Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung

PEMASARAN BUAH-BUAHAN HASIL AGROPORESTRI
DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh:
ROMMY QURNIATI

PRORAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
ROMMY QURNIATI. Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi
Lampung. Dibimbing oleh DUDUNG DARUSMAN dan JAMES M. ROSHETKO.
Propinsi Lampung memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung
untuk pengembangan komoditas buah-buahan. Salah satu kendala dalam
pengembangan buah-buahan adalah masih lemahnya aspek pemasaran yang
rnerupakan penggerak bagi subsistem lainnya dalam keseluruhan sistem agribisnis
buah.
Penelitian ini mempelajari saluran pemasaran, margin pemasaran, keterpaduan
pasar melalui analisis korelasi harga dan elastisitas transmisi, dan efisiensi pemasaran
buah-buahan di Propinsi Larnpung.

Saluran pemasaran buah-buahan di Propinsi Lampung memiliki enam pola
saluran, yaitu saluran 1 (petani, konsumen akhir), saluran 2 (petani, pedagang
pengecer, konsumen akhir), saluran 3 (petani? pedagang pengumpul, pedagang
pengecer, konsumen akhir), saluran 4 (petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir,
pedagang pengecer, konsumen akhir), saluran 5 (petani, pedagang pengumpul,
pedagang grosir di luar Lampung, pedagang pengecer di luar Lampung, konsumen
akhir di luar Lampung), dan saluran 6 (petani, industri pengolahan buah, konsumen
akhir).
Sistem pemasaran yang terbentuk pada pisang, rambutan, mangga, durian,
duku, dan jeruk tidak efisien karena penyebaran margin keuntungan dan rasio profit
margin (RPM) pada tiap tingkat lembaga pemasaran dl masing-masing saluran
pemasaran tidak merata. Nilai margin keuntungan bervariasi antara 22 sampai 3.231
dan nilai RPM bervariasi antara 0,12 sampai 227,57
Nilai koefisien regresi untuk pisang dan jeruk sebesar 0,4439 dan 0,5679 dan
nilai elastisitas transmisi harga pisang sebesar 1,4304 clan jeruk 1,1336. Nilai
koefisien regresi h a n g dari satu dan elastisitas transmisi lebih dari satu
menunjukkan bahwa struktur pasar bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan
oligopsoni dan sistem pemasaran berlangsung tidak efisien.

ABSTRAK

ROMMY QURNIATI. Marketing of Agroforestry Fruit Product in Lampung
Province. Under the advisory committee of DUDUNG DARUSMAN and JAMES M.
ROSHETKO.
Lampung province has endowed good land and agroclimate cond~tion to
support to development fruit commodities. One significant constrains in fru~ts
commodities development has been their marketing system, which is veqr important
subsystem agribusiness to move the whole fruits agribusiness system.
The objective of this thesis research was to understand marketing channels,
marketing margin, market integration through price correlation analysis and price
transmission elasticity, and fruits marketing efficiency in Lampung province.
Fruits inarketing channels in Lampung province had six patterns of marketing
channel: channel 1 (farmer, final consumer), channel 2 (farmer, retailer, final
consumer), channel 3 (farmer, assembler, retailer, final consumer), channel 4 (farmer,
assembler (local), wholesaler (local), retailer (local), final consumer (local)), channel
5 (farmer, assembler (local), wholesaler (non local), retailer (non local), final
consumer (non local)), channel 6 (farmer, industry, final consumer).
Marketing systems in banana, rambutan mango, durian, duku, and orange, were
indicated due to unequal inefficient distribution of profit margin and ratio of profit
margin (RPM) in each level of market institution and channel. Values of profit
margin had variation in range of 22 until 3.231 and RPM had variation in range of

0,12 until 227,57.
Coefficient of regression for banana and orange were 0,4439 and 0,5679, and
transmission elasticity of banana price was 1,4304 and orange 1,1336. Coefficient
regression of less than one and transmission elasticity of more than one showed that
market structure was imperfect competition, inefficient marketing system and
indication of oligopsonistic power.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PEMASARAN BUAH-BUAHAN HASIL AGROFORESTRI DI PROPINSI

LAMPUNG adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data clan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor 0 ober 2002

gg


ROMMY OURNIATI
Nrp. P14500034

PEMASARAN BUAH-BUAHANHASIL AGROFORESTRI
DI PROPINSI LAMPUNG

ROMMY QURNIATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PRORAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis
Nama
Nomor Pokok

Program Studi

: Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung
: Rommy Qurniati
: P 14500034
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, M.A
Ketua

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan,

-


-

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S

Tanggal lulus: 7 Oktober 2002

James M. Roshetko, M. Sc
Anggota

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahlrkan di Pringsewu pada tanggal 12 September 1976. Penulis
merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Sardjono Hs. dan
Sujatmi Achmad.
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pringsewu lselesaikan
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun

tahun 1989,
1992, dan


Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjung Karang diselesaikan tahun 1995. Tahun
1995 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
(Unila) dan lulus tahun 1999.
Pada tahun 2000 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Pasca Sarjana
Ilmu Pengetahuan Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini berjudul Pemasaran
Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung.
Terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, M.A. selaku ketua komisi pembimbing
dan pembimbing akademik, Bapak James M. Roshetko, M.Sc. selaku anggota
komisi pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Nurheni, M.Si. selaku penguji atas
bimbingan dan pengarahannya selama menempuh pendidikan pada Program
Pascasarjana (S2) dan dalam proses penyusunan tesis ini.
2. Direktur Program Pascasarjana IPB dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan

Kehutanan IPB yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti studi pada

Program Pascasarjana IPB dan dorongan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikaan studi tepat pada waktu yang telah direncanakan.
3. International centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Program Riset

Regional Asia Tenggara dan Winrock International Institute for Agriculture
Development yang telah memberikan bantuan dana untuk kegiatan penelitian

selama di lapangan dan kesempatan kerjasamanya.
4. Bapak Pratiknyo Purnomosidhi, M.S., Marcella Christina, Mba Rike (alm), Mas
Dedi Hariri, Mas Danan, dan seluruh staf ICRAF lainnya atas saran dan bantuan
yang diberikan selarna penyusunan tesis ini.

