A MEN YIMAK UN TUK MEMAHAMI IN FORMASI LISAN DALAM KON TEKS BERMASYARAKAT

A MEN YIMAK UN TUK MEMAHAMI IN FORMASI LISAN DALAM KON TEKS BERMASYARAKAT

Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa. Bermacam-macam suku bangsa ini m engakibatkan berm acam -m acam pula bahasanya. Selain itu, keragam an bahasa dapat pula dipengaruhi oleh sarana dan konteks pemakaiannya.

Tutup bukumu, lalu simaklah wacana yang akan dibacakan oleh temanmu berikut ini!

Mar uki dan Kesetiaan pada Saman

Oleh Am ir Sodikin

Biodata

Nam a : Marzuki Hasan Lahir : Blang Pidie, 3 Mei 1943 Ist ri

: Suprapti (58 tahun) Anak : Fitriana (37 tahun)

Pendidikan:

x SD dan SMP di Blang Pidie x SMA di Tapak Tuan, NAD x Sekolah Guru Olahraga di Yogyakarta, 1965-1970

Pekerjaan:

Sejak 1975, Marzuki m engajar t ari Aceh di Inst it ut Kesenian Jakarta (IKJ). Terlihat, ia tidak jemu dengan

Sumber: ompas, Sabtu, 16 Februari 2008, halaman 16, Amir Sodikin

t ari -t ari en erg i k d ari m u ri d -m u ri d SM A se- Jab o d et ab ek (Jakar t a, Bo g o r, Dep o k, Tan g eran g,

Gambar 4.2 Marzuki Hasan. Bekasi) itu.

“Saya tahu betul tiap gerakan tari duduk itu, termasuk syair-syair dan semua de- tail tari Aceh ini,” kata Marzuki seusai acara. Ingat an Marzuki langsung m elayang ke m asa 60 t ahun lalu di kam pungnya, Meudang Ara umoh Baro , Blang Pidie, Aceh Barat Daya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

“Ha-ha-ha, dulu kalau saya nonton pertunjukan seperti ini betah banget. Sering saya sampai tertidur dan baru bangun setelah matahari tinggi,” kenangnya.

Pelajaran ke-4 Kesenian

Lahir di Blang Pidie, 3 Mei 1943, Marzuki dibesarkan di lingkungan yang menyukai syair dan pantun. “Sejak umur tujuh tahun, saya sudah bergumul dengan syair dan pantun Aceh. Sampai sekarang, saya masih bisa bersyair atau berpantun secara spontan,” katanya. Syair dan pantun sering diperdengarkan di meunasah-meunasah. Selain dua hal

i t u , M arzu ki keci l m en yaksi kan p erkem b an g an ci kal b akal t ari d u d u k d ari kampungnya yang bernama tari ateb Meuseukat. ateb Meuseukat ini merupakan nama yang benar untuk tari Saman. Nama tari Saman sudah salah kaprah karena sebenarnya hanya untuk menyebut tarian yang dibaw akan laki-laki.

“ Kalau d ib aw akan p erem p u an b ern am a at eb M euseukat ,” u j ar Pak Uki, panggilan Marzuki. ateb Meuseukat berkembang di kampung Pak Uki. “ Saya m asi h i n g at , w akt u keci l , an ak-an ak p erem p u an d i dayah -dayah m engem b angkan t ari ini. Tarian ini aw alnya hanya dilakukan p erem p uan, juga ditonton hanya oleh perempuan,” tuturnya.

Jad i , t rad i si t ari d u d u k at eb M euseukat yan g d i b aw akan p erem p u an berkembang di Meudang Ara umoh Baro dan sekitarnya waktu itu. Sementara itu, tari duduk oleh laki-laki yang disebut Saman banyak dilakukan oleh orang Gayo.

