HASIL DAN PEMBAHASAN

Persistensi Bahan Uji di Rumah Kaca

Pada perlakuan 0 hari setelah penyemprotan (HSP), semua bahan uji menyebabkan mortalitas larva C. pavonana >95%, kecuali perlakuan f.h. padatan P. cubeba yang hanya menyebabkan mortalitas sebesar 28,8%. Mortalitas larva pada perlakuan dengan semua bahan uji berbeda nyata dengan kontrol, kecuali pada perlakuan f.h. P. cubeba dan profenofos pada 7 HSP, serta mortalitas larva pada perlakuan P. cubeba lebih rendah dibandingkan dengan empat perlakuan lainnya (Tabel 4). Secara umum residu bahan uji menunjukkan penurunan aktivitas yang cukup nyata mulai 3 HSP. Penurunan aktivitas secara nyata terjadi pada residu profenofos yang pada perlakuan 7 HSP sudah tidak aktif (mortalitas larva 0%). Mortalitas akibat perlakuan dengan residu f.h. padatan P. cubeba pada

2 HSP sempat meningkat dari 28,8% menjadi 50,1%, namun pada 3–5 HSP mengalami penurunan secara nyata (Gambar 2).

Tabel 3 Pengaruh bahan uji terhadap perkembangan larva C. pavonana Bahan uji Konsentrasi Rata-rata instar III ± SB (%) a (%) (N)

F.h. padatan Pc

F.h. minyak Pc

F.e. Pc

100 ± 0c (44) F.m. Pc

F.h. Tv

F.h. padatan Pc + f.h. Tv

F.h. minyak Pc + f.h. Tv

B. thuringiensis 0,009

100 ± 0a (74) Profenofos

100 ± 6,7a (77) a Untuk setiap kelompok ekstrak, rataan selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang berganda Duncan,  = 0,05); SB = simpangan baku; N = jumlah larva yang bertahan hidup.

Kontrol

Keterangan lain sama seperti catatan kaki Tabel 1.

Tabel 4 Mortalitas larva C. pavonana akibat perlakuan dengan residu ekstrak P. cubeba dan T. vogelli, serta insektisida pembanding

B. thuringiensis dan profenofos

a Mortalitas larva (%) pada perlakuan residu umur n hari

Perlakuan

F.h. P. cubeba

F.h. T. vogelli

F.h. Pc + f.h. Tv

86,8 ± 15,9 a Curacron

B. thuringiensis

0 ± 0 c Kontrol

0 ± 0 c a F.h. Pc = fraksi heksana padatan P. cubeba, f.h. Tv = fraksi heksana T. vogelii.

Konsentrasi uji = 2 x LC 95 masing-masing bahan uji.

b Rataan selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji selang berganda ganda Duncan,  = 0,05).

100 P. cubeba

T. vogelii 80

F.h. Pc + f.h. Tv ) B. thuringiensis

a s (%

60 it

Profenofos al

o rt 40 M

0 1 3 5 7 Umur res idu (hari)

Gambar 2 Aktivitas bahan uji terhadap larva C. pavonana setelah dipaparkan 0-7 hari di rumah kaca

Perlakuan dengan residu B. thuringiensis mengakibatkan mortalitas larva yang masih tinggi hingga 7 HSP (>85%), sedangkan f.h. T. vogelii memiliki persistensi yang cukup baik (mortalitas >70% pada 7 HSP) dan campuran f.h. padatan P. cubeba + f.h. T. vogelii memiliki persistensi sedang (mortalitas >50% pada 7 HSP). Pada beberapa perlakuan terjadi fluktuasi mortalitas larva, yang kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kondisi larva saat pengujian. B. thuringiensis memiliki persistensi terbesar di rumah kaca, diikuti dengan f.h. T. vogelii dan campuran f.h. padatan P. cubeba + f.h. T. vogelii. Dengan demikian, ekstrak T. vogelii berpotensi untuk digunakan sebagai insektisida alternatif untuk pengendalian hama C. pavonana pada tanaman brokoli, di samping insektisida berbahan aktif B. thuringiensis.

Pembahasan Umum

Ekstraksi bertahap buah P. cubeba menghasilkan fraksi heksana padatan yang aktif, sedangkan fraksi lainnya, yaitu fraksi heksana minyak, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol, hingga batas konsentrasi tertinggi 0,5% tidak aktif terhadap larva C. pavonana. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif buah P.

26 sedangkan pada ekstraksi tahap berikutnya dengan etil asetat dan metanol hanya

sedikit atau sudah tidak ada lagi senyawa aktif yang dapat diekstrak dari ampas buah P. cubeba yang tersisa. Keaktifan fraksi heksana P. cubeba yang terungkap pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Su (1990) yang melaporkan bahwa ekstrak heksana buah P. cubeba toksik dan bersifat repelen terhadap kumbang Sitophilus oryzae dan Callosobruchus maculatus.

Fraksi heksana padatan P. cubeba aktif terhadap larva C. pavonana sedangkan fraksi heksana minyaknya tidak aktif. Hal ini mencerminkan bahwa senyawa aktif P. cubeba terdapat dalam komponen padatan dari fraksi heksana tersebut. Usia et al. (2005) mengisolasi 18 senyawa lignan dari fraksi etil asetat buah P. cubeba (pelarutan dengan etil asetat dari ekstrak air). Pada penelitian

lain, Elfahmi et al. (2007) mendapatkan 13 senyawa lignan dari fraksi CH 2 Cl 2 buah P. cubeba (pemisahan dalam campuran CH 2 Cl 2 dan air dari ekstrak metanol). Tiga dari senyawa lignan tersebut, yaitu hinokinin, kubebin, dan yatein, dapat menghambat makan kumbang S. granarius, T. confusum, dan T. granarium (Harmatha & Nawrot 2002).