5.

Mas Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc., Ibu Dr. Ir. Christina Wulandari, M.Sc.,
Bapak lr. Agus Setiawan, M.Si., Bapak lr. Harry Kaskoyo, Bapak Suparman,
Bapak Heri, clan Bapak Budi Sulistiawan atas bantuan dan sarannya.

6.


Sri Budiman, S.P., Ridwan Pasya, S.P., Nurul Fajri, S.P., Muhammad Zaini, S.P.,
Ambo Asek, S.P., Dedi Garna, S.P., Fatmawati, S.P., John dan Uda yang telah
memberikan bantuannya dalam pengumpulan data di lapangan.

7.

Khairida, S.P. M.Si., Yuliyanti, S.P. M..Si., Ati Dwi Nurhayati, S. Hut., Yenny

Maryani S.P., Amula Nharini,

S.P., Tatari Dwi Agustina, S.P., Hesti Meilina,

S.T., Liza Mardiati, S.P., Fitriana, S.P., Rudi Yanto Toha, S.Hut., Irfan Cahyadi,
S.Hut., Fajrin Hidayat, S.Hut., dan rekan-rekan di Program Pascasarjana Ilmu
Pengetahuan Kehutanan khususnya angkatan 2000, atas segala bantuan, saran

dan motivasi selama menempuh s t u d dan penelitian ini.
8.

Widya Maharani, Inggit Faribie, Jessie Fidelia, Intan Muliani F., Diana Katerina,


Kiki Indah W., Dyah Ayu Budiningnun atas bantuan dan kebersamaannya.
9. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Terimakasih yang sangaf mendalarn dan penghargaan setingg-tingginya kepada

Papa dan Ibu tercinta, Mba Eka Yulia M., Bang Heryandi, Mas Solehudin, dan Tatih
yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta doa yang tiada putusputusnya demi keberhasilanku.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2002

Rommy Qurniati

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

vi


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vi i

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

vii

Latar Belakang ........................................................................................
Pennasalahan.............................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................
Hipotesis....................................................................................................

1
2
4
5

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Agroforestri ...............................................................................................
Pemasaran .................................................................................................
Saluran Pemasaran ....................................................................................
Margin Pemasaran.....................................................................................
Efisiensi Pemasaran
. . ..................................................................................
Kerangka Pemlklran..................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................
Konsep Dasar dan Batasan Penelitian........................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................
Metode Pengumpulan Data ........................................................................
Metode Penarikan Sampel..........................................................................
Analisis Data .............................................................................................
Analisis margin pemasaran ..................................................................
. .
Analisis keterpaduan pasar...................................................................
Analisis koeJsien korelusi h a r p ....................................................
Analisis elastisitas transmisi harga ................................................
Analisis organisasi pasar ......................................................................
Struktur pasar ...................................................................................
Periluku pasur ..................................................................................
Keraguan pusar ................................................................................

6
6

8
11
13
17
18
20

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ..............................................
Geografi ....................................................................................................
Klimatologi ................................................................................................
Pemerintahan.............................................................................................
Penduduk...................................................................................................
HASIL PENGAMATAN .................................................................................
Karakteristik Responden ...........................................................................
Lahan dan Kinerja Usahatani ....................................................................
Pola Tanam ...............................................................................................
Status Produk ............................................................................................
Penawaran dan Permintaan .......................................................................
STRUKTUR, PERILAKU. DAN SALURAN PEMASARAN.......................
Struktur Pasar ............................................................................................
Perilaku Pasar............................................................................................
Saluran Pemasaran ....................................................................................
ANALISIS PEMASARAN ..............................................................................
Margin Pemasaran.....................................................................................
Margin Pemasaran Pisang ..............................................................
Margin Pemasaran Rambutan .........................................................
Margin Pemasaran Mangga ............................................................
Margin Pemasaran Durian..............................................................
Margin Pemasaran Duku ................................................................
Margin Pemasaran Jeruk ................................................................
Analisis Korelasi Harga dan Elastisitas Transmisi ...................................
Analisis Korelasi Harga ..................................................................
Analisis Elastisitas Transmisi..........................................................
Pernasalahan Pemasaran ..........................................................................
KESIMPU LAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ...............................................................................................
Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Lokasi Penelitian Pemasaran Buah di Propinsi Lampung ........................

22

Margin Pemasaran Pisang di Propinsi Lampung. 200 1 ............................

57

3. Margin Pemasaran Rambutan di Propinsi Lampung. 200 1 ......................

61

4 . Margin Pemasaran Mangga di Propinsi Lampung. 200 1 ..........................

63

5. Margin Pemasaran Durian di Propinsi Lampung. 200 1 ............................

66

6. Margin Pemasaran Duku di Propinsi Lampung. 200 1 ..............................

68

7. Margin Pemasaran Jeruk di Propinsi Lampung. 2001 ..............................

71

2.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 . Kerangka Pemikiran Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di
. .
Propinsi Lampung ......................................................................................

19

2. Saluran.Pemasaran
Buah-Buahan dan Komponen Utamanya secara Umum
.
di Propinsi Lampung, 200 1 ........................................................................

50

3. Pola Saluran Pemasaran Buah-Buahan di Propinsi Lampung, 200 1 .........

51

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................

83

2 . Harga Pisang dan Jeruk di Tingkat Petani (Pf) dan Konsumen (Pr) ..........

