Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008.
USU Repository © 2009
30
Dengan perkataan lain, bahwa tidak seorangpun karena suatu perbuatan tertentu, bagaimanapun jahatnya, dapat dihukum kecuali telah ditentukan suatu
hukuman berdasarkan undang-undang terhadap perbuatan itu.
31
Istilah “penyeludupan” , “menyeludup” sebenarnya bukan istilah yuridis. Ia merupakan pengertian gejala sehari-hari, dimana seseorang secara diam-diam
atau sembunyi-sembunyi memasukkan atau mengeluarkan barang-barang ke atau dari dalam negeri dengan latar belakang tertentu.
Jadi syarat utama dari adanya “perbuatan pidana” adalah kenyataan bahwa ada aturan yang melarang dan mengancam dengan pidana barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
3. Pengertian Tindak Pidana Penyeludupan dan Jenis-Jenis Penyeludupan
a. Pengertian Tindak Pidana Penyeludupan
32
Latar belakang perbuatan demikian ialah untuk menghindari bea cukai faktor ekonomi, menghindari larangan yang dibuat oleh pemerintah seperti
senjata api, amunisi, dan sejenisnya, narkotika faktor keamanan dan lain-lain. Penyeludupan dalam arti ini adalah dalam pengertian luas. Sedangkan dalam
pengertian sempit mengenai penyeludupan terdapat di dalam Keputusan Presiden No. 73 Tahun 1967 pada Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: “tindak pidana
31
Lihat Pasal 1 ayat 1 KUHP.
32
Hamzah, Delik Penyelundupan,Akademi Pressindo, Jakarta,1985, Halaman 1.
Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008.
USU Repository © 2009
31
penyeludupan ialah tindak pidana yang berhubungan dengan pengeluaran barang atau uang dari Indonesia ke luar negeri ekspor atau pemasukan barang atau uang
dari luar negeri ke Indonesia impor.
33
Pengertian Penyeludupan sebagaimana yang dimuat dalam Keputusan Presiden No. 73 Tahun 1967 sama dengan Pengertian Penyeludupan yang dimuat
dalam the New Grolier Webster International Of English Languange Volume II, halaman 916 yang berbunyi “To Import or export secretly and contrary to law,
without payment of legally required duties” yang dalam terjemahannya adalah “mengimpor atau mengekspor secara rahasia dan bertentangan dengan hukum
yang ditentukan dengan sah”.
34
Pengertian Tindak Pidana Penyeludupan dalam bahasa Inggris “smuggle” dan dalam bahasa Belanda “smokkel” yang artinya mengimpor, mengekspor,
mengantar pulaukan barang dengan tidak memenuhi peraturan Perundang- undangan yang berlaku atau tidak memenuhi formalitas pabean
douneformaliteiten yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Di dalam Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi UU drt. No. 7 Tahun
1955 dan ordonansi Bea maupun INPRES No. 4 Tahun 1985 tidak dijumpai pengertian penyeludupan.
35
33
Ibid.
34
Baharudin Lopa, Tindak Pidana Ekonomi Pembahasan Tindak Pidana Penyelundupan , Pradnya Paramita, Jakarta, 1992, Halaman 22.
35
Soufnir Chibro, Pengaruh Tindak Pidana Penyeludupan Terhadap Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, Halaman 5.
Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008.
USU Repository © 2009
32
Dalam Law Dictionary,
36
Secara umum jenis-jenis penyeludupan dapat dibagi dalam dua jenis yaitu sebagai berikut :
Penyeludupan diartikan dalam terjemahannya adalah pelanggaran atas impor atau ekspor barang-barang yang dilarang, atau
pelanggaran atas pelanggaran atas impor atau ekspor barang-barang yang tidak dilarang, tanpa membayar bea yang dikenakan atas Undang-undang Pajak tau Bea
Cukai. Dari pengertian penyeludupan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hakekat dari penyeludupan adalah untuk menghindari bea masuk atau bea keluar, supaya mendapatkan keuntungan yang besar.
Pengertian tindak pidana penyeludupan dalam kamus bahasa Indonesia adalah kata “tindak” yang artinya langkah dan perbuatan. Kata “pidana” yang
artinya kejahatan. Sedangkan kata “penyeludupan” yang kata dasarnya adalah “seludup” artinya menyuruk, masuk dengan diam-diam, menukik dan menyelinap.
