Puisi kontemporer

1. Puisi kontemporer

Sebenarnya, sengaja atau tidak, kegiatan berpuisi, terutama menulis, telah begitu akrab pada masyarakat pelajar. Perhatikan, para remaja begitu antusias menulis puisi ketika sedang memendam rasa (suka) kepada seseorang. Hampir setiap tempat, buku pelajaran, buku harian, tembok kamar tidur, kamar mandi, dan majalah dinding menjadi bukti bisu betapa menulis puisi begitu akrab pada remaja (pelajar). Bahkan banyak puisi yang diterakan, misalnya, di tembok-tembok (grafiti) dan meja-meja di kelas. Sayangnya

Perekonomian

Dalam kesempatan ini Anda akan diajak berlatih membacakan puisi-puisi kontemporer untuk kemudian bersama-sama mengidentifikasi tema dan ciri-ciri yang melekat pada puisi kontemporer. Apakah puisi kontemporer itu?

Puisi kontemporer adalah puisi yang diciptakan, dimunculkan, dan diterbitkan saat ini atau masa kini. Puisi kontemporer bukan puisi Melayu lama seperti pantun atau gurindam, meskipun pantun atau gurindam pada masa kemunculannya juga bersifat kontemporer. Pendek kata, jika saat ini Anda menulis puisi, maka puisi Anda tergolong kontemporer.

Perhatikan contoh berikut!

Puisi 1 Dendang Musim Jagung

D. Zawawi Imron Cintaku yang terbit dari kembang-kembang jagung

subur oleh gaplek dan duri kenyataan menunggu tangan tak kunjung salam.

Sampai sekarang masih kusenang membelai-belai daunan pinang dan lalang-lalang yang atap kandang.

Memang tidak percuma kalau semalam bulan purnama bayang-bayangku yang tak sempurna masih mampu melucuti tombakku yang dahaga.

Ubi jalar merambat-rambat ke seluruh pohon jiwaku tak kenal kemarau tak kenal penghujan hingga meskipun miskin aku tetap merasa kaya setelah menjilat jejak petani.

(Kumpulan Puisi Nenek Moyangku Airmata, 1985)

Puisi 2 Bahwa Aku

Soni Farid Maulana ”Dirimu Hamlet di dunia yang lecet?’’

demikian kau bilang. Tidak. Tidak. Dalam kabut waktu yang kelam aku bukan siapa pun. Bahwa aku masih tidur lelap di gerbong kereta tahun lalu. Bahwa kau sudah tiba di tempat yang kau tuju, jarak dan bahasa memang memisah kita.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program IPA dan IPS)

Bahwa air mengalir ke hilir, bahwa hidup terus bergulir, bahwa maut menggilir, bahwa malam melepas daun gugur, bahwa angin menghempas daun jendela, bahwa gagak keparat berkoak-koak di atas kepala, adalah detik jam berkarat di tubuh yang sekarat, dan aku bukan yang kau sangka dalam kisah itu bukan pula tersangka dalam kisah ini.

Aku adalah imbangan gelap bagi dirimu bagi keraguan cintamu kepadaku.

(Republika, 21 Januari 2007)

Puisi 3 Malam Biru

Amir Ramdhani Malamku biru senantiasa

jendela hati membentang tawa sedang imaji mengelana

Tak lupa kupunguti tiap helai harapan yang jatuh dari pohon waktu dan menanamkannya kembali di ubun-ubun malam

Beruntun kuwarnai malam dengan biru tak perlu hitam atau putih salju

Ada juga yang mengartikan kontemporer sebagai puisi yang absurd, puisi yang tidak masuk akal, puisi yang ”menyalahi” aturan, maupun puisi yang aneh. Perhatikan contoh di bawah ini!

Puisi 4 Solitude

Sutardji Calzoum Bachri yang paling mawar

yang paling duri yang paling sayap yang paling bumi yang paling pisau yang paling risau yang paling nancap yang paling dekap samping yang paling Kau!

(Kumpulan Puisi, O, Amuk, Kapak, 1981)

Perekonomian

Puisi 5 Sepisaupi

Sutardji Calzoum Bachri Sepisau luka sepisau duri

Sepikul dosa sepukau sepi Sepisau duka serisau diri Sepisau sepi sepisau nyanyi

Sepisaupa sepisaupi Sepisapanya sepikau sepi Sepisaupa sepisaupi Sepikul diri keranjang duri

Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sampai pisau-Nya ke dalam nyanyi

(Kumpulan Puisi, O, Amuk, Kapak, 1981)