ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KOMODITAS BAWANG MERAH DI KABUPATEN KEDIRI

(1)

i ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH

PADA KOMODITAS BAWANG MERAH DI KABUPATEN KEDIRI

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-2

Diajukan Oleh : Umbu Maramba NIM 201120390211013

MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013


(2)

ii ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH

PADA KOMODITAS BAWANG MERAH DI KABUPATEN KEDIRI

Diajukan oleh : UMBU MARAMBA

20112039211013

Telah disetujui

Pada hari/tanggal, Jum’at / 3 Januari 2014

Direktur

Program Pasca Sarjana

Dr. Latipun, M.Kes

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Anas Tain, MM

Ketua program Studi Maister Agribisnis

Dr. Ir. Anas Tain, MM Pembimbing Utama


(3)

iii

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh :

UMBU MARAMBA

20112039211013

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada hari/tanggal, Jum’at / 3 Januari 2014 Dan dinyatakn memenuhi syarat sebagai kelengkapan Memperole gelar Magister/Profesi deprogram Pasca Sarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr.Ir. Sutawi, Mp

Sekretaris : Dr. Ir. Anas Tain, MM

Penguji I : Dr. Damat, Mp


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : UMBU MARAMBA

NIM : 201120390211013

Program Studi : MAGISTER AGRIBISNIS

Dengan ini menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KOMODITAS BAWANG MERAH DI KABUPATEN KEDIRI adalah hasil karya saya, dan dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi dan terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata didalam naskah ini terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia tesis ini DIGUGURKAN DAN GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSEKUTIF.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 10 Januari 2014 Yang menyatakan


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Kasih, Talenta, dan BerkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan judul “Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah pada Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Kediri”. Tesis ini diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi jenjang Pasca Sarjana pada Program Studi Magister Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Orangtua penulis yang sudah memberikan kasih sayang, kesempatan, dan dukungan moril maupun materil kepada penulis sehingga sehingga tesis ini dapat selesai.

2. Dr. Ir. Sutawi, MP selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan, nasehat, dan pengarahan yang diberikan selama proses penyusunan tesis ini.

3. Dr. Ir. Anas Tain, MM selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan, nasehat, dan pengarahan yang diberikan selama proses penyusunan tesis ini.

4. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri dan seluruh staf serta seluruh petani Bawang Merah yang telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi penulis. 5. Isteriku tercinta Rambu Naha Tarap, ST yang telah mendukung penilis baik dari segi

moril dan doa mulai dari awal sampai penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Adik-adik tersayang Heski, Rambu Ika, Anggy, Resno, Alvian serta semua keluarga di Sumba yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan tuliusan ini.


(6)

vi 7. Para Alumni dan rekan seperjuangan Mahasiswa Magister Agribisnis, khususnya Mahasiswa Magister Agribisnis 2011 Kelas Reguler yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

8. Teman-teman Ikatan Warga Sumba di Malang yang selama ini telah menjadi keluarga kecilku di Malang. Suatu kebanggaan bagiku karena telah menjadi bagian kecil dalam kehidupan yang telah mengajariku tetang indahnya rasa persaudaraan di tanah rantau. 9. Teman-teman kos dan kerabat dekatku (Boby, Ardy, Abang Wido, Dimas, Rinto, Cae,

Dani, Abel, Richard, Chiko, Putri, Indah, Nely, Fenina, Vendy) yang selalu memberikan saran yang terbaik kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan dan semangatnya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, November 2013


(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.5 Penegasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Daya Saing ... 9

2.1.1 Keunggulan Kompetitif ... 11

2.1.2 Keunggulan Komparatif ... 12

2.2 Analisis Finansial ... 12

2.3 Analisis Ekonomi ... 13

2.4 Harga Bayangan (Shadow Price) ... 14

2.5 Barang Yang Diperdagangkan dan Yang Tidak Diperdagangkan .... 17

2.6 Teori Matrik Kebijakan (Policy Analysis Matrix) ... 18

2.7 Kajian terhadap Penelitian Terdahulu ... 31


(8)