84

3. Hasil Analisis Regresi pada Harga Pisang .................................................

85

4. Hasil Analisis Regresi pada Harga Jeruk ...................................................

86

5. Satus Buah-Buahan di Propinsi Lampung .................................................

87

6. Daerah Pemasaran Buah-Buahan Lampung berdasarkan Saluran
88

Pemasaran ..................................................................................................
7. Jumlah Petani Responden pada Masing-Masing Saluran Pemasaran

Buah-Buahan dl Propinsi Lampung. 200 1 .................................................

89

8. Sistem Pemasaran Buah-Buahan di Propinsi Lampung .............................

90

9. Luas Wilayah Propinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota. 200 1 ...........

91

10. Jenis Penggunaan L a b per KabupatenKota di Propinsi Lampung.

11. Harna dan Penyakit Tanarnan Buah-Buahan di Propinsi Lampung. 200 1

93

12. Gambar Tanaman Jeruk pada Lahan Kering dengan Campuran Pohon
Jengkol dan Lada sebagai Tanarnan Pagar dan Gambar Tanaman Jeruk
pada Lahan Rawa yang sedang Berbuah ...................................................

94

13 . Gambar Campuran Tanaman pada Lahan Petani dan Gambar Pisang
yang telah Dikumpulkan di Rumah Pedagang Pengumpul .......................

95

.

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan
bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1
penggalian sumberdaya potensial domestik untuk meningkatkan devisa setelah
menurunnya peran minyak dan gas bumi. Disamping itu penggalian sumberdaya
potensial tersebut sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
sekitar atau dalam kawasan hutan terutama para petani di desa melalui peningkatan
nilai tambah.
Indonesia sebagai negara agraris yang terletak di daerah tropis memiliki banyak
tanaman pohon serbaguna (Multy Purpose Tree Spesies atau MPTS). Jenis tanaman
MPTS yang banyak dikembangkan di Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa adalah
tanaman yang mampu menghasilkan buah-buahan sepanjang tahun atau musim dan
memiliki pasar lokal yang cukup berkembang. Hal tersebut dimungkinkan karena
kondisi lahan dan agroklimat di Indonesia pada umumnya sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman buah-buahan tersebut.
Propinsi Lampung memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung
serta memiliki peluang yang cukup besar untuk pengembangan komoditas buahbuahan. Potensi ini didukung pula oleh letak strategis Propinsi Lampung sebagai
pintu gerbang Pulau Sumatera ke Pulau Jawa. Dengan demikian prospek pemasaran
buah-buahan memberikan harapan yang cukup cerah di masa yang akan datang.

2
Buah-buahan bagi masyarakat Lampung baik yang diusahakan di lahan milik
ataupun lahan hutan merupakan salah satu komoditas yang dapat meningkatkan
pendapatan petani.

Walaupun buah-buahan ditanam tidak secara monokultur

melainkan dengan cara tanam campuran dengan sistem agroforestri, namun tetap
diharapkan hasilnya oleh petani karena nilai ekonominya. Oleh karena memiliki nilai
ekonomi tersebut maka seharusnya buah-buahan dapat diusahakan dengan lebih
serius.
Banyaknya kendala menyebabkan tidak optimalnya produksi buah-buahan
sehingga belum marnpu memenuhi seluruh permintaan. Kendala-kendala tersebut
antara lain adalah pola usaha tani yang masih dalam skala kecil, rendahnya mutu bibit
yang digunakan, rendahnya penerapan teknik budidaya, rendahnya penanganan panen
dan pasca panen, keterbatasan modal dan langkanya sumberdaya manusia yang
memiliki kemampuan memadai dalam manajemen agribisnis, teknologi pengolahan
dan pengetahuan tentang mutu serta belum mapannya lembaga-lembaga yang
menunjang pengembangan komoditi itu sendiri.
1.2 Permasalahan
Buah-buahan memiiiki ciri antara lain mudah rusak, voluminous, dan harga
pasar ditentukan oleh mutunya.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka diperlukan

penanganan yang cukup intensif mulai dari pra panen, pasca panen sampai pada
pemasarannya mengingat besarnya resiko yang harus ditanggung oleh petani,
pedagang perantara, pengecer, dan industri.

3

Salah satu kendala dalam pengembangan buah-buahan adalah masih lemahnya
aspek pemasaran dalam keseluruhan sistem agnbisnis buah.

Padahal subslstem

pemasaran merupakan penggerak bagi subsistem lainnya dalam sistem agr~bisnis
Subsistem pemasaranlah yang inemberikan informasi tentang bauran produk buah
seperti apa yang dibutuhkan konsumen dan itulah yang kemudian harus direspon oleh
subsistem-subsistem lainnya.
Buah-buahan sebagai produk yang memiliki sifat tidak tahan lama memerlukan
pemasaran yang cepat. Jika ti&

cepat penanganannya dapat menimbulkan biaya

penyusutan berupa penurunan harga karena adanya penurunan kualitas buah. Begitu
pula ketika akan diangkut ke pasar, petani membutuhkan transportasi untuk
mengangkut hasil produksinya, sehingga dibutuhkan biaya pengangkutan. Selain
biaya-biaya yang dikeluarkan di atas, petani dalam memasarkan produknya tidak
langsung kepada pedagang pengecer tetapi melewati lembaga-lembaga pemasaran
sehingga mengalami berbagai perlakuan.
Selain masalah di atas dilema yang sering dialami petani adalah harga yang
diterimanya sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga yang dibayar oleh
konsumen. Upaya untuk memperbaiki tingkat harga yang diterima petani dapat
dilakukan melalui perbaikan sistem pemasaran yaitu meningkatkan efisiensi
pemasaran buah khususnya buah-buahan yang berasal dari pertanian dan hutan yang
berskala kecil. Hampir semua perubahan yang diusulkan dalam pemasaran suatu
komunitas termasuk buah adalah berdasarkan alasan efisiensi. Penyebab utamanya
adalah karena dengan efisiensi yang lebih tinggi berarti memberikan keragaan yang

4

lebih baik, sedangkan penurunan tingkat efisiensi mencerminkan keragaan yang
buruk. Masalah efisiensi pemasaran berhubungan dengan masalah menyalurkan
barang-barang dan jasa dari produsen menurut tempat, waktu dan bentuk yang
diinginkan oleh konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan
tingkat teknologi yang ada.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka

perlu dilakukan analisis

terhadap sistem pemasaran buah-buahan di Propinsi Lampung, melalui kinerja dan
efisiensi sistem pemasaran buah-buahan hasil agroforestri.

