakit saluran pencernaan dapat menyebabkan berbagai manifestasi oral di rongga mulut. Pada penderita alergi, manifestasi oral yang ditemukan dapat berupa stomatitis dan pembengkakan di mukosa mulut akibat alergi dari makanan tertentu, sedangkan pada penderita gangguan pencernaan manifestasi oral yang dapat ditemukan diantaranya ulserasi, erosi mukosa mulut, pigmentasi, glositis, dan pembengkakan lidah.

Penyakit mulut pada penelitian ini paling banyak ditemukan di dusun 6 dan dusun 5. Hal ini dikarenakan sampel paling banyak diperoleh dari kedua dusun tersebut, dan dari data statistik jumlah penduduk yang diperoleh dari kepala desa tercatat bahwa jumlah anak remaja paling banyak dijumpai di kedua dusun tersebut.

Pada anak remaja perempuan yang sedang mengalami menstruasi, lesi yang paling banyak ditemukan yaitu cheek bite, sedangakan lesi lainnya seperti pigmentasi,


(72)

bibir kering, linea alba, atrofi papila, dan lidah berfisur hanya sedikit ditemukan. Adanya anggapan bahwa cheek bite berhubungan dengan sindroma premenstruasi pada wanita dapat memberi alasan mengapa cheek bite merupakan lesi terbanyak pada saat pemeriksaan ini, untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar diketahui lebih pasti hubungan sindroma premenstruasi dengan terjadinya cheek bite di rongga mulut.


(73)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakuakan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan anak remaja di desa ini dapat dikategorikan baik, namun kesehatan rongga mulut yang mereka miliki perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari para tenaga kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Minimnya pengetahuan anak remaja di desa ini mengenai kesehatan rongga mulut dan efek yang dapat ditimbulkannya serta rendahnya tingkat kebersihan rongga mulut mereka, memberi potensi yang besar bagi meningkatnya insiden penyakit mulut di desa ini, apalagi didukung dengan fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang tidak memadai.

Penelitian ini hanya bersifat survei deskriptif, dimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit mulut seperti status gizi, tingkat pengetahuan, ekonomi keluarga, kebersihan rongga mulut dan penyakit sistemik tidak diteliti hubungannya. Mengingat penyakit mulut merupakan penyakit multifaktorial dimana banyak faktor predisposisi yang menyebabkannya, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar diperoleh penanggulangan yang tepat.

Masa remaja yang merupakan masa dimana anak berjuang untuk tumbuh dan menjadi sesuatu, menggali dan berusaha untuk memahami sesuatu, merupakan saat yang tepat bagi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut dalam upaya preventif dan kuratif yang dini. Dengan demikian, insiden terjadinya penyakit mulut dikemudian hari dapat ditanggulangi.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadi Siti S. S. Prospek oral medicine dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia.

2. Zantika Iis, 89% anak derita penyakit gigi dan mulut. <http: (13 Februari 2009).

3. Pintauli Sondang. Menuju gigi dan mulut sehat.USU Press. Medan.2008: 1-2,8,30-31,42

4. Lewis Michael A. O. Tinjauan klinis penyakit mulut. Alih bahasa: Elly Wiriawan. 1998. Widya Medika. Jakarta.Hal: 47-48, 53-54,79,93

5. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1415/ Menkes/ SK/ X 2005 tentang kebijaksanaan pelayanan kedokteran gigi keluarga

6. Suaibah L. Hubungan status gizi dengan terjadinya keilitis angularis pada anak usia 6-12 tahun di enam panti asuhan di kota madya Medan. Dentika dent J, Vol

11, No. 2, 2006: 117-121

7. Shulman, Jay D. The prevalence of oral mucosal lesion in U.S. adults. J Am Dent Assoc, Vol 135, No 9, 1279-1286

8. Shulman, J. D. prevalence of oral mucosal lesion in children and youths in the USA. Int J Paediatr Dent. 2005 Mar; 15(2): 89-97

9. Parlak, AH, dkk. Prevalence of oral lesion in 13-16 year-old students in Duzce, Turkey. Oral disease. 2006, Vol. 12, No.6, pp. 553-558


(1)

20. Kompas. Jumlah Perokok Pemula Meningkat.

21. Tomar S. L., dkk. Oral mucosal smokless tobacco lesions among adolescents in the united states. J Dent Res 76(6): 1277-1286, June, 1997

22. Syafiq Ahmad, dkk. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007: 84,155

23. Smet Bart. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994: 24. Professional Oral Health.An epidemiologic study of tongue lesions in 1901

iranian dental outpatients. The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 9, No. 7, November 1, 2008

25. Franks AST, Hedegard B. Geriatric dentistry. Blackell Scientific Publications, 1997: 135-139

26. Sciubba James J.

07 Juni 2008

Oral mucosal diseases in the office setting—Part I: Aphthous stomatitis and herpes simplex infections. Academy General Dentistry

27. Samson Pr. J. Pseudomembranous candidiasis of the cheek. , July/August 2007 Pg. 347-354

<h

28. Anonimous. <http://www.visualdxhealth.com/.../adult_Female_Face.htm> (02 Maret 2009).

29. Minciullo PL, dkk. Bilateral cyclic cheek lesions related to premenstrual syndrome.


(2)

31. Mojarad F. Prevalence of tongue anomalies in hamadan Iran. J Publ Health, Vol. 37, No.2, 2008, pp. 101-105

32. Anonimous. <http://www.klikdokter.com/illness/detail/235> (02 Maret 2009).

33. Handlers J. P.

2009)

34. Anonimous. <http://www.aegis.com/topics/oi/oi-ohl.html>

35. Natoatmodjo Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005: 89-91

(02 Maret 2009).