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Subjek, Objek dan Tempat Penelitian ... 41

3.2 Metode Penelitian ... 42

3.2.1 Desain Penelitian ... 42

3.2.2 Sumber Data ... 43

3.2.3 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.3 Metode Analisis Data... 43

3.4 Definisi Operasional dan Pengkuran Variabel ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Kondisi Daerah Penelitian ... 47

4.1.1 Geografis ... 47

4.1.2 Kondisi Penduduk dan Alam ... 48

4.1.3 Gambaran Umum Usahatani Bawang Merah ... 48

4.1.3.1 Bibit ... 49

4.1.3.2 Pupuk ... 50

4.1.3.3 Pestisida dan Fungisida ... 52

4.1.3.4 Tenaga Kerja ... 52

4.1.3.5 Alat-alat Pertanian yang Digunakan ... 57

4.1.4 Tataniaga Bawang Merah ... 57

4.2 Penyusunan Tabel Policy Analysis Matrix (PAM) ... 60

4.2.1 Penentuan Harga Privat Input dan Output ... 60

4.2.2 Penentuan Harga Bayangan Input dan Output ... 62

4.2.2.1 Harga Bayangan Output ... 62

4.2.2.2 Harga Bayangan Input ... 64

4.2.3 Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing ... 71

4.2.3.1 Alokasi Biaya Produksi ... 72

4.2.3.2 Alokasi Biaya Tataniaga ... 73

4.2.4 Matrik Analisis Kebijakan ... 74

4.2.4.1 Keunggulan Kompetitif dan Komparatif ... 75


(9)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010−2012

(Persen)... 88 Lampiran 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah

Tahun 2012 ... 89 Lampiran 3. Perkembangan Ekspor Dan Impor Komoditas Bawang

Merah Tahun 2008 – 2012 ... 90 Lampiran 4. Negara Tujuan Ekspor Bawang Merah Indonesia Tahun 2012 .... 90 Lampiran 5. Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia Tahun 2012 ... 91 Lampiran 6. Nilai Ekpor Tahun 2012 ... 92 Lampiran 7. Nilai Impor Tahun 2012 ... 92 Lampiran 8. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah)

Tahun 2007-2013 ... 93 Lampiran 9. Analisis Finansial dan Ekonomi Usahatani Bawang

Merah di Kecamatan Badas Tahun 2012 (Rp/Ha/Tahun) ... 94 Lampiran 10. Kuisioner ... 95


(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A (2009). Penentu Komoditas Unggulan Kopi Arabika dan Kakao melalui Pendekatan Policy Analysis Matrix Multi-Period di Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Bali

Badan Pusat Statisik Jatim (2012). Produksi Bawang Merah Jatim Tahun 2012. Surabaya : BPS Jatim

Badan Pusat Statisik (2013). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Tahun 2013. Jakarta : BPS Indonesia

Ditjen Hortikultura (2005). Lokasi Pengembangan Bawang Merah Tahun 2005 - 2025. Jakarta : Ditjen Hortikultura

Ditjen Hortikultura (2012). Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2012. Jakarta : Ditjen Hortikultura

Ditjen Hortikultura (2012). Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia. Jakarta : Ditjen Hortikultura

Ditjen Hortikultura (2012). Volume Ekspor dan Impor Sayuran Indonesia Periode 2012. Jakarta : Ditjen Hortikultura

Departemen Keuangan Republik Indonesia (2013). Tarif Bea Masuk Indonesia. Diakses 16 November 2013 dari http://www.tarif.depkeu.go.id

Dewi, H (2004). Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif serta Dampak Kebijakan Pemerintah Pada Pengusahaan Kedelai, Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Fadholi Hermanto (1994). Ilmu Usahatani. Cetakan IV. Penebar Swadaya : Jakarta

ForFarmers. Potassium Sulphate Potassic Lousiana. Diakses 15 November 2013 dari http://www.forfarmers.com/supply/p/Potassium-Sulfate-Potassic.html

Gittinger, J. Price (1986). Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press : Jakarta

Gray, Clive, et al (1985). Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia : Jakarta