1.3 Tujuan dan Manfast Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:

(1) menerangkan saluran pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi
Lampung.
(2) menganalisis marjin pemasaran buah-buahan h a i l agroforestri di Propinsi

Lampung.
(3) menganalisis keterpaduan pasar melalui analisis korelasi harga dan elastisitas
transmisi.
(4) menganalisis efisiensi pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi

Lampung.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
(1) Sebagai bahan masukan bagi petani dalam menentukan jenis pohon buah-buahan

yang memiliki potensi pasar tinggi untuk ditanam agar dapat meningkatkan
pendapatannya.
(2) Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dalam menentukan alternatif
jenis pohon buah-buahan yang memiliki potensi p a r untuk dikembmgkan oleh
masyarakat dengan pola agroforestri.
(3) Sebagai khasanah tambahan pengetahuan bagi dunia ilmu pengetahuan.
1.4 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian pemasaran buah-buahan ini adalah:
(1) Sistem pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi Larnpung belum
efisien.
(2) Pemasaran buah-buahan hasil agroforestri d~ Propinsi Lampung kurang
terintegrasi (kurang terpadu).

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroforestri
Agroforestri merupakan narna kolektif bagi sistem &an teknologi penggunaan
lahan dimana pohon-pohon berkayu (wood pureniuls) ditanam secara bersama pada
suatu unit lahan dengan tanaman pertanian dan atau tanaman makanan temak, baik
dengan bentuk dan pengaturan ruang sama maupun pergiliran waktu. Pada sistem
agroforestri ada interaksi ekologis dan ekonomis diantara elemen yang berbeda
(Lundgreen dan Raintree, 1982).
Agroforestri secara mendasar didefinisikan oleh Watanabe (1999), sebagai
sebuah sistem penggunaan lahan yang berkesinambungan untuk meningkatkan
produksi total persatuan lahan. Kombinasi yang beragam dari kehutanan, pertanian,
petemakan, dan perikanan pada lahan yang sama secara serentak atau berurutan dan

hams diterapkan pada area tertentu dalam bentuk yang paling sesuai.
Banyak spesies agroforestri telah dikenal sebagai tanaman pertanian atau
tanaman kehutanan atau sebagai tanaman dengan keuntungan ekonomi lainnya.
Kebanyakan spesies yang diolah dengan perhatian manajerial dan dipanen pada
interval fiekuensi tertentu untuk produksi ekonomi, salah satunya melalui regenerasi
spesies berdurasi pendek secara berulang dan pemanenan pohon yang sama
berulangkali diklasifikasikan sebagai tanaman pertanian. Sedangkan tanaman yang
ditanarn dan hkelola kurang intensif, kemudian dipanen setelah siklus produksi yang

7

panjang dan biasanya produk berupa kayu, tanaman ini termasuk kelompok
kehutanan (Nair, 1993).
Agroforestri sangat berperan dalarn menanggulangi kerusakan hutan baik
sebagai upaya prefentif (pencegahan) maupun rehabilitasi. Peran agroforestri yang
utama pada fungsinya memproduksi barang dan jasa untuk kesejahteraan
pelakdpetani atau masyarakat dan kelestarian hutan dan lahan serta ekosistemnya.
Agroforestri dapat memberikan manfaat multiguna bagi pelaku~petanilmasyarakat

dan lahan, karena agroforestri dapat menghasilkan produk atau barang (goods) berupa
kayu, pangan, makanan ternak, obat-obatan, dan lain-lain, dan jasa (sewlces)
lingkungan berupa menyuburkan tanah dan pengendalian erosi, perbaikan
lingkungan, menambah estetika dan lain-lain. Agroforestri juga dapat menghasilkan
produk dan jasa yang beragam dan berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani atau pelaku agroforestri yang signifikan (Dirjen. Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial ,2000).
Bentuk-bentuk agroforestri yang umum dikenal dan paling banyak variannya
adalah perpaduan penanaman pohon-pohon dengan tanaman-tanaman pertanian
berumur pendek atau tanaman-tanaman perkebunan, yang dikenal sebagai praktekpraktek dan sistem-sistem agrisilvikultur. Perpaduan ini seringkali mengisyaratkan
adanya strategi untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus, misalnya subsistensi
jangka pendek (tanaman pangan) dipadukan dengan kebutuhan komersial jangka
panjang (kayu, pohon buah) (Djatmiko, 2000).

Sistem pertanian pribumilasli pada kebanyakan negara berkembang terdiri dari
beberapa pohon buah dan pohon yang memproduksi kacang-kacangan. Komponen
tersebut biasanya banyak terdapat dalam pekarangan dan sistem agroforestri
campuran lainnya atau disepanjang perbatasan lahan pertanian. Pohon buah ini
beradaptasi dengan baik pada kondisi lokal dan berperan penting untuk makanan dan
ekonomi bagi para pemiliknya (Nair, 1993).
2.2 Pemasaran

Pemasaran sering juga disebut tataniaga. Tataniaga atau pemasaran adalah
suatu proses pertukaran yang meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa
dari produsen ke konsurnen (Azzaino, 1980).

Sebagian besar definisi yang

berorientasi pada pertanian, merujuk pada peristiwa yang terjadi setelah
meninggalkan titik awal produksi.

