PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN WINGEOM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 35 MEDAN T.A 2015/2016.

iii

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN
WINGEOM PADA SISWA KELAS VIII
SMP N 35 MEDAN T.A 2015/2016

Yohanna Lubis (4123311059)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran siswa,
padahal palajaran Matematika mendapat bagian yang cukup besar dibandingkan jam
pelajaran lain. Oleh karena itu model pembelajaran sangat mempengaruhi kemampuan
penalaran siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan
penalaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih
baik dari pada model pembelajaran problem based learning berbantuan wingeom. Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas VIII SMP N 35 Medan semester genap yang terdiri dari 8 kelas paralel
dan yang menjadi sampel adalah dua kelas yang dipilih secara acak diamana kelas VIII
7 sebagai kelas eksperimen 1 (menggunakan model pembelajaran discovery learning)
dan kelas VIII 8 sebagai kelas eksperimen 2 (menggunakan model pembelajaran

problem based learning) dengan masing-masing jumlah sampel 30 orang dalam tiap
kelas. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu pre-test dan post-test yang
telah divalidasi dalam bentuk uraian. Rata-rata peningkatan nilai siswa di kelas
eksperimen 1 adalah 17,933 dengan peningkatan nilai terendah 7 dan peningkatan nilai
tertinggi 32. Sedangkan rata-rata peningkatan siswa di kelas eksperimen 2 adalah
12,833 dengan peningkatan nilai terendah 2 dan peningkatan nilai tertinggi 30. Dari
hasil analisis data pre-test pada kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama.
Dari uji hipotesis data selisih nilai pretes-posttes pada kedua sampel diperoleh t hitung >
t tabel ( 2,493 > 1,671) artinya bahwa kemampuan penalaran siswa menggonakan model
pembelajaran discovery learning lebih baik daripada model pembelajaran problem
based learning berbantuan wingeom di kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016.

Kata Kunci : Discovery Learning, Problem Based Learning, Penalaran, Wingeom.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi berjudul “Perbandingan Kemampuan Penalaran Siswa

Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Wingeom Pada Siswa
Kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Erlinawaty Simanjuntak, S.Pd, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
rencana penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. H.Banjarnahor, Ibu Dra.
Mariani, M.Pd, dan Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd, M.Si, selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom,
M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku
Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika
FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai

Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan
memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah
SMP N 35 Medan, Ibu Juniati, S.Pd dan seluruh Bapak/ Ibu guru beserta Staf

iv

Pegawai SMP N 35 Medan yang telah membantu penulis selama melaksanakan
penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang
tersayang Emlisar Lubis, Ibunda tercinta Nikmat Anakampun, S.Pdi, yang selalu
memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan
yang tak ternilai harganya. Serta Adik tersayang Yusuf Lubis, Satria Hardiansyah
Lubis dan Mutia Lubis yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi,
semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan,
semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu
Ridha Lestari, Iko Mustafa B. M, Rizki Kurniawan dan semua teman-teman

sekelas Matematika Ekstensi B’12 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka,
dalam tangis maupun tawa. Terima kasih juga kepada teman-teman PPLT Unimed
2015 di SMP Pembangunan Galang, yang selalu memberi dukungan dan berbagi
pengalaman bersama penulis.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis
berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan,
Penulis

Juni 2016

Yohanna Lubis
NIM. 4123311059

v


DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
ix
x

xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6

Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
8
8

8
8
9

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pembelajaran Matematika
2.1.2 Kemampuan Penalaran Matematik
2.1.3 Model Pembelajaran
2.1.4 Model Pembelajaran Discovery Learning
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran
Discovery Learning
2.1.4.2 Keunggulan Model Pembelajaran
Discovery Learning
2.1.4.3 Kelemahan Model Pembelajaran
Discovery Learning
2.1.4.4 Langkah-langkah Dalam Proses Pembelajaran
Discovery Learning
4.1.4.5 Teori Belajar Yang Mendukung
Discovery Learning

