Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara, Medan

LAPORAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA
DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA
PROPINSI SUMATERA UTARA, MEDAN
Ida Tiur Marisi Simanjuntak*, Wardiyah Daulay**

ABSTRAK
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Keluarga yang salah satu
anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa perlu mempunyai pengetahuan tentang
gangguan jiwa. Oleh karena keluarga sering merasakan kecemasan dalam menghadapi anggota
keluarganya yang menderita gangguan jiwa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan menggunakan desain deskriptif
korelasional. Instrumen dibuat dalam bentuk kuesioner dan dibagi dalam 2 bagian yaitu
kuesioner untuk mengukur pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dan kuesioner untuk
mengukur tingkat kecemasan keluarga. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 32 keluarga

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan analisis statistik korelasi
Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi (ρ)= - 0.460 dan nilai signifikan (p) = 0.008 untuk
hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, 0.460 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sedang dan tanda negatif menunjukkan ketidaksearahan, ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi pengetahuan maka tingkat kecemasan semakin ringan. Terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan p = 0.008 karena terletak di bawah dari 0.01.
Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya peningkatan dan pengembangan asuhan keperawatan
dalam pemberian pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan jiwa dan keperawatan
komunitas.
Kata kunci: pengetahuan, tingkat kecemasan, keluarga, gangguan jiwa
Penulis adalah
* Mahasiswa Program S-1 Keperawatan PSIK FK USU
** Dosen Keperawatan Jiwa PSIK FK USU

18

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu
penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah
laku di mana individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Pengertian seseorang tentang penyakit
gangguan jiwa berasal dari apa yang
diyakini sebagai faktor penyebabnya yang
berhubungan dengan biopsikososial (Stuart
& Sundeen, 1998).
Menurut hasil Studi Bank Dunia
WHO menunjukkan bahwa beban yang
ditimbulkan gangguan jiwa sangat besar, di
mana terjadi global burden of disease akibat
masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%.
Angka ini lebih tinggi dari TBC (7,2%),

kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%),
dan malaria (2,6%) (Siswono, 2001).
Dengan melihat kondisi masalah
kesehatan jiwa lebih besar angkanya
dibandingkan dengan masalah kesehatan
lainnya, maka dalam laporan “Kesehatan
mental: pemahaman baru, harapan baru”
oleh Brundtland (2001) melaporkan bahwa
pendekatan kesehatan masyarakat terutama
keluarga dalam penanganan kesehatan
mental memiliki peranan yang penting,
pemahaman keluarga menjadi hal utama
dalam mendukung kesembuhan penderita
gangguan jiwa (Walujani, 2001).
Menurut
Yip
(2005)
dalam
penelitian yang dilakukannya di Cina
terhadap keluarga yang salah satu anggota

keluarganya mengalami gangguan jiwa,
diperoleh bahwa 90% keikutsertaan keluarga
dalam pengobatan psikiatris dan rehabilitasi
klien mampu mengembalikan kondisi klien
ke keadaan normal (Yip, K.S, 2005).
Berdasarkan survei pada beberapa
orang dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa diperoleh bahwa
ada beberapa hal yang menyebabkan
keluarga tidak aktif dalam memberikan
perhatian dan pengobatan pada penderita

gangguan jiwa (Biegel et al., 1995 dikutip
dari Stuart & Laraia, 2001). Ada beberapa
masalah yang teridentifikasi yang dialami
oleh keluarga yaitu meningkatnya stres dan
kecemasan keluarga, sesama keluarga
saling menyalahkan, kesulitan pemahaman
(kurangnya pengetahuan keluarga) dalam
menerima sakit yang diderita oleh anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa
dan pengaturan sejumlah waktu dan energi
keluarga dalam menjaga serta merawat
penderita gangguan jiwa dan keuangan
yang akan dihabiskan pada penderita
gangguan jiwa.
Pengetahuan keluarga mengenai
kesehatan mental merupakan awal usaha
dalam memberikan iklim yang kondusif
bagi anggota keluarganya. Keluarga selain
dapat meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan mental anggota keluarganya, juga
dapat menjadi sumber problem bagi anggota
keluarga yang mengalami ketidakstabilan
mental sebagai akibat minimnya pengetahuan
mengenai persoalan kejiwaan keluarganya
(Notosoedirdjo & Latipun, 2005).
Dengan melihat kondisi ini peneliti
ingin melakukan pengkajian yang lebih
lanjut tentang seberapa dalam pengetahuan

keluarga berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan keluarga dalam menghadapi
klien gangguan jiwa. Peneliti sebelumnya
telah melakukan survei awal ke RS Jiwa
Propsu Medan dan di sana peneliti
mendapatkan informasi bahwa belum ada
peneliti lain yang meneliti tentang
penelitian ini sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan di atas
maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
hubungan pengetahuan keluarga terhadap
tingkat kecemasan dalam menghadapi
anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa di RS Jiwa Propsu Medan.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana
pengetahuan
mengenai gangguan jiwa?

