Analisis Produksi dan Daya Saing Bawang Merah di Kabupaten Brebes Jawa Tengah
ANALISIS PRODUKSI DAN DAYA SAIPJG BAWANG MERAH
DX KABUPATEZY BREBES JAWA TENGAH
PROGRAM PASCASWANA
INSTITUT PERTANEAN BOGOR
2002
S M PURMIYANTI.
Analisis Produksi dan Oaya Saing Bawang Mernh di
Kabupztten Bxtres Jawa Tengah. Dibawah bimbingan SRI MARTOYO sebagzti
ketua dan X WAYAN RUSASTRA sebagai anggota.
Bawang merah adalah kornoditas hortikultura yang penking. Permiotaan
bawang merah dari tahun ke bhun terus rneningkat tempi permintaan tersebut
k l u m dapat dicukupi oleh produksi dalam negeri, oleh karena itu impor bawang
memh juga cenderung rneningkat.
Penel itian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mernpengaruhi produksi, eftsiensi penggunaan input serta keunggulan b p e t i t i f
dan kamparatif bawang rnerah. Analisis produksi rnenggunakan fungsi praduksi
Cobb Douglas, sedmgtcan untuk rnengehui keunggulan brnpamtif digunakan
matrik anaiisis kebijakan (PAM).
Dengan analisis fungsi p d u k s i dapat ditunjukican bahwa pembahan
telurologi h i f a t neml dan produksi bawang merah brads padst kondisi cornan
return to scale. Dari 11 pubah bebas yang digunakan dalam fungsi pduksi,
peubah bebas luas lahan, bibit, puprik P, pupuk K, tingkat pendidiiran, ststus
garapan dm va~ietasbibit mempunyai pengmh ymg nya& pa& pduksi
bawang me&. Analisis tingkat penggunaan input menunjukan bhwa 'mionilai
produk marjind terhadap harga masingmasing input ti& sama dengrut 1, artinya
p n g g u m input dalam produksi bawotng m e d belurn efisien.
Awlisis d e n p PAM menunjukm W w a nil& miu biaya privat (FCR)
dm rasio biaya sumbedayst domestik (DRCR)lebih k a l l d d 1, ymg brarti
bahwa bwang me& lay& untuk diusahakan dm dapat bersaing dengan produk
bawang me& dari luac mgeri.
Dengan ini saya menyatakan bafiwa tesis yang krjudul :
ANALISIS PRODUKSI DAN DAYA SAING BAWANG M E W
DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH
Adztlah benar merupakan h a i l hrya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua surnkr data dm informasi yang digunakan telah
dinyataJcsur secamjelas dm dstpat diperiksa kebenarannya.
ANALISIS PRQDUKSI DAN DAYA SAJNG BAWANG M E W H
DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH
Tesis
sebagii rsdair sahr sprat untuk memperoieh gdar
Msgistec Sains
pada
Prugram Studi Xfmu Ekonomi Pertanisrn
:
AKALISIS PRODUKSI DAN DAYA SANG
BAWANG MERAW Dl KABUPATEN
BREBES JAWA TENGAH
:
XLMIl EKONOMI PERTANIAN
N w a Makasiswa
Nornor Pokuk
Program Studi
Menyehijui,
1. Komisi Pembimbing
BLIF+Sri, Hartoyo. MS.
Ketua
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertmian
Tanggal IAus : I 8 April 2002
3. Direktur Program
RIWAYAT BZDUP
Penulis d i l a h i a n di Yogyakarta pada ranggal 30 September 1967 xbagai
anak kelirna dari Iima bersaudara pasangan H. Mardjadi Hardjosumarta ckngan
Hj. Warsiyah.
Penuf is menamatkan pendidikan dasar di SDN Galunggung III Kabupaten
Tasikmalaya pada tahun 1981, kemudian pendidikan mtncngah di SMPN II
Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1984 dan SMAN I Tasikmalaya pada tnhun
1987. Pada ~ h u n
yang sama penulis melanjutkan pendidikannya
- * di tiniversitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta pada hiusan Budidaya Tanaman
Fakultas Pertanian dan rnernih gelar satjana pada tatrun 1992.
Pada tahun 1993 penulis bekerja di Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Jakarta dan pada tahun 1999 rnendapat basiswet dari ARMPXX untuk
melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Ekonorni Pertmian Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sebelumnya pada tahun 1995 pnulis
menibh dengan Ir. Asep Saptiadi dan dikaruniai dua orang anak yaitu
Muhammad Ardan Prahita dengan Hast ia Asriningrum.
Fuji dnn s p k u r penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rakhrnat dan
karunia-Nya penufisan tesis dengan judul "Analisis Praduksi dan Daya Saing
Bawang Memh di Kabupaten Brebes fawa Tengah" dztpat disefesaikan..
Dengan terselesaikannya tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Sri I-fartayo, MS dan Dr. tr. I Wiiyan Rusastm,
MS xfaku kamisi pernbimbing
yang telair mernberikan birnbingan dan arahan
dalam pnulisan tesis ini serta penanggundawab kegiatan PAATP yang mana
penulis diizinkan turut dalam kegiatan tersebut guna kepentingan tesis ini,
Ucapan terirnabih juga penulis sarnpaih kepada:
I. KepaIa Badan Penelitian dm Pengembangan Pertanian, Ketua Kumisi
Pembinaan Tenaga Badan Penelitian dan Pengembangan Permian b m t a staf
yang ktah memberikan kcpercayam kepada pnulis untuk rneiaksmakan
tugalas belajar pada Program Pascaszlrjana Institut Pertanian Bagor.
2. Pernirnpin Proyek ARMPIX beserta staf yang tetat.1 memberifran kasiswa
selama studi pada Program Pascasarjana Insritut Pertanian Bogor.
3. Xbu Hj. Indratni Susilo, SH (Afrnarhumah) dm Ir Anny Slamet, M M yang
selalu mernberikan dorangan kepada penufis dalam menempuh studi pada
Program'Pascasarjana institut Pertanian Bogor.
4, Dr. Banar
M. Sinaga s l & u ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertmian
Program Paswarjmit lf3 yang senantima rnemberikan pengarahan dan
durongan setma penulis rnenempuh mdidikan.
5 . Suami dan an&-anak tercinta yang senantiasa membantu dan mendarnpinpi
dengan sabar untuk mcnyelesaikan studi pada Program Pascesarjana Institut
Pertanian Bagor.
6 . Kedua orrtngtua dan mertua beserta Crakak-kakak tercinta yang selaju
mendoakan, mernbantu dan memberi dorungan dalam belajar,
7. Seluruh rekan-rekan angkatan 1999, terutaina ibu Mari serta temen-ternen
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu ynng telah turut
berpartisipasi dalarn proses penufisim tesis ini. Tnk lupn juga kcpada Mas
Dcden Ixnudirt yang tetah mernbanyak membantu penuIis
datam
> "
penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masik jauh dari sernpurna, untuk itu
penulis tidak menutup Icemurigkinan adanya kritik dan saran mernbangun demi
Bogor, Nopember 2002
Sri PurrniyanCi
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xii i
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiv
X . PENDANULUAN
...........................................................................
I
I .1 .
Latar Belaknng ..........................................................................I
2.2.
Perurnusan Masatah ~~....~~.....~.......~............................................
4
3.3.
Tujuan .......................................................................................6
4.4.
Kegunaan ...............................................................................
5.5
.
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 7
I1. TMJAUAN PUSTAICA.......................................................................
2.X . Kinerja Usahatmi Bawmg Merah ............................................
.......
2.2. Mod& Andisis Praduksi dm Day&Saing...................
.
.
.
2.3.
6
P
i
td
a
u .................................................................
8
8
9
11
IIX. ERANGKA PEMIKIIZAN.................................................................I6
3.1.
3.2.
3
.
PeriIaku Petani Bawang rclierah ................................................. 16
Konsep Fungsi Pruduksi dan Efisiensi .......................................
Keunggubn Kompetitif dan bmparatif
.....................
Bawang Merah .......................................
.
.
I7
21
4.t.
Data dan Surnber Data...............................................................28
4.2.
Pemilihan Lokasi dan Petani Contoh ......................................... 29
4.3.
Fungsi Produksi Bawmg Me&
4.4.
4.5.
...............................,
............ 30
hfinisi dm Pengukumn ...........................................................33
Analisis Keunggulan Kumptitif dm K o m p t i f
Bawang Me& .......................................................................... 34
V . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
PETANI BAWANG M E M H ............................................................
5. I .
Earnbaran Umum Bawang Merah .............................................
5.2.
Garnbaran Umum Lohrasi Penelitian ..........................................
5.3.
Karakteristik Petani Contoh .......................................................
5.4.
Karaktcreristik Usahatani Bawang Merall ...............................
..
.,
VX . PRODUKSl DAN EFISXENSI USAHATAN1
BAWANG MERAH ............................................................................
6. I .
Pernilihan Fungsi Produksi Bawang Merafi .............................
6.2.
Analisis Produksi Bawang Merah ....................
6.3.
Analisis Efisiensi Pengunam Input dalarn Usahatani
Bawang Merah ..........................................................................
.........................
VIX . KEWGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF
BAWANG MERAH ............................................................................
7.1.
Analisis FinansiaI dan Ekunami Usahatani Bawang Merah ........
........................
7.3. Tingkat Keuntungan Usafiatani Bawang Merah ......................,.,,
7.2. Struktctur Insentif pada Usakatani Bawang Merah
7.4, Analisis Kepekam terhadap Harga, Wifai Tukar dm
Produktivitas .........................
....,, .............................................
VIIX
.
KESXMPULAN DAN IMPLIUSI KEBIJAKAN................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
14. Analisis Finansiat dan Elrunamis Usahatani Bawang Merah
Variebs Lokai per Helaar di Kabupaten Brebes,
Tahun 2000-200I ............................................. ,
,
...............
72
15. Analisis Finansial dan Ekonomis Usahaiani Bawang Merah
Varietas Non Lokal per Hektstr di Knbupaten Breks,
Tahun 2000-200 1 ....................................................................................
75
16. Anal isis Finansial dan Ekonamis Usahatani Bawang MeraI~
Gabungan per Hektar di Kabupaten Brehs,
T'ahun 2000-200 1 ................... ,
,
...........................................................
77
17. Keuntungan Finansial dan Ekonomis, Nilai PCR serta DRCIi
Usahatmi Bawang Merah per Hektar di Kabupaten Brelxs,
Tahun 2000-200 1 ................... ., .......................... ,,.,............................
78
IS. Nilai FT,IT, dan Kwfisien Prateksi Nominal untuk Input (NPCX),
Output (NPCQ) serta Proteksi Efektif (EPC) Usahatani
Bawang Merah di Kabupaten B ~ b e sTahun
,
2000-200 1 .......................
..
81
....
84
f 9. Nilai NT, PC dan S W Usahatmi Bawmg Merah
di Kabupaten Brebes, Tahun 2000-200 I .......,..,.........,,,,......,,,,,.
,,,.
20. Perubahan Marga Paritas, Nilzti T u h dan Praduktivitas
untuk Mencapai Keuntungan Normal Swam Ekonomis
(DRCR-1) pada Usafiatani Bawang Me& di Kabupaten Breks,
Tahun 2000-2001....................~...............................................................
85
DAFTAR GAMBAR
Narnar
1 . Grafik Fungi Produksi
Halaman
...........................................................................
20
2. Dampak Subsidi Positif terhadap Produsen dan Kansurnen Barang
Xmpor .....................................................................................................
23
3 . Pajak dan Subsidi pada Input Tradabfe dan Pengaruhya
terhadapoutput ...........................~..........................................................
24
4. Dampak Subsidi dan Pajak Input Non Tradable ...................................
26
xiii
12. Matrik Analisis Kebijakart Usahatttni Bawang Merah
per Hekt;ir di Kabupaten Brebes uMuk Varietas Nun Lokaf.
Tahun 2000-200 1....................................................................................
1 12
13. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Bawang Merah
per Hektar di Krtbupaten Breks Gabungan.
Tahun 2000-2001 ....................................................................................
1 13
I4. ?eta Propinsi Jawa Tengah (Lokasi Kabupaten Brebs)
..........................t I 4
i 5 . Kuesioner Usahntani Bawang Merah di Kabupaten B r e b .....................
1 15
I. PENDAMULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejak Repelita Vl pemerintah tetah memkrikan perhatian kfiusus pada
pengembangan hortikultura wbagai sumbr perturnbuhan b m . Tujuannyrt adalah
untuk: (1) memenuhi pemintaan domestik, (2) mengurangi ketergmtungan impar
dan meningkatkan volume ekspor, dm (3) mernprluas kegiatan usaha pertmian
dan rneningkatkan pendapatan petani. Pernerintah telah mengerahkm daya dm
upaya untuk rnencapai tujuan tersebut dm dalam mengantisip@i era perdagmgan
bcbas. Kumaditas ttortikultum yang dikenhngkan adalah sayuran, buah-buhan,
tanaman
hias dm tanaman abat yang rnempunyai nilai ekonomi tinggi, wluang
pasar k,
w s i produksi tinggi, dan pelumg pengembanp kknofugi ymg
mlzttif terbuk8,
Pmgmn
utama pembangunan prtanian tahun
2000-2W
ah
peningkatan ketahanan pangan dm pmgemhngan agribisnis. Seiring d e n p
prugm ternbut, Komara dm Sudradjat (2000), menyakdm bahwa peningkatan
produksi pemnian mutlak diprlukan untuk menghasilkan trahm pangan dm
bban h k u industri. Pertingkatan produksi rnernerlukan perbaikan kinerja, proses
produksi, dan keluarannya agar produktivitas dapat ditinghtkan. impor praduk
tanaman pangan dm haftikultura seharusnya daprtt dikkm sebalitcnya ekspor
hams ditinghtkan. Hal ini behitan dmgan perolehan clan pmghmm devisa
Bawang rnerah adalah d h satu komoditas hortikulhtm yang penting bagi
m a s w a t , &ik dari segi nilai ekonomi yang tinggi maupun dari segi kandungan
gizinya, Bawang merafi mernpunyai petang pass yang bear, popotensi produksi
yang tinggi, setta peluang pengembangan teknologi yang masih relatif ksar. Atas
dasar itulah maka kornod itas bawang mernh termasuk sebagai komodittts
unggulan hortikultura yang prlu mendapt prioritas dalam pnangztnnnya.
Seprti komaditas hortiku ltuw lainnya, harp bbawang ~nerah sangat
berfluktuasi. Bawang merah tidrtk tafian lama daiam penyimpanan, sehingga p d a
saat panen raya harga akan jatuh. Sehliknya pada saat rnusim hujzln dirnana
banyak petani yang $id& menanam bawang ~nerahakan mengakibatkan harga
naik. Kenaikan harga
iini
juga dapat disebabkan 01th permintam yang meningkat
seperti pada saat menjelang bbaran, Natal dan hari besar fainnya.
