STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DAN HUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN PELAJ

(1)

SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DAN HUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI

PADA SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Efha Rifqi Ash Shidqi

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar ekonomi dan kemampuan berpikir kritis serta mengkaji tentang perbandingan kemampuan berpikir kritis dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan Discovery Learningdan hubungan dengan hasil belajar ekonomi pada kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis dengan model pembelajaran Problem Based Learning danDiscovery Learingdan hubungan dengan hasil belajar ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian ini 90 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 45 siswa. Teknik penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Teknik pengambilan data dengan observasi, dokumentasi dan tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test dua sampel independen dan koefisien korelasiproduct moment.

Hasil analisis data menunjukkan (1) Kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran, (2) Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran, (3) Ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.

Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, model pembelajaran Problem Based LearningdanDiscovery Learning


(2)

(3)

(4)

(5)

Penulis di lahirkan di Desa Sukawangi, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung pada tanggal 01 Mei 1993 dengan nama lengkap Efha Rifqi Ash Shidqi. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, Putra dari pasangan Bapak Fathurazi dan Ibu Khadijah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu: 1. TK ABA Patoman diselesaikan pada tahun 1999 2. SD Negeri 02 Pagelaran diselesaikan pada tahun 2005 3. SMP Negeri 01 Pagelaran diselesaikan pada tahun 2008 4. SMA Negeri 01 Pagelaran diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur tulis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Kopma Unila

(Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung). Pada Bulan Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Pada Bulan Juli hingga September 2014 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Terintegrasi (KKN-KT) di SMA Negeri 1 Kotaagung.


(6)

Moto

“Respect Unity For All”

(Bondan Prakoso and Fade2Black)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”

(QS. Al-Baqarah: 286)

“Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak

ulama besar, maka

menulislah”

(HR. Imam Al Ghazali)

“Jika ada niat dan kerja keras, pasti ada jalan

!

(Efha Rifqi Ash Shidqi)


(7)

Persembahan

Alhamdul atas segala kemudahan, l

Dengan segala cinta da ora

Ayah dan Ibu tercinta

yangselalu berdo’a unt matamu terlalu sering l

Adik-Adik dan Keluarga Besarku

karena k

Para Pendidik ku

Atas bimbingan da m

Sahabat sahabatku

Menemaniku saat suk yang

Seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku Almamater tercinta Universitas Lampung

Persembahan

dulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah S han, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau ber a dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku i orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayah dan Ibu tercinta

untuk keberhasilankudengan semangat dan kesaba ng luruh dalam keringatmu dengan penuh kasih saya

Adik-Adik dan Keluarga Besarku

kalian aku bisa bersemangat belajar dan bercanda r

Para Pendidik ku

n dan ajarannya hingga aku dapat melihat dunia deng mempunyai keberaniab ubtuk menjalani hidup

Sahabat sahabatku

uka dan dukaku, memberi pengalaman serta menja ang ku lalui lebih berwarna dengan kebersamaan

Seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku Almamater tercinta Universitas Lampung

Persembahan

h SWT

u berikan selama ini. u ini untuk

orang-Ayah dan Ibu tercinta

baran walaupun air yang yang tercurah.

Adik-Adik dan Keluarga Besarku

da ria

Para Pendidik ku

ngan ilmu dan

Sahabat sahabatku

njadikan hari-hari

Seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku Almamater tercinta Universitas Lampung


(8)

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul“Studi

Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis antara Siswa yang

Pembelajarannya Menggunakan Model PembelajaranProblem Based LearningdanDiscovery Learningdan Hubungan dengan Hasil Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015”.Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammadshallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M., Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu


(9)

selaku pembimbing I yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku pembimbing II yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku penguji skripsi yang telah yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Ibu Dra. Tri Harwati, selaku kepala sekolah di SMA Negeri 1 Pagelaran, terima kasih atas ilmu serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.

11. Bapak Fathurozi, S.Pd, selaku guru mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Pagelaran, terima kasih atas ilmu serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.

12. Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Pagelaran, terimakasih atas kerjasama dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 13. Ayah dan Ibu Tercinta, beriburibu kata terima kasih karena telah

mendoakanku. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah

disetiap perjuangan dan do’amu menjadi kunci kesuksesanku di kemudian


(10)

buat dukungan dan motivasi sepanjang umur ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Semoga kita bisa sama-sama sukses dunia dan akhirat.AminYa Rabbal A’lamiin.

15. Untuk Novita Sari Tiandani seseorang yang selalu memotivasiku,

menguatkanku, mengingatkanku saat aku mulai kehilangan arah dan tujuan. Terima kasih untuk semuanya. Semoga cita-cita kita bisa tercapai dan bisa sukses dunia dan akhirat.AminYa Rabbal A’lamiin.

16. Sahabat-sahabatku “LuvianHendri,Suroto, Achmad Rifa’i, Irfan Hidayat, Ahmad Jaenudin, Ilham Jati Puspa,Agus Komari”. Terimakasih untuk kebersamaannya, kekonyolan dan keindahan selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan menghadapi semester demi semester. Semoga cita-cita kita bisa tercapai dan bisa sukses dunia dan akhirat.Amin Ya Rabbal A’lamiin.

17. Keluarga Besar Kopma Unila: Mbak Desti Wulandari, Kak Alan , Kak Manda, Kak Arif Budi Setiawan, Ani Marlena, Ramadhan Cui, Luvian Hendri, Ahmad Rio Syahputra, Tri Aktariyani, Kak Hanif, Habibi Roly, Singgih, Dwi Asih Cahya, Mbak Rima, Herlina, Nikita, Annida, Laras, Ades, Sigit, Triono, Safitri, Novanda, Alimi, Hamzah, Nishfi, Yulia, Andri, Aji mesin, Kiki, Deo, Nona, Launa, Eka Novia, Reihan, Eka Sus, Santi, Ari Nurjayanti, Fatin, Mbak Novi, Mbak Ellis, Yani, Awang, Alif, Tami, Tyas, Ulvi, Sepni, Eko, Kurnia, Okvita, Rizka, Qonita, April, Doan, Fajar dan lain-lain serta Alumni Kopma Unila: Kak Ian Jembre, Kak Yan, Kak Odon, Kak


(11)

Imas, Mbak NS, Mbak Woro, Kak Ilham, Kak Taat, Kak Oki, Kak Kukuh daan lain-lain yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk semua kebersamaan, ilmu dan pengalaman yang sangat berharga. SEMANGAT PAGI!!!