Gray, Clive, dkk (2002). Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Hasibuan, Zainal, A., (2007). Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer Dan

Teknologi Informasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia

Jiaocheng Sanxi Chemical Co., Ltd. Ammonium Sulphate. Diakses tanggal 15 November 2013 dari http://www.alibaba.com/product-gs/226928046/Ammonium sulfate.html Kadariah, et al. (1988). Pengantar Evaluasi Proyek Jilid 1. Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia Press : Jakarta

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 356/KMK.06/2003. Tata Cara Penghitungan dan Pembayaran Subsidi Pupuk. Diakses 15 November 2013 dari


(12)

xii Kridiarto, P (2003). Analisis daya Saing dan Efisiensi Tataniaga Pisang Ambon Lumut,

Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Kuraisin, V (2006). Analisis daya Saing dan Dampak Perubahan Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Susu Sapi, Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Koerdianto, E. Z (2008). Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap

Komoditas Sayuran Unggulan (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat), Skripsi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Le, Jason., (2013). Red Union Shallot. Diakses 15 November 2013 dari http://www.alibaba.com/product-tp/146715190/red_onion_shallot.html

Malian AH, Rachman B, Djulin A (2004). Pemintaan Ekspor dan Daya Saing Vanili di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ago Ekonomi, 22:26-45

Monke, E. A dan S.R. Pearson (1989). The Policy Analysis Matrix For Agricultural Development. Cornell University Press: Itacha and London

Novianti, T. 2003. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Unggulan Sayuran, Tesis Program Pasca Sarjana, InstitutPertanian Bogor

Putradi, J (2005). Keunggulan Komparatif dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Kedelai di Kabupaten Badung, Tesis Program Studi Magister Manajemen Agribisnis, Universitas Udayana

Pearson, S, Carl Gotsch dan Sjaiful Bahri (2004). Aplikasi Policy Analysis Matrix pada Pertanian Indonesia. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 591/PMK.010/2004 tanggal 21 Desember 2004

tentang Harmonisasi Tarif Impor

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 236/PMK.011/2008tanggal 23 Desember 2008

tentang Tarif Impor Bawang Merah

Rachman, B., P. Simatupang, dan T. Sudaryanto (2004). Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Padi. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Riduwan (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan 4. Bandung: Alfabeta

Rusastra, I W., B. Rachman, dan S. Friyatno (2004). Analisis Daya Saing dan Struktur Proteksi Komoditas Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian: Bogor.

Rusono, N (1999). Analisis Daya saing Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Pada Beberapa Lokasi Pengembangan, Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Rohman, R. E (2008). Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat), Skripsi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Rosalita, I (1996). Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Pengusahaan Minyak Sereh Wangi di Sukabumi, Skripsi Fakultas Pertanian, IPB Bogor


(13)

xiii Saptana, Sumaryanto, M. Siregar, H. Mayrowani, I. Sadikin, dan S. Friyatno (2001). Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Unggulan Hortikultura. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian

Saptana, S. Friyatno, dan T. Purwantini (2004). Efisiensi dan Daya Saing Usahatani Tebu dan Tembakau di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Saptana, Indraningsih, K.C. dan Hastuti, E.L (2006). Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha di Sentra-Sentra Produksi Sayuran. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Soekartawi (1995). Pengantar Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani

Kecil. UI Press : Jakarta

Tambunan, Dr. Tulus T.H (2003). Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia

Tjetjep, N dan A, Supriatna (2002). Analisis Kelayakan Finansial Lada Hitam (Studi Kasus di Propinsi Lampung). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial ekonomi Pertanian IPB

Wisnu.P.IG Ngr (2005). Efisiensi dan Daya Saing Komoditas Padi Pada Zone Agroklimat yang Berbeda. (Studi Kasus di Lahan Sawah Beririgasi dan Tadah Hujan di Kabupaten Jembrana), Tesis S-2 Program Studi Magister Manajemen Agribisnis, Universitas Udayana

World Bank (2012). Commodity Price. Diakses 15 November 2013 dari http://search.worldbank.org/data