Bawang metali' selalu ada daIm menu pangan masyamkat. Nampir setiap
rumah tangga mengkunsumsi bawang merah sebagai bumbu u t m a atau wbagai
bahan obat tdisional. Menurut Sawit et 01. (1997) tingkat partisipasi konsurnen
dalam rnmgkonsumsi bawang me& pada tahun 1996 mencapai 88.5 persen,
Pada tahun t999 konsumsi rah-rata per minggu penduduk yang tinggaf di kuta
adalah 0.3 15 ons per kitpita, secfangkm penduduk di pedesaan sebesar 0.268 uns
per kapita. Dengan demiicim tnmhingbtnya jumlah dm penciapatan penduduk
akan mendorong peningkatan kansurnsi dan permincaan bawang merzlh, Hal ini
perlu d iikuti dengan peningkatstn ketersedim, baik mebt ui praduksi damestik
rnaupun impar.
Sebrang ini penggunaan bawang merah bukan saja untuk memenuhi
kebutuhan rumahtangga tetapi jugst industri pengalahan makanan dm industri
bawang gamg. Jumfatr perrriintam p a w krfradap bawang goreng mencapai 10
tan per bulm dm baru dapat dipenuhi sebesar 2 ton per bulm (Sinar Tani, 2000).
Sawang m&'
sehin untuk memenuhi permintan dalarn negeri juga dielapor.
Sejak tahun 1992 volume ekspor bawang me& cederung menurun dari 10 375
tan pada tahun 1991 menjadi 2 725 tun pda tahun 1996. Sementam itu volume
impor bawang me& =gar cenderung men ingkat yaitu dari t 3 638 ton @a tzzhuxl
1991 menjadi 40 505 tan pada tahun 1996. Hal ini
menunjukkan b&wa
perminmn bawang merah dalzlm negeri mengalami peningkatan, sehingga perlu
usaha untuk meningkatkan produksi dornestik.
Propinsi jawa Tengah mer!tpakan pengttasit bawang rnerah terkszt: di
Indonesia dengan produksi sebesar 245 517 ton pada tahun 2000 (Sihombing,
2000). Dacrah sentra produksi bawang merah di dawa Tengah adalah Kabupaten
Brebes, Tegai, Pemalang dan Kendal. Sekitar 30 persen dari kebutuhan total
k w m g rnerah Indonesia dipasok aleh bbupaten Brebes.
Perkembangan iuas areal panen bawang me&
wlma 7
sun terakhir
di Kabupam Bmbs
(1993-1 999) mcferung meningirat. Pada tatrun 1993
luasnya setwar 12 209 h e h , sedan&
pada tahun 1999 rnencapai 26 493
hektar.
Sejalan dertgan peningkatan has mi,=lama kumn waktu 1933 - 1999
produksi bawang memh di Kabupaten Breks mengalami peningkatan dengm
Inju 13-50 persen per hhun. Produksi bawang memh M u n f 993 sebesar 1 12 005
tan, sedangkan tahun 1999 s e w 244 466 ton.
Pada &un
ternbut menurun menjadi 249 057 ton. Penurunan
2000 produksi
groduksi ini dimbabkan
adanya serangm h m a Liriomp. Hamrt tersebut ofeh petani grebes dikenal
sebagai h a m gemdong yang menyerang ~ I u r u horgan tanman bwwang me&.
Prarfuiaivitas bawang maah di W u p m B r e b dari d u n 1993 mpai
sebesar 1.41 persen per tahun. Pada tahun 1993 produktivitas bawang merah di
B~ebessebesar 9,17 ton per hekcar, Eahun f999 meningkat menjadi 9-23 ton per
hektar.
Riyanto (2000) rnenyebutkan bahwa praduktivicas bawang merah di
Brebes sekarang ini masih rendah yaitu 10.36 ton per hektar padahal potensinya
mencapai 20 tun per hektar. Kendata yang sering dihadapi dalam usahacani
bawang rnerah adalah rnusirn yanz tidak menentu serta adanya serangan hama
penyakit tanaman. Oleh karena itu Riyanto menyarankan masih diperlukan
pengkajim terhadap kandisi penanaman bawmg merah yang meliputi pola tanam,
penggunaan variebs bawang merafr, pnggunaan faktat-faktar produksi sem
penartganan hasif bawang rnerah guna rnmdapatbn hasil yang optimal,
Sedangkan Adreng dan Walujo (1988) berpendapat bahwa skala usaha btwang
maah yang digambadan oleh luw -pan,
bila perfuasannya disertai dmgan
perbaikm teicnik produksi masih merupakan altematif yang Iayak d i l a k u h untuk
rnendorong peningkam produksi dan peridaptan petani. Dengan demikim perlu
diketahui faktor-faktor yang dapat meningkatkm pdukscsi bawang merafr di
Bmks.
f ,2.
Perurnusan Masalah
Setragai komaditas hwrtikultura yang pnting, bawang merah seiatu ada
dalam setiap menu rnasymkat Indonesia. Nmpir setiap rumah hngga
mengkonsumsi bawang rnerah sebagai bumbu u m a atau sebagai b&an abat
tradisional. Pruduhi bawang me&
di Kabupaten Brebes tnenunjukkm adanya
pningkatan dari tahun ke tahun, J i b pduksi pada Qhun I993 sebesar f 12 005
tan, maka pada bhun 1989 mencapai 244 466 ton. ProduJrsi suatu komaditas
rnerupakan dasar ymg rnendukung unruk menunjang keberhasiIan pembangunan
agribisnis komuditas tersebur,
Data Susenas menunjukan bahwa pada tatrun 1993 konsumsi bawang
merah rnencapai 1.35 kg per kapita per tahun, Pada tzthun 1986 konsumsi bawang
me&
tidak mengafami pmbahan atau temp sehsar 1-96 kg per kapita p r tahun.
Sejalan dengm pertambakan dm pendapatan penduduk sem perkembangan
industri m a h a n ysng berbahan baku bawang metah, konsumsi bawang merah
terus mengalmi peningbtan. Hal ini rnengakibatkan perm intaan tertxadap
bawang rnmh tents rneningkat, terlebih pada saat menjelang hari mya h b x a n
dm Natal atau hari besar lainnya, Pada keadaan seperti ini harga alran mengalami
peningkatan yang cukup ksar.
Permintam di &lam negeri terhadap bawmg merA mmakin W, namun
i m p tlawang mmh juga tern meningkat Pertanyzamya o a d a mengap
praduksi dmestik ti&
dapat mengimhgi k e n a i h permintaan. Kebijakm
impor tersebut sernuia hanya ditujukan untuk memenuhi kebututran bibit, namutl
akhirnya berubah untuk memenuhi ketrutuhm kansumsi. Volume: impor dari
tahun ke 'imthun terus krtambh. dika pdzt tafrun 1992 impor bawang rnerafi hanya
s e h w 16 593 ton m&a pada tahun 2000 telah meningkat rnenjadi 56 71 I ton.
Sernmtara itu volume ekspor bawang memh cenderung mengalami pewrunan,
Pada tahun 1992 volume ekspor bawang merah mencapai 7 843 ton dm pada
tahun 2000 menurun rnenjadi 6 753 tan. Kenyataan ini menunjuMcafi bahwa
pluang pasar d a l m negeri utltuk kwang maah cukup t>t.;sar. Impor bwarrg
mersrCI yang wmakin rnmingh untuk mengimbangi kebutuhan &lam negd
d i k h a w a t h akran rnenyebabkan harga bawang merah dalam negeri rnenjdi
turun, kbih-l&ih jib impor dilakukm pada s a t panen raya, Pertanyan yang
rnuncut adalah sampai sejaufi mana daya saing bawang merah domestik datam
rnenghadapi irnpar bawang rnerah dari luar negeri.
Dengan adanya prmztsalahan bawang merah sebagaimana diuraikan
diatas, pertu dilakukan pmelitian mengenai faktor-faktor yang mempngaruhi
praduksi, efisiensi serta keungguIan kompetiti f dan kornpamti f bawang merah.
Penefitian tersebut wrlu dilakukan karena ketergantungan pada impor sangat
behitan dengan perofehan dm penghematan devisa, apalagi dafam keadan
krisis seperti sekarang.
1.3.
Tujuan
Penelitian ini s e c m urnurn bertujuan untuk menganalisis produksi,
keunggufan komptitif dm komparatif bawang merah d i Kabupaten Brebes.
Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
I . Menganaf isis faktor-faktor yang mempenganrhi produksi bawang merah.
2. Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input daiam prod uksi bawang
rnerah.
3. MenganaI isis kcunggulrtn kornpetifif dan kamparacif bawang merah .
1.4,
Keggunstan
I . Sebagai bahm pertimbangan ddam penetapan kebijakan pengembangan
produksi clan perhgangan karnoditas bawang merah dilihat dari segi efisietlsi
pemanfaatan surnberdaya di ddam negeri.
2. Sebagai bahan peprtimbangan bagi petani datam memutuskan pilihan suatu
kornoditas yang &an diusahakan, dibandingkan dengan kornodim altematif
fainnya.
I5.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini Kabupaten Brebes dipiI ih sebagai lokasi penelitian
mengingat Brebes adalah sentra prodtrksi bawang rnerzth terbeser di Indonesia.
Data yang digunakan adnlah data cross section yang merupakan hasil wawancara
dengan para responden yaitu petani bawang memh di Kabupaten B ~ k yang
s
krpilih sebagai petani cantah. 3umlah responden xluruhnya sebanyak 120 petani
contoft. Wgai media, dalam w a w a n m digunakan daftar pertmyam atau
kuesianer.
11. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan input dalam usahatmi bawang merah dan trargct output
berkaitan dengan aspek produksi dan daya saing bawang merah. Analisis yang
dilakukan dibedakan menjadi analisis produksi dan analisis keungguinn kompetitif
dan komparatif. Analisis produksi mencakup analisis tfisiensi penggunaan input,
sedangkan dalinrn anaf isis keunggulan karnpetitif dan komparatif rnencakup
analisis finansial dan ekonamis, Tinjaum berikut akan rnengungkap kinerja
usahatmi, analisis produksi
dan daya saing kornoditas bawang merah.
Pemahaman dua aspek prtztrna a h memegang peranan' pent ing datam perbaikan
daya s i n g komoditas tersebut. Perbaikan daya saing akan mendorung perbaikan
kinerja pruduksi. Pada hakekatnya keciga aspek ini krsifat itlklusif dan
komplementer.
2.1.
Kinerjol Usahatani Bawang Merah
Di Indonesia komoditas bawang rnerah telah fama diusaksikan oteh ptani
sebagai usahatani komersil karena sebagian tfesar ahu seluruh hasil produksinya
ditujukan untuk memenuhi permin-
pasar. Ushmtani bawang merah termasuk
salah satu jenis usaha yang membutuhkan biaya input tinggi jika dibandingkan
dengan usahatani sayuran lainnya. Tingginya biaya praduksi tersebut banyak
dipngmhi oleh beberapa f&or antara lain: ( I ) besar kecilnya usahatani, (2)
efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja clan saran& praduksi, (3) produktivitas
tanman, dm (4) cara pernasaran.
Meskipun putensi pasar bawang rnerah crakup besar namun pengelolaan
usahatztni bawang merab mam kamesit M u m xpnuhnya d i l a k u h of&
pefani. Keadaan dernikian rerutama disebabkan okh skafsl pengusafraannya ymg
relatif kecil karena sempitnya p e n g u m {ahan aleh petani (Sunarjona et ai.
I 995). Selain itu banyak faktor yang menyebabkan produksi bawang merah rid&
dapat memenuhi kebutuhan dornestik brenzl relatif lemahnya adopsi teknoIogi,
cam budidaya, dan praduktivitas yang belum uptimat. Kendafa musim juga dztpat
terjadi mengingat komditas bawang m r a h masih rnerupakan tanaman y m g
beresiko tinggi bila ditanam padzt musim penghujan. Sementara itu,
perkembangan konsumsi bawang memh terns rneningkat sejalan dengztn
prtambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri makanan yang
menggunakan bawang rnerah setragai trahan baku.
2.2.
Mdef Analisis Produksi dan Daya Saing
Penelitistn y m g m e n g g u n b beberap mode1 fungsi produksi klah
d i l a k u h oleh Barhiman (1982) twhtsdw komoditas padi di empat d m .
Pmeiitian tersebut mernbandingb
prasfuksi Log Log Inverse, (2) fun@
~~ Cngsi produksi yaitu: (2)
fungsi
produksi Transedental, (3) fungsi pmduksi
Cobb Douglas dm (4) fungsi p d u k s i Linier. Kmmpat fungsi produksi tersebut
rnerupakan hubungan fungsionaf yang diperkirakan xsuai dengan keadam
produksi usahatmi sawah.
Berdaabn biteria tranyaknya peubah &bas yang brpngantfi nyatn
terhadap pubah tak bebas, terdapat: perbedaan mod& p n g cocak untuk masing-
motsing desa. Pada analisa prodtihi per usahatmi, model ymg cocok untuk
masing-masing d m ttdalah : (1) Mariuk --log
Invem (LLI), (2) Bdida Linier
(LJN),(3) Jatisari {LLI), (4) h h r l Cabb Douglas dm ( 5 )
Agregat
analiset u d a m i per hektar mode1 yang cocok untuk
masing-masing desa
(LLI), Pada
adalah: (1) Mariuk {LIN), (2) Balida (LIN), (3) latisari (LLI), (4) Sentuf (LLI) dan
( 5 ) Agregat ILL!), Perbedaan model tersebut disbabkan pengmh dari perbedaan
pubah M a s yang digunakan pada masing-masing desa.
Penelitian tentang produksi pernah dilakukan oleh Kasijadi (1 98 1)
terhadap kornditas bawang putih di Jawa Tirnur. Model yang digunaknn uncuk
mtnganatisis produhi tersebut adalah fungsi p d u k s i Cabb Douglas. Dengan
madel tersebut dipefajari faktor-faktur yang krpengarufr terhadap, pningkatan
p d u k s i bawang putih melalui fungsi respon produksi, fungsi respun araf dm
fungsi prmintaan input, Dari penetitian tersebut disimpulkan bahwa pruduksi
bawang putih per usatratani dapat ditingkabn dcngan rnemperluas usahatani dm
mmingkatkan penggunaan jumlah pupuk KzO, pupuk N, bibit, pupuk
PGs serta
menggunakan bibit variem Lumbu Hijau.