18. Teman-teman seperjuanganku Achmad Rifai, Agus, Jaenudin, Aisyah Novita, Amalya Oudri, Ani Marlena, Annida, Ayodhya, Santi, Dina, Dyanti, Endah, Eka, Fitri Mareta, Helita, Herlina, Ilham, Tawakal, Lailiah, Lisa, Luvian, Meli, Saberi, Novita S Tiandani, Ramadhan, Ridho, Rita, Shindi, Suroto, Taufik, Tri Aminah, Wingga Eka, Yessi, Zania, Edi, Sandi, Ramadhan Cui, Nikita, Wayan, Komar, Tomi, Susi, Ocni, Yayuk, Irfan doeng, Irvan plentung, Yudha, dan seluruh angkatan 2011 Ganjil dan teman-teman 2011 Genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,

terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.

19. Kakak tingkat semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya, terkhusus untuk Kak Wardani yang telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini serta adik-adik tingkatku.

20. Keluarga kecil KKN-KT Unila 2015 yang tak akan pernah terlupa Andika, Agam, Ian, Sella, Desi, Moli, Juju, Fitri, terimakasih telah memberikan


(12)

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,


(13)

Halaman

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah. ...11

C. Pembatasan Masalah. ...12

D. Rumusan Masalah. ...12

E. Tujuan Penelitian. ...13

F. Manfaat Penelitian. ...13

G. Ruang Lingkup Penelitian...14

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka. ...15

1. Defini Belajar dan Teori Belajar...15

2. Berpikir Kritis ...18

3. Hasil Belajar...20

4. Model pembelajaran...22

5. Model PembelajaranProblem Based Learning. ...22

6. Model PembelajaranDiscovery Learning...27

B. Penelitian yang Relevan...31

C. Kerangka Pikir. ...34

D. Hipotesis. ...41

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian. ...42


(14)

2. Sampel...46

C. Variabel Penelitian...47

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel...48

E. Teknik Pengumpulan Data...50

F. Uji Persyaratan Instrumen...51

1. Uji Validitas Instrumen. ...51

2. Uji Realibilitas. ...52

3. Taraf Kesukaran ...53

4. Daya Beda ...54

G. Uji Persyaratan Analisis Data. ...55

1. Uji Normalitas...55

2. Uji Homogenitas. ...56

H. Teknik Analisis Data...56

1. T-Test dua Sampel Independen. ...56

2. Koefisien Korelasi Produk Moment. ...57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ...57

B. Deskripsi Data...60

1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kelas Eksperimen (Problem Based Learning) ...61

2. Deskripsi data Kemampuan Berpikir kritis dan Hasil Belajar Kelas Kontrol (Discovery Learning) ...66

C. Pengujian Persyaratan Analisis data ...70

1. Uji Normalitas ...70

2. Uji Homogenitas ...73

D. Pengujian Hipotesis ...75

1. Pengujian Hipotesis 1...76

2. Pengujian Hipotesis 2...77

3. Pengujian Hipotesis 3...79

E. Pengujian Hipotesis ...81

F. Pembahasan...83

G. Keterbatasan Penelitian...90

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...91

B. Saran ...92


(15)

Tabel Halaman 1. Hasil Mid Semester Ganjil Mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS

SMA Negeri 1 Pagelaran ...4

2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa kelas X IPS SMA Neegeri 1 Pagelaran...6

3. Fase-fase model pembelajaranProblem Based Learning...25

4. Penelitian yang Relevan ... 31

5. Kisi-Kisi hasil Belajar...49

6. Kisi-kisi Kemampuan berpikir kritis ...50

7. Hasil uji Validitas instrumen Soal ...52

8. Tingkat besarnya reliabel...53

9. Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Soal ...54

10. Hasil perhitungan Daya Beda Intrumen Soal ...55

11. Jumlah siswa SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015 ...59

12. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen ...61

13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa pada Kelas Eksperimen ...64

14. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol...66

15. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Ekonomi Siswa pada Kelas Kontrol ...69

16. Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis ...71

17. Uji Normalitas Data Hasel Belajar Ekonomi...72

18. Rekapitulasi Uji Normalitas ...73

19. Uji homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) ...74

20. Uji homogenitas hasil Belajar Ekonomi ...74

21. Hasil pengujian hipotesis 1 ...76

22. Hasil pengujian hipotesis 2...78


(16)

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir...40

2. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ...62

3. Tingkat Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen ...65

4. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ...67


(17)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk potensi manusia. Tidaklah mengherankan apabila saat ini bidang pendidikan semakin mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Hal tersebut disebabkan pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, dengan pendidikan maka akan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang akan menjadi penerus bangsa dan akan melanjutkan pembangunan bangsa ini agar mampu untuk bersaing dengan negara-negara lain. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas.

Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasioal pasal 3 berbunyi: “ Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang


(18)

beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.

Pendidikan formal akan dapat tercapai, apabila peserta didik memiliki

kompetensi sesuai dengan indikator- indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar. Jika pencapaian prestasi belajar siswa rata-rata tergolong baik maka tujuan pembelajaran itu tercapai, sebaliknya jika prestasi belajar siswa rata-rata tergolong rendah maka tujuan pembelajaran itu belum atau tidak tercapai. Pendidikan bukan hanya sekedar terfokus pada pemberian pengetahuan saja, akan tetapi pendidikan hakikatnya harus mampu mengembangkan segala potensi siswa baik fisik maupun mental di semua mata pelajaran tanpa terkecuali mata pelajaran yang akan dijadikan penelitian yaitu mata pelajaran ekonomi.

Mata pelajaran ekonomi merupakan bagian dari mata pelajaran di sekolah yang mempelajari prilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi

kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas jumlahnya.

Mata pelajaran ekonomi (Dalam Permen 22 Tahun 2006-Standar Isi/Standar Kompetensi Dasar SM) memiliki tujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Siswa dapat memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari

2. Siswa dapat menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi


(19)

3. Siswa dapat membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pegetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara

4. Siswa dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nila-nilai sosial ekonomi dalam masyrakat majemuk, baik skala nasional maupun internasional

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran kelas X IPS masih banyak yang tidak sesuai dari tujuan mata pelajaran

ekonomi tersebut. Masalah yang dihadapi guru mata pelajaran ekonomi adalah masih kurangnya variasi dalam pembelajaran. Selama ini hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan

komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi dari pengajar kepada perserta didik, membuat aktivitas siswa kurang yang akan membuat siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran.

Metode ini juga tidak memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk bertanya dan mengkritisi konsep yang mereka dapat secara nyata sesuai dengan kehidupan. Hal ini membuat aktivitas siswa didalam kelas cenderung pasif dalam upaya penyampaian dan penerimaan pengetahuan serta pengembangan pola pikir siswa.

Hal ini membuat nilai sejumlah siswa belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Untuk lebih jelasnya mengenai nilai siswa dalat dilihat pada tabel 1 yang merupakan nilai Mid Semester.