Zulkarnaini, Z (2007). Analisis Daya Saing Buah Pisang (Musa paradisiaca L) di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari

hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang

memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012), sektor pertanian memberikan

konstribusi terbesar kedua terhadap total perekonomian Indonesia yaitu sebesar 14,44

persen dengan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1.190,4 triliun

rupiah berdasarkan harga berlaku. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan

penyumbang lapangan kerja terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 40,50 persen (BPS,

2012). Jika dilihat dari nilai absolutnya, maka kontribusi sektor pertanian terhadap

PDB (Produk Domestik Bruto) merupakan jumlah yang besar, sehingga seharusnya

dapat dianalogikan bahwa petani seharusnya menerima pendapatan yang memadai

untuk dapat hidup sejahtera. Namun pada kenyataannya, apabila dilihat melalui peta

kemiskinan di Indonesia, kiranya dapat dipastikan bahwa bagian terbesar penduduk

yang miskin adalah yang bekerja di sektor pertanian (Tambunan, 2003: 23-24).

Secara umum, sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor, yaitu subsektor

pangan, hortikultura, dan perkebunan. Salah satu subsektor yang cukup penting

adalah subsektor hortikultura. Menurut data Direktorat Jenderal Hortikultura (2012),

nilai Produk domestik Bruto (PDB) dari subsektor hortikultura tahun 2012 mencapai


(15)

2

88.851 milyar rupiah. Bawang merah

(Allium ascalonicum L.)

merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang cukup strategis di Indonesia mengingat fungsinya

sebagai bahan utama bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang merah merupakan

sayuran yang hampir digunakan dalam seluruh menu makanan di Indonesia. Menurut

data BPS (2012), luas panen bawang merah tahun 2012 seluas 99.315 ha meningkat

6,25 persen dibandingkan tahun 2011, sedangkan produksi bawang merah tahun 2012

sebesar 9.600.719

ton meningkat 7,96 persen dibandingkan tahun 2011, namun

jumlah produksi tidak berkelanjutan karena bersifat musiman dan mudah rusak.

Permintaan bawang merah yang terus meningkat dan berkelanjutan belum mampu

dipenuhi oleh produksi Indonesia sehingga untuk memenuhi kebutuhan bawang

merah khususnya di luar musim panen perlu dilakukan impor bawang merah.

Volume

impor bawang merah pada tahun 2012 sebesar 122.190,72 ton (BPS, 2012). Oleh

karena itu, analisis terhadap daya saing komoditas bawang merah diperlukan

sehingga produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk

asing ke dalam negeri. Tidak hanya bertahan, diharapkan produk-produk tersebut

mampu menghasilkan devisa bagi negara atau bahkan menjadi ciri khas negara

tersebut.

Faktor pemicu daya saing terdiri dari teknologi, produktivitas, harga dan biaya

input, struktur industri, serta kuantitas permintaan domestik dan ekspor. Faktor-faktor

itu dapat dibedakan atas: (1) Faktor yang dapat dikendalikan oleh unit usaha, seperti

strategi produk, teknologi, pelatihan, biaya riset dan pengembangan; (2) Faktor yang

dapat dikendalikan oleh pemerintah, seperti lingkungan bisnis (pajak, suku bunga,


(16)

3

nilai tukar uang), kebijakan perdagangan, kebijakan riset dan pengembangan, serta

pendidikan, pelatihan dan regulasi;

(3) Faktor yang semi terkendali, seperti kebijakan harga input dan kuantitas

permintaan domestik; dan (4) Faktor yang tidak dapat dikendalikan, seperti

lingkungan alam (Malian

et al.

, 2004). Dengan demikian, apabila pemerintah dan

pelaku usaha mampu memperbaiki faktor-faktor pemicu di atas, maka diharapkan

komoditas bawang merah mampu bertahan dan menghasilkan devisa bagi negara.