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL
2.1.5.2 Keunggulan Model Pembelajaran PBL
2.1.5.3 Kelemahan Model Pembelajaran PBL
2.1.5.4 Langkah-langkah Dalam Proses
Pembelajaran PBL

vi

10
10
12
14
15
15
16
17
17
18
19

19
20
21
21

2.1.5.5 Teori Belajar Yang Mendukung PBL
2.1.6 Aplikasi Komputer Wingeom
2.1.7 Materi Kubus Dan Balok
2.1.7.1 Unsur-unsur Pada Kubus Dan Balok
2.1.7.1.1 Kubus
2.1.7.1.2 Balok
2.1.7.2 Jaring-jaring Kubus Dan Balok
2.1.7.2.1 Model Kerangka Kubus Dan Balok
2.1.7.2.2 Jaring-jaring Kubus
2.1.7.2.3 Jaring-jaring Balok
2.1.7.3 Luas Permukaan Kubus Dan Balok
2.1.7.3.1 Luas Permukaan Kubus
2.1.7.3.2 Luas Permukaan Balok
2.1.7.4 Volume Kubus Dan Balok
2.1.7.4.1 Volume Kubus

2.1.7.4.2 Volume Balok
2.2 Penelitian Yang Relevan
2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian

22
24
25
25
25
26
27
27
28
29
30
30
30
30
30

31
31
32
34

BAB III METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.3

3.4

3.5

3.6
3.7
3.8

3.9

Jenis Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
3.3.2 Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
3.4.2 Variabel Terikat
Instrumen Penelitian
3.5.1 Pre-test (Test Awal)
3.5.2 Post-test (Tes Sesudah Perlakuan)
Desain Penelitian
Prosedur Penelitian
Uji Prasyarat Instrumen
3.8.1 Validitas Tes
3.8.2 Reliabilitas Instrumen Tes
Teknik Analisis Data
3.9.1 Uji Normalitas
3.9.2 Uji Homogenitas
3.9.3 Uji Hipotesis

vii

35
35
35
35
35
36
36
36
37
37
37
42
43
45
45
46
47
47
48
49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian

53

4.1.1 Analisis Tes Kemampuan Penalaran

53

4.1.1.1 Deskriptif Tes Kemampuan Penalaran Siswa

54

4.1.1.2 Uji Normalitas Data

57

4.1.1.3 Uji Homogenitas Data

58

4.1.1.4 Uji Hipotesis Data

59

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif Pola Jawaban Siswa

61

4.1.3 Deskriptif Kendala Yang Dihadapi Guru

77

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

81

5.2 Saran

81

DAFTAR PUSTAKA

83

viii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Dalam Proses Pembelajaran PBL
Tabel 2.2. Diagonal Sisi Kubus
Tabel 2.3. Diagonal Sisi Balok
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre-Test
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Post-Test
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran
Tabel 3.4 Pedoman Pengklasifikasian Penalaran Matematik
Matematika Siswa dengan skala 5
Tabel 3.5 Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Pos-test)
Tabel 4.1 Peningkatan Nilai Siswa Kelas Eksperimen 1
Tabel 4.2 Peningkatan Nilai Siswa Kelas Eksperimen 2
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Pretes Siswa
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Peningkatan Siswa
Tabel 4.5 Perhitungan Uji Homogenitas Data Pretes Siswa
Tabel 4.6 Perhitungan Uji Homogenitas Data Peningkatan Siswa
Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Data Kemampuan Penalarana
Tabel 4.6 Frekuensi Pola Jawaban Siswa

x

21
26
27
37
38
39
40
43
54
56
58
58
58
59
60
61

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 3.1
Gambar 4.1

Jawaban Siswa
Kubus ABCD.EFGH
Balok ABCD.EFGH
Jaring-jaring Kubus
Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus
Jaring-jaring Balok
Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok
Skema Prosdur Penelitian
Diagram Batang Peningkatan Kemampuan
Penalaran Siswa Kelas Eksperimen 1
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Kemampuan
Penalaran Siswa Kelas Eksperimen 2
Gambar 4.3 Diagram Batang Pola Jawaban Siswa