(20)

Tabel 1. Hasil Mid Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran

No Kelas Interval Nilai Jumlah

Siswa <70 ≥70

1 X IPS 1 14 8 22

2 X IPS 2 16 6 22

3 X IPS 3 17 9 26

4 X IPS 4 12 8 20

Jumlah Siswa Persentase 59 31 90

Sumber : Guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran

Berdasarkan dalam tabel 1 di atas, hasil mid semester ganjil kelas X IPS yang telah digolongkan ke dalam kriteria tuntas≥ 70dan belum tuntas < 70, hanya 31 siswa (34,44%) yang mencapai ketuntasan belajar dengan Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 70. Sedangkan sebanyak 59 siswa

(65,55% ) mendapat nilai kurang dari 70. Sehingga dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa masih tergolong kurang baik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006: 107) yang

menyatakan bahwa kriteria tingkat keberhasilan siswa adalah sebagai berikut: istimewa/ maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran ini dapat dikuasai oleh siswa, baik sekali/ optimal: apabila sebagian besar (76% s/d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s/d 75%dikuasai oleh siswa, kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Salah satu faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan tersebut adalah pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Pagelaran juga masih terfokus pada aspek yang menekankan pada kumpulan konsep yang harus dihafal sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada aspek kognitifnya terutama aspek kognitif tingkat tinggi. Aspek kognitif tingkat tinggi tersebut yaitu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, menyimpulkan. Sehingga mereka kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan


(21)

sehari - hari. Kemudian, penanaman rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap segala fenomena sosial yang terjadi di sekitar mereka kurang dioptimalkan. Hal ini jelas bertentangan dengan tujuan mata pelajaran mata pelajaran ekonomi.

Sebab lain yang dapat dapat dilihat yaitu lemahnya penanaman keterampilan berpikir kritis pada peserta didik ialah terlalu dominannya

pengaruh guru dalam menanamkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dalam bentuk hafalan konsep tanpa memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk bertanya dan mengkritisi konsep yang mereka dapatkan secara nyata sesuai dengan kehidupan mereka. Hal ini membuat aktifitas siswa di dalam kelas cenderung pasif dalam upaya penyampaian dan penerimaan pengetahuan serta pengembangan pola pikir yang dimiliki siswa. Padahal pengetahuan dan pemikiran sangatlah erat hubungannya. Pemikiran tidak akan terjadi jika pengetahuan tidak ada. Namun merupakan suatu kekeliruan jika kita hanya memfokuskan perhatian hanya pada satu pengetahuan tertentu saja dan mengabaikan keterampilan-keterampilan berpikir. Untuk itu, antara pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis haruslah seimbang karena perkembangan kemampuan berpikir kritis terjadi bersamaan dengan aspek perkembangan kognitif lainnya.

Berdasarkan paparan di atas, perlu dilakukan perbaikan dan penerapan proses pembelajaran yang optimal, maka diperlukan inovasi pembelajaran yang mampu merealisasikan kemampuan berpikir berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan ialah dengan cara


(22)

pemilihan model pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan berpikir kritis. Untuk lebih jelasnya mengenai kemampuan berpikir kritis siswa ada pada tabel berikut.

Tabel 2: Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran

No Indikator Harapan Kenyataan

1 Keterampilan Menganalisis

Siswa dapat

menguraikan materi yang akan dipelajari

Siswa masih belum menguraikan materi dengan baik

2 Keterampilan Mensintesis Siswa dapat menggabungkan bagian-bagian menjadi susunan yang baru

Siswa masih belum bisa menggabungkan bagian-bagian menjadi susunan yang baru 3 Keterampilan

Memecahkan masalah

Siswa dapat

memecahkan masalah belajar yang diberikan oleh guru

Siswa sudah bisa memecahkan masalah dari proses proses pembelajaran dilihat dari selalu mengerjakan tugas yang diberikan. 4 Keterampilan

menyimpulkan

Siswa dapat

menyimpulkan sesuatu dalam proses

pembelajaran di dalam kelas

Siswa belum bisa menyimpulkan sesuatu dalam proses pembelajaran 5 Keterampilan mengevaluasi Siswa dapat mengevaluasi proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas

Siswa masih belum bisa mengevaluasi proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas

Sumber: Guru mata pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran

Adapun indikator-indikator yang harus terpenuhi dalam berpikir kritis yaitu Keterampilan menganalisis, keterampilan mensisntesis, keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan menyimpulkan, keterampilan

mengevaluasi/menilai. Untuk menunjang kemampuan berpikir kritis ialah dengan menggunakan pemilihan model pembelajaran kooperatif yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif salah satunya yang bisa membuat peserta didik menjadi aktif dan berpikir kritis di dalam kelas karena model pembelajaran


(23)

kooperatif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa yang lain dalam menyelesaikan tugas dari guru. Model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas kerjasama positif didalam memahami materi, menyampaikan pendapat dari jawaban terhadap tugas kelompok dan menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Semakin sering guru menggunakan model

pembeajaran kooperatif dalam proses pembelajaran, maka sedikit demi sedikit partisipasi, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dari siswa cenderung akan semakin membaik.

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, diantaranya model pembelajaran kooperatifProblem based learning,discovery learning, mind mapping,Think pair share, dan sebagainya. Masing-masing model pembelajaran memiliki karakteristis yang berbeda serta memiliki kelebihan maupun kelemahan yang berbeda.

Model pembelajaran tidak ada yang dianggap paling baik diantara model-model yang lain, karena tiap model-model memiliki karakteristik yang bermacam-macam dengan segala kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Suatu model pembelajaran mungkin tepat untuk suatu tujuan, kondisi dan pokok bahasan tertentu, akan tetapi mungkin tidak tepat untuk kondisi yang lain. Demikian pula suatu model pembelajaran yang disampaikan guru tertentu akan berhasil dan tepat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas, namun belum tentu berhasil jika dilakukan oleh guru lain.


(24)

Guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Pagelaran kelas X IPS diketahui bahwa masih belum menerapkan model pembelajaran yang dapat

mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga, proses kegiatan belajar mengajar siswa cenderung kurang aktif. Ini disebabkan karena guru masih menggunakanteacher centereddalam setiap proses kegiatan belajar mengajarnya. Pelajaran yang bersifatteacher centered mengharuskan guru yang lebih aktif dalam kelas dan siswa hanya mengkuti apa yang diberikan guru. Guru memegang peranan penting dalam kelas, dengan suasana kelas yang tidak hidup karena didominasi oleh guru membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, sebaliknya dengan suasana kelas yang hidup membuat siswa bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Guru selama ini lebih banyak memberikan latihan mengerjakan soal-soal pada buku paket tanpa menggali kemampuan berpikir siswa dan mengaitkannya dengan dunia nyata.

Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Ini bisa dilihat dari saat guru memberikan sebuah pertanyaan, hanya beberapa saja yang berani untuk menjawab pertanyaan tersebut. Peran siswa masih sangat kurang dalam proses pembelajaran, yakni hanya beberapa siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya dan menjawab. Disini peran guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dituntut menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang

mengaktifkan interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta siswa dengan lingkungannya.


(25)

Pelajaran bersifat student centered berbeda kondisinya denganteacher centeredyang mengharuskan guru yang lebih aktif. Student centered yang lebih memfokuskan situasi belajar pada peranan siswa dan peranan guru hanyalah sebagai fasilitator bagi siswa dalam proses pembelajaran. Tugas guru yang utama bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian dan membimbing mereka untuk belajar sendiri.

Guru berperan sebagai fasilitator, dalam hal ini guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang nyaman, menetapkan materi yang akan dipelajari siswa,

bagaimana cara menyampaikan, apa hasil yang ingin dicapai, strategi apa yang akan digunakan untuk memeriksa kemajuan siswa dan selanjutya membantu mengarahkan siswa untuk melakukan sendiri aktifitas pembelajaran.

Guru sebagai fasilitator harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan kondisi kelas yang lebih hidup dan menyenangkan. Proses pembelajaran yang selama ini berkembang masih bersifat konvensional dengan menggunakan model-model pembelajaran yang cenderung monoton dan dirasa membosankan bagi siswa seperti penugasan, menghafal dan ceramah. Proses pembelajaran ini berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membandingkan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Pagelaran dengan menerapkan dua model pembelajaran kooperatif tipeProblem Based Learning(PBL) danDiscovery Learningpada dua kelas. Pemilihan kedua


(26)

model pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi.

Model pembelajaran yang pertama yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran dengan teknik pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning(PBL) dan model pembelajaran yang kedua adalah model pembelajaran dengan teknik penemuan atau Discovery Learning.

Menurut Dewey (dalam Rusmono, 2014: 74) sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya. Melalui Proses ini dikatakan Sanjaya (dalam

Rusmono, 2014: 74), sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Artinya setiap siswa memperoleh kebebasan dalam menyelesaikan program pembelajarannya. Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa dalam

pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari informasi dan membuat artefak sebagai laporan mereka (Yamin, 2013: 81).

SelanjutnyaDiscovery Learningadalah salah satu model dalam pengajaran teori kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.


(27)

Metode pembelajarandiscovery Learningdidefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri (Kurniasih dan Sani, 2014: 64).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya, peneliti tertarik mengadakan suatu penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based LearningdanDiscovery Learnigterhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Pagelaran dengan judul“Studi Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis antara Siswa yang

Pembelajarannya Menggunakan Model PembelajaranProblem Based LearningdanDiscovery Learningdan Hubungan dengan Hasil Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar ekonomi yang masih rendah

2. Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi masih rendah

3. Peran guru di dalam kelas masih sangat dominan sehingga pembelajaran berpusat pada guru

4. Kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru 5. Aktivitas siswa cenderung pasif di dalam kelas


(28)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya membatasi pada perbandingan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang menggunakan model pembelajaranProblem Based Learning danDiscovery Learningdan hubungannya dengan hasil belajar ekonomi pada siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Pagelaran.

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran?

2. Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran?

3. Apakah ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran?


(29)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara Teoritis

a. Sebagai referensi bagi para peneliti-peneliti lainnya yang ingin mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

b. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang sudah diperoleh sebelumnya


(30)

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi dan tambahan alternatif bagi pelaku pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dalam mata pelajaran Ekonomi khususnya.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup: 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran 2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaranProblem Based Learning dan tipeDiscovery Learning

3. Tempat Peneitian

Tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Pagelaran, Kec. Pagelaran, Kab. Pringsewu.

4. Waktu Penelitian


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Belajar dan Teori Belajar

Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling penting dalam proses pendidikan. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses pembelajaran yang efektif. Menurut Gagne, Briggs, dan warner (dalam Rusmono, 2014: 6) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proes belajar pada siswa. Selanjutnya Miarso (dalam Rusmono, 2014:6) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan relatif menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki suatu kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.

Pendapat lain disampaikan oleh Kemp (dalam Rusmono, 2014: 6) bahwa pembelajaran merupakan proses yang kompleks, yang terdiri atas fungsi dan bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain serta


(32)

Keberhasilan dalam belajar adalah bila siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam kegiatan belajarnya.

Belajar menurut Mayer (dalam Rusmono,2014:12) menyangkut adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau prilaku seseorang karena pengalaman. Pengalaman tidak hanya diartikan sebagai

pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental. Pengalaman tejadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, termasuk interaksi antara siswa dengan lingkungan belajarnya di sekolah. Menurut Panen (dalam Rusmono, 2014: 16) proses tersebut bercirikan :

a. Belajar berarti membentuk makna, makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Kontruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang ia miliki.

b. Kontruksi arti merupakan proses yang terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa selalu akan mengadakan rekontruksi.

c. Belajar bukanlah kegiatan fakta, melainkan lebih merupakan suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan merupakan

perkembangan diri, suatu perkembangan menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

d. Proses belajar terjadi pada waktu skema seseorang dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.

f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa : konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempegaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat di jelaskan bahwa belajar merupakan semua aktivitas mental yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar, belajar juga merupakan suatu proses perubahan kecakapan dari dalam diri siswa secara kontinyu yaitu dari tahapan ke tahapan selanjutnya sesuai perkembangannya.


(33)

Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana

manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses intern yang kompleks dari belajar.

a. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Menurut Sani (2013: 10) belajar menurut aliran kognitivisme merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, dimana proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya serta pembelajaran terjadi dengan mengaktifkan indra siswa agar memperoleh pemahaman. Pengertian belajar menurut teori kognitif (Budiningsih, 2012: 51) adalah

perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa pada teori kognitivisme proses belajar akan tejadi apabila materi yang baru beradaptasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang tersusun dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

b. Teori Kontruktivisme

Menurut Dewey (dalam Rusmono, 2014: 12) memandang sekolah dapat mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas

seharusnya menjadi laboratorium untuk penyelidikan kehidupan nyata dan pemecahan masalah. Ditambahkan oleh Dewey apa yang dipelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui sebelumya, artinya


(34)

pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi diri kita sendiri. Pernyataan tersebut sesuai teori belajar kontruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori belajar kontruktivisme memandang pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi dari kita.

Konsep kontruktivisme memandang bahwa pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti berpartisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suat bentuk belajar mandiri. Menurut

kontruktivisme, dalam proses belajar merupakan proses aktif siswa mengkontruksikan arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain.