Kohlsss dan Uhl (1990) mendefinisikan

pemasaran sebagai semua kegiatan bisnis yang terlibat dalarn arus barang dan jasa

dan titik produksi pertanian hngga barang dan jasa tersebut ada di tangan konsurnen
akhir.
Definisi tataniaga dalarn pertanian mencakup segala kegatan dan usaha yang
berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil
pertanian dan terrnasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan
perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih memudahkan
penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya.
Dalam menganalisis pemasaran ada empat pendekatan, yaitu:

9
1. Pendekatan fungsi, yaitu pendekatan yang mempelajari fungsi pemasaran apa
yang dilakukan oleh pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Fungsifungsi tersebut adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
2. Pendekatan lembaga, yaitu pendekatan yang mempelajari bermacam-macam

lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran komoditas dari produsen ke
konsumen.

Pelaku-pelaku itu adalah pedagang perantara yang terdiri dari

pedagang pengumpul, dan pengecer, pedagang spekulan, pengolah dan
organisasi-organisasi yang memberikan fasilitas pemasaran.
3. Pendekatan barang, yaitu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap

kegiatan atau tidakan yang diperlakukan terhadap barang atau jasa selama proses
penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai titik konsumen. Pendekatan
barang hanya menekankan pada barang atau jasa yang hendak diamati.
4. Pendekatan sistem, yaitu pendekatan yang mempelajari suatu kumpulan
komponen-komponen yang bekerja secara bersama-sama dalam suatu cara
organisasi. Komponen-komponen tersebut terdiri dari stnddur pasar, perilaku
pasar, dan keragaan pasar. Keempat pendekatan tersebut dapat digunakan secara
bersama-sama atau secara sendiri-sendiri (Limbong dan Sitorus, 1987).
Selanjutnya Reksohadiprojo, Ranuprojo, dan Irawan, (1990) menyatakan,
adanya pemasaran menciptakan beberapa kegunaan waktu (time utility) ditandai
dengan adanya fungsi penyimpanan, misalnya produksi pada waktu bukan musimnya
lebih besar faedahnya dibandingkan pada waktu musimnya. Kegunaan bentuk ('jomz
utility) dengan melakukan perubahan bentuk menjadi barang lain yang secara umum

10

lebih bermanfaat, kegunaan tempt (place utility) dengan terjadinya proses
perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain yang membutuhkan, dan milik
(possessron utzlrty) dengan terjadinya perubahan pemilikan dari suatu pihak ke pihak

lainnya. Dengan menjalankan fungsi pemasaran memungkinkan seseorang atau
masyarakat mendapat barang-barang pada saat diperlukan, tempt yang diperlukan

dan barang-barang tersebut dipunyai dengan jalan membeli.
Fungsi pemasaran adalah berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat
memperlancar dalam proses penyampaian barang atau jasa yang bersangkutan dan
tingkat produsen ke tingkat konsumen. Fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan
atas tiga fungsi, yaitu:
1. Fungsi pertukaran, adalah kegiatan memperlancar perpindahan hak milik dari

barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi yaitu:

(1) b g s i pembelian, dan (2) fungsi penjualan.
2. Fungsi fisik, adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang

dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi
fisik meliputi: (1) fungsi penyimpanan; (2) fungsi pengolahan, dan (3) fungsi
pengangkutan.
3. Fungsi fasilitas, adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas
terdiri dari: (1) fungsi standarisasi dan grading; (2) fungsi penanggungan resiko;
(3)fungsi pembiayaan; dan (4) fungsi informasi pasar.

2.3 Saluran Pemasaran
Amerzcan Marketing A.ssoclut~on (AMA) mendefinisikan pemasaran atau

saluran pemasaran sebagai suatu jaringan terorganis~rdari badan-badan dan lembagalembaga yang &lam bentuk kombinasi melaksanakan semua kegiatan untuk
menghubungkan semua produsen dengan pengguna untuk menyelesaikan tugas-tugas
pemasaran (Limbong clan Sitorus, 1987).
Hanafiah dan Saefuddin (1986), mengemukakan bahma panjang pendeknya
saluran pemasaran suatu barang niaga ditandai dengan berapa banyaknya pedagang
perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut sejak dari produsen hingga
konsumen akhir. Bila pedagang perantara yang dilaluinya banyak maka dikatakan
bahwa saluran pemasaran dari barang niaga tersebut panjang.
Panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu hasil pertanian
tergantung pada beberapa faktor, antara lain: (a) jarak antara produsen clan konsumen,
makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran
yang ditempuh oleh produk; (b) cepat tidaknya produk rusak, produk yang cepat atau
mudah rusak hams segera diterima konsumen, dan dengan demikian menghendaki
saluran yang pendek dan cepat; ( c ) skala produksi. bila produksi berlangsung dalam
ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, dan
akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalarn
keadaan demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, dan salurari yang akan
dilalui produk cenderung panjang; (d) posisi keuangan pengusaha, produsen yang

12

posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga.
Pedagang yang posisi keuangannya (modal) kuat akan dapat melakukan fungsi
tataniaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah.
Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek
saluran tataniaga.
Dalam pemasaran suatu barang atau jasa terlibat beberapa badan mulai dari
produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen.

Sebagian besar produsen

bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk membawa produk mereka ke pasar.
Perantara pemasaran tersebut membentuk suatu saluran pemasaran (disebut juga
saluran perdagangan atau saluran distribusi). Karena jarak antara produsen yang
menghasilkan barang atau jasa sering berjauhan dengan konsumen, maka fungsi
badan perantara sangat diharapkan kehahrannya untuk menggerakkan barang-barang
dan jasa tersebut dari titik produksi ke titik konsumsi. Badan-badan atau lembagalembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran memperlancar arudgerakan barang

dari produsen sampai ke tingkat konsurnen melalui berbagai kegiatanlakt~vitasyang
dkenal sebagai perantara (midlement intermediary). Badan-badan ini bisa dalam
bentuk perseorangan, perserikatan, ataupun perseroan.