Sentra produksi bawang merah di Indonesia saat ini didominasi oleh Pulau Jawa

yaitu sebesar 76,89 persen dari total produksi di Indonesia (BPS, 2012). Wilayah

sentra produksi di Pulau Jawa tersebut terdiri dari Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa

Timur, serta Banten. Pada tahun 2012 tingkat produktivitas bawang merah tertinggi

adalah Jawa Tengah yaitu mencapai 106,57 ton/ha. Jawa Timur berada pada urutan

keempat dengan tingkat produktivitas 99,63 ton/ha seperti terlihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1

Tingkat Produktivitas Bawang Merah per Propinsi di Pulau Jawa Tahun

2012

Propinsi

Produktivitas Bawang Merah (Ton/Ha)

Jawa Tengah

106,57

Jawa Barat

101,33

Jawa Timur

99,63

DIY

100,47

Banten

71,74

Sumber : BPS (2012)

Berdasarkan data BPS Jawa Timur 2012, Kabupaten Nganjuk merupakan salah

satu sentra produksi bawang merah terbesar di Jawa Timur, hal ini terlihat dari

produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2012 mencapai 116.507

ton. Selanjutnya, produksi bawang merah terbesar kedua di Jawa Timur adalah


(17)

4

Kabupaten Probolinggo dengan tingkat produksi bawang merah pada tahun 2012

mencapai 42.000 ton, kemudian diikuti oleh Kabupaten Pamekasan 33.000 ton dan

Kabupaten Kediri 8.198 ton. Meskipun Kabupaten Kediri hanya berada pada urutan

keempat dalam tingkat produksi bawang merah di Provinsi Jawa Timur, namun

kesesuaian agroklimat di Kabupaten Kediri merupakan faktor yang dapat menarik

minat investor pada usahatani komoditas bawang merah.

Menurut Ditjen Hortikultura (2005), kondisi agroklimat yang cocok untuk

bawang merah di dataran rendah adalah yang memiliki karakterisitik sebagai berikut:

(a) ketinggian tempat < 300 m, (b) jenis tanah alluvial dan regosol, dan (c) tipe iklim

(klasifikasi Oldeman dan Irsal C3 = 5 – 6 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering; atau

D3 = 3 – 4 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering; atau E3 = 3 bulan basah dan 4 – 6

bulan kering. Berdasarkan karakteristik kecocokan agroklimat tersebut,

wilayah-wilayah yang disarankan untuk perluasan areal penanaman bawang merah

(diperkirakan seluas 116.900 hektar) adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2

Lokasi Pengembangan Bawang Merah Tahun 2005 - 2025

No Provinsi

Kabupaten

1

NAD

Pidie

2

Sumatera Utara

Tapanuli Utara, Tobasa dan Padang Sidempuan

3

Jawa Barat

Majalengka, Cirebon dan Bandung

4

Jawa Tengah

Kendal, Pemalang, Tegal dan Brebes

5

D.I. Yogyakarta

Kulon Progo dan Bantul

6

Jawa Timur

Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan dan Kediri

7

NTB

Lombok Timur dan Lombok Barat

8

NTT

Rote Ndau

9

Sulawesi Tengah

Kota Palu dan Donggala

10 Sulawesi Utara

Sangihe Talaud

11 Sulawesi Selatan

Enrekang


(18)

5

Peran kebijakan pemerintah dalam hal perdagangan sangat mempengaruhi

dinamika perkembangan komoditas bawang merah lokal di tengah kondisi

perdagangan bebas dan persaingan dengan bawang merah impor. Pada tahun 2005,

Indonesia melakukan Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk dengan menerapkan

tarif yang relatif tinggi untuk beberapa produk pertanian termasuk hortikultura yaitu