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006


keluarga

19
Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana tingkat kecemasan keluarga
dalam menghadapi anggota keluarganya
yang mengalami gangguan jiwa?
3. Bagaimana hubungan pengetahuan
keluarga terhadap tingkat kecemasan
dalam menghadapi anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga
mengenai gangguan jiwa.
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
keluarga dalam menghadapi anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan

keluarga klien gangguan jiwa terhadap
tingkat kecemasan dalam menghadapi
anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
Manfaat Penelitian
1. Praktik keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh
diharapkan dapat dijadikan sebagai
data dasar dalam melakukan intervensi
pada keluarga klien gangguan jiwa yang
berkaitan dengan peningkatan kesembuhan
klien dan sebagai peningkatan motivasi
terhadap perawat untuk melakukan
kunjungan rumah.
2. Penelitian keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan yang berharga
bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan
pengalaman ilmiah yang diperoleh
untuk penelitian yang akan datang

mengenai program perawatan klien
gangguan jiwa beserta keluarganya.
3. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di
bagian
keperawatan
jiwa
dan
keperawatan komunitas dalam hal
pemberian asuhan keperawatan pada
klien dan keluarga gangguan jiwa.

20

METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif korelasional

yaitu untuk mengidentifikasi pengetahuan
dan tingkat kecemasan keluarga tentang
gangguan jiwa serta mengidentifikasi
hubungan pengetahuan keluarga dengan
tingkat kecemasan dalam menghadapi
anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa di Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah
keluarga inti yang salah satu anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa dan
rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Propsu Medan.
Penentuan jumlah sampel menggunakan
derajat ketepatan (α) yang besarnya 0.05
dan analisis kekuatan sebesar 80% serta
effect size sebesar 50%, sehingga didapatkan
sampel sebanyak 32 orang (Polit &
Hungler, 1995).
Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan cara purposive sampling. Teknik
penetapan sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah peneliti),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang ada (Nursalam,
2003). Kriteria yang ditentukan untuk subyek
penelitian adalah keluarga inti yang salah
satu anggota keluarga mengalami gangguan
jiwa dan bersedia menjadi responden.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Propsu
Medan. Alasan peneliti memilih Rumah
Sakit Jiwa Propsu Medan sebagai tempat
penelitian karena merupakan rumah sakit
jiwa pusat di Medan dan memiliki jumlah
penderita gangguan jiwa dengan anggota
keluarganya relatif banyak sehingga dapat
memenuhi kriteria sampel yang diinginkan.

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
Universitas Sumatera Utara

Pertimbangan Etik Penelitian
Peneliti terlebih dahulu memberikan
penjelasan kepada calon responden penelitian
tentang tujuan penelitian dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti
menyerahkan langsung lembar persetujuan
penelitian kepada responden. Jika responden
bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya. Peneliti menjelaskan
cara pengisian kuesioner kepada responden
agar responden mengerti untuk mengisinya.
Untuk menjaga kerahasian responden,
peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data
(kuesioner) yang diisi oleh responden.
Lembar tersebut hanya diberi nomor kode
tertentu. Kerahasian informasi yang
diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti (Brink & Wood, 1994).
Instrumen Penelitian
Kuesioner penelitian
Bagian instrumen pertama berisi
pernyataan
untuk
mengidentifikasi
pengetahuan keluarga tentang gangguan
jiwa dimodifikasi berdasarkan tinjauan
pustaka mengenai gangguan jiwa. Pengetahuan
yang peneliti ukur hanya sampai tingkat
pengetahuan yang paling rendah yaitu
tahap ‘tahu’ (know). Bagian ini terdiri dari
20 pernyataan dengan jawaban “ya/tidak”,
terbagi atas 10 pernyataan favourable
(positif) pada pernyataan No. 1, 2, 4, 6, 7, 8,
10, 15, 18, dan No. 20 dengan jawaban “ya”
diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi
skor
0,
kemudian
10
pernyataan
unfavourable (negatif) pada pernyataan No.
3, 5, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, dan No. 19
dengan jawaban “ya” diberi skor 0 jawaban
“tidak” diberi skor 1.
Bagian instrumen kedua berisi
pernyataan untuk mengidentifikasi tingkat
kecemasan keluarga dalam menghadapi
anggota
keluarga
yang
mengalami

