BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisis Permasalahan dengan Metode Analytical Hierarchy Process
Pemilihan lokasi pembangunan tower sangat menentukan terjangkaunya semua pelanggan. Pemilihan lokasi pembangunan tower muncul karena adanya permintaan
untuk mendirikan sebuah tower baru. Ada 3 tiga faktor yang menyertai munculnya permintaan tersebut, yaitu Kapasitas, Coverage dan Revenue. Pada penelitian ini,
permasalahan pemilihan lokasi pembangunan tower akan dibatasi. Maka faktor yang akan dijadikan kriteria dalam menentukan lokasi pembangunan tower yaitu faktor coverage.
Arti coverage yaitu jangkauancakupan. Pengertian coverage pada kasus ini yakni cakupan sinyal di suatu daerah. Faktor expansi merupakan salah satu faktor yang
memunculkan adanya permintaan tower baru dimana faktor ini menitikberatkan terhadap perluasan jangkauan dengan membangun tower-tower yang baru di daerah yang
potensial. Hal ini dilakukan pada daerah yang belum memiliki tower atau memiliki tower dalam jumlah yang sedikit.
Pada faktor expansi memiliki beberapa kriteria yang diurutkan berdasarkan prioritas kepentingannya yakni kepadatan penduduk, biaya, jarak dan akses. Kepadatan penduduk
menempati urutan pertama pada prioritas kriteria. Hal ini disebabkan karena pembangunan sebuah tower baru untuk memperluas jaringan sekaligus ingin menambah
jumlah pelanggan. Kepadatan penduduk di suatu daerah ditentukan oleh jarak antara daerah tersebut dengan jalan utamabesar. Kriteria biaya pada kasus ini merupakan biaya
yang diperlukan untuk pembangunan sebuah tower baru. Kriteria jarak yang dimaksud pada kasus ini merupakan jarak antara calon lokasi tower baru dengan lokasi tower
terdekat yang sudah ada. Kriteria akses yang dimaksud pada kasus ini merupakan kemudahan mengakses calon lokasi pembangunan tower baru. Nilai kriteria akses
berbanding lurus dengan nilai kepadatan penduduk. Karena dipengaruhi oleh letak calon lokasi tower dengan jalan utamabesar. Oleh karena itu setiap calon lokasi pembangunan
tower yang ada harus memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Maka dalam maslah ini daerah yang akan dijadikan study kasus yaitu daerah di luar kota medan, yaitu daerah Binjai-
Stabat. Penilaian setiap calon lokasi pembangunan tower terhadap kriteria-kriteria yang ada dilakukan dengan model penilaian yang bersifat kuantitatif. Salah satu metode
perhitungan kuantitatif tersebut adalah metode Analytical Hierarchy Process AHP.
Metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty pada tahun 70-an Dasar berfikir AHP adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada
Universitas Sumatera Utara
bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan Sudaryo, 2007.
Adapun langkah-langkah metode AHP adalah: 1.
Menentukan jenis-jenis kriteria untuk mengidentifikasi lokasi pembangunan. 2.
Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. 3.
Menjumlah matriks kolom. 4.
Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom.
5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris hasil
langkah 4 dan hasilnya langkah 5 dibagi dengan jumlah kriteria. 6.
Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan. 7.
Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria. Sehingga akan ada sebanyak n buah
matriks berpasangan antaralternatif. 8.
Masing-masing matriks berpasangan antaralternatif sebanyak n buah matriks, masing-masing matriksnya dijumlah perkolomnya.
9. Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan
antaralternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5. 10.
Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antaralternatif dengan rumus masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan nilai
prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak
λ
1
, λ
2
, λ
3
, ......, λ
n
. 11.
Menghitung nilai lamda maksimum dengan rumus:
n
maks
∑
=
λ λ
12. Menghitung nilai Indeks Konsisten, dengan rumus
1 −
− =
n n
CI
maks
λ
13. Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus
RI CI
CR =
Dimana: RI adalah nilai indeks random yang berasal dari tabel random seperti Tabel 31.
Tabel 3.1 Indeks Random
Universitas Sumatera Utara
n 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51
Jika CR0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR
≥ 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka
pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.
14. Menyusun matriks baris antaralternatif versus kriteria yang isinya hasil perhitungan
proses langkah 7 , langkah 8, dan langkah 9. 15.
Hasil akhir berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan nilai yang tertinggi.
3.2 Penyelesaian Masalah dengan Metode Analytical Hierarchy Process