sebesar 10-40 persen. Program tersebut dikenakan atas barang impor yang masuk ke

Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus dengan

Indonesia seperti ASEAN

Free Trade Area

(AFTA), ASEAN China

Free Trade Area

(AC-TFA), dan ASEAN Korea

Free Trade Area

(AK-TFA). Keputusan pemerintah

tentang harmonisasi tarif diterbitkan dalam Permenkeu Nomor 591/PMK.010/2004

tanggal 21 Desember 2004. Tarif impor yang dikenakan untuk bawang merah

konsumsi adalah sebesar 25 persen pada tahun 2005-2010. Berdasarkan Permenkeu

Nomor 90/PMK.011/2011 tarif impor tersebut turun menjadi sebesar 20 persen mulai

tahun 2011 (Kementerian Keuangan, 2012). Tarif impor bawang merah yang berasal

dari negara anggota ASEAN dan China pada tahun 2006 telah dihapuskan atau nol

persen. Keputusan tersebut tertulis dalam Permenkeu Nomor 28/PMK.010/2005 serta

Kepmenkeu Nomor 355/KMK.01/2004 dan 356/KMK.01/2004. Kemudian

pemerintah menanggapi adanya AK-TFA dengan menerbitkan Permenkeu Nomor

236/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008. Peraturan tersebut mengemukakan

bahwa tarif impor bawang merah dari Korea tahun 2009-2011 adalah sebesar lima

persen dan akan turun menjadi nol persen pada tahun 2012 (Kementerian Keuangan,

2012). Peraturan tersebut menunjukkan adanya penurunan tarif impor terhadap

bawang merah dirnana hal ini diduga akan semakin mengurangi daya saing bawang


(19)

6

merah lokal. Untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai daya saing bawang merah di salah satu lokasi

pengembangan komoditas bawang merah di Indonesia, yaitu Kabupaten Kediri yang

terletak di Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1.

Apakah usahatani komoditas bawang merah di Kabupaten Kediri merupakan

usahatani yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif ?

2.

Bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas

bawang merah di Kabupaten Kediri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini yaitu

untuk menganalisis :

1.

Menganalisis keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani komoditas

bawang merah di Kabupaten Kediri.

2.

Menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas

bawang merah di Kabupaten Kediri.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun dalam

konteks praktis. Adapun substansi manfaat yang dimaksud dapat diuraikan sebagai

berikut:


(20)

7

a.

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan

pertimbangan dalam kegiatan usahatani bawang merah dan dapat menjelaskan sejauh

mana daya saing komoditas bawang merah dalam memasuki era pasar bebas.

b.

Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.

Bagi peneliti, merupakan suatu wadah pengembangan diri dan berlatih

menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama kuliah.

2.

Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk

mengembangkan potensi suatu wilayah, serta bahan pertimbangan dalam

perumusan kebijakan pertanian, khususnya pengembangan komoditas bawang

merah di daerah masing-masing.

3.

Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi

penelitian, terutama penelitian yang berkaitan dengan daya saing, ekonomi

pertanian dan kebijakan pemerintah serta diharapkan dapat memperluas

khasanah ilmu pengetahuan.

1.5 Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi ambiguitas dalam memberi makna terhadap istilah yang

digunakan dalam fokus penelitian, maka istilah-istilah tersebut akan dibatasi dalam

bentuk penegasan istilah, sebagai berikut:


(21)

8

Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memprodukasi suatu

komoditas dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi

di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pendekatan yang

sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditas adalah tingkat

keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dalam pengusahaan komoditas tersebut.

Keuntungan dapat dilihat dari dua sisi yaitu Keuntungan Privat dan Keuntungan

Sosial. Sementara itu, efisiensi pengusahaan komoditas dapat dilihat dari dua

indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Untuk

menganlisis keunggulan komparatif, menggunakan pendekatan harga bayangan

(harga ekonomi), sedangkan untuk menganalisis keunggulan kompetitif digunakan

pendekatan harga aktual (harga finansial).

b.

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor

ataupun sebagai usaha untuk melindungi produk dalam negeri agar dapat bersaing

dengan produk dari luar negeri. Kebijakan tersebut biasannya diberlakukan untuk

input dan output yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara harga input dan

harga output yang diminta produsen (harga privat) dengan harga yang sebenarnya

terjadi jika dalam kondisi perdagangan bebas (harga sosial).

c.