ix

4
25
26
28
29
29
29
45
55
56
61

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
(RPP I) Discovery Learning
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
(RPP II) Discovery Learning
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) PBL
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajarn II (RPP II) PBL
Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa I
Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa II
Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa I
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa II
Lampiran 9 Kisi-kisi Pre-Test (TKP I)
Lampiran 10 Lembar Validasi Freetest
Lampiran 11 Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas Dan
Reliabilitas Freetest
Lampiran 12 Perhitungan Validitas Freetest
Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas Freetest
Lampiran 14 Pre-Test (Tes Kemampuan Penalaran I)
Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Pre-Test
(Tes Kemampuan Penalaran I)
Lampiran 16 Pedomanan Penskroran Pre-Test
(Tes Kemampuan Penalaran I)
Lampiran 17 Kisi-kisi Post-Test (TKP II)
Lampiran 18 Lembar Validasi Posttest
Lampiran 19 Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas Dan
Reliabilitas Posttest
Lampiran 20 Perhitungan Validitas Posttest
Lampiran 21 Perhitungan Reliabilitas Posttest
Lampiran 22 Post-Test (Tes Kemampuan Penalaran II)
Lampiran 23 Alternatif Penyelesaian Post-Test
(Tes Kemampuan Penalaran II)
Lampiran 24 Pedomanan Penskroran Post-Test
(Tes Kemampuan Penalaran II)
Lampiran 25 Lembar Observasi 1 Kelas Eksperimen 1
Lampiran 26 Lembar Observasi 1 Kelas Eksperimen 2
Lampiran 27 Lembar Observasi 2 Kelas Eksperimen 1
Lampiran 28 Lembar Observasi 2 Kelas Eksperimen 2
Lampiran 29 Data Hasil Selisih Freetest Dan Posttest
Lampiran 30 Perhitungan Rata-rata, STDEV Dan Variansi
Lampiran 31 Uji Normalitas Selisih Data Freetest Dan Posttest
Lampiran 32 Uji Homogenitas Selisih Data Freetest Dan Posttest
Lampiran 33 Perhitungan Uji Hipotesis
Lampiran 34 Analisis Pola Jawaban Siswa
Lampiran 35 Tabel Harga Kritik Dan r Product Moment
Lampiran 36 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
Lampiran 37 Daftar Distribusi F
Lampiran 38 Daftar Distribusi t
Lampiran 39 Dokumentasi
xi

85
93
101
108
116
120
127
132
138
139
143
145
147
151
152
155
153
157
161
163
164
167
168
173
175
177
179
181
183
185
188
196
200
206
209
211
212
214
215

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan IPTEK dewasa ini menuntut semua pihak untuk
meningkatkan pendidikan sehingga memacu dunia pendidikan untuk berpola pikir
cepat, cermat, tepat dan akurat sehingga diperlukan generasi penerus bangsa yang
bermutu tinggi. Pendidikan merupakan bidang penting dalam menentukan kualitas
suatu bangsa. Pendidikan dapat diterima dari lingkungan akademik maupun
lingkungan masyarakat. Sekolah merupakan lingkungan akademik untuk
memperoleh pendidikan formal. Pendidikan formal yaitu adanya mata pelajaran
yang diberikan di sekolah tersebut dan diatur oleh kurikulum. Pendidikan akan
terus

berkembang seiring

dengan

perkembangan

zaman.

Seperti

yang

diungkapkan oleh Trianto (2011:1) bahwa :
“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan
sebagai antisipasi kepentingan masa depan.”
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan
yang dihadapinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah matematika, karena dapat menumbuh
kembangkan kemampuan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam
mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal dan
mengambil peran sangat penting dalam dunia pendidikan. Cockroft (dalam
Mulyono, 2012:204) mengemukakan :

1

2

“Matematika perlu diajarkan karena (1) selalu digunakan dalam segala
segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian,
kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang”.
Menurut Mulyono (2012:202) banyak orang yang memandang matematika
sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus
mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar
matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi
banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang
sesuai.
Oleh karena itu matematika merupakan mata pelajaran wajib dan penting
dalam pendidikan formal. Salah satu kemampuan yang erat kaitannya dengan
hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu
kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika
tertentu. Kemampuan ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika,
karena dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
matematika. Liebeck (dalam Mulyono, 2012:204) mengatakan “ada dua macam
hasil

matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis

(mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”.
Dari sini dapat dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis dapat menjembatani pada peningkatan hasil belajar matematika siswa
melalui pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep matematika. Oleh karena
itu penalaran adalah salah satu kemampuan matematika yang berperan penting
dalam keberhasilan siswa.
Pada kenyataannya kemampuan penalaran matematika siswa masih sangat
rendah, padahal pelajaran Matematika mendapat bagian yang cukup besar
dibanding jam pelajaran lain. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi
mulai dari faktor internal siswa yang tidak mau berusaha dengan keras untuk