Metode PAM adalah metode yang diperkenalkan aleh Eric A. Monke dm
Scott R. Pearsun yang rnerupaican penyemgurnaan dari metode sebelurnnya. Pada
metode sebelurnnya efisiensi ekanomi dan insentif kebijakan pemerintah dihitung
seem terpisah. Efisiensi ekonomi d ifritung dengan Biaya Surnkrdaya Darnwtik
(BSD) atau Domestic Resource Cost (DRC). Insentif kebijakan pernerintah dapat
d ihitung dengan rash Tingkat Proteksi Nominal &tau Nominal Proteeth Rate
(NPR), Tingkat Protelrsi Efektif atau Efieiive Protecbio~k t e (EP R) dm Tarif
Mutlak atau Implicit Tar@(IT).
Konmp keungguian komparatif merupakan ukurztn daya saing puknsial
.
.
dalam kondisi perekanomian tidak mengatmi distorsi atau dalm keadaan p;xsar
brsaing sempuma (Simatupang, 199 1; Sudaryanto dan S imampang, 1993).
Penefitian keungguian kornpratif bawang merah ddi Indonesia masih sangat
Imgka. Ad iyoga dan Smiarso ( 1997) melakukan pnef it ian tentang kmngguIan
komparatif dm insentif ekonomi usahttxatani bawang merah. Dalam malisisnya
keungguIan kompmtif diindikasi becdasarkan besaran Rasio B iaya Sumberdayiya.
Selanjutnya tingbt insentif ekonomi diukur dengan Tingkat Pmteksi Nominal
dan Tingkrtt Proteksi Efektif.
Penggunaan
Policy Analysis
Macric
(PAM)
unt uk
menganalisis
kemggulan kompamtif bawang merah belum ada di Indonesia. Tinjaunn ini akan
menampilkan anal isis keunggulan komparatif komoditas kumjxtitor utama
bawang me& seperti kedelai, jagung dm ubikayu. H s i l anafisis ini dih-kan
skan Bemanfaat di dalam mengrtntisipasi pengembangan
bckampetisi m m m f ~sumbrdaya t&an
bawang me&
yang
yang sama dalam upaya
memenuhi kcbutuhsn bawang me& di daiam negeri.
Oktaviani (1991) d d m p n e l i h n y a rnenggunh Policy Analysir
Matric (PAM) karena maberikan k m u d d m dalam rnenganaiisis efisierrsi
finansial, efisiexlsi ekmomi dm dam@
kebijakan pemerintah, Penelitian
dilakukan tehadap karnociim pangan di Indonesia, yang temyata efisien seem
finansial maupun ekonami sehingga lay& diproduksi di dalam negeri. Kebijakan
pemerintah krhadap kamoditas padi (1 9&4dan 1988), jagung (1 984 dm 1989)
dan ubikayu (1884) fidak memberih insentif bagi produsen untuk berproduksi.
Sebaiiknya pada ubikayu (1989) dm kdefai (1984 dstn 1989) rnemkikan
inmtif kepada produsen unmk krproduksi.
2.3.
Penelitian Twdahulu
Penetitiotn terdahulu tentang upaya pingkatan p d u k s i & w a g merah
behm h y a k dilakukan. S m m teknis Limbofigan dan Mande (1999) meidcukan
penelitian tentang penggunaan gupuk organik dan anorganik terhadap
perturnbuhzln dan prcaduksi bawang merah kultivar Palu. Penggunaan dosis pupuk
organik MPK plus dengan dasis 1 200 kgha rnemberikan hasit tefbaik umbi
kcring seksar 5.25 tonha. Pernupuksln anorganik
N, P, dan K dengan dosis 90 :
80 : 70 kgha menghasilkan umbi kcring scbesar 5.3 1 tonha.
Penelitian
tentang
anafisis
pendapatan
dan
faktar- faktur
m~mpengaruhiproduksi pada usahatani bawang mtmh di BE&
yang
dilakukan oleh
Riyantu (2000) dengan menggurrakan analisis pendapatan (W) d m fungsi
prduksi Cobb Douglas. Input tidak tetap yang digunakan dafm analisis fungsi
produksi adafah mags icerja, bibit, pestisida, TSP, urea, ZA, KC1 dm luas lahan,
Dari analisis pendapatan diketahui bahwa struktur biaya dengm p a m t a s e
terbesar diserap old biaya bibit: se-r
63 -55 pemn dari total biaya, diikuti uleh
Maya tenaga kerja, pesEisida danpupuk stxam kwlunrfran srta pajak tanah.
Hasil uji mtistik menunjukan M w a model fungsi p d u k s i Cubb Dougias
yang digunakan daIam penelitian tersebut sangat nyata pada tingkat kepercayaan
99 persen. Peubah k b a s yang d igunakan dapat rnmerangkan kcragaman pruduksi
dengan nifai R2 ~ebeSar94 persen, Sernua input tidak tetap pngaruhnya nyata
pada tingkstt kepercayaan 99 persen, kwuali urea pada tingkat keprcayiyaan 95
persen. S e m i ekunamis pnggunaan input tidak efisien yang ditunjukan oleh
nilai NPWBKM ti&
sama dengan saw. Kondisi skala usaha untuk
usahatmi
bawmg m m b tpefada pada kundisi decreasing return to scale. Kesimputannya
usahatmi bawang merah di Kecamatan Keboledan belum efisietl dalarn
penggunm input, meskipun input yang digunakan dalam model krpengmh
nyatat terhadap prudufrsi. Implikasi dari penelitian ini adatah usahatani bawang
rnerah di Kecamatan KeboMan K&upten Breks &!urn dapat mngoptirnalkan
produktivitasnya mengingat pensunaim input belum efisien whingga masih perlu
ditakukan penelitian lebih lanjut tentang fitktor-faktor yang mmpengaruhi
praduksi bawang me&.
Dalam b
jian Suryana (1980) tentang keuntungan kumparatif usahatani
jagung dan ubikayu di daerah produksi utama t m p u n g dan Jawa Tirnur dengztn
menggunakan alat analisa Biaya Imbangan Sumkrdaya Domestik
(BSD)
disebudran bahwa usahatani ubikayu dm jagung secara ekonomis taystk untuk
dikembangkan di kedua daemt.1 tersebut. Kdua daerah tersebut memifiki
sumkrdaya yang dapat digunaitan untuk pengembangan kedua komoditas
tersebut. btensi l a b di Lampung relatif kbih t e d i a d i b a n d h g h Jaw&
Timur. Sebalilurya Jaws Timur tx:rpt:nduduk kbih padat sehingga ten-
Iebih tmedist. b b i h lanjut disebutkan bahwa usahatmi ubiirayu
lebih mengunrungkan dibmdingh usafimi jagung. Hal ini ti&
kerja
ekmomis
b e h bahwa
jagung tidak perfu dikembanglran di Indonesia, namun fakeor lain %perti
ketmlibatan petmi di rlalamnya, permintam dornestik dan sifat agronornis perlu
dipertimbmulgkan. S e c m ekonomis bagi Indonesia akan lebih rnenguntungkm
meningkathn p d u k s i ubihyu
dar. jagung &lam rangka subtitusi impor atau
prornosi ekspor.
irnplikasi kajian ini adalah jib selama ini komaditas jagung kbiit
rnmdapat perhatian dibandingkan ubikayu maka untuk sefanjutnya ubikayu juga
perlu mendapt prkatian yang m a dengm jagung Secara ekonomis usahatani
jagung dm ubikayu m a m a mengunhingkan, bafrkan ubikayu lebih
menguntunghn
daripada jagung* h n g a n dmikian - Indonesia mmpu
meningkatkan p d u k s i k d u a kurnodita tersebut, mengingal sumberdaya
damestik yang d iperlukan cukup temd ia. Uncuk mas# rnendatang bi !a
pengembangan kedua
komoditas tersebut dilakukan
makzt
dihampkan
prighematan dan peratehan devisa dari kedua kumoditas tersebut dapat menjadi
andafan.
Penelitian yang d ilakuh n Rusastra ( 1 996) tentang keunggufnn kumparatif,
struktur proteksi dan perdagangan internasianal kdelai Indonesia menyebutkan
bahwa keragaman putensi sumberdaya alam dan rnanusia yang dimifiki fndonesia
&an
menentukan keunggulan kumparatif kedelai. Dernikistn juga perbedaan
* .'
tingkat adopsi teknologi, efisiensi pmgusahaan kdetai, biaya transpartasi dan
penmiam. Studi tentang keungguiam kompetitif j u g dilakukan mengingat
danya pnlbahan lingkungan strategi di tingkat global. Data yang digunakan
adahh data agegatif regional dengan memptimbangh pol# prdagmgan
substihrsi impor, prdagangan antar daerafi dm pmmosi ekspar.
Secara finansial usairatani kedelai di luar .law& cukup menguntungkm
dihdingkan dengan di Jawa dengn tingkat profitabilitas seksar 105-$21
persen, sdangkan di Jawa hanya 32-40 persen teFhadap total biaya. Srxam
finansial struktur biaya kdelai didominzlsi oleh biaya lzthan hampir SO'persen,
baik di Jawa maupun fuar Jawa, Berikutnya adalah biaya bibit dan tenaga kerja,
sedmgkm biaya input tradable addah m a . Seam ekanomis usahatani kedelai di
Iuar dawa lebifi efisien dibandingkan di Jawa. Kwfisien DRCR brkisar antara
3.5302-1.7070 untu Jawa, Keadaan ini disekbkan mtam biaya ekonomis di l u x
Jawa iebih rendah daripada di Jawa.
--
.
Dinarnika proteksi yang dilakukan pemerintrth terfiadap icedelai diturrjukan
oleh adanya pningkatan proteksi nominal (NPR) sebesar 4.8 persen per tahun
selma periode 1985- f 994. B ~ r n y s tinsentif terhadap ketdelai yang ditunjukan
oleh nilai EPR d i r m tidak proporsinal. Jawa rnenikmati Iebih k s a r dibanding
luar Jaw%padzthal tidak rnemeliki keunggufan karnpmtif.
Kesirnpulan dan implifcasi kebijakan dari penelitian ini adafah klah terjadi
pengontralan yang ketat terhadap pasar kedelal demestik sehingga usahatmi
kdelai semm finansial memberikan keunrungan, meskipun tidak menguntun*
secara ekunomis khususnya di Jawa. Di Jawa umhatani kdelai tidak memiliki
keunggulan kornparsttif ymg ditunjukan oleh nilai DRCR lebih besar dari satu.
Untuk mmcstpai titik i m p s hrga output h m s Iebih tinggi dari hwga paritamyet
di pasar intemasional, atau produktivitttsnya p l u ditingkatkan. Kondisi ini a m
w a b ~d h t tidak realistis, oleh s&ab itu upya pngemhgan W b i dapat
dilakukan melaiui pencipban v a r h u n w i yang ahan tdetdap hama Qan
penyakit, pruduktivbnya tinggi dan cc-acok dengan agroklimat setempat.
Pernasalahan utamrt bawnng merah adalah suplai pasar yang tidak
befkelanjutan, sehingga mmengakibatkan fluktuasi harga yang cukup tinggi. Pada
m u s h pnnen raya harp akan turun drastis sdangkan pada saat suplai berkurang,
hari besar xperti Lebmn dan Natal Rarga akan naik sampai 5 kali lipat. Kondisi
demikian rnemberi pluang masuknya bawang merah impor lebih besar, whingga
menirnbulkan rnasalah pengurasan devisa negm. Terdapat indikasi bawang
me&
tidak mampu bersaing dengan bawang memh impor, sehingga &an
mengganggu Irebeclanjutan praduksi dan usahatani bawang me&.
Seperti kornoditas hortikultura pada urnurnnya, bawmg memh perlu
mendapat perhatian ymg cukup dalm pengusahunnya. Terlebifr iagi bawang
m d merupairm komoditas hortikuI~ra unggulan yang difimpkan mampu
rnenjadi komuditas andalan ekspor dan pmlehm devisa negara. Bagi Kabupaten
Breks, kumuditas bawang merah telah menjadi identitas dm surnbr
pertumbuhan ekunorni daerah. Untuk itu perlu diketahui perilaku petani bawang
merah, faktor-faktor apa saja yang rnernpengaruhi produksi bawang mernh,
bagaimana tingbt efisiensi usahataninya, serta bagaimma keunggulan kompetitif
dm kurnperatifnya.
3.1
.
Perilaku Petmi Bawang Merah
Bawang merafr adalah komaditm ymg sangat rentan terhacfap hama dan
penyakit sehingga pngetolaannya harus intensif. Konsekuensinya usahatmi
bawang mer& memeriukan modal dan k n q a kerja yang tinggi- Umumnya petmi
rnenmm bawang merah pada saat m u s h kemarau mengingat resiko gaga1 panen
pada musim p g h u j a n sangat tinggi. Pula tanam yang demikim merupakan %kith
satu sebab kum-angnya suplsi pada saat m u s h pengfrujan sehingga harga
meningkat. SebaIiknya saat awal musim kemarau pemi cenderung menanam
bawang rnerah secara bersarnaan sehingga terjitdi panen raya dan haarga
mengalami penurunan.
Usahatani bawang merah rnerupakan usahatani kurnersial, artinya sangat
intensif dalam pcnggunaan hput dan memkrikan keuntungan yang kbih
betsar.
Dengan demikim udatani bawang mer& dapat menjadi sumber pendapatan
yang nyata
Mi
petani. Urnurnnya petmi M u m xpenuhnya mmgelola
usahataninya seem kumersial. Hal ini d i & b h
skala usaha mlatif lrecil karena
tafian yang dimiiikmya regatif xmpit sehingga penggunaan m
a produksi tidak
efisien. Irnplikasi tersbut mengakibatb produkivitas dan iruditas bawrtng
merah mas& mndah sehhgga dikhawatirkan
daya saingnya Eerlrsiah aleh
bawang merah impor.
3.2.
Konsep Fungsi Produksi dm Efisiensi
Swam umum produicsi dalam usahatmi ditentukan oleh f&tur-faktor
produksi seperti mah, tenaga kerja, modal dm mmajemen. Hubungan teknis
mtm input (faktor p d u k s i ) dengm output (hail) dapat dinyatakan d a l m
bentuk fungsi produksi. bbrtiin (1986), mendefinisih bahwa fungsi produksi
menerangh hubungan &his yrulg mentransfomasikan input &u
surnbrdaya
menjadi output atau komoditas.