Jadi kata “penyeludupan” adalah proses, cara, perbuatan menyeludup. Oleh karena itu, dapatlah disimpulkan bahwa tindak pidana penyeludupan adalah
perbuatan kejahatan yang dilakukan dengan cara diam-diam atau menyelinap.
b. Jenis-Jenis Penyeludupan
37
36
Ibid, Halaman 6.
37
Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany, Amir Mushsin, Kejahatan-Kejahatan Yang Merugikan Dan Membahayakan Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987, Halaman 64.
Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008.
USU Repository © 2009
33
1. Penyeludupan Impor, adalah suatu perbuatan memasukkan barang-barang
dari luar negeri kedalam wilayah Indonesia dengan tidak memenuhi prosedur yang ditentukan bagi pemasukan barang-barang dari luar negeri.
2. Penyeludupan Ekspor, adalah pengeluaran barang-barang dari Indonesia
keluar negeri tanpa melalui prosedur untuk itu. Disamping itu, sekarang dikenal adanya jenis penyeludupan lain, yakni
Penyeludupan Legal dan Penyeludupan Ilegal. Penyeludupan Legal ialah pemasukan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia atau mengeluarkan
barang dari Indonesia ke luar negeri dengan melalui prosedur yang ditentukan yakni dilindungi dengan dokumen, tetapi dokumen tersebut tidak sesuai barang
yang dimasukkan atau barang yang dikeluarkan. Tidak sesuainya itu umumnya dalam hal jenis, kualitas, kuantitas dan harga barang. Sedangkan Penyeludupan
Ilegal ialah pemasukan atau pengeluaran barang tanpa dilindungi dokumen.
38
Seperti yang telah dijelaskan di atas penyeludupan fisik, dalam hal ini tidak mempergunakan dokumen-dokumen untuk melindungi barang-barangnya.
Perbuatan tersebut bertujuan untuk menghindarkan diri dari segala kewajiban atau larangan yang telah ditetapkan dalam atau berdasarkan Ordonansi Bea serta
Berdasarkan perkembangan praktek yang disebut dengan penyeludupan legal sekarang ini oleh masyarakat atau instansi penegak hukum disebut dengan
penyeludupan Administrasi. Sedangkan yang disebut dengan Penyeludupan Ilegal sekarang ini disebut dengan Penyeludupan Fisik.
38
Ibid.
Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008.
USU Repository © 2009
34
reglemen lampirannya dan peraturan-peraturan lain sebagai peraturan pelaksana dari ordonansi bea. Hal ini sesuai dengan Pasal 26 b ayat 1 Ordonansi Bea RO,
yang berbunyi : “ Barang siapa yang mengimpor atau mengekspor barang-barang atau
mencoba mengimpor atau mengekspor barang-barang tanpa mengindahkan akan ketentuan-ketentuan dari ordonansi ini dan dari
reglemen-reglemen yang terlampir padanya atau yang mengangkut ataupun yang menyimpan barang-barang bertentangan dengan sesuatu
ketentuan larangan yang ditetapkan berdasarkan ayat kedua pasal 3” Perbuatan ini pada umumnya dilakukan di luar daerah pelabuhan dimana
tidak terdapat Pertugas Bea dan Cukai, dengan kata lain dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Sedangkan Penyeludupan Administratif adalah merupakan penyeludupan yang dilakukan seakan-akan barang tersebut dilindungi oleh dokumen yang
diperlukan, jadi dipergunakan dokumen yang tidak sesuai dengan barang yang dilindunginya atau memakai dokumen palsu. Penyeludupan ini memberikan
keterangan yang salah tentang jumlah, jenis atau harga barang-barang dalam perberitahuan impor, pengiriman kedalam atau keluar daerah pabean atau
pembongkaran atau dalam suatu pemberitahuan tidak menyebutkan barang-barang yang dikemas dengan barang-barang lain, hal ini sesuai dengan Pasal 25 IIc
Ordonansi Bea RO. Dari uraian pengertian di atas, maka hanya Pasal 26 huruf b ayat 1
Ordonansi Bea lah yang sejak semula dikatakan sebagai kejahatan sedangkan dalam pasal-pasal lainya dalam RO masih berstatus mungkin pelanggaran dan
mungkin juga kejahatan, maka perbuatan penyeludupan yang melanggar pasal 26
Junita Sitorus : Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan Pakaian Bekas Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan , 2008.
USU Repository © 2009
35
huruf b yang ditetapkan sebagai penyeludupan fisik atau penyeludupan murni, sedangkan yang lainnya adalah penyeludupan administratif.
G. Metode Penelitian