Dalam perkembangannya, ketika tari duduk diperkenalkan di luar Aceh, orang t et ap m enyebut t ari Sam an w alau dibaw akan perem puan. Asal-usul penam aan Saman di luar Aceh ini masih belum diketahui pasti, tetapi Marzuki mengaitkannya dengan tari duduk yang didominasi laki-laki.

Marzuki remaja akhirnya pandai menari, bersyair, dan berpantun. “Bagi orang Aceh, berpantun secara spontan itu sudah tradisi. Tiap saat, ada tradisi.

Tiap saat, ada kompetisi dalam berbagai situasi,” ucapnya. Misalnya, jika sedang di kap al, ada kom p et isi siap a yang b isa b ersyair at au berpantun bagus maka dia boleh tidak kebagian tugas memasak. “Bersyair dan berpantun takpernah lepas dari tradisi Aceh,” katanya. Tarian Aceh, syair, dan pant un juga telah m enjadi pengim bang set iap konflik

yang sering terjadi di tempat itu. Budaya yang lembut menjadi penyeimbang dari konflik yang keras.

Ditem pa situasi konflik, darah senim an tetap m engalir pada Marzuki. Bahkan, ketika menamatkan Sekolah Guru Olahraga di Yogyakarta tahun 1970, Marzuki yang seharusnya m engajar pendidikan olahraga tetap m em ilih berkesenian.

Walaupun sempat menjadi pelatih fisik pada sebuah klub bulu tangkis, Marzuki merasa tidak cocok dan terus berkecimpung di bidang seni. Tahun 1975, dia mengajar budaya Aceh dan seni tari di kampus yang dikenal sebagai Institut Kesenian Jakarta (IKJ) hingga kini.

Di sela-sela mengajar, dia tetap aktif berkesenian. Tahun 1978 di bawah kelompok Cakra Donya, bersama almarhum Nurdin Daud, dia menciptakan tari ampa yang di dalamnya memuat berbagai ragam tari Aceh. ampa inilah yang dikenal sekarang sebagai tari ampai Aceh.

74 Bangga Berbahasa Indonesia untuk SMK Kelas X (Setara Tingkat Semenjana)

Sumber: www.serambineuse.com

Gambar 4.3 Tari Seudati.

“ Tari ini aslinya berdurasi 75 menit,” ucapnya. Sejak tahun 1977 hingga kini, Marzuki mengaku masih menjadi penari di istana.

Dia m em baw akan tari Aceh yang dibuat sendiri dan selalu berubah sesuai tem a. Menggabungkan gerakan Saman, atoh, Seudati, aweut , dan masih banyak lagi tari Aceh.

“Setidaknya, ada 40 gerakan,” ujarnya. Ia juga pernah m enjadi penelit i budaya dan m endam pingi penelit i Jerm an,

Prof. Dr. Margaret dari Munich ni ersit y, yang m enelit i ateb Meuseukat . Selain banyak pula koreografer yang berguru kepada Marzuki, ia juga pernah berkolaborasi dengan Dwiki Dharmawan, Guruh Soekarnoputra, dan Gilang Ramadhan.

Keunikan lain dari Marzuki, dia takmau hanya berkutat menjadi personel sebuah kelom p ok.

“Saya malah lebih ingin memberi warna kepada semuanya. Saya ini bukan milik kelompok tertentu saja,” katanya. Di an t ara b an yak t ari Aceh , yan g p alin g m en d ap at resp o n ad alah at eb Meuseukat yang dikenal sebagai Saman. Saman telah melewati batas-batas agama, budaya, bahkan benua.

Dek Gam, pengajar tari Saman dari Taman Mini Indonesia Indah anjungan NAD, m engat akan, t ari Saman t elah m enjadi eskul favorit di sekolah-sekolah kaw asan Jabodetabek, m engalahkan modern dance.

“ Pak Uki yan g m em o p u l erkan t ari Sam an ke Jakart a, saya i n i g en erasi penerusnya,” ujar Dek Gam.