Untuk meng&ahui s a m &pat kadmistik dari suatu fuxlgsi produbi
sangat sulit d i l a k u h . Kits clapat rnengabshksikan fenomem dari proses
produksi ke dalslrn bentuk yang dissderhmakan. Bentuk saderfiana ini m e r u p h
suatu
model ymg diharapkan dapat menmgkttn mekanisme proses produbi
sesunggutxnya. Langhfr penyederhanaan dapat difakukan dengan rnenggunakan
kunsep ekunometrika dan statistika sebitgai alat pcndekatannya. S a r a rnwmatis
model umum fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y= f ( Xi, X2,......... X n )
..........+...............+......----+..-m~~~*~~~~~(
3-11
dimana :
Y adalah jumlah output (produksi)
Xi adatah jumlah input ke i yang digunakan
i adaiah I , 2, ........,n
Model umum fungsi produhi %perti pada prsamaati (3.1) b l u m dapat
menerangkm hubwglin input dan output secara kuantitatif. 01eh sebab itu fungsi
produksi hams dinyatakan dafam bentuk fungsi ymg spesifik, yaitu =perti fungsi
Iink, k w h & phominal, akar pangkat dua rttau Cabb DougIas.
Pemilihan fungsi produksi sangat tergantung parfa kondisi yang a&.
Menurut Soekartawi e6 nL. (19861, prsyaratan yang diperlukm untuk
mendapatkm fungsi produksi yang baik adatah adanya hubungan ymg logik dm
benar antara peubah yang dijelakm dengan peubah yang rnenjelaskan. Parameter
statistik dari parameter yang diduga mempunyai derajztt. kctelitinn yang tinggi
sehingga madel yang digunakan dapat dikatakan baik.
Konsep hngsi produksi berguna untuk rnengetahui kemgrtan proses
produksi. Dengan diketahuinya k e r a g m tersebut maka proses produksi dapat
diidentifikasi apakak tefah berjafan seas efisbn atau tiddc. h n g a n demikim
diharapkan petani &an hrtindak rasional cfaiam rnengambil keputusan untuk
Efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara nilai output terhdndap
input. Fungsi produicsi dikatakan lebih efisien dari fungsi produksi lainrtya biia
funpi produksi ternbut menghasilkan output yang Iebih ksar nilainya untuk
tingkat korbanarr yang sama. Dengan kata lain suatu fungsi produksi lebih efisien
dari yang lainnya bila untuk nilai output yang m a , fungsi produksi tersebut
rnemerlukan karbanan yang lebih kecif.
Dalzm mempelajari masalah efisiensi ada dua konwp f u n g i produksi
yang perlu dipejelas perbedaannya, yaitu fungsi p d u k s i frontier dan fufungsi
produhi rata-mta. Fungsi produksi frontier rnenunjukm p d u k maksimum yang
dapat dipewleh dari kumbinasi faktor p d u k s i tertenhr pada tingkat teiuroiogi
terkntu. Fungsi produksi ratet-mta menunjukan bahwa d a t a n i yang brproduksi
pad&ting-lcat produhi tertentu hiurn tentu yang efisien,
Bila
diasumsh
bhwa
produsen
bertujuan
memaksirnurnkan
keuntungan, mempunyai pengetahurn & h i s dm menghadapi hwga ymg m a
baik input maupun output, maka produsen aican bempya untuk mtmgalokaikan
input seeam optimal. Etisiensi daIarn pengunam input pada usahatani hawang
merah akan menentukan besamya keceuntungan yang dapat dicapai oleh petani.
Menurut Doll dm Omm.(X984), efisiensi ekonami akm tercslpai bila dipnuhi
dua syarat yaitu: (1) syarstt yang menunjukm hubungan fisik aritara input dan
output, bahwa proses produksi hams trerada pads hhap iX dimana terjadi efisiensi
seeam &his,
yaitu parla saat produk fisik marjinal (MPP) menurun dm (2) syarat
kmdcupan yang bhubungan dengan tujuan bahwa seorang produsen
diasumsih unruir m m a k s i m u m h keuntungannya. Keuntungan maksimum
&an tercapai bila nilai
produk motrjinal (VMP) sama dengan harga input, ini
G a m h 1 rnenjefaskan, bafrwa pada tingkat p d u k s i optimal (Y)besamya
nilai p d u k marjinal WMP) sama dengm h q p input (P) yang ditunjukan oleh
titik A. Pada kondisi ini tingkat keuntungan rnaksirnurn dan cingkat efisiensi
penggunaan ingut (X)tercapai.
3.3.
Keunggulan Kompetitif dan Karnparatif Bawang Merah
Penanganan pengembangan sektor pertanian, khususnya subsekror
hottikultura, karus ditaksanakan secara terarah dan terpadu agar produk-
produknya dnpat k m i n g dengan baik di pasar dalam negeri rnaupun di pasar
ekspar (Winarno, 1994). Dafam iraibn dengan pasisi pasar, maka infumasi
rnengenai daya wing bawmg merati sangat penting untuk dikefELhui. Analisis daya
saing sangat penting untuk mengetahui apakah usahahni bawang me&
Iayk
dikemt>angkan s e c m ekonornis.
Komaditas bawang merah bersifat tradable: atau dipenlagan*.
mbab itu efisim tidaknya komuditi bawolrrg me&
Okh
Ir:qgmtung day& wingpya di
pasar dunh krrinya, apaicafr biaya produksi riii yang Eexdki dari pmakaian
sumberdaya darnestik teruhma lahan, ten-
kerja dm modal cukup rendah
sefiingga harga jualnya dalsm rupiah lebik rendah dibrtndingkan dengan harga
yang terbentuk di p m r dunia. Untuk itu prlu dikerahui faktor-fstktur y m g
mempengaruhi produksi, efisiensi, biaya produksi seFta kebijakan pemcrintah
krhadap usahatani bawang merah setxingga dapat ditentukan layak tidaknya
usahatmi tersebut dilaktrkan,
'
Suatu aktivitas ekonomi seperti usahatmi bawang merah dapat dievalurtsi
manbtnyya dsri dua scgi yaitu segi finmial (privat) dan segi ekonomi {sosial).
Analisa finansial rne1ihat manfaat p y e k dari sudut lembaga atau individu yang
meiibatkan Biri ke dttIam airtivitas timebut, sedangkm analisa ekonomi menilai
suatu akMtas atas manfaawya bagi rnasyarakat sacara keseluruhan tanpa
memperhatikan siapa yang menyumbmgkan dan rnenerirna manfaat tersebut
(Kadariah, 1988).
Bebempa afat ana4isis donomi dm finztnsial tclah dikembangkan,
dian~ranyayang diperirenalkan oleh Monke dan Pearsun (1 995) yaitu Poiicy
Analysis Matrix (PAM). Analisis dengan menggunnkan PAM terd iri dari
komponen krupn penerirnaan, biaya dan keuntungan yang dibedakan bedasarkan
h a r p privat dm harga sosial, Daiam karnponm biaya, input yang digunakan
digulongkan atas input tradable (yang diperdagangkan di pasar internasional) dan
darnstik (yang tidak diperdagangkan di pasar interniisional). Selisih anlara harga
privat dan h a r p sosial rnetupakm transfer unluk mengukur darnpak dari
kebijakan pemerintah yang ditempkan ahu danya kegqlnn p a r karnaditas
yang dianalisis.
Pemafiman pmlan k e b i j a h baik tecfiadap harp output maupun harga
input menrpakan topik utama
ini. Gambar 2 fa) mengilustrasikan adanya
subsidi p i t i f untuk produsen bmng impor. Sebelurn ada kebijakan subsidi
11arga di dalm negeri adalah sama dengan harga dunia P,. Pada tingkat harga P,
jurnlah produksi dornestik sebesar Qt sedanghn jumlatr prmintaan kansurnen
sebesar Q3. Akibatnya terjadi kefebihan pemintaan sebesar
Q3 -
Qt, sehingga
difakukan impor. Untuk mengurangi i m p dan memativasi pningkatan p d u k s i
dalam negeri pemcrinhh menerapkan kebijakan subsidi positif kepada produsen
(domestik) b m g i m p , Kebijakm subsidi sebesar P,
- P,
akan rneningkatkan
produhi domestik dari Q1ke Qz dm menuninkan jurnfah impor dari @ - Q1
rnenjadi Q - Q2. Hal ini rnenunjukan adanya transfer total dari pemerintah kepada
produsen (dornestik) trarang impor s e h s a ~Qz x ( P, - P,) atau seksar Pp A B Pw.
Kebijakan ini rnenyebabkan hilangnya efisiensi ekanami sebesar selisih antma
biaya sumberdaya untuk rneningkatkan sumberdaya domestik sebesar Q1 C A Q2,
dan biaya imbangan krproduksi setmar Qt C B Qz, atau sama dengan luas
segitiga CAB.
S u m k :M o n k dan Pea~son,1995
pw
PP
:m d i p m r d u n i a p & W s i -Was
: h g a di pimr d o m d k setelaft diM&uksn s h i d i pasitif untuk
h
pdusat
g impor
: h g a di pasar dotnaib s&d& diklodalkan suhidi positif untuk konsumen
pd
b
g impor
S + PI : Subsidi positif icepack pmdusm h
g impor
S + C1 : Subsidi pasitif kqmda konsumen barang i m p
Gambar 2. Damp& Subsidi Positif terhadap M u s e n dm Kansumen
Bmng Impor
Selanjutrrya Gambar 2
(b) rnenjefaskan adanya subsidi positif untuk
konswnen barang impox, Kandisi awal sebelurn kebijakan, harga di &lam negeri
sama
d e n p hacga dunia .,P Pada tingkat harp f, jurnlah prduksi d a d k
s e k QI sedangicsln jumfah ymg dirninta sebes~trQ3. Untuk rneningkatkotn
kunsumsi domestik d i t e m p h kebijaican subsidi pasitif Icepada konsurnen
fdomestik) b m g impor. K e b i j a h subsidi sdmm P,
- Pa
akm rnengurangi
produksi dommtik dari QI ke Qz dm tneningiradcan konsumsi darnestik drtri Q3 ke
Qs,dan impor meningkat dafi
Qs-Q1,
ke
Q4-Q2.
Terdapat transfer S K I yang
rnencakup dua bagian, yaitu dari ppemerinbh ke bnsumen &sar
(P,
- Pd)
(Q4-
Qa) atau luas AGHB dan transfer dari produsen ke kunsurnen sbesar P d B P d .
Efisiensi yang hilang terjadi pada dua sisi yaicu p d u k s i dan konsumsi.
Pendapatan krsih yang hilang s e k s a r AFB dm efisiensi konsumen yang hilang
sebesar EGH.
Ketmgan
PW
S-II
S+ fI
:
: hwga Q di pasat dunia
: Fajair unkk input i m p
: Subsidi untuk input impr
Gambstr 3, Pajak dm Subsidi pada Input Tradable dan Pengaruhnya
terhadap Output.
Kebijaitan pemerinhh terhadap harga input, dikrfakukan baik pada input
W b l e maupun input nun tradable, Gambar 3 menunjukkan pgartfh subsirfi
dm
pjak pada input tradable pertafiian terhadap uu$put, Embar 3 (a)
rnenunjukican darn@ adanya pajak input tradable krhdap output Seblum ada
paj& pada tingkat h a r e dunia sebesar
P, kurva p e n a m
output add& S.
Sementm itu jurnlah konsumsi domestik sebesar Q3dan yang ditawwkan x
QI sehingga terjarfi irekbiban permintam
(excess demand) seksar QJ-Qt.
h
Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut di takukan impor, Dengan diberlakukmnya pajak
input maka harga input rnenjadi lebih mzthal dm mengakibatkan biaya produksi
meningkat, dengan demikian pada harga output Pw yang %ma, kurva penawmn
output bergeser dari S ke s'.Akibat haf ini autput domestik turun dari Q1 ke Q2,
Penururnan output tersebut rnengakibatksln impor naik dari QlQr rnenjadi Q3-
Q2.Efisiensi yang hiiang adalah xbesar segitiga AABC, yang juga rnerupakan
sefisih anbra oprtunity cost produsen atau nilai autput yang hilang (QzCAQt)
dengan biaya produksi (QaBAQt),
Gambar 3 (b) rnenunjukan dam@ subsidi input badable terhadap tingkat
output yang d i h a s i l h . Kondisi seblurn ada subsidi autput, d e w hwga dunia
s e hf
,
kuna p e n a w m output dalah S. Pada kondisi t
dalah QI sedangkan prmintaan domwtik
yang diimpor adalah m
h Q3*,.
Q3.
d u t
pawam
D e n p dmikian jumlah output
Admya subsidi terhadap input tradab1e
rntnyebabkan hwga input mmjadi Iebih rendah sehingga biaya produksi menutun.
Selanjutnya pada harga output yang sama dmgan P
,
kurva p e n a w m akan
k r g w r ke h a r t dm produksi rnenin&t dari Q1-Q2. Peningiratan p d u k s i a h
mengurangi impor dari Q3-Qt menjadi Q3-Qz. Efisiensi ekonomi yang hilang
akibat kebijakan tersebut adalah seksar ABC, yaitu selisih antam opormnity cost
produsen (QlACQ2) dan nilai dari peninglratan k e l u m (QIABQ2).
Pada input non tradable, k e b i j h pmerintah brbentuk subsidi dm
pajak, Gambar 4 rnenjelaskan dam@
danya kebijalcan input non W a b k
terhasfap p r o d m dan kmsumen. Kebijak.an pada input non tradable
mempengaruhi pelaku ekonomi yaim produsen dan konsumen, tanpa
memprhatikan awal mulet pajak. dm subsidi tersebut ditmplran pada siapa, Hal
ini bt:rarti hanya ada satu tingkat hasif (Qz)
dari penggunaan input oleh produsen
dan konsumen input nun tradable, sehingga produsen dan konsumen sarna-sama
rnenanggung beban atau keuntungan dari kebijakan tersebut.
Qz
.+.
4(a)
S
-N
S +N
pa
PC
PP
Q1
S-N
Q
Qi
4 (b)
42
S -I-M
: fajak untuk barang non tra&k
: Subsidi untuk h g r
m lmdable
: Harga domestib sekiurn diklakukannya pjak dan subsidi
:Hmp &tikonslmrm W&h diklakukannya pajak d m suhidi
:Harga ditinght prcduw setelah dihrt&uhnya pajotk dan Suhidi.
Gambar 4. Dampak Subsidi dm Pajak Input Non Tradabfe
G a m h 4 (a) menunjukan bahwa sebefum rtdanya pajak, kesetirnbangan
permintaan dan penawaran input non tradable berada pada harga Pd d m Q1.
b n g a n diterapkannya pajak sebesar PC?, mengakibatkan input yang dihasilkm
turun menjadi Q2. Harga ditingkat konsurnen naik menjadi PC dan ditingkat
produsen turun menjadi P,, Efisiensi ekonami yang hilang sebesax selisih antara
kernampurn konsumen uuntuk membayar (Q2CAQI) dm biaya sumberdaya
produksi (QzDAQi) terhadap penrbatian input yang dihasilkan. Dengan demikian
efisimsi &onomi yang hilang dari produsen seksm BDA dan efisiensi yang
hilslng dari konsurnen se
DX KABUPATEZY BREBES JAWA TENGAH
PROGRAM PASCASWANA
INSTITUT PERTANEAN BOGOR
2002
S M PURMIYANTI.