Salah satu lembaga

pemasaran menurut penguasaan terhadap barang adalah pedagang pengecer (retazler).
Retaller adalah mereka yang menjual barang atau komoditi pertanian dan hutan
kepada konsumen akhir.

Mereka ini membeli barang terutama dari grosir

(wholesaler), kadang-kadang dari pedagang pengumpul dan petani.

Mereka

umumnya memiliki dan menguasai barang dengan jalan membelinya dulu sebelum

13
dijual, sehingga ia menanggung resiko ekonomis maupun teknis (Limbong dan
Sitorus, 1987).
2.4 Margin Pemasaran

Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan, margin pemasaran sebagai
perbedaan harga tingkat petani (Pf) dengan harga tingkat pengecer (P,). Sedangkan
pengertian nilai margin pemasaran (value of marketing margin) merupakan perkalian
antara margin pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan atau (P,

-

Pf) Qd

dan mengandung pengertian marketing cost clan marketing charges.
Tingginya margin dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh
dalam proses kegiatan pemasaran antara lain, ketersedian fasilitas fisik pemasaran
yaitu, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, resiko kerusakan dan lain-lain.
Konsep margin pemasaran erat kaitannya dengan bagian harga yang diterima
oleh petani, yang dinyatakan dalam persentase. Hal ini berguna untuk mengetahui
porsi harga yang berlaku di tingkat konsurnen Qnikmati oleh petani. Besar farmer's
share biasanya dipengaruhi oleh: (1) tingkat pemrosesan, (2) biaya transportasi, (3)

keawetan produk, (4) jumlah produk (Kohls dan Uhl, 1990).
Sistem harga dan mekanisme pembentukan harga, yang banyak ditentukan oleh
faktor waktu, tempat dan pasar, yang akan mempengaruhi keadaan penawaran dan
permintaan.

Pembentukan harga suatu komoditas pada setiap tingkat pasar

tergantung pada struktur pasar tersebut, sehingga hubungan harga antara tingkat pasar
konsumen dengan tingkat pasar produsen tergantung kepada struktur pasar yang

14

menghubungkannya.

Dalam struktur pasar yang bersaing sempurna misalnya

hubungan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen atau
hubungan antar tingkat pasar akan erat sekali. Keadaan yang demikian merupakan
salah satu cermin dari sistem tataniaga yang efisien (Dahl dan Harnmond, 1977).
Menurut' Hasyim, (1994), besar kecilnya margin pemasaran tidak dapat
diasosiasikan dengan tinggi rendahnya efisiensi sebelum diketahui benar
hubungannya dengan jelas dan banyaknya jasa yang dihasilkan. Berdasarkan ha1
tersebut maka sifat-sifat urnurn margin tataniaga sebagai berikut:
a) Margin tataniaga berbeda-beda antar satu komoditi dengan komoditi lainnya.
Hal ini disebabkan perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai
dari pintu gerbang petani sampai tingkat pengecer untuk konsumen akhir. Untuk
melihat efisien atau tidaknya sistem tataniaga pada komoditi yang sama dalam
bentuk dan kualitas yang berbeda, besar kecilnya margin belum tentu dapat
menggambarkannya. Barangkali salah satu indikatomya adalah dilihat dari
bagian yang diterima petani dan harga konsurnen akhir.
b) Margin tataniaga produk hasil pertanian cenderung akan naik dalam jangka
panjang dengan menurunnya bagan harga yang diterima petani.
Hal ini karena: ( I ) pengolahan dan jasa-jasa tataniaga cenderung padat karya,
sehingga efek kenaikan upah buruh dalam jangka panjang lebih besar pada
perusahaan/lembaga tataniaga dan sektor pengolahan daripada sektor petani
produsen; (2) peningkatan pendapatan masyarakat karena kemajuan ekonomi,
biasanya menyebabkan konsurnen menginginkan kualitas produk yang lebih baik.

15

c) Margin tataniaga relatif stabil dalam jangka pendek terutarna dalam hubungan
dengan fluktuasi harga-harga produk pertanian.
Hal ini disebabkan dominannya faktor upah dan tingkat keuntungan bagi lembaga
tataniaga yang persentasenya relatif konstan &ban&ngkan dengan harga-harga
produk pertanian itu sendiri.
Salah satu indikasi untuk menentukan apakah suatu sistem pemasaran efisien
atau tidak adalah dengan membandingkan nilai nisbah margin keuntungan pemasaran
antara lembaga pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran yang lain. Apabila
nilai nisbah margin keuntungan lembaga pemasaran antar lembaga pemasaran adalah
sama, maka sistem pemasaran dapat dikatakan efisien. Sebaliknya, apabila nilai
nisbah margin keuntungan pemasaran antar lembaga pemasaran tidak sama, maka
sistem pemasaran tersebut dikatakan belum efisien. Dengan kata lain, apabila selisih
nilai nisbah margin keuntungan pemasaran lembaga pemasaran yang satu dengan
yang lainnya tidak sama dengan nol, maka sistem p e m b tersebut dikatakan
belum efisien (Triaksono, 1995).
Menurut Triaksono (1995), pada pemasaran pisang di Desa Way Harong
Kecamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1995, nilai nisbah
margin keuntungan pemasaran pada pedagang pengurnpul I lebih besar dibandingkan

dengan nilai nisbah margin keuntungan pemasaran pada pedagang pengumpul TI.
Dengan kata lain bahwa selisih nilai nisbah margin keuntungan antara kedua
pedagang pengumpul tersebut tidak sama dengan nol, berarti sistem pemasaran tidak
efisien.