Pelajaran ke-4 Kesenian

Bisa dibilang, semua SMA di Jabodetabek yang punya eskul tari Saman mengenal nam a Dek Gam dan Pak Uki. Ham pir t iap Minggu, selalu ada fest ival yang diikut i belasan hingga puluhan SMA. Karena t radisi fest ival ini, banyak variasi gerakan tercipta. Ini berbeda dengan di Aceh yang jarang ada festival sehingga gerakan tari masih standar.

Di mancanegara, tari Saman juga melambung. Marzuki adalah salah seorang yang berunt ung m enyaksikan seni daerah it u punya pam or m elebihi yang pernah dia pikirkan.

Sudah puluhan kali, Marzuki diundang ke berbagai belahan dunia, m ulai dari Amerika, Afrika, Australia, Eropa, apalagi Asia. “Ke Amerika, saya sudah belasan kali, ke Timur Tengah juga sering. Saya di Amerika keliling kota sampai 40 hari untuk menampilkan tari Aceh,” ceritanya. Biasanya, Marzuki dibawa untuk misi dagang, misi pariwisata, atau atas undangan negara sahabat. Satu pengalaman yang membuat Marzuki bangga adalah ketika ia dim inta m engajar ateb Meuseukat di Nam ibia.

“Saya di sana 45 hari mengajari anak-anak lokal tari Saman untuk Konferensi Asia Afrika (KAA),” kat anya. Haru t idak t erkira ket ika m enyaksikan anak didiknya yang berkulit hitam sukses membawakan tari itu di hadapan tamu KAA.

Puluhan kali, Marzuki diundang workshop ke berbagai negara untuk mengajar tari Saman. “Saya senang m engajar anak-anak sekolah karena kalau dia nant i besar past i akan ingat Aceh dan Indonesia,” ujarnya. Hingga kini, berbagai undangan menari, menjadi juri, atau menjadi koreografer terus mengalir. Satu hal yang diharapkan Marzuki adalah generasi penerus. “Kalau generasi muda kita suka, budaya lokal kita, identitas kita, takakan direbut oleh negara tetangga,” tegas Marzuki yang terakhir berkolaborasi dengan mahasiswa m en am p i l kan t ari ko n t em p o rer M eusaboh Hat ee (M en yat u kan Hat i ) u n t u k peringatan bencana tsunami Aceh.

Sumber: ompas, Sabtu, 16 Februari 2008, halaman 16, dengan pengubahan seperlunya.

Sumber: www.aceh.net

Gambar 4.4 Tari Laweut.

76 Bangga Berbahasa Indonesia untuk SMK Kelas X (Setara Tingkat Semenjana)

Pelatihan ke-1

Jawablah pertanyaan berikut ini berdasarkan wacana di atas pada buku t ugasmu!

1. Di manakah Bapak Marzuki Hasan dilahirkan?

2. Usia berapa Bapak Marzuki Hasan mulai belajar syair dan pantun?

3. Apa nama yang benar untuk tari Saman?

4. Di m an akah t rad i si t ari d u d u k at eb M euseukat yan g d i b aw akan perem puan m ulai berkem bang?

5. Tah u n b erap a Bap ak M arzu k i Hasan m en am at k an Seko l ah Gu ru Olahraganya di Yogyakarta?

6. Siapa penelit i Jerm an yang m enelit i t ari ateb Meuseukat?

7. Sebutkan salah satu keunikan dari Bapak Marzuki Hasan!

8. Mengapa tari ateb Meuseukat yang dikenal sebagai Saman lebih banyak mendapat respon daripada tari Aceh lainnya?

9. Pengalam an ap a yang m em b uat b angga Bap ak Marzuki Hasan ket ika m engajar ateb Meuseukat di Nam ibia?

10. Apa harapan Bapak Marzuki Hasan terhadap generasi muda sekarang?

1. agam Bahasa Daerah

Berdasarkan fakt or asal daerah, b ahasa Indonesia yang digunakan oleh orang Bat ak m em iliki p erb edaan dengan b ahasa Indonesia yang digunakan oleh orang Bet aw i at au Sunda. Cont ohnya, kat a kesenian oleh orang Bat ak, secara um um , akan diucapkan kesenian d eng an b unyi / / sep ert i p ad a kat a t ekad. Hal ini t erjad i karena orang Bat ak m eng ucap kan / e/ d eng an b unyi / / . Nam un, kit a t et ap m asih m em aham i p erb edaan t erseb ut karena b ahasa Indonesia yang digunakan m asih leb ih b anyak kesam aannya.