Analisis Produksi dan Oaya Saing Bawang Mernh di
Kabupztten Bxtres Jawa Tengah. Dibawah bimbingan SRI MARTOYO sebagzti
ketua dan X WAYAN RUSASTRA sebagai anggota.
Bawang merah adalah kornoditas hortikultura yang penking. Permiotaan
bawang merah dari tahun ke bhun terus rneningkat tempi permintaan tersebut
k l u m dapat dicukupi oleh produksi dalam negeri, oleh karena itu impor bawang
memh juga cenderung rneningkat.
Penel itian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mernpengaruhi produksi, eftsiensi penggunaan input serta keunggulan b p e t i t i f
dan kamparatif bawang rnerah. Analisis produksi rnenggunakan fungsi praduksi
Cobb Douglas, sedmgtcan untuk rnengehui keunggulan brnpamtif digunakan
matrik anaiisis kebijakan (PAM).
Dengan analisis fungsi p d u k s i dapat ditunjukican bahwa pembahan
telurologi h i f a t neml dan produksi bawang merah brads padst kondisi cornan
return to scale. Dari 11 pubah bebas yang digunakan dalam fungsi pduksi,
peubah bebas luas lahan, bibit, puprik P, pupuk K, tingkat pendidiiran, ststus
garapan dm va~ietasbibit mempunyai pengmh ymg nya& pa& pduksi
bawang me&. Analisis tingkat penggunaan input menunjukan bhwa 'mionilai
produk marjind terhadap harga masingmasing input ti& sama dengrut 1, artinya
p n g g u m input dalam produksi bawotng m e d belurn efisien.
Awlisis d e n p PAM menunjukm W w a nil& miu biaya privat (FCR)
dm rasio biaya sumbedayst domestik (DRCR)lebih k a l l d d 1, ymg brarti
bahwa bwang me& lay& untuk diusahakan dm dapat bersaing dengan produk
bawang me& dari luac mgeri.
Dengan ini saya menyatakan bafiwa tesis yang krjudul :
ANALISIS PRODUKSI DAN DAYA SAING BAWANG M E W
DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH
Adztlah benar merupakan h a i l hrya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua surnkr data dm informasi yang digunakan telah
dinyataJcsur secamjelas dm dstpat diperiksa kebenarannya.
ANALISIS PRQDUKSI DAN DAYA SAJNG BAWANG M E W H
DI KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH
Tesis
sebagii rsdair sahr sprat untuk memperoieh gdar
Msgistec Sains
pada
Prugram Studi Xfmu Ekonomi Pertanisrn
:
AKALISIS PRODUKSI DAN DAYA SANG
BAWANG MERAW Dl KABUPATEN
BREBES JAWA TENGAH
:
XLMIl EKONOMI PERTANIAN
N w a Makasiswa
Nornor Pokuk
Program Studi
Menyehijui,
1. Komisi Pembimbing
BLIF+Sri, Hartoyo. MS.
Ketua
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertmian
Tanggal IAus : I 8 April 2002
3. Direktur Program
RIWAYAT BZDUP
Penulis d i l a h i a n di Yogyakarta pada ranggal 30 September 1967 xbagai
anak kelirna dari Iima bersaudara pasangan H. Mardjadi Hardjosumarta ckngan
Hj. Warsiyah.
Penuf is menamatkan pendidikan dasar di SDN Galunggung III Kabupaten
Tasikmalaya pada tahun 1981, kemudian pendidikan mtncngah di SMPN II
Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1984 dan SMAN I Tasikmalaya pada tnhun
1987. Pada ~ h u n
yang sama penulis melanjutkan pendidikannya
- * di tiniversitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta pada hiusan Budidaya Tanaman
Fakultas Pertanian dan rnernih gelar satjana pada tatrun 1992.
Pada tahun 1993 penulis bekerja di Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Jakarta dan pada tahun 1999 rnendapat basiswet dari ARMPXX untuk
melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Ekonorni Pertmian Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sebelumnya pada tahun 1995 pnulis
menibh dengan Ir. Asep Saptiadi dan dikaruniai dua orang anak yaitu
Muhammad Ardan Prahita dengan Hast ia Asriningrum.
Fuji dnn s p k u r penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rakhrnat dan
karunia-Nya penufisan tesis dengan judul "Analisis Praduksi dan Daya Saing
Bawang Memh di Kabupaten Brebes fawa Tengah" dztpat disefesaikan..
Dengan terselesaikannya tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Sri I-fartayo, MS dan Dr. tr. I Wiiyan Rusastm,
MS xfaku kamisi pernbimbing
yang telair mernberikan birnbingan dan arahan
dalam pnulisan tesis ini serta penanggundawab kegiatan PAATP yang mana
penulis diizinkan turut dalam kegiatan tersebut guna kepentingan tesis ini,
Ucapan terirnabih juga penulis sarnpaih kepada:
I. KepaIa Badan Penelitian dm Pengembangan Pertanian, Ketua Kumisi
Pembinaan Tenaga Badan Penelitian dan Pengembangan Permian b m t a staf
yang ktah memberikan kcpercayam kepada pnulis untuk rneiaksmakan
tugalas belajar pada Program Pascaszlrjana Institut Pertanian Bagor.
2. Pernirnpin Proyek ARMPIX beserta staf yang tetat.1 memberifran kasiswa
selama studi pada Program Pascasarjana Insritut Pertanian Bogor.
3. Xbu Hj. Indratni Susilo, SH (Afrnarhumah) dm Ir Anny Slamet, M M yang
selalu mernberikan dorangan kepada penufis dalam menempuh studi pada
Program'Pascasarjana institut Pertanian Bogor.
4, Dr. Banar
M. Sinaga s l & u ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertmian
Program Paswarjmit lf3 yang senantima rnemberikan pengarahan dan
durongan setma penulis rnenempuh mdidikan.
5 . Suami dan an&-anak tercinta yang senantiasa membantu dan mendarnpinpi
dengan sabar untuk mcnyelesaikan studi pada Program Pascesarjana Institut
Pertanian Bagor.
6 . Kedua orrtngtua dan mertua beserta Crakak-kakak tercinta yang selaju
mendoakan, mernbantu dan memberi dorungan dalam belajar,
7. Seluruh rekan-rekan angkatan 1999, terutaina ibu Mari serta temen-ternen
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu ynng telah turut
berpartisipasi dalarn proses penufisim tesis ini. Tnk lupn juga kcpada Mas
Dcden Ixnudirt yang tetah mernbanyak membantu penuIis
datam
> "
penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masik jauh dari sernpurna, untuk itu
penulis tidak menutup Icemurigkinan adanya kritik dan saran mernbangun demi
Bogor, Nopember 2002
Sri PurrniyanCi
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xii i
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiv
X . PENDANULUAN
...........................................................................
I
I .1 .
Latar Belaknng ..........................................................................I
2.2.
Perurnusan Masatah ~~....~~.....~.......~............................................
4
3.3.
Tujuan .......................................................................................6
4.4.
Kegunaan ...............................................................................
5.5
.
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 7
I1. TMJAUAN PUSTAICA.......................................................................
2.X . Kinerja Usahatmi Bawmg Merah ............................................
.......
2.2. Mod& Andisis Praduksi dm Day&Saing...................
.
.
.
2.3.
6
P
i
td
a
u .................................................................
8
8
9
11
IIX. ERANGKA PEMIKIIZAN.................................................................I6
3.1.
3.2.
3
.
PeriIaku Petani Bawang rclierah ................................................. 16
Konsep Fungsi Pruduksi dan Efisiensi .......................................
Keunggubn Kompetitif dan bmparatif
.....................
Bawang Merah .......................................
.
.
I7
21
4.t.
Data dan Surnber Data...............................................................28
4.2.
Pemilihan Lokasi dan Petani Contoh ......................................... 29
4.3.
Fungsi Produksi Bawmg Me&
4.4.
4.5.
...............................,
............ 30
hfinisi dm Pengukumn ...........................................................33
Analisis Keunggulan Kumptitif dm K o m p t i f
Bawang Me& .......................................................................... 34
V . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
PETANI BAWANG M E M H ............................................................
5. I .
Earnbaran Umum Bawang Merah .............................................
5.2.
Garnbaran Umum Lohrasi Penelitian ..........................................
5.3.
Karakteristik Petani Contoh .......................................................
5.4.
Karaktcreristik Usahatani Bawang Merall ...............................
..
.,
VX . PRODUKSl DAN EFISXENSI USAHATAN1
BAWANG MERAH ............................................................................
6. I .
Pernilihan Fungsi Produksi Bawang Merafi .............................
6.2.
Analisis Produksi Bawang Merah ....................
6.3.
Analisis Efisiensi Pengunam Input dalarn Usahatani
Bawang Merah ..........................................................................
.........................
VIX . KEWGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF
BAWANG MERAH ............................................................................
7.1.
Analisis FinansiaI dan Ekunami Usahatani Bawang Merah ........
........................
7.3. Tingkat Keuntungan Usafiatani Bawang Merah ......................,.,,
7.2. Struktctur Insentif pada Usakatani Bawang Merah
7.4, Analisis Kepekam terhadap Harga, Wifai Tukar dm
Produktivitas .........................
....,, .............................................
VIIX
.
KESXMPULAN DAN IMPLIUSI KEBIJAKAN................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
14. Analisis Finansiat dan Elrunamis Usahatani Bawang Merah
Variebs Lokai per Helaar di Kabupaten Brebes,
Tahun 2000-200I ............................................. ,
,
...............
72
15. Analisis Finansial dan Ekonomis Usahaiani Bawang Merah
Varietas Non Lokal per Hektstr di Knbupaten Breks,
Tahun 2000-200 1 ....................................................................................
75
16. Anal isis Finansial dan Ekonamis Usahatani Bawang MeraI~
Gabungan per Hektar di Kabupaten Brehs,
T'ahun 2000-200 1 ................... ,
,
...........................................................
77
17. Keuntungan Finansial dan Ekonomis, Nilai PCR serta DRCIi
Usahatmi Bawang Merah per Hektar di Kabupaten Brelxs,
Tahun 2000-200 1 ................... ., .......................... ,,.,............................
78
IS. Nilai FT,IT, dan Kwfisien Prateksi Nominal untuk Input (NPCX),
Output (NPCQ) serta Proteksi Efektif (EPC) Usahatani
Bawang Merah di Kabupaten B ~ b e sTahun
,
2000-200 1 .......................
..
81
....
84
f 9. Nilai NT, PC dan S W Usahatmi Bawmg Merah
di Kabupaten Brebes, Tahun 2000-200 I .......,..,.........,,,,......,,,,,.
,,,.
20. Perubahan Marga Paritas, Nilzti T u h dan Praduktivitas
untuk Mencapai Keuntungan Normal Swam Ekonomis
(DRCR-1) pada Usafiatani Bawang Me& di Kabupaten Breks,
Tahun 2000-2001....................~...............................................................
85
DAFTAR GAMBAR
Narnar
1 . Grafik Fungi Produksi
Halaman
...........................................................................
20
2. Dampak Subsidi Positif terhadap Produsen dan Kansurnen Barang
Xmpor .....................................................................................................
23
3 . Pajak dan Subsidi pada Input Tradabfe dan Pengaruhya
terhadapoutput ...........................~..........................................................
24
4. Dampak Subsidi dan Pajak Input Non Tradable ...................................
26
xiii
12. Matrik Analisis Kebijakart Usahatttni Bawang Merah
per Hekt;ir di Kabupaten Brebes uMuk Varietas Nun Lokaf.
Tahun 2000-200 1....................................................................................
1 12
13. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Bawang Merah
per Hektar di Krtbupaten Breks Gabungan.
Tahun 2000-2001 ....................................................................................
1 13
I4. ?eta Propinsi Jawa Tengah (Lokasi Kabupaten Brebs)
..........................t I 4
i 5 . Kuesioner Usahntani Bawang Merah di Kabupaten B r e b .....................
1 15
I. PENDAMULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejak Repelita Vl pemerintah tetah memkrikan perhatian kfiusus pada
pengembangan hortikultura wbagai sumbr perturnbuhan b m . Tujuannyrt adalah
untuk: (1) memenuhi pemintaan domestik, (2) mengurangi ketergmtungan impar
dan meningkatkan volume ekspor, dm (3) mernprluas kegiatan usaha pertmian
dan rneningkatkan pendapatan petani. Pernerintah telah mengerahkm daya dm
upaya untuk rnencapai tujuan tersebut dm dalam mengantisip@i era perdagmgan
bcbas. Kumaditas ttortikultum yang dikenhngkan adalah sayuran, buah-buhan,
tanaman
hias dm tanaman abat yang rnempunyai nilai ekonomi tinggi, wluang
pasar k,
w s i produksi tinggi, dan pelumg pengembanp kknofugi ymg
mlzttif terbuk8,
Pmgmn
utama pembangunan prtanian tahun
2000-2W
ah
peningkatan ketahanan pangan dm pmgemhngan agribisnis. Seiring d e n p
prugm ternbut, Komara dm Sudradjat (2000), menyakdm bahwa peningkatan
produksi pemnian mutlak diprlukan untuk menghasilkan trahm pangan dm
bban h k u industri. Pertingkatan produksi rnernerlukan perbaikan kinerja, proses
produksi, dan keluarannya agar produktivitas dapat ditinghtkan. impor praduk
tanaman pangan dm haftikultura seharusnya daprtt dikkm sebalitcnya ekspor
hams ditinghtkan. Hal ini behitan dmgan perolehan clan pmghmm devisa
Bawang rnerah adalah d h satu komoditas hortikulhtm yang penting bagi
m a s w a t , &ik dari segi nilai ekonomi yang tinggi maupun dari segi kandungan
gizinya, Bawang merafi mernpunyai petang pass yang bear, popotensi produksi
yang tinggi, setta peluang pengembangan teknologi yang masih relatif ksar. Atas
dasar itulah maka kornod itas bawang mernh termasuk sebagai komodittts
unggulan hortikultura yang prlu mendapt prioritas dalam pnangztnnnya.
Seprti komaditas hortiku ltuw lainnya, harp bbawang ~nerah sangat
berfluktuasi. Bawang merah tidrtk tafian lama daiam penyimpanan, sehingga p d a
saat panen raya harga akan jatuh. Sehliknya pada saat rnusim hujzln dirnana
banyak petani yang $id& menanam bawang ~nerahakan mengakibatkan harga
naik. Kenaikan harga
iini
juga dapat disebabkan 01th permintam yang meningkat
seperti pada saat menjelang bbaran, Natal dan hari besar fainnya.