2. Berpikir Kritis

Menurut Dewey (dalam Fisher, 2009: 2) seorang filsuf, psikolog, dan edukator berkebangsaan amerika, secara luas dipandang sebagai bapak tradisi berpikir kritis modern. Ia menamakannya sebagai berpikir reflektif dan mendefinisikannya sebagai pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang

mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungan.

Sedangkan Ennis (dalam Fisher, 2009: 4) berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mestinya dipercaya atau dilakukan.


(35)

Dilanjutkan Menurut Gleser (dalam Fisher, 2009: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut:

a. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang b. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang

logis

c. Semacam keterampilan untuk menetapkan metode tersebut, berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan

kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Menurut Fisher (2009: 10) mengatakan bahwa agar kritis, berpikir harus memenuhi standar-standar tertentu mengenai kejelasan, relevansi, masuk akal, dan lain-lain, dan seseorang bisa lebih atau kurang terampil dalam hal seperti ini.

Sesuai dengan pendapat Ennis (dalam Komalasari, 2010: 266) membagi indikator keterampilan berpikir kritis menjadi lima kelompok yaitu:

a. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) b. Membangun keterampilan dasar (basic support)

c. Membuat inferensi (inferring)

d. Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) e. Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics)

Sedangkan menurut Angelo (1995: 13) mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis. Lima indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan menganalisis, yaitu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut,

b. Keterampilan mensisntesis, keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi susunan yang baru

c. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian,

d. Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasrkan pengertian/pengetahuan yang dimilikinya untuk mencapai pengertian baru,

e. Keterampilan mengevaluasi/menilai, yaitu kemampuan menentukan nilai sesuatu berdasrkan kriteria tertentu.


(36)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa berpikir kritis mengandung aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mencari, meganalisis, dan mengevaluasi informasi sangatlah penting. Orang yang berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta kemudian melakukan pengambilan keputusan.

Hasil pengembangan kemampuan berpikir kritis akan meningkatkan siswa untuk mampu mengakses informasi dan definisi masalah berdasarkan fakta dan data akurat. Selain itu, siswa juga akan mampu menyusun dan

merumuskan pertanyaan secara tepat, berani mengungkapkan ide, gagasan serta menghargai perbedaan pendapat. Melalui berpikir kriis siswa akan memiliki kesadaran kognitif sosial dan berpartisipasi aktif dalam

masyarakat.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang diajarkan.


(37)

Menurut Reigeluth (dalam Rusmono, 2014: 7-8) hasil belajar adalah semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari pengguna suatu metode dibawah kondisi yang berbeda. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan akibat yang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Menurut Snelbeker (dalam Rusmono, 2014: 8) mengatakan bahwa perubahan atau

kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya adalah bagaimana prilaku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman.

Selanjutnya menurut Bloom (dalam Rusmono, 2014: 8) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah

psikomotorik mencakup perubahan prilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.

Sementara menurut Gagne, Briggs dan wager (dalam Rusmono, 2014: 9-10) kemampuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar adalah

kapabilitas atau penampilan yang diamati sebagai hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informai verbal, sikap, dan keterampilan motorik


(38)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan prograam pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar (Rusmono, 2014: 10).

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Trianto (2009: 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

a. Rasioanal teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapa dilaksanakan dan berhasil dan

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

5. Model PembelajaranProblem Based Learning( PBL)

Menurut Dewey (dalam Rusmono, 2014: 74) sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya. Melalui Proses ini dikatakan Sanjaya (dalam Rusmono, 2014: 74), sedikit demi sedikit siswa akan


(39)

berkembang secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Artinya setiap siswa memperoleh kebebasan dalam menyelesaikan program pembelajarannya.

Problem Based Learningmerupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar (Kurniasih dan Sani, 2014: 75). Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari informasi dan membuat artefak sebagai laporan mereka (Yamin, 2013: 81).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permaslaahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik , sebelum peserta didik menpelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Tujuan utama PBL bukanlah menyampaikan sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan mengembangkan kemandirian belajar dan


(40)

keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial dapat terbentuj ketika peserta didik berkolaborasi untuk

mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselessaikan.

Pemilihan atau penentuan masalah yang nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu. Masalah ini bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi masalah yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalh ini juga bersifat tidak terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasikan strategi untuk menyelesaikannya. Menurut Baron (dalam Rusmono, 2014: 74) Ciri-ciri strategi PBL adalah:

a. Menggunakan masalah dunia nyata.

b. Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah c. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa

d. Guru berperan sebagai fasilitator.

e. Masalah yang digunakan harus, relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir, dan menarik serta berdasarkan informasi yang luas,

terbentuk secara konsiten dengan masalah lain dan termasuk dalam dimensi kemanusiaan.


(41)

Menurut Jacobsen (dalam Yamin, 2013: 64) pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan beberapa langkah:

a. Megidentifikasi masalah

b. Melibatkan usaha guru dalam membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah

c. Peserta didik dibantu untuk memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah

d. Guru mendorong peserta didik untuk menilai validitas solusi.

Menurut Yamin (2013: 82-83) Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki fase-fase model pembelajaran ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 3. Fase-fase model pembelajaranProblem Based Learning

Fase Perilaku guru

Fase 1

Mengarahkan peserta didik ke permasalahannya

Guru menjelaskan tujuan pelajaran, mendeskripsikan keperluan-keperluan logistik penting, dan memotivasi peserta didik untuk ikut teribat dalam kegiatan problem solving yang dipilihnya sendiri.

Fase 2

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas pembelajaran yang

berhubungan dengan permasalahannya. Fase 3

Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang tepat guna, melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan penjelasan dan solusi.

Fase 4

Mengembangkan dan

mempresentasikan artefak dan exhibis

Guru membantu peserta didik dalam mencernakan dan mempersiapkan artefak sebagai laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi karya dengan orang lain Fase 5

Menganalisa dan

mengevaluasi proses problem solving

Guru membantu peserta didik untuk merefleksikan investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.


(42)

Pembelajaran dengan modelproblem based learningdirancang dengan struktur pembelajaran yang dimulai dengan masalah, masalah disini yang berhubungan dengan aktivitas siswa, sehingga akan memotivasi siswa untuk mencoba mencari permasalahannya.

Guru sebagai fasilitator dituntut mampu untuk menyiapkan materi pelajaran yang dapat menuntun siswa untuk bisa memecahkan masalah, memberi siswa tanggung jawab untuk membentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri.

Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah (melaksanakan rencana pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah lebih sulit karena

membutuhkan banyak latihan dan harus mengambilkan keputusan tertentu selama perencanaan dan pelaksanaannya. PBL mempersiapkan peserta didik untuk banyak berpikir untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan dunia nyata, pertama, peserta didik dikelompokkan kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang dan maksimal 5 orang. Kedua, menentukan sarana dan tujuan pelajaran berbasis masalah adalah salah satu diantara tiga pertimbangan penting perencanaan. PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan penyelidikan, memahami


(43)

peran orang tua dan membantu peserta didik memiliki keterampilan mandiri.

Selanjutnya menurut Arends (dalam Yamin, 2013: 81-82) mempertegas bahwa suatu situasi masalah yang baik harus memenuhi lima kriteria penting sebagai berikut:

a. Situasi mestinyaautentik, masalah harus dikaitkan dengan pengalaman rill peserta didik dan bukan dengan prinsip-prinsip disiplin akademis tertentu.

b. Masalah itu mestinya tidak jelas sehingga menciptakan misteri dan teka-teki. Masalah yang tidak jelas dan tidak dpat diseleseaikan dengan jawaban yang sederhana dan membuktikan solusi-solusi alernatif, dengan kelebihan serta kekurangan masing-masing. Tentu saja, hal ini memberikan kesempatan untuk berdialog dan berdebat. c. Masalah ini harus bermakna bagi peserta didik dan sesuai dengan

tingkat perkembangan intelektualnya.

d. Masalah itu harus cukup luas sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi tetap dalam batas-batas yang fisibel bagi pelajarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatsan sumber daya.

e. Masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dan usaha kelompok, bukan justru dihalangi.

6. Model PembelajaranDiscovery Learning

Discovery Learningadalah salah satu model dalam pengajaran teori kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.

Metode pembelajarandiscovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri (Kurniasih dan Sani, 2014: 64).


(44)

Dalam mengaplikasikan metodediscovery learningguru berperan sebagai pembimbing degan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini mengubah kegiatan belajar mengajarteacher oriented (berorientsi pada guru) menjadistudent oriented(beroirentasi pada siswa).

DalamDiscovery Learning¸ hendaknya guru harus memberikan kesempatan siswa untuk menjadi problem solver. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta memberikan kesimpulan-kesimpulan.

Keuntungan dan Kelemahan Model PembelajaranDiscovery Learning (Kurniasih dan Sani, 2014: 66-68):

a. Keuntungan Model PembelajaranDiscovery Learning 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa 4) menyelidiki dan berhasil.

5) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatanya sendiri.

6) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

7) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

8) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahakan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti didalam situasi diskusi.


(45)

9) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

10) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 11) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada

situasi proses belajar yang baru.

12) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri 13) Mendorong siswa berfikir intuisi dan menrumuskan hipotesis

sendiri.

14) Memberikan keputusan yang bersifat instrinsik, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang

15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhya.

16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

17) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

b. Kelemahan Model PembelajaranDiscovery Learning

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menmbullkan frustasi.

2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4) PengajaranDiscoverylebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep , keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5) Pada beberapa disiplin ilmu,

6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Selanjutnya dijelaskan bahwa model pembelajaranDiscovery Learning memiliki lagkah-langkah operasional yang harus dilaksanakan agar terciptanya model pembelajaran yang efektif.


(46)

Langkah-Langkah Operasional tersebut adalah sebagai berikut menurut Kurniasih dan Sani (2014: 68-71)

a. Langkah Persiapan StrategiDiscovery Learning 1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

5) Menetukan bahan-bahan belajar yang berupa contoh contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,

dari yang konkret ke abstak, ata dari tahap enaktif, ikonik sampai simbolik

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik b. Prosedur Aplikasi StrategiDiscovery Learning

1) Stimulation(Stimulasi/pemberi rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

2) Problem Statement(pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutnya adalah guru meberikan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satu dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). 3) Data Collection(pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan ujicoba sendiri dan sebagainya.

4) Data Processing(pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan dan semuanya diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung


(47)

dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5) Verification(pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secar cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

6) Generalization(menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 4. Penelitian yang Relevan

Nama Judul Hasil Penelitian

Yuniar (2013)

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan ModelProblem-Based LearningPada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII.D Semester Genap Pada SMP Negeri 1 Pulau

Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatifProblem Based Learningdapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan dari hasil belajar yang diukur dari kognitif adalahh siklus I sebesar 48,57%, pada siklus II sebesar 65,75% pada siklus III sebesar 85,71%. Ria

Novitasari (2013)

Perbandingan Pembelajaran Mind MappingdanProblem Based Learning(PBL) di SMP Negeri 9 Bandar Lampung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Ekonomi antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranMind Mapping dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaranProblem Based Learningpada mata pelajaran Ekonomi. Hal ini dapat dilihat melalui nilai rata-rata penggunaan modelProblem Based Learning yang lebih tinggi yaitu 75,6 dibandingkan dengan nilai rata-rataMind Mapping sebesar 69,4. Berdasarkan uji anava diperoleh Sig. O,003 < 0,05 sehingga ada perbedaan nyata antara hasil


(48)

belajar yang diberika

pembelajaran Mind Mapping denganModel Problem Based Learning.

Fahmi Tamimi (2014)

Penerapan modelProblem Based Learning(PBL) untuk meningkatkan sikap percaya diri dan

keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran tematik kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat tahun ajaran

2013/2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model PBL meningkatkan sikap percaya diri dan keterampilan berpikir kritis. Dapat dilihat pada presentase sikap percaya diri siswa secara klasikal pada siklus I sebesar (52,85%) dengan kategori sikap percaya diri siswa secar klasikal

“cukup baik”, sedangkan siklus II

sebesar (75,02%) dengan kategori

sikap klasikal siswa “baik”. Hal

ini menunjuka adanya

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (22,17%). Sedangkan untuk keterampilan berpikir kritis siswa dapat diketahui dari

presentasi nilai keterampilan berpikir kritis siswa secara klasikal pada siklus I adalah (60%) dengan kategori presentase ketuntasan keterampilan berpikir

kritis siswa secara klasikal “baik”

sedagkan presentase ketuntasan keterampilan berpikir kritis siswa siklus II adalah (80%) dengan kategori presentase nilai

keterampilan berpikir kritis siswa

secara klasikal “baik”. Hal ini

menunjukan adanya peningkatan presentase nilai keterampilan berpikir kritis siswa secara klasikal dari siklus I dan II sebesar (20%).

Dinny Septiany (2014)

Penggunaan Model Discovery Learningpada ketimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa rata-rata n-Gain

keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimpangan bahan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan modeldiscovery Tabel 4. Penelitian yang relevan (Lanjutan)


(49)

learninglebih tinggi dari rata-rata n-gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran

konvensional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro.