3

memahami matematika, atau faktor eksternal siswa, seperti guru yang menerapkan
metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga menimbulkan rasa
jenuh, bahkan teman belajar di kelas yang tidak menyenangkan bisa
mempengaruhi juga.
Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam
kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu di perhatikan adalah
ketepatan dalam memilih metode mengajar, metode mengajar yang dipilih harus
sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi yang diajarkan. Kemampuan guru
dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut sangat berpengaruh
terhadap penalaran siswa. Kurang tepatnya menggunakan suatu metode dapat
menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga mengakibatkan
sikap yang acuh terhadap pelajaran matematika.
Pada kenyataannya metode yang sering dijumpai dilapangan adalah masih
adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar
secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya
dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda.
Bahkan pada umumnya guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah,
tanya jawab, mencatat, dan mengerjakan soal. Pembelajaran hanya berlangsung
satu arah, metode pembelajaran kurang bervariasi dan penggunaan media
pembelajaran kurang optimal. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh
para siswa tidak optimal.
Hal ini didukung dari hasil observasi awal peneliti Hal ini didukung dari
hasil observasi awal peneliti (tanggal 29 Februari 2016) berupa pemberian tes
diagnostik kepada siswa kelas XI-6 SMP Negeri 35 Medan, tes yang diberi berupa
5 soal dalam bentuk esai tes. Tes ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah matematika pada materi Kubus dan Balok.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP N 35 Medan,
menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal. Contohnya saat
siswa diberikan soal berikut :

4

Diketahui luas permukaan kubus 216 cm2. Hitunglah panjang rusuk dan
volume kubus tersebut!

Gambar 1.1 Jawaban Siswa
Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan terdapat 45,1 % siswa
mencari panjang rusuk masih dalam bentuk s2 = 36 cm2. Siswa belum memahami
bahwa rusuk adalah s dan dalam satuan panjang cm. Padahal untuk mencari
pajang rusuk siswa harus mencari nilai s bukan s2. Sehingga jawaban siswa juga
salah dalam menjawab volume kubus tersebut.
Dengan demikian terlihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal di atas yang menuntut kemampuan penalaran siswa, sehingga
ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan penalaran siswa di SMP N 35 Medan masih rendah. Matematika
sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir
logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal. Siswa hanya terpaku pada langkah-langkah
penyelesaian yang diberi guru, siswa beranggapan bahwa jawaban guru yang
paling benar. Siswa merasa takut mengemukakan ide atau cara mereka sendiri
karena dalam penalaran itu selalu ada kendala untuk mengembangkan
kemampuan penalaran.

5

Diperoleh juga informasi berdasarkan hasil wawancara dengan guru
matematika SMP Negeri 35 Medan, yang diungkapkan oleh Bapak Walhinson
menyantakan bahwa “Peserta didik di sekolah ini menganggap matematika itu
sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, terlebih pada materi kubus dan
balok”. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian pada tahun pelajaran
2014/2015 hanya 37,9% dari keseluruhan kelas VIII yang bisa mencapai
ketuntasan belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Adapun
faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah (1) peserta didik masih terfokus
pada rumus; (2) peserta didik tidak mampu memahami soal; (3) peserta didik
tidak mempunyai minat untuk mempelajari materi; (4) penyampaian materi yang
kurang bisa diterima peserta didik.
Melihat kondisi diatas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat memfasilitasi kebutuhan proses kegiatan belajar mengajar yang melatih
kemampuan

pemecahan

masalah

matematika

siswa,

misalnya

dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Discovery Learning dan
PBL merupakan model pembelajaran yang sama-sama bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Model pembelajaran Discovery Learning lebih menekankan kepada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah
yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Didalam proses belajar siswa tidak hanya menerima informasi dari guru tetapi
juga menemukan langsung materi pelajaran itu sendiri. Seperti yang diungkapkan
Bruner (dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:92) bahwa :
“Hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli
matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya,
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.”
Dengan menerapkan model Discovery Learning diharapkan siswa aktif
dan kreatif menemukan sendiri. Siswa mampu merekonstruksi pengetahuan
matematika berdasarkan pengalaman sendiri. Disamping itu, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-idenya dan belajar sesuai dengan