Contoh lain, perhatikan kalimat berikut. “Ini teh apa, Kak?” Kata teh tersebut artinya bukan tumbuhan yang daunnya dapat dibuat minuman

(Cam ellia sinensis), t et ap i u n su r kat a d ari b ah asa Su n d a yan g b erfu n g si u n t u k menegaskan pertanyaan yang diikutinya. Jadi, kata teh pada kalimat tersebut sebaiknya dihilangkan agar kalimatnya menjadi baku.

Perhatikan perbaikannya berikut ini! “Ini apa, Kak?”

Pelajaran ke-4 Kesenian

2. agam Bahasa Lisan dan Tulis

Berdasarkan faktor sarananya, bahasa Indonesia dibagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Kedua ragam ini m em iliki perbedaan sebagai berikut.

agam Lisan

agam Tulis

1. Kalim at um um nya pendek-pendek Fungsi gramatikal, seperti subjek, dan terdapatnya fungsi-fungsi

predikat, dan objek harus lengkap. kalimat yang dilesapkan.

2. Cenderung memunculkan kosakata percakapan, seperti tapi, tiap, gimana, kenapa, sih, dong, dan sebagainya.

Contoh: (a) Saya tahu betul tiap gerakan tari duduk itu, termasuk syair-syair dan semua detail

tari Aceh ini. (bahasa lisan) (b) Saya mengetahui betul setiap gerakan tari duduk itu, termasuk syair-syair dan semua detail tari Aceh ini. (bahasa tulisan)

3. agam Bahasa esmi dan Tidak esmi

Berdasarkan kont eks pem akaiannya, bahasa Indonesia dibagi ke dalam ragam resm i dan ragam tidak resmi. Ciri-ciri bahasa Indonesia ragam resmi dan tidak resmi, antara lain, sebagai berikut.

agam esmi

agam tidak esmi

1. Mengacu pada EYD, pembentukan Dipengaruhi dialek daerah dan asing, istilah, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

seperti kata you, ente, ngapain, lihatin, dan tata bahasa baku bahasa Indonesia. dan sebagainya

2. Tidak dipengaruhi dialek daerah dan asing.

3. Penggunaan struktur kalimat secara lengkap.

4. Penggunaan im buhan secara eksplisit.

78 Bangga Berbahasa Indonesia untuk SMK Kelas X (Setara Tingkat Semenjana)

Pelatihan ke-2

Perbaikilah kalimat berikut ini menjadi kalimat yang baku pada buku t ugasmu!

1. Saya haturkan terima kasih atas perhatian Saudara.

2. Saya betah banget kalau nonton pertunjukkan seperti ini.

3. Menurut gue, tarian ini sangat menarik.

4. gapain kamu di sini? .

ihat penampilan anak-anak itu, saya terharu tiada terkira.

Kegiatan ke-1

Kerjakan kegiatan ini pada buku tugasmu!

A. Keragam an Bahasa Indonesia dip engaruhi oleh beb erapa fakt or. Jelaskan faktor-faktor tersebut!

B. Simaklah sebuah informasi lisan, baik dari televisi, radio, atau pun internet. Informasi tersebut dapat berupa iklan, pidato, percakapan dalam sinetron, dan lain-lain. Kemudian, catatlah kalimat-kalimat yang mengandung ragam daerah, lisan, dan tidak resmi berikut perbaikannya! Serahkan hasilnya kepada gurumu untuk dinilai!