16

Hermansyah (1998), mengemukakan bahwa pada pemasaran buah duku super
dan buah duku cakra di Desa Rasuan Kecamatan Buai Madang Kabupaten Ogan
Komering Ulu Sumatera Selatan, penyebaran keuntungan pemasaran pada masingmasing lembaga pemasaran tidak merata. Keuntungan pemasaran buah duku super

dan duku cakra terdapat pada pedagang pengecer. Rasio keuntungan yang tinggi
diperoleh dari harga jual yang tinggi, biaya yang rendah, serta penanggungan resiko
terbesar dalam penjdan buah duku. Sehingga Hermansyah (1998) menyimpubn
sistem pemasaran buah duku di Desa Rasuan belum efisien dan cenderung oligopsoni
terdifferensiasi.
Hasil penelitian Ernawati (1999), pada pemasaran buah Durian Sirnas dan
Matahari di Desa Rancamaya Kecamatan Bogor Selatan dan Desa Sukaraja
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor tahun 1999, berbeda dengan pemasaran buah
lainnya. Menurut Ernawati (1999), margin keuntungan di tingkat pemborong
(pedagang pengumpul) di kedua desa tersebut relatif lebih ksar dibandmgkandengan

margin keuntungan di tlngkat pedagang pengecer terutama untuk mutu I. Hal ini
disebabkan biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul tidak terlalu besar tetapi
harga yang ditetapkan besar sehingga keuntungan yang diperoleh cukup besar.
Sedangkan di tingkat pengecer, biaya yang dikeluarkan relatif besar karena hams
menanggung biaya penyusutan dan harga yang yang ditetapkan tidak terlalu besar
sehingga keuntungan yang diperoleh tidak besar.

2 5 Efisiensi Pemasaran

Sistem pemasaran yang efisien menurut Mubyarto (1989), adalah: (1) mampu
menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang
semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan harga yang hams dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang
ikut serta dalam produksi dan pemasaran barang itu.
Menurut Purcell (1979), ada dua tipe efisiensi dalam kaitannya dengan
pemasaran yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga. Efisiensi teknis merujuk pada
hubungan input-output yang terlibat dalam tugas pemanfaatan produksi di seluruh
sistem pemasaran.

Di sini biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses untuk

membawa barang ke tangan konsumen meliputi biaya pengubahan bentuk, biaya
penyimpanan dan biaya pengangkutan.

Pada urnumnya efisiensi pelaksanaan

aktivitas dan fungsi ini dianggap tergantung pada telcnologi yang tersedia.
Efisiensi harga merupakan konsep yang berkaitan, merujuk pada kemampuan
sistem untuk mempengaruhi perubahan dan mendorong alokasi ulang sumberdayasumberdaya agar dapat mempertahankan kesesuaian antara apa yang dibutuhkan
konsumen.

Mekanisme harga berfungsi sebagai sistem komunikasi untuk

meneruskan infomasi mengenai keinginan masyarakat konsumen kepada produsen.
Sinyal-sinyal harga menjadi pesan konsumen kepada produsen. Bila suatu
produk atau mutu tertentu dari suatu produk sangat dibutuhkan oleh konsumen, maka
harganya menjadi relatif lebih tinggi. Sinyal harga ini disampaikan melalui sistem

18

tersebut menuju ke produsen, sehingga dalam waktu tertentu produsen melakukan
penyesuaian yang menurutnya tepat secara ekonomi, dengan mengalokasikan faktor
produksi untuk memproduksi produk dengan tingkat mutu yang dikehendaki oleh
konsurnen. Proses ini sebenarnya tidak sesederhana seperti yang kita bicarakan di
sini. Sinyal harga mempunyai lintasan yang panjang dan infonnasi bisa hilang
sebagian dalam perjalanannya.
Indikator lain untuk menilai efisiensi sistem pemasaran Ratio Profit Margin

(RPM) atau margin keuntungan masing-masing lembaga pemasaran adalah
perbandingan antara tingkat keuntungan lembaga pemasaran dengan biaya yang
dikeluarkan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari penyampaian atau
pemindahan barang dari produsen ke konsumen melalui lembaga-lembaga
pemasaran. Pada proses penyampaian barang clan jasa tersebut dilakukan berbagai
fungsi pemasaran. Pendekatan sistem pemasaran digunakan untuk mengkaji
keterkaitan berbagai subsistem pemasaran dalam saluran pemasaran, struktur,
perilaku, dan keragaan pasar.
Struktur dan perilaku pemasaran dikaji dengan menggunakan parameter analisis
saluran pemasaran, analisis struktur pasar, dan analisis perilaku pasar. Keragaan
pasar dikaji dengan menggunakan parameter analisis margin pemasaran dan
keterpaduan pasar. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Sistem Pemasaran

:

................................................................................................

[Produsen1

1

~ e m b a Pemasaran
~a
Lernbaga Perantara

1

7TKonsurnen

I

I

Fungsi Pertukaran
F. Pembelian
F. Penjualan

Fungsi Fasilitas
F. Standardisasi & Grading
F. Penanggungan Resiko
F. Pembiayaan
F. Informasi Pasar

Fungsi Fisik
F. Penyimpanan
F.Pengolahan
F. Pengangkutan

I
Analisis Saluran Pemasaran
Analisis Struktur Pasar
Analisis Perilaku Pasar
Parameter

1

<

Analisis Margin Pemasaran
Analisis Keterpaduan Pasar

-EFISEN

Efisiensi Pemasaran

TIDAK EFISISEN

Keterangan:
a
b
c

=
=
=

Arus Produk (satu arah)
Arus Informasi (dua arah)
Arus Uang (satu arah)

Garnbar 1. Kerangka pemikiran pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi
Lampung

111.

METODOLOGI PENELITlAN

3.1 Batasan Operasional

Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional
chdefinisikan sebagai berikut:
1.

Buah-buahan adalah komolti ekonomi yang berasal dari lahan pertanian dan
hutan yang ditanami buah-buahan.

2.

Buah-buahan yang akan dianalisis sistem pemasarannya adalah buah Pisang
(Musa spp.), Rambutan (Nephellium lappaceum), Mangga (Mungivera indica),
Durian (Durio zbethinus Murr.), Duku (Lansium domesticum Correa), dan Jeruk
(Citrus sp.). Pemilihan jenis buah-buahan tersebut berdasarkan jenis buahbuahan yang mendominasi pasar buah di Propinsi Lampung.