Policy Analysis Matrix

(PAM)

PAM adalah alat analisis untuk menganalisis pengaruh intervensi

pemerintah dan

dampaknya pada sistem komoditas. Metode PAM dapat

mengidentifikasi tiga analisis

yaitu analisis keuntungan (privat dan sosial), analisis daya saing (keunggulan

kompetitif dan komparatif), dan analisis dampak ke


(1)

nilai tukar uang), kebijakan perdagangan, kebijakan riset dan pengembangan, serta pendidikan, pelatihan dan regulasi;

(3) Faktor yang semi terkendali, seperti kebijakan harga input dan kuantitas permintaan domestik; dan (4) Faktor yang tidak dapat dikendalikan, seperti lingkungan alam (Malian et al., 2004). Dengan demikian, apabila pemerintah dan pelaku usaha mampu memperbaiki faktor-faktor pemicu di atas, maka diharapkan komoditas bawang merah mampu bertahan dan menghasilkan devisa bagi negara.

Sentra produksi bawang merah di Indonesia saat ini didominasi oleh Pulau Jawa yaitu sebesar 76,89 persen dari total produksi di Indonesia (BPS, 2012). Wilayah sentra produksi di Pulau Jawa tersebut terdiri dari Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, serta Banten. Pada tahun 2012 tingkat produktivitas bawang merah tertinggi adalah Jawa Tengah yaitu mencapai 106,57 ton/ha. Jawa Timur berada pada urutan keempat dengan tingkat produktivitas 99,63 ton/ha seperti terlihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Tingkat Produktivitas Bawang Merah per Propinsi di Pulau Jawa Tahun

2012

Propinsi Produktivitas Bawang Merah (Ton/Ha)

Jawa Tengah 106,57

Jawa Barat 101,33

Jawa Timur 99,63

DIY 100,47

Banten 71,74

Sumber : BPS (2012)

Berdasarkan data BPS Jawa Timur 2012, Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu sentra produksi bawang merah terbesar di Jawa Timur, hal ini terlihat dari produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2012 mencapai 116.507 ton. Selanjutnya, produksi bawang merah terbesar kedua di Jawa Timur adalah


(2)

Kabupaten Probolinggo dengan tingkat produksi bawang merah pada tahun 2012 mencapai 42.000 ton, kemudian diikuti oleh Kabupaten Pamekasan 33.000 ton dan Kabupaten Kediri 8.198 ton. Meskipun Kabupaten Kediri hanya berada pada urutan keempat dalam tingkat produksi bawang merah di Provinsi Jawa Timur, namun kesesuaian agroklimat di Kabupaten Kediri merupakan faktor yang dapat menarik minat investor pada usahatani komoditas bawang merah.

Menurut Ditjen Hortikultura (2005), kondisi agroklimat yang cocok untuk bawang merah di dataran rendah adalah yang memiliki karakterisitik sebagai berikut: (a) ketinggian tempat < 300 m, (b) jenis tanah alluvial dan regosol, dan (c) tipe iklim (klasifikasi Oldeman dan Irsal C3 = 5 – 6 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering; atau D3 = 3 – 4 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering; atau E3 = 3 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering. Berdasarkan karakteristik kecocokan agroklimat tersebut, wilayah-wilayah yang disarankan untuk perluasan areal penanaman bawang merah (diperkirakan seluas 116.900 hektar) adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Lokasi Pengembangan Bawang Merah Tahun 2005 - 2025

No Provinsi Kabupaten

1 NAD Pidie

2 Sumatera Utara Tapanuli Utara, Tobasa dan Padang Sidempuan 3 Jawa Barat Majalengka, Cirebon dan Bandung

4 Jawa Tengah Kendal, Pemalang, Tegal dan Brebes 5 D.I. Yogyakarta Kulon Progo dan Bantul

6 Jawa Timur Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan dan Kediri

7 NTB Lombok Timur dan Lombok Barat

8 NTT Rote Ndau

9 Sulawesi Tengah Kota Palu dan Donggala 10 Sulawesi Utara Sangihe Talaud

11 Sulawesi Selatan Enrekang


(3)

