Penelitian Lebih Lanjut

6.4 Penelitian Lebih Lanjut

Karena kelangkaan sumber-sumber, skripsi ini hanya dapat menjadi suatu gambaran awal, dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Diharapkan dengan menampilkan sejumlah besar permasalahan yang berpengaruh terhadap Taman Bacaan dalam suatu tesis, para peneliti lain akan menemukan banyak peluang untuk melakukan studi-studi yang lebih mendalam. Dengan karya Claudine Salmon, kita memiliki suatu gambaran yang tepat mengenai persewaan buku diantara para peranakan Cina, dan terdapat sejumlah sumber yang menggambarkan perpustakaan Balai Pustaka, meskipun sangat sedikit yang memfokuskan pada hal-hal tersebut secara spesifik, dan mungkin terdapat lebih banyak bahan-bahan berupa arsip terkait, apabila seseorang melakukan penelitian sejarah di bidang ini.

Sejarah persewaan buku sepanjang abad ke-20 belum pernah ditulis, dan saya mengandalkan pada sumber-sumber yang sangat sedikit, yang hanya menjelaskan situasi pada kejadian- kejadian sejarah tertentu. Ini sangat menarik untuk dijelaskan, khususnya perkembangan dan perubahan yang berjalan, dan bagaimana hal tersebut mencerminkan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Dalam kondisi yang sama, sangat sedikit literatur tersisa dari pergerakan perpustakaan rakyat yang digagas oleh Sukarno pada tahun 50-an, pergerakan TB pada tahun 1980-an, dan program-program pemerintah pada era 1990-an. Lebih banyak pengetahuan mengenai terutama bagian terakhir, akan sangat bermanfaat bagi pemahaman terhadap kemunculan pergerakan TB di tahun 2000, dan barangkali suatu studi terhadap arsip- arsip pemerintah akan memunculkan lebih banyak informasi.

Saya telah mencoba menjelaskan faktor-faktor yang menjalankan pergerakan TB di Indonesia, bagaimanapun studi lainnya akan dilihat pada motivasi dari masing-masing organisasi dan individu. Baik Ida Fajar Priyanto dan Sulistyo Basuki mengusulkan bahwa pengangguran diantara orang-orang muda berpendidikan menjadi salah satu faktor penting, Sulistyo menambahkan bahwa banyak TB hilang dari peredaran saat para penggagasnya memperoleh pekerjaan tetap. Basuki juga mengusulkan bahwa terdapat suatu ketidakbersediaan di antara para aktivis untuk bekerjasama dengan perpustakaan-perpustakaan umum, karena perpustakaan tersebut telah cukup lama didikte oleh pemerintahan Orde Baru (Sulistyo Basuki, komunikasi personal, 2008; Ida Fajar Priyanto, komunikasi personal, 2008). Akhirnya, Basuki mengusulkan bahwa terdapat egoisme mendasar di setiap organisasi (meskipun ia sepertinya lebih mengarah pada Badan Usaha Milik Negara dan donor-donor besar lain) yang menginginkan perpustakaannya sendiri, dan Septiana menemukan pada studi kasusnya bahwa “perpustakaan dijadikan sebagai wadah untuk menjalankan visi dan misi sebuah komunitas tertentu” (ibid.; Septiana, 2008). Studi-studi yang lebih mendalam terhadap organisasi dan individu yang Saya telah mencoba menjelaskan faktor-faktor yang menjalankan pergerakan TB di Indonesia, bagaimanapun studi lainnya akan dilihat pada motivasi dari masing-masing organisasi dan individu. Baik Ida Fajar Priyanto dan Sulistyo Basuki mengusulkan bahwa pengangguran diantara orang-orang muda berpendidikan menjadi salah satu faktor penting, Sulistyo menambahkan bahwa banyak TB hilang dari peredaran saat para penggagasnya memperoleh pekerjaan tetap. Basuki juga mengusulkan bahwa terdapat suatu ketidakbersediaan di antara para aktivis untuk bekerjasama dengan perpustakaan-perpustakaan umum, karena perpustakaan tersebut telah cukup lama didikte oleh pemerintahan Orde Baru (Sulistyo Basuki, komunikasi personal, 2008; Ida Fajar Priyanto, komunikasi personal, 2008). Akhirnya, Basuki mengusulkan bahwa terdapat egoisme mendasar di setiap organisasi (meskipun ia sepertinya lebih mengarah pada Badan Usaha Milik Negara dan donor-donor besar lain) yang menginginkan perpustakaannya sendiri, dan Septiana menemukan pada studi kasusnya bahwa “perpustakaan dijadikan sebagai wadah untuk menjalankan visi dan misi sebuah komunitas tertentu” (ibid.; Septiana, 2008). Studi-studi yang lebih mendalam terhadap organisasi dan individu yang

Terdapat beberapa studi antropologi punk di Indonesia, tetapi semakin besar bidang kebudayaan di kalangan anak muda di pusat perkotaan telah banyak meninggalkan banyak hal untuk dieksplorasi, khususnya dengan semakin cepatnya pertumbuhan budaya organisasi dan inisiatif masyarakat setelah jatuhnya Suharto akan menjadi suatu bidang studi yang subur, dan inilah saatnya untuk melakukan hal tersebut: banyak dari para pelaku utama pada era tersebut masih aktif, dan dapat diwawancarai, banyak dari bahan tertulis masih dapat ditemukan. Ini adalah hal yang menarik untuk melakukan suatu analisis kesesuaian terhadap contoh seperti milis, blog, dan arsip-arsip surat kabar, untuk melihat bagaimana “meme” dari Taman Bacaan menyebar, dan seberapa penting perubahan yang terjadi sejak tahun 2000 hingga setelahnya.

Banyak lagi yang perlu diketahui mengenai kebijakan dan program pemerintah, dan diharapkan bahwa lebih banyak laporan dan informasi akan diungkapkan. Saat hal tersebut menyoroti Taman Bacaan seperti yang sudah ada sekarang, kita hanya memiliki informasi yang bersifat anekdot. Hal tersebut akan sangat berguna jika dilakukan pada tataran studi makro untuk mempelajari lebih dalam mengenai ukuran pergerakan, pertumbuhannya, atribut bagi TB yang berbeda, di bagian mana mereka memperoleh keuntungan dan mengapa, begitu pula dengan studi-studi mikro, membandingkan TB yang berbeda, atau area dengan atau tanpa sebuah TB, dampak pada rata-rata melek huruf, pencapaian sekolah, keterlibatan masyarakat dan seterusnya.

Pada akhirnya, penelitian internasional dan penelitian perbandingan terhadap perpustakaan masyarakat dan pedesaan di negara-negara berkembang betul-betul dibutuhkan. Tidak hanya penelitian, tapi juga advokasi: Saya yakin perpustakaan dan pengembangan harus menjadi suatu bidang studi, seperti halnya pendidikan dan pengembangan, atau kesehatan dan pengembangan. Tidak hanya dalam hal investasi, tetapi juga dalam hal strukturisasi pengembangan perpustakaan, dan pendidikan pustakawan. Dalam banyak cara, bidang ini masih menunggu seorang pustakawan Paulo Freire.