Bawang metali' selalu ada daIm menu pangan masyamkat. Nampir setiap
rumah tangga mengkunsumsi bawang merah sebagai bumbu u t m a atau wbagai
bahan obat tdisional. Menurut Sawit et 01. (1997) tingkat partisipasi konsurnen
dalam rnmgkonsumsi bawang me& pada tahun 1996 mencapai 88.5 persen,
Pada tahun t999 konsumsi rah-rata per minggu penduduk yang tinggaf di kuta
adalah 0.3 15 ons per kitpita, secfangkm penduduk di pedesaan sebesar 0.268 uns
per kapita. Dengan demiicim tnmhingbtnya jumlah dm penciapatan penduduk
akan mendorong peningkatan kansurnsi dan permincaan bawang merzlh, Hal ini
perlu d iikuti dengan peningkatstn ketersedim, baik mebt ui praduksi damestik
rnaupun impar.
Sebrang ini penggunaan bawang merah bukan saja untuk memenuhi
kebutuhan rumahtangga tetapi jugst industri pengalahan makanan dm industri
bawang gamg. Jumfatr perrriintam p a w krfradap bawang goreng mencapai 10
tan per bulm dm baru dapat dipenuhi sebesar 2 ton per bulm (Sinar Tani, 2000).
Sawang m&'
sehin untuk memenuhi permintan dalarn negeri juga dielapor.
Sejak tahun 1992 volume ekspor bawang me& cederung menurun dari 10 375
tan pada tahun 1991 menjadi 2 725 tun pda tahun 1996. Sementam itu volume
impor bawang me& =gar cenderung men ingkat yaitu dari t 3 638 ton @a tzzhuxl
1991 menjadi 40 505 tan pada tahun 1996. Hal ini
menunjukkan b&wa
perminmn bawang merah dalzlm negeri mengalami peningkatan, sehingga perlu
usaha untuk meningkatkan produksi dornestik.
Propinsi jawa Tengah mer!tpakan pengttasit bawang rnerah terkszt: di
Indonesia dengan produksi sebesar 245 517 ton pada tahun 2000 (Sihombing,
2000). Dacrah sentra produksi bawang merah di dawa Tengah adalah Kabupaten
Brebes, Tegai, Pemalang dan Kendal. Sekitar 30 persen dari kebutuhan total
k w m g rnerah Indonesia dipasok aleh bbupaten Brebes.
Perkembangan iuas areal panen bawang me&
wlma 7
sun terakhir
di Kabupam Bmbs
(1993-1 999) mcferung meningirat. Pada tatrun 1993
luasnya setwar 12 209 h e h , sedan&
pada tahun 1999 rnencapai 26 493
hektar.
Sejalan dertgan peningkatan has mi,=lama kumn waktu 1933 - 1999
produksi bawang memh di Kabupaten Breks mengalami peningkatan dengm
Inju 13-50 persen per hhun. Produksi bawang memh M u n f 993 sebesar 1 12 005
tan, sedangkan tahun 1999 s e w 244 466 ton.
Pada &un
ternbut menurun menjadi 249 057 ton. Penurunan
2000 produksi
groduksi ini dimbabkan
adanya serangm h m a Liriomp. Hamrt tersebut ofeh petani grebes dikenal
sebagai h a m gemdong yang menyerang ~ I u r u horgan tanman bwwang me&.
Prarfuiaivitas bawang maah di W u p m B r e b dari d u n 1993 mpai
sebesar 1.41 persen per tahun. Pada tahun 1993 produktivitas bawang merah di
B~ebessebesar 9,17 ton per hekcar, Eahun f999 meningkat menjadi 9-23 ton per
hektar.
Riyanto (2000) rnenyebutkan bahwa praduktivicas bawang merah di
Brebes sekarang ini masih rendah yaitu 10.36 ton per hektar padahal potensinya
mencapai 20 tun per hektar. Kendata yang sering dihadapi dalam usahacani
bawang rnerah adalah rnusirn yanz tidak menentu serta adanya serangan hama
penyakit tanaman. Oleh karena itu Riyanto menyarankan masih diperlukan
pengkajim terhadap kandisi penanaman bawmg merah yang meliputi pola tanam,
penggunaan variebs bawang merafr, pnggunaan faktat-faktar produksi sem
penartganan hasif bawang rnerah guna rnmdapatbn hasil yang optimal,
Sedangkan Adreng dan Walujo (1988) berpendapat bahwa skala usaha btwang
maah yang digambadan oleh luw -pan,
bila perfuasannya disertai dmgan
perbaikm teicnik produksi masih merupakan altematif yang Iayak d i l a k u h untuk
rnendorong peningkam produksi dan peridaptan petani. Dengan demikim perlu
diketahui faktor-faktor yang dapat meningkatkm pdukscsi bawang merafr di
Bmks.
f ,2.
Perurnusan Masalah
Setragai komaditas hwrtikultura yang pnting, bawang merah seiatu ada
dalam setiap menu rnasymkat Indonesia. Nmpir setiap rumah hngga
mengkonsumsi bawang rnerah sebagai bumbu u m a atau sebagai b&an abat
tradisional. Pruduhi bawang me&
di Kabupaten Brebes tnenunjukkm adanya
pningkatan dari tahun ke tahun, J i b pduksi pada Qhun I993 sebesar f 12 005
tan, maka pada bhun 1989 mencapai 244 466 ton. ProduJrsi suatu komaditas
rnerupakan dasar ymg rnendukung unruk menunjang keberhasiIan pembangunan
agribisnis komuditas tersebur,
Data Susenas menunjukan bahwa pada tatrun 1993 konsumsi bawang
merah rnencapai 1.35 kg per kapita per tahun, Pada tzthun 1986 konsumsi bawang
me&
tidak mengafami pmbahan atau temp sehsar 1-96 kg per kapita p r tahun.
Sejalan dengm pertambakan dm pendapatan penduduk sem perkembangan
industri m a h a n ysng berbahan baku bawang metah, konsumsi bawang merah
terus mengalmi peningbtan. Hal ini rnengakibatkan perm intaan tertxadap
bawang rnmh tents rneningkat, terlebih pada saat menjelang hari mya h b x a n
dm Natal atau hari besar lainnya, Pada keadaan seperti ini harga alran mengalami
peningkatan yang cukup ksar.
Permintam di &lam negeri terhadap bawmg merA mmakin W, namun
i m p tlawang mmh juga tern meningkat Pertanyzamya o a d a mengap
praduksi dmestik ti&
dapat mengimhgi k e n a i h permintaan. Kebijakm
impor tersebut sernuia hanya ditujukan untuk memenuhi kebututran bibit, namutl
akhirnya berubah untuk memenuhi ketrutuhm kansumsi. Volume: impor dari
tahun ke 'imthun terus krtambh. dika pdzt tafrun 1992 impor bawang rnerafi hanya
s e h w 16 593 ton m&a pada tahun 2000 telah meningkat rnenjadi 56 71 I ton.
Sernmtara itu volume ekspor bawang memh cenderung mengalami pewrunan,
Pada tahun 1992 volume ekspor bawang merah mencapai 7 843 ton dm pada
tahun 2000 menurun rnenjadi 6 753 tan. Kenyataan ini menunjuMcafi bahwa
pluang pasar d a l m negeri utltuk kwang maah cukup t>t.;sar. Impor bwarrg
mersrCI yang wmakin rnmingh untuk mengimbangi kebutuhan &lam negd
d i k h a w a t h akran rnenyebabkan harga bawang merah dalam negeri rnenjdi
turun, kbih-l&ih jib impor dilakukm pada s a t panen raya, Pertanyan yang
rnuncut adalah sampai sejaufi mana daya saing bawang merah domestik datam
rnenghadapi irnpar bawang rnerah dari luar negeri.
Dengan adanya prmztsalahan bawang merah sebagaimana diuraikan
diatas, pertu dilakukan pmelitian mengenai faktor-faktor yang mempngaruhi
praduksi, efisiensi serta keungguIan kompetiti f dan kornpamti f bawang merah.
Penefitian tersebut wrlu dilakukan karena ketergantungan pada impor sangat
behitan dengan perofehan dm penghematan devisa, apalagi dafam keadan
krisis seperti sekarang.
1.3.
Tujuan
Penelitian ini s e c m urnurn bertujuan untuk menganalisis produksi,
keunggufan komptitif dm komparatif bawang merah d i Kabupaten Brebes.
Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
I . Menganaf isis faktor-faktor yang mempenganrhi produksi bawang merah.
2. Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input daiam prod uksi bawang
rnerah.
3. MenganaI isis kcunggulrtn kornpetifif dan kamparacif bawang merah .
1.4,
Keggunstan
I . Sebagai bahm pertimbangan ddam penetapan kebijakan pengembangan
produksi clan perhgangan karnoditas bawang merah dilihat dari segi efisietlsi
pemanfaatan surnberdaya di ddam negeri.
2. Sebagai bahan peprtimbangan bagi petani datam memutuskan pilihan suatu
kornoditas yang &an diusahakan, dibandingkan dengan kornodim altematif
fainnya.
I5.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini Kabupaten Brebes dipiI ih sebagai lokasi penelitian
mengingat Brebes adalah sentra prodtrksi bawang rnerzth terbeser di Indonesia.
Data yang digunakan adnlah data cross section yang merupakan hasil wawancara
dengan para responden yaitu petani bawang memh di Kabupaten B ~ k yang
s
krpilih sebagai petani cantah. 3umlah responden xluruhnya sebanyak 120 petani
contoft. Wgai media, dalam w a w a n m digunakan daftar pertmyam atau
kuesianer.
11. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan input dalam usahatmi bawang merah dan trargct output
berkaitan dengan aspek produksi dan daya saing bawang merah. Analisis yang
dilakukan dibedakan menjadi analisis produksi dan analisis keungguinn kompetitif
dan komparatif. Analisis produksi mencakup analisis tfisiensi penggunaan input,
sedangkan dalinrn anaf isis keunggulan karnpetitif dan komparatif rnencakup
analisis finansial dan ekonamis, Tinjaum berikut akan rnengungkap kinerja
usahatmi, analisis produksi
dan daya saing kornoditas bawang merah.
Pemahaman dua aspek prtztrna a h memegang peranan' pent ing datam perbaikan
daya s i n g komoditas tersebut. Perbaikan daya saing akan mendorung perbaikan
kinerja pruduksi. Pada hakekatnya keciga aspek ini krsifat itlklusif dan
komplementer.
2.1.
Kinerjol Usahatani Bawang Merah
Di Indonesia komoditas bawang rnerah telah fama diusaksikan oteh ptani
sebagai usahatani komersil karena sebagian tfesar ahu seluruh hasil produksinya
ditujukan untuk memenuhi permin-
pasar. Ushmtani bawang merah termasuk
salah satu jenis usaha yang membutuhkan biaya input tinggi jika dibandingkan
dengan usahatani sayuran lainnya. Tingginya biaya praduksi tersebut banyak
dipngmhi oleh beberapa f&or antara lain: ( I ) besar kecilnya usahatani, (2)
efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja clan saran& praduksi, (3) produktivitas
tanman, dm (4) cara pernasaran.
Meskipun putensi pasar bawang rnerah crakup besar namun pengelolaan
usahatztni bawang merab mam kamesit M u m xpnuhnya d i l a k u h of&
pefani. Keadaan dernikian rerutama disebabkan okh skafsl pengusafraannya ymg
relatif kecil karena sempitnya p e n g u m {ahan aleh petani (Sunarjona et ai.
I 995). Selain itu banyak faktor yang menyebabkan produksi bawang merah rid&
dapat memenuhi kebutuhan dornestik brenzl relatif lemahnya adopsi teknoIogi,
cam budidaya, dan praduktivitas yang belum uptimat. Kendafa musim juga dztpat
terjadi mengingat komditas bawang m r a h masih rnerupakan tanaman y m g
beresiko tinggi bila ditanam padzt musim penghujan. Sementara itu,
perkembangan konsumsi bawang memh terns rneningkat sejalan dengztn
prtambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri makanan yang
menggunakan bawang rnerah setragai trahan baku.
2.2.
Mdef Analisis Produksi dan Daya Saing
Penelitistn y m g m e n g g u n b beberap mode1 fungsi produksi klah
d i l a k u h oleh Barhiman (1982) twhtsdw komoditas padi di empat d m .
Pmeiitian tersebut mernbandingb
prasfuksi Log Log Inverse, (2) fun@
~~ Cngsi produksi yaitu: (2)
fungsi
produksi Transedental, (3) fungsi pmduksi
Cobb Douglas dm (4) fungsi p d u k s i Linier. Kmmpat fungsi produksi tersebut
rnerupakan hubungan fungsionaf yang diperkirakan xsuai dengan keadam
produksi usahatmi sawah.
Berdaabn biteria tranyaknya peubah &bas yang brpngantfi nyatn
terhadap pubah tak bebas, terdapat: perbedaan mod& p n g cocak untuk masing-
motsing desa. Pada analisa prodtihi per usahatmi, model ymg cocok untuk
masing-masing d m ttdalah : (1) Mariuk --log
Invem (LLI), (2) Bdida Linier
(LJN),(3) Jatisari {LLI), (4) h h r l Cabb Douglas dm ( 5 )
Agregat
analiset u d a m i per hektar mode1 yang cocok untuk
masing-masing desa
(LLI), Pada
adalah: (1) Mariuk {LIN), (2) Balida (LIN), (3) latisari (LLI), (4) Sentuf (LLI) dan
( 5 ) Agregat ILL!), Perbedaan model tersebut disbabkan pengmh dari perbedaan
pubah M a s yang digunakan pada masing-masing desa.
Penelitian tentang produksi pernah dilakukan oleh Kasijadi (1 98 1)
terhadap kornditas bawang putih di Jawa Tirnur. Model yang digunaknn uncuk
mtnganatisis produhi tersebut adalah fungsi p d u k s i Cabb Douglas. Dengan
madel tersebut dipefajari faktor-faktur yang krpengarufr terhadap, pningkatan
p d u k s i bawang putih melalui fungsi respon produksi, fungsi respun araf dm
fungsi prmintaan input, Dari penetitian tersebut disimpulkan bahwa pruduksi
bawang putih per usatratani dapat ditingkabn dcngan rnemperluas usahatani dm
mmingkatkan penggunaan jumlah pupuk KzO, pupuk N, bibit, pupuk
PGs serta
menggunakan bibit variem Lumbu Hijau.