Eni Arinawati (2014)

Pengaruh model

pembelajaranDiscovery Learningterhadap hasil belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Permadi

Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2013/2014

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajatrandiscovery learning lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada siswa kelas V SD

Hanny Kruisdiarti (2013)

Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif dengan Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry

Ada perbedaan rrata-rata

keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran MFDI dengan SBEI. Data kuantitatif yang diperoleh mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran MFDI dengan model pembelajaran SBEI. Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh data dikemukakan ahwa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Dimana dalam penelitian ini ada dua variabel independen yaitu model pembelajaranProblem Based Learning(X1) danDiscovery Learning(X2). Variabel dependennya adalah Tabel 4. Penelitian yang relevan (Lanjutan)


(50)

kemampuan berpikir kritis (Y1) dan hasil belajar (Y2) melaui penerapan model pembelajaran tersebut.

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Pembelajarannya

Menggunakan Model PembelajaranProblem Based LearningLebih Tinggi dibandingkan yang Pembelajarannya dengan Menggunakan Model PembelajaranDiscovery Learning

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaranProblem Based LearningdanDiscovery Learning.

Model pembelajaranProblem Based Learningadalah mengajukan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu maupun kelompok, sehingga siswa terbiasa dalam pemecahan masalah pengambilan keputusan dan menarik kesimpulan dari masalah yang ada. PadaProblem Based Learningsiswa dihadapkan pada suatu masalah dari guru dan harus diselesaikan bersama teman sekelompoknya, setelah berdiskusi kemudian hasil diskusi ditulis lalu di presentasikan, hal ini dapat memicu siswa untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan dan indikator dari kemampuan berpikir kritis dapat terpenuhi diantaranya memberikan penjelasan

sederhana, membangun keterampilan dasar dan mengatur strategi. Sedangkan model pembelajaranDiscovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar


(51)

tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Model PembelajaranDiscovery Learningsiswa dihadapkan untuk menemukan suatu permasalahan, setelah menemukan lalu didiskusikan, kemudian dibuat kesimpulan yang memungkinkan indikator dari

kemampuan berpikir kritis dapat terpenuhi diantaranya memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar dan membangun strategi dan taktik.

Menurut Angelo (1995: 13) mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis. Lima indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan menganalisis, yaitu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut,

b. Keterampilan mensisntesis, keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi susunan yang baru

c. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian,

d. Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasrkan pengertian/pengetahuan yang dimilikinya untuk mencapai pengertian baru,

e. Keterampilan mengevaluasi/menilai, yaitu kemampuan menentukan nilai sesuatu berdasrkan kriteria tertentu

Dari kedua model pembelajaran diatas sama-sama menunjang kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari indikator-indikator yang terpenuhi.

Ini sesuai dengan teori belajar kontruktivisme yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, bahwa teori kontruktivisme memandang pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita.

Konsep kontruktivisme memandang bahwa pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri


(52)

pengetahuannya. Pembelajaran berarti berpartisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar mandiri. Menurut kontruktivisme, dalam proses belajar merupakan proses aktif siswa mengkontruksikan arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain

Dari uraian di atas setelah mengetahui model pembelajaranProblem Based LearnningdanDiscovery Learning, akan terlihat bahwa siswa yang aktif dan mampu memecahkan masalah dengan siswa lainnya akan lebih mendominasi dan berpengaruh pada berpikir kritis siswa tersebut maka diduga kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih baik dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learning.

2. Hasil Belajar Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model PembelajaranProblem Based LearningLebih Tinggi dibandingkan yang Pembelajarannya dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi proses pembelajaran yang berhasil. Proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil itu terlihat dari hasil belajar. Hasil belajar menurut reigeluth (dalam Rusmono, 2012: 7-8) merupakan semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari pengguna atau metode dibawah kondisi yang berbeda. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu merupakan akibat yang


(53)

diinginkann dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Salah satu caranya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaranProblem Based LearningdanDiscovery Learning.

Menurut Jacobsen (dalam Yamin, 2013: 64) pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan beberapa langkah:

a. Mengidentifikasi masalah

b. Melibatkan usaha guru dalam membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah

c. Peserta didik dibantu untuk memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah

d. Guru mendorong peserta didik untuk menilai validitas solusi.

Sedangkan pada model pembelajaranDiscovery Learninglangkah-langkah operasional tersebut adalah sebagai berikut menurut Kurniasih dan Sani (2014: 68-71).

Langkah Persiapan StrategiDiscovery Learning a) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

c) Memilih materi pelajaran

d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

e) Menetukan bahan-bahan belajar yang berupa contoh contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik

f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstak, ata dari tahap enaktif, ikonik sampai simbolik g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik

Prosedur Aplikasi StrategiDiscovery Learning a) Stimulation(Stimulasi/pemberi rangsangan)

b) Problem Statement(pernyataan/identifikasi masalah) c) Data Collection(pengumpulan data)

d) Data Processing(pengolahan data) e) Verification(pembuktian)


(54)

Dari kedua model pembelajaran diatas sama-sama berorinetasi pada masalah dan keaktifan siswa. Setelah siswa aktif dan mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, akan berdampak pada pola pikir dari siswa dan akan berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut.

Pernyataan itu sesuai dengan teori belajar kontruktivisme yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, bahwa teori

kontruktivisme memandang pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita. Menurut kontruktivisme, dalam proses belajar merupakan proses aktif siswa mengkontruksikan arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain

Selain itu juga didukung oleh teori belajar kognitif. Pada teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Menurut Sani (2013: 10) belajar menurut aliran kognitivisme merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, dimana proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya serta pembelajaran terjadi dengan mengaktifkan indra siswa agar memperoleh pemahaman.

Setelah mengetahui model pembelajaranProblem Based Learnningdan Discovery Learning, akan terlihat bahwa siswa yang aktif dan mampu memecahkan masalah dengan siswa lainnya akan lebih mendominasi dan berpengaruh pada hasil belajar, sehingga peneliti menduga hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih baik dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learning


(55)

3. Ada Hubungan antara Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Menurut Gleser (dalam Fisher, 2009: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut:

a. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang

b. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis

c. Semacam keterampilan untuk menetapkan metode tersebut, berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Sedangkan menurut Bloom (dalam Rusmono, 2014: 8) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah

psikomotorik mencakup perubahan prilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu Setelah melihat pengertian masing-masing variabel diatas, kita dapat melihat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sangat erat kaitannya, itu didasarkan pada teori belajar kontruktivisme yang memandang pengetahuan kita merupakan hasil dari kontruksi kita. Konsep kontruktivisme memandang bahwa pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri

pengetahuannya. Pembelajaran berarti berpartisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis, dan mengadakan justifikasi.