gangguan jiwa. Bagian ini terdiri dari 12
pernyataan yang dimodifikasi dari model
instrumen Spielberger et al. (1970) State
Trait Anxiety Inventory (STAI) dengan
pilihan jawaban “tidak pernah”, “kadangkadang”, “sering”, dan “selalu/terusmenerus”. Skor tertinggi pada skala ini
adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Skor
pada skala ini adalah “terus-menerus”
(TM) diberi skor 4, “sering” (S) diberi skor
3, “kadang-kadang” (KK) diberi skor 2, dan
“tidak pernah” (TP) diberi skor 1.
Reliabilitas dan validitas instrumen
Untuk mengetahui kepercayaan
(reliabilitas) instrumen dilakukan uji
reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini
dilakukan sebelum pengumpulan data
kepada 10 orang responden yang memenuhi
kriteria sampel kemudian peneliti menilai
responsnya. Dari hasil uji Cronbach Alpha
pada akhir penelitian diperoleh untuk
instrumen pengetahuan dan tingkat
kecemasan didapatkan untuk instumen
pengetahuan nilai α = 0,719 dan untuk
instrumen tingkat kecemasan nilai α =
0,881, ini menunjukkan bahwa kedua
instrumen reliabel.
Uji validitas instrumen dilakukan
oleh ahli dalam Keperawatan Jiwa dari
departemen Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan
permohonan izin pelaksanaan penelitian
pada institusi pendidikan (Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara), kemudian
permohonan izin yang telah diperoleh
dikirimkan ke tempat penelitian (Rumah
Sakit Jiwa Propsu Medan). Setelah
mendapat izin, peneliti melaksanakan
pengumpulan data penelitian. Peneliti
menentukan responden sesuai dengan
kriteria yang telah dibuat sebelumnya.
Apabila
peneliti
menemukan
calon

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006

21
Universitas Sumatera Utara

responden yang memenuhi kriteria cukup
banyak maka calon responden tersebut
dipilih sesuai dengan keinginan peneliti.
Selanjutnya peneliti menjelaskan pada
calon responden tersebut tentang tujuan,
manfaat dan proses pengisian kuesioner,
kemudian calon responden yang bersedia
diminta untuk menandatangani surat
persetujuan. Kemudian responden diminta
untuk mengisi kuesioner yang diberikan
oleh peneliti.
Analisis Data
Pengetahuan keluarga gangguan
jiwa dibagi dalam 3 kategori, yaitu “baik” =
14-20, “sedang” = 7-13, dan “buruk” = 0-6.
Tingkat kecemasan keluarga gangguan jiwa
dibagi dalam 4 kategori, yaitu “cemas ringan”
= 1-12, “cemas sedang” = 13-25, “cemas
berat” = 26 - 38, dan “panik” = 39-48.
Data demografi disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan
presentase serta data usia dan penghasilan
dalam bentuk mean. Hasil analisis data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi untuk melihat gambaran pengetahuan
dan tingkat kecemasan keluarga dalam
menghadapi anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Hubungan pengetahuan
keluarga dengan tingkat kecemasan
keluarga dalam menghadapi anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
akan dianalisis secara statistik dengan
menggunakan formula korelasi Spearman.
Nilai ρ menginterpretasikan kekuatan
hubungan. Jika nilai ρ berada pada level
0.70–1.00 (baik plus ataupun minus)
menunjukkan adanya derajat hubungan
yang kuat, level 0.40-

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014

4 86 83

Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Kekerasan dengan Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

18 157 71

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara - Medan

30 131 90

Hubungan Spritualitas Dengan Strategi Koping Keluarga Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu Medan Hubungan Spiritualitas Dengan Strategi Koping Keluarga Dalam Menghadapi Anggota Kelua

1 8 101

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA.

0 2 9

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN SIKAP KELUARGA PADA ANGGOTA Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

1 6 14

PENDAHULUAN Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 3 7

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN SIKAP KELUARGA PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah

0 2 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga 2.1.1. Definisi Keluarga - Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014

0 0 7