Metode PAM adalah metode yang diperkenalkan aleh Eric A. Monke dm
Scott R. Pearsun yang rnerupaican penyemgurnaan dari metode sebelurnnya. Pada
metode sebelurnnya efisiensi ekanomi dan insentif kebijakan pemerintah dihitung
seem terpisah. Efisiensi ekonomi d ifritung dengan Biaya Surnkrdaya Darnwtik
(BSD) atau Domestic Resource Cost (DRC). Insentif kebijakan pernerintah dapat
d ihitung dengan rash Tingkat Proteksi Nominal &tau Nominal Proteeth Rate
(NPR), Tingkat Protelrsi Efektif atau Efieiive Protecbio~k t e (EP R) dm Tarif
Mutlak atau Implicit Tar@(IT).
Konmp keungguian komparatif merupakan ukurztn daya saing puknsial
.
.
dalam kondisi perekanomian tidak mengatmi distorsi atau dalm keadaan p;xsar
brsaing sempuma (Simatupang, 199 1; Sudaryanto dan S imampang, 1993).
Penefitian keungguian kornpratif bawang merah ddi Indonesia masih sangat
Imgka. Ad iyoga dan Smiarso ( 1997) melakukan pnef it ian tentang kmngguIan
komparatif dm insentif ekonomi usahttxatani bawang merah. Dalam malisisnya
keungguIan kompmtif diindikasi becdasarkan besaran Rasio B iaya Sumberdayiya.
Selanjutnya tingbt insentif ekonomi diukur dengan Tingkat Pmteksi Nominal
dan Tingkrtt Proteksi Efektif.
Penggunaan
Policy Analysis
Macric
(PAM)
unt uk
menganalisis
kemggulan kompamtif bawang merah belum ada di Indonesia. Tinjaunn ini akan
menampilkan anal isis keunggulan komparatif komoditas kumjxtitor utama
bawang me& seperti kedelai, jagung dm ubikayu. H s i l anafisis ini dih-kan
skan Bemanfaat di dalam mengrtntisipasi pengembangan
bckampetisi m m m f ~sumbrdaya t&an
bawang me&
yang
yang sama dalam upaya
memenuhi kcbutuhsn bawang me& di daiam negeri.
Oktaviani (1991) d d m p n e l i h n y a rnenggunh Policy Analysir
Matric (PAM) karena maberikan k m u d d m dalam rnenganaiisis efisierrsi
finansial, efisiexlsi ekmomi dm dam@
kebijakan pemerintah, Penelitian
dilakukan tehadap karnociim pangan di Indonesia, yang temyata efisien seem
finansial maupun ekonami sehingga lay& diproduksi di dalam negeri. Kebijakan
pemerintah krhadap kamoditas padi (1 9&4dan 1988), jagung (1 984 dm 1989)
dan ubikayu (1884) fidak memberih insentif bagi produsen untuk berproduksi.
Sebaiiknya pada ubikayu (1989) dm kdefai (1984 dstn 1989) rnemkikan
inmtif kepada produsen unmk krproduksi.
2.3.
Penelitian Twdahulu
Penetitiotn terdahulu tentang upaya pingkatan p d u k s i & w a g merah
behm h y a k dilakukan. S m m teknis Limbofigan dan Mande (1999) meidcukan
penelitian tentang penggunaan gupuk organik dan anorganik terhadap
perturnbuhzln dan prcaduksi bawang merah kultivar Palu. Penggunaan dosis pupuk
organik MPK plus dengan dasis 1 200 kgha rnemberikan hasit tefbaik umbi
kcring seksar 5.25 tonha. Pernupuksln anorganik
N, P, dan K dengan dosis 90 :
80 : 70 kgha menghasilkan umbi kcring scbesar 5.3 1 tonha.
Penelitian
tentang
anafisis
pendapatan
dan
faktar- faktur
m~mpengaruhiproduksi pada usahatani bawang mtmh di BE&
yang
dilakukan oleh
Riyantu (2000) dengan menggurrakan analisis pendapatan (W) d m fungsi
prduksi Cobb Douglas. Input tidak tetap yang digunakan dafm analisis fungsi
produksi adafah mags icerja, bibit, pestisida, TSP, urea, ZA, KC1 dm luas lahan,
Dari analisis pendapatan diketahui bahwa struktur biaya dengm p a m t a s e
terbesar diserap old biaya bibit: se-r
63 -55 pemn dari total biaya, diikuti uleh
Maya tenaga kerja, pesEisida danpupuk stxam kwlunrfran srta pajak tanah.
Hasil uji mtistik menunjukan M w a model fungsi p d u k s i Cubb Dougias
yang digunakan daIam penelitian tersebut sangat nyata pada tingkat kepercayaan
99 persen. Peubah k b a s yang d igunakan dapat rnmerangkan kcragaman pruduksi
dengan nifai R2 ~ebeSar94 persen, Sernua input tidak tetap pngaruhnya nyata
pada tingkstt kepercayaan 99 persen, kwuali urea pada tingkat keprcayiyaan 95
persen. S e m i ekunamis pnggunaan input tidak efisien yang ditunjukan oleh
nilai NPWBKM ti&
sama dengan saw. Kondisi skala usaha untuk
usahatmi
bawmg m m b tpefada pada kundisi decreasing return to scale. Kesimputannya
usahatmi bawang merah di Kecamatan Keboledan belum efisietl dalarn
penggunm input, meskipun input yang digunakan dalam model krpengmh
nyatat terhadap prudufrsi. Implikasi dari penelitian ini adatah usahatani bawang
rnerah di Kecamatan KeboMan K&upten Breks &!urn dapat mngoptirnalkan
produktivitasnya mengingat pensunaim input belum efisien whingga masih perlu
ditakukan penelitian lebih lanjut tentang fitktor-faktor yang mmpengaruhi
praduksi bawang me&.
Dalam b
jian Suryana (1980) tentang keuntungan kumparatif usahatani
jagung dan ubikayu di daerah produksi utama t m p u n g dan Jawa Tirnur dengztn
menggunakan alat analisa Biaya Imbangan Sumkrdaya Domestik
(BSD)
disebudran bahwa usahatani ubikayu dm jagung secara ekonomis taystk untuk
dikembangkan di kedua daemt.1 tersebut. Kdua daerah tersebut memifiki
sumkrdaya yang dapat digunaitan untuk pengembangan kedua komoditas
tersebut. btensi l a b di Lampung relatif kbih t e d i a d i b a n d h g h Jaw&
Timur. Sebalilurya Jaws Timur tx:rpt:nduduk kbih padat sehingga ten-
Iebih tmedist. b b i h lanjut disebutkan bahwa usahatmi ubiirayu
lebih mengunrungkan dibmdingh usafimi jagung. Hal ini ti&
kerja
ekmomis
b e h bahwa
jagung tidak perfu dikembanglran di Indonesia, namun fakeor lain %perti
ketmlibatan petmi di rlalamnya, permintam dornestik dan sifat agronornis perlu
dipertimbmulgkan. S e c m ekonomis bagi Indonesia akan lebih rnenguntungkm
meningkathn p d u k s i ubihyu
dar. jagung &lam rangka subtitusi impor atau
prornosi ekspor.
irnplikasi kajian ini adalah jib selama ini komaditas jagung kbiit
rnmdapat perhatian dibandingkan ubikayu maka untuk sefanjutnya ubikayu juga
perlu mendapt prkatian yang m a dengm jagung Secara ekonomis usahatani
jagung dm ubikayu m a m a mengunhingkan, bafrkan ubikayu lebih
menguntunghn
daripada jagung* h n g a n dmikian - Indonesia mmpu
meningkatkan p d u k s i k d u a kurnodita tersebut, mengingal sumberdaya
damestik yang d iperlukan cukup temd ia. Uncuk mas# rnendatang bi !a
pengembangan kedua
komoditas tersebut dilakukan
makzt
dihampkan
prighematan dan peratehan devisa dari kedua kumoditas tersebut dapat menjadi
andafan.
Penelitian yang d ilakuh n Rusastra ( 1 996) tentang keunggufnn kumparatif,
struktur proteksi dan perdagangan internasianal kdelai Indonesia menyebutkan
bahwa keragaman putensi sumberdaya alam dan rnanusia yang dimifiki fndonesia
&an
menentukan keunggulan kumparatif kedelai. Dernikistn juga perbedaan
* .'
tingkat adopsi teknologi, efisiensi pmgusahaan kdetai, biaya transpartasi dan
penmiam. Studi tentang keungguiam kompetitif j u g dilakukan mengingat
danya pnlbahan lingkungan strategi di tingkat global. Data yang digunakan
adahh data agegatif regional dengan memptimbangh pol# prdagmgan
substihrsi impor, prdagangan antar daerafi dm pmmosi ekspar.
Secara finansial usairatani kedelai di luar .law& cukup menguntungkm
dihdingkan dengan di Jawa dengn tingkat profitabilitas seksar 105-$21
persen, sdangkan di Jawa hanya 32-40 persen teFhadap total biaya. Srxam
finansial struktur biaya kdelai didominzlsi oleh biaya lzthan hampir SO'persen,
baik di Jawa maupun fuar Jawa, Berikutnya adalah biaya bibit dan tenaga kerja,
sedmgkm biaya input tradable addah m a . Seam ekanomis usahatani kedelai di
Iuar dawa lebifi efisien dibandingkan di Jawa. Kwfisien DRCR brkisar antara
3.5302-1.7070 untu Jawa, Keadaan ini disekbkan mtam biaya ekonomis di l u x
Jawa iebih rendah daripada di Jawa.
--
.
Dinarnika proteksi yang dilakukan pemerintrth terfiadap icedelai diturrjukan
oleh adanya pningkatan proteksi nominal (NPR) sebesar 4.8 persen per tahun
selma periode 1985- f 994. B ~ r n y s tinsentif terhadap ketdelai yang ditunjukan
oleh nilai EPR d i r m tidak proporsinal. Jawa rnenikmati Iebih k s a r dibanding
luar Jaw%padzthal tidak rnemeliki keunggufan karnpmtif.
Kesirnpulan dan implifcasi kebijakan dari penelitian ini adafah klah terjadi
pengontralan yang ketat terhadap pasar kedelal demestik sehingga usahatmi
kdelai semm finansial memberikan keunrungan, meskipun tidak menguntun*
secara ekunomis khususnya di Jawa. Di Jawa umhatani kdelai tidak memiliki
keunggulan kornparsttif ymg ditunjukan oleh nilai DRCR lebih besar dari satu.
Untuk mmcstpai titik i m p s hrga output h m s Iebih tinggi dari hwga paritamyet
di pasar intemasional, atau produktivitttsnya p l u ditingkatkan. Kondisi ini a m
w a b ~d h t tidak realistis, oleh s&ab itu upya pngemhgan W b i dapat
dilakukan melaiui pencipban v a r h u n w i yang ahan tdetdap hama Qan
penyakit, pruduktivbnya tinggi dan cc-acok dengan agroklimat setempat.
Pernasalahan utamrt bawnng merah adalah suplai pasar yang tidak
befkelanjutan, sehingga mmengakibatkan fluktuasi harga yang cukup tinggi. Pada
m u s h pnnen raya harp akan turun drastis sdangkan pada saat suplai berkurang,
hari besar xperti Lebmn dan Natal Rarga akan naik sampai 5 kali lipat. Kondisi
demikian rnemberi pluang masuknya bawang merah impor lebih besar, whingga
menirnbulkan rnasalah pengurasan devisa negm. Terdapat indikasi bawang
me&
tidak mampu bersaing dengan bawang memh impor, sehingga &an
mengganggu Irebeclanjutan praduksi dan usahatani bawang me&.
Seperti kornoditas hortikultura pada urnurnnya, bawmg memh perlu
mendapat perhatian ymg cukup dalm pengusahunnya. Terlebifr iagi bawang
m d merupairm komoditas hortikuI~ra unggulan yang difimpkan mampu
rnenjadi komuditas andalan ekspor dan pmlehm devisa negara. Bagi Kabupaten
Breks, kumuditas bawang merah telah menjadi identitas dm surnbr
pertumbuhan ekunorni daerah. Untuk itu perlu diketahui perilaku petani bawang
merah, faktor-faktor apa saja yang rnernpengaruhi produksi bawang mernh,
bagaimana tingbt efisiensi usahataninya, serta bagaimma keunggulan kompetitif
dm kurnperatifnya.
3.1
.
Perilaku Petmi Bawang Merah
Bawang merafr adalah komaditm ymg sangat rentan terhacfap hama dan
penyakit sehingga pngetolaannya harus intensif. Konsekuensinya usahatmi
bawang mer& memeriukan modal dan k n q a kerja yang tinggi- Umumnya petmi
rnenmm bawang merah pada saat m u s h kemarau mengingat resiko gaga1 panen
pada musim p g h u j a n sangat tinggi. Pula tanam yang demikim merupakan %kith
satu sebab kum-angnya suplsi pada saat m u s h pengfrujan sehingga harga
meningkat. SebaIiknya saat awal musim kemarau pemi cenderung menanam
bawang rnerah secara bersarnaan sehingga terjitdi panen raya dan haarga
mengalami penurunan.
Usahatani bawang merah rnerupakan usahatani kurnersial, artinya sangat
intensif dalam pcnggunaan hput dan memkrikan keuntungan yang kbih
betsar.
Dengan demikim udatani bawang mer& dapat menjadi sumber pendapatan
yang nyata
Mi
petani. Urnurnnya petmi M u m xpenuhnya mmgelola
usahataninya seem kumersial. Hal ini d i & b h
skala usaha mlatif lrecil karena
tafian yang dimiiikmya regatif xmpit sehingga penggunaan m
a produksi tidak
efisien. Irnplikasi tersbut mengakibatb produkivitas dan iruditas bawrtng
merah mas& mndah sehhgga dikhawatirkan
daya saingnya Eerlrsiah aleh
bawang merah impor.
3.2.
Konsep Fungsi Produksi dm Efisiensi
Swam umum produicsi dalam usahatmi ditentukan oleh f&tur-faktor
produksi seperti mah, tenaga kerja, modal dm mmajemen. Hubungan teknis
mtm input (faktor p d u k s i ) dengm output (hail) dapat dinyatakan d a l m
bentuk fungsi produksi. bbrtiin (1986), mendefinisih bahwa fungsi produksi
menerangh hubungan &his yrulg mentransfomasikan input &u
surnbrdaya
menjadi output atau komoditas.