(56)

Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar mandiri Setelah

kemampuan berpikir kritis siswa semakin baik akan langsung berdampak pada hasil belajar siswa tersebut. Sehingga terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah.

1. Kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran

Problem Based Learning

Discovery Learning

Berpikirkritis Berpikir kritis

Hasil Belajar Hasil Belajar

Model Pembelajaran


(57)

2. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran

3. Ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.


(58)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2012: 57). Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan

penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu hasil belajar Ekonomi dan kemampuan berpikir kritis dengan perlakuan yang berbeda. Sedangkan penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012: 107).

Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimental design). Penelitian semu dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Bentuk penelitian banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2009: 16).


(59)

1. Desain Eksperimen

Penelitian ini bersifat quasi eksperimen dengan polanon-eqifalent control group design.Kelompok sampel ditentukan secara random, kelas X IPS 2 Melaksanakan model pembelajaranProblem Based Learningsebagai kelas eksperimen dan kelas X IPS 3 melaksanakan model pembelajaran

Discovery Learningsebagai kelas kontrol. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.

R :X O

R :X O

(Sugiyono, 2012: 116) Keterangan:

R1 : Kelas kontrol ditetapkan secara random R2 : Kelas eksperimen ditetapkan secara random O2,O4 : Post test

2. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaa penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian adalah

1) Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas yang menjadi populasi kemudian digunakan sebagai sampel dalam penelitian, Selain itu, untuk memastikan bahwa


(60)

setiap kelas dalam polulasi merupakan kelas-kelas yang mempunyai relatif sama, atau tidak adanya kelas unggulan. 2) Menetapkan sampel penelitian yang untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol

3) Membuat media pembelajaran yang mengenai materi yang akan diajarkan

4) Membuat perangkat pembelajaran

5) Membuat instrument evaluasi yaitu soal pretest dan posttest berupa soal pilihan ganda.

b. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Problem Based Learninguntuk kelas ekksperimen dan model

pembelajarnDiscovery Learninguntuk kelas kontrol. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

1) Kelas Ekspeerimen a) Pendahuluan

(1) Apersepsi (absensi, doa)

(2) Pengkondisian kelas dengan motivasi

(3) Pemberian pemahaman dan manfaat tentang materi yang diajarkan

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memulai pelajaran dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok


(1)

2 Hasil belajar

2, 5, 7, 10, 11, 12, 18, 21, 22, 23, 26, 29, 34,

1, 3, 4, 6, 8, 9, 14, 16, 19, 20, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 40

13, 15, 17, 33,

40

G. Uji Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya. Menggunakan rumus:

Lo = F (Zi)–S (Zi) Keterangan:

Lo = harga mutlak terbesar F (Zi) = peluang angka baku S (Zi) = proporsi angka baku

Kriteria pengujian adalah jikaL < L dengan taraf signifikansi 0,05 maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula

sebaliknya. (Sudjana, 2005: 466)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan rumus uji F. F =

(Sugiyono, 2010: 276)

Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga F < F maka data sampel akan homogen, dan apbilaF > F data tidak

homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n -1 ;n -1)


(2)

56

H. Teknik Analisis Data

1. T-Test Dua Sampel Independen

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel indepeden yaitu:

=

S2

1 S 2 2

=

(Separated Varians) (Polled Varians)

Keterangan:

= rata-rata hasil belajar kelas eksperimen = rata-rata hasil belajar kelas kontrol

1= simpanan baku sampel 1 (siswa kelas eksperimen) 2= simpanan baku sampel 2 (siswa kelas kontrol) S2

1= varians data kelompok 1 S2

2= varians data kelompok 2 (Sugiyono, 2011: 422)

2. Koefisien Korelasi Product Moment

Pengujian hipotesis ini untuk mengukur hubungan 2 variabel. Koefisien sederhana ini disebut juga dengan koefisien korelasi Pearson karena perhitungan Koefisien Korelasi ini dikemukakan oleh Karl Pearson.

= ( ) ( )

( ) ( )

Keterangan :

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor butir soal

Y = skor total (Arikunto, 2006: 170)


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil, analisi data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebaggai berikut.

1. Kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaranDiscovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran

2. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based Learninglebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learningpada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran

3. Ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Pagelaran.


(4)

91

B. Saran

Berdasarkan penelitian tentang kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based LearningdanDiscovery Learningdan hubungan dengan hasil belajar ekonomi siswa, maka penulis menyarankan:

1. PembelajaranProblem Based Learningdapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa 2. Pada pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan

indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis dan mampu mengelola kelas dengan baik sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

3. Agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan secara matang baik mental dan pengetahuan maupun peralatan yang digunakan, serta kondisi siswa. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis siswa hingga mampu meningkatkan hasil belajar.


(5)

Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995).Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd edition.

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2012.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Budiningsih, Asri. 2012.Belajar & pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

Dinny Septiany. 2014. Penggunaan Model Discovery Learning pada ketimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

Bandarlampung: Universitas Lampung.

Djmarah, Syaiful bahri dan Asswan Zain. 2006.Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eni Arinawati. 2014.Pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Permadi Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2013/2014. Kebumen: Universitas Sebelas Maret.

Fahmi tamimi. 2014.Penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan sikap percaya diri dan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran tematik kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat tahun ajaran 2013/2013.Bandarlampung: Universitas Lampung. Fisher, Alec. 2009.Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga

Hanny Kruisdiarti. 2013.Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif dengan Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry.


(6)

Komalasari, Kokom. 2010.Pembelajaran kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2014.Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakata: Kata Pena.

Ria Novitasari. 2013.Perbandingan Pembelajaran Mind Mapping dan Problem Based Learning (PBL) di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

Bandarlampung: Universitas Lampung.

Rusmono. 2014.Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learnig itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sagala, S. 2003.Konsep dan makna pembelajaran: untuk memecahkan problematika belajar dan mengajar. Alfabeta: Bandung.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Trasito

Sugiyono. 2011:Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta. Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Sukardi. 2009.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Trianto. 2009.Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif. Jakarta:

Prenada media.

Yamin, Martini. 2013.Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran: Jakarta: GP Press Group.

Yuniar. 2013.Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Model Problem-Based Learning Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII.D Semester Genap Pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandarlampung: Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 89

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN INQUIRY LEARNING PADA SISWA KELAS X IPS MA NEGERI 1 LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 4 84

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/20

1 8 101

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERINTEGRASI DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 1 30

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING.

0 4 43

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG BELAJAR DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING.

4 19 48

PERBANDINGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR DENGAN DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING.

0 4 40

PERBANDINGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR DENGAN DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING.

0 2 22

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 1

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PROBLEM BASED LEARNING

2 11 13