Fraksi heksana padatan P. cubeba bersifat sinergistik dalam campurannya dengan ekstrak T. vogelii. Sifat sinergistik tersebut dapat disebabkan oleh senyawa lignan yang mengandung gugus metilendioksifenil, yang merupakan ciri penting dari sejumlah sinergis insektisida yang dapat menghambat enzim polysubstrate monooxygenase (PSMO). Enzim tersebut dapat mengoksidasi senyawa asing termasuk insektisida (Matsumura 1985), sehingga dengan terhambatnya kerja enzim tersebut, senyawa insektisida dapat tetap bekerja dalam meracuni organ sasaran di dalam tubuh serangga. Buah P. cubeba mengandung setidaknya 18 senyawa lignan yang mengandung gugus metilendioksifenil, termasuk tiga senyawa yang telah disebutkan sebelumnya (Usia et al. 2005; Elfahmi et al. 2007). Bernard et al. (1989) melaporkan bahwa kubebin dapat menghambat aktivitas enzim PSMO dari saluran pencernaan ulat penggerek batang jagung Ostrinia nubilalis.

Fraksi heksana padatan P. cubeba cukup aktif terhadap larva C. pavonana dalam pengujian di laboratorium tetapi kurang aktif pada pengujian di rumah

27 paling tinggi 50,1% di rumah kaca. Hal tersebut kemungkinan karena komponen

aktif fraksi tersebut kurang menempel pada daun brokoli dengan cara aplikasi penyemprotan sehingga perlu dikembangkan formulasi yang lebih baik. Namun demikian, f.h. P. cubeba masih dapat digunakan dalam bentuk campuran dengan ekstrak daun T. vogelii karena campuran tersebut bersifat sinergis terhadap larva

C. pavonana di laboratorium dan memiliki persistensi yang lebih baik daripada

f.h. P. cubeba tunggal. Ekstrak T. vogelii memiliki aktivitas yang lebih baik daripada ekstrak P. cubeba terhadap larva C. pavonana. Daun T. vogelii mengandung rotenon (Delfel et al. 1970) yang bekerja sebagai racun respirasi sel dengan cara menghambat transfer elektron dari NADH ke koenzim Q reduktase pada kompleks I di mitokondria (Hollingworth 2001). Ekstrak T. vogelii juga memiliki persistensi yang cukup tinggi di rumah kaca.

Residu profenofos pada tanaman brokoli di rumah kaca lebih mudah hilang dibandingkan dengan residu B. thuringiensis. Penurunan aktivitas residu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca seperti sinar matahari dan hujan (Matsumura 1985). Suhu di rumah kaca yang mencapai 35,5 ºC juga mempengaruhi ketahanan residu bahan uji. Curah hujan tidak diperhitungkan pada penelitian ini karena penelitian dilakukan di dalam rumah kaca.

Fraksi heksana T. vogelii selain memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva C. pavonana di laboratorium, juga memiliki persistensi yang baik pada tanaman brokoli di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa insektisida yang berasal dari makhluk hidup juga berpotensi untuk mengendalikan hama dibandingkan dengan insektisida sintetik. Meskipun persisitensinya lebih lama dibandingkan profenofos (sebagai pembanding), insektisida dari bahan-bahan alami tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup bukan sasaran dibandingkan dengan insektisida sintetik.

Sediaan insektisida botani dari T. vogelii dan beberapa jenis tanaman lain telah sering digunakan oleh petani di Jawa Barat, termasuk di pertanian organik, untuk mengendalikan hama pemakan daun. Namun demikian penggunaan insektisida botani dalam skala yang lebih luas masih menghadapi beberapa

28 alam, proses pembuatan tidak sederhana, biaya produksi kadang-kadang lebih

mahal, dan kurangnya minat petani dalam memanfaatkan tanaman sebagai sumber insektisida. Untuk meningkatkan pemanfaatan insektisida botani sebagai komponen pendukung PHT, perlu dilakukan pemasyarakatan insektisida botani di kalangan petani secara lebih luas, antara lain melalui kaji tindak di Stasiun Lapangan PHT dan penyediaan bibit tanaman insektisida botani. Tanaman sumber insektisida botani sebaiknya dapat dibudidayakan di wilayah dengan kisaran iklim dan kondisi geografi yang cukup luas agar mudah diperoleh petani di berbagai daerah. Pengenalan cara-cara yang praktis dan efisien dalam memproduksi insektisida botani juga perlu dilakukan dalam memasyarakatkan insektisida botani tersebut.

Dokumen yang terkait

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Hubungan Kuantitatif Struktur Aktifitas Senyawa Nitrasi Etil P -Metoksisinamat Terhadap Aktivitas Anti Tuberkulosis Melalui Pendekatan Hansch Secara Komputasi

1 34 82

Pengaruh Iradiasi Gamma pada Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923

1 34 73

Modifikasi Struktur Senyawa Etil Pmetoksisinamat Melalui Proses Nitrasi- Esterifikasi dengan 1-Butanol Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

3 34 113

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Efektivitas ekstrak daun sirih hijau (piper betle l.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus pyogenes in vitro

2 49 44

Tinjauan Aktivitas Pengiriman Pada PT. Coca-Cola Distribution Indonesia-Sales Center Bandung Metro

5 49 43

Analisis Modal Kerja Dengan Menggunakan Rasio Aktivitas Pada PT. Semen Gersik Persero TBK

0 9 1

Penggunaan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pasar Baru Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011-2012

4 103 122