57
2. Hak Cuti
Selama menjalankan tugas jabatannya, notaris berhak mengajukan cuti, yang dapat diambil setelah menjalankan tugas
jabatan selama 2 dua tahun Pasal 25 ayat 3 UUJN. Jumlah keseluruhan cuti yang diambil notaris tidak lebih dari 12 dua belas
tahun Pasal 26 ayat 3 UUJN. Sesuai dengan karakter jabatan notaris, yaitu harus berkesinambungan selama notaris masih dalam
masa jabatannya, maka notaris yang bersangkutan wajib menunjuk notaris pengganti.
41
Permohonan cuti sebagaimana dimaksud di atas diajukan kepada pejabat yang berwenang, berdasarkan Pasal 27 ayat 2
UUJN menyebutkan: a. Majelis Pengawas Daerah, dalam hal jangka waktu cuti tidak
lebih dari 6 enam bulan; b. Majelis Pengawas Wilayah, dalam hal jangka waktu cuti lebih
dari 6 enam bulan sampai dengan 1 satu tahun; atau c. Majelis Pengawas Pusat, dalam jangka waktu cuti lebih dari 1
satu tahun. Mengenai cuti perlu diberikan tafsiran tersendiri, yaitu cuti
yang diajukan oleh seorang notaris karena yang bersangkutan diangkat menjadi pejabat negara. Pasal 1 angka 4 Undang-undang
41
Habib Adji, Op.Cit ., hlm . 102
58
Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, menyebutkan pejabat negara adalah pimpinan dan anggota
lembaga tertinggi dan tinggi sebagaimana dimaksud dalam UUDNRI Tahun 1945 dan pejabat negara lainnya yang ditentukan
oleh Undang-undang. Di dalam Pasal 11 ayat 1 huruf J menyebutkan, pejabat negara yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah : “Bupatiwalikota, dan wakil bupatiwakil walikota;” UUJN juga mengatur untuk notaris yang diangkat menjadi
pejabat negara. Jika notaris merangkap dengan jabatan negara, hal ini merupakan alasan untuk memberhentikan sementara notaris
dari jabatannya. Selain UUJN, mengenai cuti notaris yang rangkap jabatan menjadi pejabat negara juga diatur dalam Pasal 36 sampai
Pasal 39 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Replubik Indonesia Nomor M.01.HT.03.01 Tahun 2006, Tentang
Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan, dan Pemberhentian Notaris.
3. Honorarium