6

gaya belajar mereka sendiri sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran
siswa. Menurut Liebeck (dalam Mulyono 2012:204) bahwa ada dua macam hasil
belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis dan
penalaran matematis. Berdasarkan hasil belajar matematika seperti itu maka
Lerner (dalam Mulyono 2012:204) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi
matematika hendaknya mencakup 3 elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3)
pemecahan masalah.
Berdasarkan penjelasan tersebut tergambar bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning akan mendorong siswa untuk menemukan
sendiri konsep matematik dan juga melatih keterampilan siswa, disamping itu
siswa juga akan dilatih untuk menyelesaikan permasalahan yang berasal dari
masalah yang direkayasa oleh guru. Karena itulah model pembelajaran discovery
learning mampu meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Sedangkan Model Problem Based Learning (PBL) menurut Ward dalam
Ngalimun (2014: 89) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Sedangkan menurut
Padmavathy dan Maaresh (2013 : 47) “ PBL menggambarkan kegiatan belajar di
mana dengan adanya masalah mendorong pembelajaran. Artinya, pembelajaran
dimulai dengan masalah yang harus diselesaikan, dan masalah yang diajukan
adalah sedemikian rupa sehingga siswa perlu mendapatkan pengetahuan baru
sebelum mereka dapat memecahkan masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Regehr
dan Norman dalam (Mansor dkk. 2014: 261) menyatakan “PBL didasarkan pada
asumsi bahwa belajar bukanlah proses penerimaan, melainkan, konstruksi
pengetahuan baru “.
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Selain pemilihan metode, pemanfaatan media dalam proses
pembelajaran juga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan penalaran

7

siswa. Mengingat fungsi media dalam proses pembelajaran selain penyaji stimulus
juga untuk meningkatkan keserasian terutama dalam menerima informasi. Salah
satu media belajar adalah ICT. Penggunaan ICT dengan baik dalam pembelajaran
memiliki pengaruh positif bagi perkembangan belajar siswa. Media belajar ICT
yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika adalah wingeom.
Pembelajaran dengan berbantuan software matematika wingeom diharapkan
mampu meningkatkan penalaran siswa. Aplikasi wingeom adalah salah satu
perangkat lunak matematika dinamik untuk topik geometri. Program ini memuat
program wingeom 2-dim , untuk geometri dimensi dua dan wingeom 3-dim untuk
geometri dimensi tiga, dalam jendela yang terpisah. Disamping itu juga memuat
program untuk geometri hiperbolis dan geometri bola. Fasilitas wingeom yang
cukup lengkap, baik untuk dimensi dua maupun dimensi tiga. Salah satu fasilitas
yang menarik yang dimiliki program ini adalah fasilitas animasi yang begitu
mudah. Misalnya benda-benda dimensi tiga dapat diputar, sehingga visualisasinya
akan nampak begitu jelas.
Dalam pembelajaran geometri, visualisasi dari bentuk-bentuk geometri
sangat dibutuhkan sehingga peserta didik diharapkan mampu memahami konsepkonsep

geometri.

Dan

dengan

aplikasi

ini

siswa

diharapkan

mampu

memvisualisasikan bentuk kubus dan balok, menentukan luas permukaan dan
volume kubus dan balok.Dan bahan ajar yang ditampilkan lebih menarik dengan
menggunakakan aplikasi Aurora 3D.
Dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana perbedaan model
pembelajaran Discovery Learning dengan model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap kemampuan penalaran siswa pada materi kubus dan balok, maka peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul : “Perbandingan Kemampuan Penalaran

Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Wingeom Pada
Siswa Kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016.”

8

1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa pertanyaan
sebagai indentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah.
2. Siswa menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit.
3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif dan efektif.
4. Guru di sekolah ini belum menggunakan model pembelajaran discovery
learning dan problem based learning.
5. Guru di sekolah ini belum pernah menggunakan media pembelajaran
elektronik berbentuk software wingeom.
1.2 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, maka peneliti membatasi masalah
penelitian. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Perbandingan
Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Discovery Learning Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantuan Wingeom Pada Siswa Kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan
penalaran siswa yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) berbantuan wingeom pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui apakah kemampuan penalaran siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan
wingeom pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.

9

2. Untuk mengetahui bagaimana pola jawaban siswa di kelas discovery
learning dan di kelas problem based learning.

1.5 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini memberi
manfaat antara lain :

1.

Bagi guru, sebagai bahan masukan khususnya guru matematika untuk
menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dan model
pembelajaran Problem Based Learning dalam pengajaran matematika.

2.

Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan
bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga
pengajar di masa yang akan datang.

3.

Bagi siswa, dapat menjadi pengalaman belajar guna meningkatkan
kemampuan penalaran siswa dan memberikan hasil belajar yang
memuaskan.

4.

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini akan menambah informasi dan
masukan guna penelitian lebih lanjut.

81

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning lebih baik dari pada kemampuan
penalaran matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning pada materi kubus dan balok di SMP N 35 Medan
T.A 2015/2016. Dengan rata-rata peningkatan kemampuan penalaran
matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning adalah sebesar 17,933, sedangkan rata-rata peningkatan
kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning adalah sebesar 12,833.