3.

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang langsung membeli atau
mengurnpulkan buah-buahan dari beberapa petani untuk dijual kembali pada
pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah.

4.

Pedagang grosir adalah pedagang buah-buahan di daerah pusat konsumsi yang
melayani penjualan secara grosir kepada pedagang pengecer, industri
pengolahan buah, dan konsumen akhir.

5.

Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual secara eceran kepada
konsumen akhir.

6.

Industri pengolahan buah adalah industri yang mengolah buah-buahan dan
menjual buah hasil olahannya kepada konsumen akhir.

21
7.

Konsumen akhir adalah orang atau lembaga yang membeli buah-buahan untuk
dikonsumsi sendiri.

8.

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalarn proses pemasaran
meliputi biaya angkutan, pajak, penyusutan, dan lainnya, dengan satuan
bervariasi tergantungjenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.

9.

Harga jual petani adalah harga jual buah-buahan di tingkat petani kepada
pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri
pengolahan buah, dengan satuan bervarihi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg,
Rp/sisir, atau Rphutir.

10. Harga jual pedagang pengumpul adalah harga jual buah-buahan di tingkat

pedagang pengumpul kepada pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri
pengolahan buah, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg,
Rplsisir, atau Rphutir.

11.

Harga jual h a n g grosir adalah harga jual bd-buahan di tingkat grosir
kepada pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan
bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.

12.

Harga jual pengecer adalah harga jual buah-buahan di tingkat pedagang
pengecer kepada industri pengolahan buah dan konsumen akhir, dengan satuan
bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.

13.

Harga jual industri adalah harga jual buah-buahan yang telah Qolah & tingkat
industri kepada konsumen akhir, dengan satuan bervariasi tergantung jenis
buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.

22
14.

Harga beli konsumen akhir adalah harga buah-buahan yang diterima konsurnen
akhir pada waktu transaksi jual beli, dengan satuan bervariasi tergantung jenis
buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian mencakup wilayah Propinsi Lampung yang difokuskan pada
daerah-daerah sentra produksi buah-buahan. Pengambilan data primer clan sekunder
dilakukan selarna dua bulan, Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive sampling). Kabupaten, kecamatan, dan desa yang dipilih adalah daerah-

daerah yang merupakan sentra produksi buah-buahan di Propinsi Lampung,
Tabel 1. Lokasi Penelitian Pemasaran Buah di Propinsi Lampung

No.
1.

2.
3.

Kabupaten
Lampung Selatan

Kecamatan
Padang Cermin

Lampung Timur
Lampung Barat

Natar
Ketibung
Pekalongan
Pesisir Tengah
Batu Brak
Sumber Jaya

4.

Lampung Utara

5.

Way Kanan
Tulang Bawang

6.
7.

,.

8.

Metro
Bandar Lampung

Abung Barat
Muara Sungkai
Pakuan Ratu
Banjar Agung
Tanjung Raya
Metro Pusat
Tanjung Karang Barat
Teluk Betung Barat

Desa
Hanura
Sidodadi
Haduyang
Tanjung A m g
Pekalongan
Pahungan
Sukanegara
Sukabumi
Pekon Balak
Cipta Waras
Gunung Terang
Gunung Besar
Hujan Mas
Karang Rejo
Tegal Mukti
Moris Jaya
Tanjung Sari
Yosomulyo
Beringin Raya
Batu Putu

1

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data tentang kondisi pemasaran buah-buahan
di Propinsi Lampung. Data tersebut meliputi data primer dan data sekunder. Data
Primer adalah data yang diperoleh langsung dari surnbernya. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan metode survey, observasi, pengamatan, atau wawancara
terstruktur terhadap pelaku pemasaran buah-buahan, clan industri yang berbahan baku
buah-buahan.
Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk catatan tertulis.
Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau laporan yang terdapat
pada instansi terkait, antara lain d~ Badan Pusat Statistik, Kanwil Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan
Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Lampung.
3.4 Metode Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan tiga kelompok responden, yaitu petani, pedagang
(lembaga pemasaran), dan industri pengolahan buah-buahan. Penarikan sampel petani
dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa pada agroforestri, petani
tidak secara khusus menanam buah-buahan, tetapi campuran dengan tanarnan lainnya
dan hanya berupa lahan pekarangan atau hutan saja, serta tidak semua pohon buah-

buahan yang dimiliki petani produksinya untuk dijual. Sehingga sampel petani yang
diambil merupakan petani yang memiliki tanaman buah-buahan dan produksinya
sebagian besar dijual. Jurnlah petani yang dijadikan sampel per desa, yaitu 25 orang.

24
Penarikan sampel pedagang dilakukan secara purposive melalui sumber
pembelian buah-buahan, sebanyak 5 orang per kecamatan. Unit sampel tidak dibuat
per desa dengan pertimbangan bahwa tidak semua desa terdapat pedagang buahbuahan, terkadang pedagang berasal dari desa lain atau kecarnatan lain, maka jumlah
sampel ditentukan per kecamatan. Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri
pedagang yang terlibat dalam proses pemasaran buah-buahan dari desa penelitian,
mulai dari tingkat petani sampai tingkat pedagang akhir. Unit sampel yang dipilih
adalah pedagang buah-buahan yang telah cukup dikenal dan lama berkecimpung
dalam usaha jual beli buah-buahan. Penentuan dilakukan secara sengaja untuk
menghmdari unit sampel yang hanya menjual jenis buah yang sama dengan pedagang
lain dan Qlcuasai oleh satu orang atau sekelompok orang yang sama.
3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
yang berupa wawancara dan pengamatan di lapangan terhadap keadaan lokasi,
keadaan petani, saluran pemasaran, struktur pasar dan