Untuk meng&ahui s a m &pat kadmistik dari suatu fuxlgsi produbi
sangat sulit d i l a k u h . Kits clapat rnengabshksikan fenomem dari proses
produksi ke dalslrn bentuk yang dissderhmakan. Bentuk saderfiana ini m e r u p h
suatu
model ymg diharapkan dapat menmgkttn mekanisme proses produbi
sesunggutxnya. Langhfr penyederhanaan dapat difakukan dengan rnenggunakan
kunsep ekunometrika dan statistika sebitgai alat pcndekatannya. S a r a rnwmatis
model umum fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y= f ( Xi, X2,......... X n )
..........+...............+......----+..-m~~~*~~~~~(
3-11
dimana :
Y adalah jumlah output (produksi)
Xi adatah jumlah input ke i yang digunakan
i adaiah I , 2, ........,n
Model umum fungsi produhi %perti pada prsamaati (3.1) b l u m dapat
menerangkm hubwglin input dan output secara kuantitatif. 01eh sebab itu fungsi
produksi hams dinyatakan dafam bentuk fungsi ymg spesifik, yaitu =perti fungsi
Iink, k w h & phominal, akar pangkat dua rttau Cabb DougIas.
Pemilihan fungsi produksi sangat tergantung parfa kondisi yang a&.
Menurut Soekartawi e6 nL. (19861, prsyaratan yang diperlukm untuk
mendapatkm fungsi produksi yang baik adatah adanya hubungan ymg logik dm
benar antara peubah yang dijelakm dengan peubah yang rnenjelaskan. Parameter
statistik dari parameter yang diduga mempunyai derajztt. kctelitinn yang tinggi
sehingga madel yang digunakan dapat dikatakan baik.
Konsep hngsi produksi berguna untuk rnengetahui kemgrtan proses
produksi. Dengan diketahuinya k e r a g m tersebut maka proses produksi dapat
diidentifikasi apakak tefah berjafan seas efisbn atau tiddc. h n g a n demikim
diharapkan petani &an hrtindak rasional cfaiam rnengambil keputusan untuk
Efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara nilai output terhdndap
input. Fungsi produicsi dikatakan lebih efisien dari fungsi produksi lainrtya biia
funpi produksi ternbut menghasilkan output yang Iebih ksar nilainya untuk
tingkat korbanarr yang sama. Dengan kata lain suatu fungsi produksi lebih efisien
dari yang lainnya bila untuk nilai output yang m a , fungsi produksi tersebut
rnemerlukan karbanan yang lebih kecif.
Dalzm mempelajari masalah efisiensi ada dua konwp f u n g i produksi
yang perlu dipejelas perbedaannya, yaitu fungsi p d u k s i frontier dan fufungsi
produhi rata-mta. Fungsi produksi frontier rnenunjukm p d u k maksimum yang
dapat dipewleh dari kumbinasi faktor p d u k s i tertenhr pada tingkat teiuroiogi
terkntu. Fungsi produksi ratet-mta menunjukan bahwa d a t a n i yang brproduksi
pad&ting-lcat produhi tertentu hiurn tentu yang efisien,
Bila
diasumsh
bhwa
produsen
bertujuan
memaksirnurnkan
keuntungan, mempunyai pengetahurn & h i s dm menghadapi hwga ymg m a
baik input maupun output, maka produsen aican bempya untuk mtmgalokaikan
input seeam optimal. Etisiensi daIarn pengunam input pada usahatani hawang
merah akan menentukan besamya keceuntungan yang dapat dicapai oleh petani.
Menurut Doll dm Omm.(X984), efisiensi ekonami akm tercslpai bila dipnuhi
dua syarat yaitu: (1) syarstt yang menunjukm hubungan fisik aritara input dan
output, bahwa proses produksi hams trerada pads hhap iX dimana terjadi efisiensi
seeam &his,
yaitu parla saat produk fisik marjinal (MPP) menurun dm (2) syarat
kmdcupan yang bhubungan dengan tujuan bahwa seorang produsen
diasumsih unruir m m a k s i m u m h keuntungannya. Keuntungan maksimum
&an tercapai bila nilai
produk motrjinal (VMP) sama dengan harga input, ini
G a m h 1 rnenjefaskan, bafrwa pada tingkat p d u k s i optimal (Y)besamya
nilai p d u k marjinal WMP) sama dengm h q p input (P) yang ditunjukan oleh
titik A. Pada kondisi ini tingkat keuntungan rnaksirnurn dan cingkat efisiensi
penggunaan ingut (X)tercapai.
3.3.
Keunggulan Kompetitif dan Karnparatif Bawang Merah
Penanganan pengembangan sektor pertanian, khususnya subsekror
hottikultura, karus ditaksanakan secara terarah dan terpadu agar produk-
produknya dnpat k m i n g dengan baik di pasar dalam negeri rnaupun di pasar
ekspar (Winarno, 1994). Dafam iraibn dengan pasisi pasar, maka infumasi
rnengenai daya wing bawmg merati sangat penting untuk dikefELhui. Analisis daya
saing sangat penting untuk mengetahui apakah usahahni bawang me&
Iayk
dikemt>angkan s e c m ekonornis.
Komaditas bawang merah bersifat tradable: atau dipenlagan*.
mbab itu efisim tidaknya komuditi bawolrrg me&
Okh
Ir:qgmtung day& wingpya di
pasar dunh krrinya, apaicafr biaya produksi riii yang Eexdki dari pmakaian
sumberdaya darnestik teruhma lahan, ten-
kerja dm modal cukup rendah
sefiingga harga jualnya dalsm rupiah lebik rendah dibrtndingkan dengan harga
yang terbentuk di p m r dunia. Untuk itu prlu dikerahui faktor-fstktur y m g
mempengaruhi produksi, efisiensi, biaya produksi seFta kebijakan pemcrintah
krhadap usahatani bawang merah setxingga dapat ditentukan layak tidaknya
usahatmi tersebut dilaktrkan,
'
Suatu aktivitas ekonomi seperti usahatmi bawang merah dapat dievalurtsi
manbtnyya dsri dua scgi yaitu segi finmial (privat) dan segi ekonomi {sosial).
Analisa finansial rne1ihat manfaat p y e k dari sudut lembaga atau individu yang
meiibatkan Biri ke dttIam airtivitas timebut, sedangkm analisa ekonomi menilai
suatu akMtas atas manfaawya bagi rnasyarakat sacara keseluruhan tanpa
memperhatikan siapa yang menyumbmgkan dan rnenerirna manfaat tersebut
(Kadariah, 1988).
Bebempa afat ana4isis donomi dm finztnsial tclah dikembangkan,
dian~ranyayang diperirenalkan oleh Monke dan Pearsun (1 995) yaitu Poiicy
Analysis Matrix (PAM). Analisis dengan menggunnkan PAM terd iri dari
komponen krupn penerirnaan, biaya dan keuntungan yang dibedakan bedasarkan
h a r p privat dm harga sosial, Daiam karnponm biaya, input yang digunakan
digulongkan atas input tradable (yang diperdagangkan di pasar internasional) dan
darnstik (yang tidak diperdagangkan di pasar interniisional). Selisih anlara harga
privat dan h a r p sosial rnetupakm transfer unluk mengukur darnpak dari
kebijakan pemerintah yang ditempkan ahu danya kegqlnn p a r karnaditas
yang dianalisis.
Pemafiman pmlan k e b i j a h baik tecfiadap harp output maupun harga
input menrpakan topik utama
ini. Gambar 2 fa) mengilustrasikan adanya
subsidi p i t i f untuk produsen bmng impor. Sebelurn ada kebijakan subsidi
11arga di dalm negeri adalah sama dengan harga dunia P,. Pada tingkat harga P,
jurnlah produksi dornestik sebesar Qt sedanghn jumlatr prmintaan kansurnen
sebesar Q3. Akibatnya terjadi kefebihan pemintaan sebesar
Q3 -
Qt, sehingga
difakukan impor. Untuk mengurangi i m p dan memativasi pningkatan p d u k s i
dalam negeri pemcrinhh menerapkan kebijakan subsidi positif kepada produsen
(domestik) b m g i m p , Kebijakm subsidi sebesar P,
- P,
akan rneningkatkan
produhi domestik dari Q1ke Qz dm menuninkan jurnfah impor dari @ - Q1
rnenjadi Q - Q2. Hal ini rnenunjukan adanya transfer total dari pemerintah kepada
produsen (dornestik) trarang impor s e h s a ~Qz x ( P, - P,) atau seksar Pp A B Pw.
Kebijakan ini rnenyebabkan hilangnya efisiensi ekanami sebesar selisih antma
biaya sumberdaya untuk rneningkatkan sumberdaya domestik sebesar Q1 C A Q2,
dan biaya imbangan krproduksi setmar Qt C B Qz, atau sama dengan luas
segitiga CAB.
S u m k :M o n k dan Pea~son,1995
pw
PP
:m d i p m r d u n i a p & W s i -Was
: h g a di pimr d o m d k setelaft diM&uksn s h i d i pasitif untuk
h
pdusat
g impor
: h g a di pasar dotnaib s&d& diklodalkan suhidi positif untuk konsumen
pd
b
g impor
S + PI : Subsidi positif icepack pmdusm h
g impor
S + C1 : Subsidi pasitif kqmda konsumen barang i m p
Gambar 2. Damp& Subsidi Positif terhadap M u s e n dm Kansumen
Bmng Impor
Selanjutrrya Gambar 2
(b) rnenjefaskan adanya subsidi positif untuk
konswnen barang impox, Kandisi awal sebelurn kebijakan, harga di &lam negeri
sama
d e n p hacga dunia .,P Pada tingkat harp f, jurnlah prduksi d a d k
s e k QI sedangicsln jumfah ymg dirninta sebes~trQ3. Untuk rneningkatkotn
kunsumsi domestik d i t e m p h kebijaican subsidi pasitif Icepada konsurnen
fdomestik) b m g impor. K e b i j a h subsidi sdmm P,
- Pa
akm rnengurangi
produksi dommtik dari QI ke Qz dm tneningiradcan konsumsi darnestik drtri Q3 ke
Qs,dan impor meningkat dafi
Qs-Q1,
ke
Q4-Q2.
Terdapat transfer S K I yang
rnencakup dua bagian, yaitu dari ppemerinbh ke bnsumen &sar
(P,
- Pd)
(Q4-
Qa) atau luas AGHB dan transfer dari produsen ke kunsurnen sbesar P d B P d .
Efisiensi yang hilang terjadi pada dua sisi yaicu p d u k s i dan konsumsi.
Pendapatan krsih yang hilang s e k s a r AFB dm efisiensi konsumen yang hilang
sebesar EGH.
Ketmgan
PW
S-II
S+ fI
:
: hwga Q di pasat dunia
: Fajair unkk input i m p
: Subsidi untuk input impr
Gambstr 3, Pajak dm Subsidi pada Input Tradable dan Pengaruhnya
terhadap Output.
Kebijaitan pemerinhh terhadap harga input, dikrfakukan baik pada input
W b l e maupun input nun tradable, Gambar 3 menunjukkan pgartfh subsirfi
dm
pjak pada input tradable pertafiian terhadap uu$put, Embar 3 (a)
rnenunjukican darn@ adanya pajak input tradable krhdap output Seblum ada
paj& pada tingkat h a r e dunia sebesar
P, kurva p e n a m
output add& S.
Sementm itu jurnlah konsumsi domestik sebesar Q3dan yang ditawwkan x
QI sehingga terjarfi irekbiban permintam
(excess demand) seksar QJ-Qt.
h
Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut di takukan impor, Dengan diberlakukmnya pajak
input maka harga input rnenjadi lebih mzthal dm mengakibatkan biaya produksi
meningkat, dengan demikian pada harga output Pw yang %ma, kurva penawmn
output bergeser dari S ke s'.Akibat haf ini autput domestik turun dari Q1 ke Q2,
Penururnan output tersebut rnengakibatksln impor naik dari QlQr rnenjadi Q3-
Q2.Efisiensi yang hiiang adalah xbesar segitiga AABC, yang juga rnerupakan
sefisih anbra oprtunity cost produsen atau nilai autput yang hilang (QzCAQt)
dengan biaya produksi (QaBAQt),
Gambar 3 (b) rnenunjukan dam@ subsidi input badable terhadap tingkat
output yang d i h a s i l h . Kondisi seblurn ada subsidi autput, d e w hwga dunia
s e hf
,
kuna p e n a w m output dalah S. Pada kondisi t
dalah QI sedangkan prmintaan domwtik
yang diimpor adalah m
h Q3*,.
Q3.
d u t
pawam
D e n p dmikian jumlah output
Admya subsidi terhadap input tradab1e
rntnyebabkan hwga input mmjadi Iebih rendah sehingga biaya produksi menutun.
Selanjutnya pada harga output yang sama dmgan P
,
kurva p e n a w m akan
k r g w r ke h a r t dm produksi rnenin&t dari Q1-Q2. Peningiratan p d u k s i a h
mengurangi impor dari Q3-Qt menjadi Q3-Qz. Efisiensi ekonomi yang hilang
akibat kebijakan tersebut adalah seksar ABC, yaitu selisih antam opormnity cost
produsen (QlACQ2) dan nilai dari peninglratan k e l u m (QIABQ2).
Pada input non tradable, k e b i j h pmerintah brbentuk subsidi dm
pajak, Gambar 4 rnenjelaskan dam@
danya kebijalcan input non W a b k
terhasfap p r o d m dan kmsumen. Kebijak.an pada input non tradable
mempengaruhi pelaku ekonomi yaim produsen dan konsumen, tanpa
memprhatikan awal mulet pajak. dm subsidi tersebut ditmplran pada siapa, Hal
ini bt:rarti hanya ada satu tingkat hasif (Qz)
dari penggunaan input oleh produsen
dan konsumen input nun tradable, sehingga produsen dan konsumen sarna-sama
rnenanggung beban atau keuntungan dari kebijakan tersebut.
Qz
.+.
4(a)
S
-N
S +N
pa
PC
PP
Q1
S-N
Q
Qi
4 (b)
42
S -I-M
: fajak untuk barang non tra&k
: Subsidi untuk h g r
m lmdable
: Harga domestib sekiurn diklakukannya pjak dan subsidi
:Hmp &tikonslmrm W&h diklakukannya pajak d m suhidi
:Harga ditinght prcduw setelah dihrt&uhnya pajotk dan Suhidi.
Gambar 4. Dampak Subsidi dm Pajak Input Non Tradabfe
G a m h 4 (a) menunjukan bahwa sebefum rtdanya pajak, kesetirnbangan
permintaan dan penawaran input non tradable berada pada harga Pd d m Q1.
b n g a n diterapkannya pajak sebesar PC?, mengakibatkan input yang dihasilkm
turun menjadi Q2. Harga ditingkat konsurnen naik menjadi PC dan ditingkat
produsen turun menjadi P,, Efisiensi ekonami yang hilang sebesax selisih antara
kernampurn konsumen uuntuk membayar (Q2CAQI) dm biaya sumberdaya
produksi (QzDAQi) terhadap penrbatian input yang dihasilkan. Dengan demikian
efisimsi &onomi yang hilang dari produsen seksm BDA dan efisiensi yang
hilslng dari konsurnen se