36. Supariasa I Nyoman. Penilaian Status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002: 69, 81


(3)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENYAKIT MULUT PADA ANAK USIA 12-15 TAHUN DI DESA UJUNG RAMBUNG, KECAMATAN PANTAI CERMIN

No. Urut: Tanggal : I. Identifikasi Umum

1. Nama : ... 2. Alamat Dusun : ... 3. Umur : ... 4 Jenis Kelamin* : L P

5. Suku : ... 6. Sekolah/ kelas : ... Lingkarilah salah satu jawaban yang benar:

7. Apakah anda sekolah di Desa Ujung Rambung?

a. Ya b. Tidak

8. Jika tidak apakah anda kost di luar Desa Ujung Rambung?

a. Ya b. Tidak

9. Tingkat pendidikan terakhir orang tua:

a. SD c. SMU

b. SMP d. Perguruan Tinggi

10. Berapa rata-rata penghasilan orang tua setiap bulan?

a. < Rp 1000.000,- c. Rp 1.500.000,- s/d Rp 2000.000,- b. Rp 1000.000,- s/d Rp 1.500.000,- d. > Rp 2000.000,-

11. Apakah anda merokok?


(4)

13. Apakah anda sedang menstruasi (bagi wanita)?

a. Ia b. Tidak

II. Tingkat Pengetahuan dan Kebiasaan Merawat Rongga Mulut

1. Menurut anda, apakah merawat rongga mulut itu penting? a. Penting b. Tidak penting c. Tidak tahu

2. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi dan mulut? a. Pernah b. Tidak pernah

3. Jika pernah, dimana anda mendapat penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi dan mulut?

a. Sekolah b. Puskesmas

c. Praktik bidan, dokter gigi dan dokter umum d. Dan lain-lain (sebutkan)...

4. Apakah anda pernah mendapatkan perawatan oleh dokter gigi? a. Pernah b. Tidak pernah

5. Jika pernah, jenis perawatan apa yang anda terima dari dokter gigi?

a. Pencabutan gigi b. Penambalan gigi c. Lain-lain (sebutkan)... 6. Berapakali anda menyikat gigi dalam sehari?

a. Tidak setiap hari (kadang-kadang) b. 1 kali

c. ≥ 2 kali

7. Apakah anda tahu cara lain untuk menjaga kebersihan rongga mulut selain menyikat gigi?

a. Tahu b. Tidak tahu

8. Jika tahu, cara apa yang anda ketahui untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut selain menyikat gigi?

a. Berkumur-kumur dengan obat kumur b. Menggunakan benang gigi


(5)

9. Apakah sariawan (panas dalam) merupakan penyakit mulut?

a. Ya b Tidak

10. Apakah anda mengetahui adanya hubungan antara penyakit mulut (luka di dalam rongga mulut) dengan penyakit sistemik seperti diabetes (sakit gula), anemia (kurang darah), kurang gizi?

a. Tahu b. Tidak tahu

11. Apakah anda mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan rongga mulut? b. Tahu b. Tidak tahu

Diisi Oleh Peneliti A. Pemeriksaan Fisik

1. Pengukuran Berat Badan : ... Kg 2. Pemeriksaan Luar Mulut

a. Wajah : Simetris/ Asimetris

b. Kelenjar Limfe : ... c. Bibir : ... d. Sirkum Oral : ... 3. Pemeriksaan dalam Mulut

a. Status jaringan lunak mulut

Warna Ukuran Sebab Keterangan Lokasi

Gingiva

Mukosa Labial Mukosa Bukal Palatum Durum Palatum Mole Lidah


(6)

c. Jenis-jenis lesi (Diagnosa Sementara)

-. ... -. ... ... -. ... -. ... ...

b. Indeks Oral Hygiene berdasarkan Oral Hygiene Simplified (Greene & Vermillion)

(16 , 11 , 26 , 31 = bukal ; 36 , 46 = lingual)

Indeks Debris Indeks Kalkulus Gigi indeks:

16 11 26 16 11 26

46 31 36 46 31 36

Skor Debris : Jumlah skor permukaan Jumlah gigi yang diperiksa

= =

Skor Kalkukus : Jumlah skor permukaan Jumlah gigi yang diperiksa

= = OHI-S= Skor debris + Skor kalkulus = + =

A. Anamnesis

1. Keluhan Subyektif:

a. Sakit :... ... b. Rasa terbakar :... ... c. Mulut kering :... ... d. Gangguan rasa :... ... c. Kondisi Umum (demam, flu, lemas): ... ... 2. Riwayat Penyakit Sistemik

a. ... b. ...


Dokumen yang terkait

Status Karies Dan Faktor Resiko Karies Gigi Pada Wanita Usia 21-50 Tahun Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

0 29 63

Pola Kehilangan Gigi Dan Kebutuhan Jenis Gigitiruan Masyarakat Desa Binaan Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Januari – Februari 2010

2 60 63

Hubungan Early Childhood Caries dengan Kebersihan Rongga Mulut Anak Usia 36-71 Bulan dan Ibu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

2 42 110

Hubungan Status Karies dan Gingivitis dengan Oral Hygiene pada Anak Usia 6-12 tahun di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

6 89 147

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010

3 35 78

Transformasi Gelombang Laut Di Pantai Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

13 114 99

Transformasi Gelombang Laut Di Pantai Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

2 10 99

Cover Transformasi Gelombang Laut Di Pantai Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 13

Abstract Transformasi Gelombang Laut Di Pantai Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 1

Rendahnya persepsi masyarakat terhadap pemakaian gigitiruan di Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai Minor perception of denture wear’s at Ujung Rambung Village, Pantai Cermin Subdistrict, Serdang Bedagai Regency

0 0 7