2. Dari lembar jawaban posttes siswa diperoleh bahwa pola jawaban siswa
dikelas yang diajarkan dengan model pembelajaran discovery learning
lebih baik daripada pola jawaban siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi guru, disarankan untuk dapat mengajarkan materi kubus dan balok
dengan menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk
menemukan sendiri konsep kubus dan balok sehingga dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa. Oleh karena itu kepada guru dapat diharapkan
menambah wawasan dan pengetahuan terhadap model pembelajaran discovery
learning

dan

model

pembelajaran

81

problem

based

learning

yang

82

memungkinkan untuk diterapkan sebagai usaha dalam meningkatkan
kemampuan penalaran siswa.
2.

Bagi guru dan peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih memotivasi siswa
agar

siswa

tidak

malu-malu

dalam

mengeluarkan

pendapat

dan

mempresentasikan pelajaran didepan kelas dan lebi memfasilitasi siswa ketika
belajar kelompok.
3. Bagi mahasiswa atau peneliti selanjutnya sisarankan untuk lebih mengatur
waktu sebaik mungkin ketika menggunakan model pembelajaran berkelompok
dan memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai
kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat,
tukar pikiran serta menyatukan pikiran-pikiran atau ide setiap anggota
kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
4. Kepada pengelola pendidikan disarankan untuk memberikan kesempatan yang
lebih luas kepada guru untuk melakukan perubahan-perubahan kegiatan
pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Arsefa, Dezi. 2014. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Dalam
Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Jurnal Volume 1, Tahun 2012 ISSN
2355-0473. Diambil dari http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014
/01/Prosiding-15-Januari-2014.pdf (7 Februari 2016).
Fahmi, A. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi
Matematik Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan
Goegebra di Kelas VIII SMP Negeri 1 Samudera. Unimed : Tesis.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.
Indriyani, E. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Spasial Dan Disposisi
Matematis Siswa Yang Diberi Pembelajaran Geometri Berbasis Teori
Van Hiele Dengan Dan Tanpa Aplikasi Wingeom Di SMP Negeri 4
Binjai. Unimed : Tesis.
Jafar, H. 2015. Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Di SMP Swasta Eria Meda T.A 2014/2015.
Unimed : Skripsi.
Mansor, A.N., Abdullah, N.O., Wahab, J.A., Rasul, M.S., Nor, M.Y.M., Nor,
N.M., dan Raof, R.A.Managing Problem-Based Learning: Challenges
and Solution for Educational Practice. Asian Social Science; Vol. 11,
No. 4; 2015 ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025, 2013. Diambil dari
http://respository.um.edu.my/99826/1/ASS-Managing%20ProblemBased%20Learning-azlin.pdf (15 Januari 2015).
Marsigit, Erliani, E., Dhoruri, A., dan Sugiman.2011. Matematika 2. Jakarta:PT.
Quadra Inti Solusi.
Ngalimun. 2014.Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo
Ningrum,

Marina Sulistya. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended
Berbantuan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematik dan Aktivitas Aktif Siswa Kelas VIII SMP. Unimed: Tesis.

Nurdalilah, Syahputra, Edi., dan Armanto. Dian. Perbedaan Kemampuan
Penalaran Matematika Dan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran

84

Konvensional Di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan
Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. Diambil dari
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29439Jurnal%20109-119.pdf.
Padmavathy, R.D, dan K, Maaresh.Effectiveness of Problem Based Learning In
Mathematics. International Multidisciplinary e-Journal. ISSN 2277-4262,
2013.
Diambil
dari
http://shreeprakashan.com/Documents/2013128181315606.6.%20Padma
%20Sasi.pdf (15 Januari 2015).
Rahmadani, E. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model
Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Konsep Dan Disposisi Matematis Siswa Bebantuan Geoboard. Unimed :
Tesis.
Sariningsih, Ratna. 2014. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
SMA Menggunakan Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Volume 1, Tahun
2012 ISSN 2355-0473. Diambil dari http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/
files/2014/01/Prosiding-15-Januari-2014.pdf (17 Februari 2016).
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Trianto.2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana Predana Media Group.

Dokumen yang terkait

PENGARUH SKILL ARGUMENTASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP

3 24 50

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 89

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DAN HUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN PELAJ

0 6 76

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

6 42 56

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 8 95

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

2 11 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

1 1 10

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

0 0 15

PERBANDINGAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY

0 0 13