Peran kebijakan pemerintah dalam hal perdagangan sangat mempengaruhi dinamika perkembangan komoditas bawang merah lokal di tengah kondisi perdagangan bebas dan persaingan dengan bawang merah impor. Pada tahun 2005, Indonesia melakukan Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk dengan menerapkan tarif yang relatif tinggi untuk beberapa produk pertanian termasuk hortikultura yaitu sebesar 10-40 persen. Program tersebut dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus dengan Indonesia seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN China Free Trade Area (AC-TFA), dan ASEAN Korea Free Trade Area (AK-TFA). Keputusan pemerintah tentang harmonisasi tarif diterbitkan dalam Permenkeu Nomor 591/PMK.010/2004 tanggal 21 Desember 2004. Tarif impor yang dikenakan untuk bawang merah konsumsi adalah sebesar 25 persen pada tahun 2005-2010. Berdasarkan Permenkeu Nomor 90/PMK.011/2011 tarif impor tersebut turun menjadi sebesar 20 persen mulai tahun 2011 (Kementerian Keuangan, 2012). Tarif impor bawang merah yang berasal dari negara anggota ASEAN dan China pada tahun 2006 telah dihapuskan atau nol persen. Keputusan tersebut tertulis dalam Permenkeu Nomor 28/PMK.010/2005 serta Kepmenkeu Nomor 355/KMK.01/2004 dan 356/KMK.01/2004. Kemudian pemerintah menanggapi adanya AK-TFA dengan menerbitkan Permenkeu Nomor 236/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008. Peraturan tersebut mengemukakan bahwa tarif impor bawang merah dari Korea tahun 2009-2011 adalah sebesar lima persen dan akan turun menjadi nol persen pada tahun 2012 (Kementerian Keuangan, 2012). Peraturan tersebut menunjukkan adanya penurunan tarif impor terhadap bawang merah dirnana hal ini diduga akan semakin mengurangi daya saing bawang


(4)

merah lokal. Untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai daya saing bawang merah di salah satu lokasi pengembangan komoditas bawang merah di Indonesia, yaitu Kabupaten Kediri yang terletak di Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah usahatani komoditas bawang merah di Kabupaten Kediri merupakan usahatani yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif ?

2. Bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas bawang merah di Kabupaten Kediri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini yaitu untuk menganalisis :

1. Menganalisis keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani komoditas bawang merah di Kabupaten Kediri.

2. Menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas bawang merah di Kabupaten Kediri.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun dalam konteks praktis. Adapun substansi manfaat yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:


(5)

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam kegiatan usahatani bawang merah dan dapat menjelaskan sejauh mana daya saing komoditas bawang merah dalam memasuki era pasar bebas.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, merupakan suatu wadah pengembangan diri dan berlatih menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk mengembangkan potensi suatu wilayah, serta bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pertanian, khususnya pengembangan komoditas bawang merah di daerah masing-masing.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi penelitian, terutama penelitian yang berkaitan dengan daya saing, ekonomi pertanian dan kebijakan pemerintah serta diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan.

1.5 Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi ambiguitas dalam memberi makna terhadap istilah yang digunakan dalam fokus penelitian, maka istilah-istilah tersebut akan dibatasi dalam bentuk penegasan istilah, sebagai berikut:


(6)

Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memprodukasi suatu komoditas dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditas adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dalam pengusahaan komoditas tersebut. Keuntungan dapat dilihat dari dua sisi yaitu Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial. Sementara itu, efisiensi pengusahaan komoditas dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Untuk menganlisis keunggulan komparatif, menggunakan pendekatan harga bayangan (harga ekonomi), sedangkan untuk menganalisis keunggulan kompetitif digunakan pendekatan harga aktual (harga finansial).

b. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor ataupun sebagai usaha untuk melindungi produk dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk dari luar negeri. Kebijakan tersebut biasannya diberlakukan untuk input dan output yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara harga input dan harga output yang diminta produsen (harga privat) dengan harga yang sebenarnya terjadi jika dalam kondisi perdagangan bebas (harga sosial).

c. Policy Analysis Matrix (PAM)

PAM adalah alat analisis untuk menganalisis pengaruh intervensipemerintah dan dampaknya pada sistem komoditas. Metode PAM dapatmengidentifikasi tiga analisis yaitu analisis keuntungan (privat dan sosial), analisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif), dan analisis dampak ke