PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING AND EXTENDING) TERHADAP HASIL BELAJAR KOSMETIKA SISWA TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 10 MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING,

ORGANIZING, REFLECTING AND EXTENDING) TERHADAP

HASIL BELAJAR KOSMETIKA SISWA TATA

KECANTIKAN SMK NEGERI 10 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FARHANIAH

5113144014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

FARHANIAH, NIM 5113144014. Pengaruh Model Pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting and Extending) Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan. Jurusan Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga. Prodi Tata Rias 2011. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hasil belajar kosmetika

yang dibelajarkan tanpa pemnggunaan model pembelajaran (2) mengetahui hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting and Extending), dan (3) untuk

mengetahui pengaruh hasil belajar kosmetika terhadap model pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting and Extending) pada siswa SMK Negeri 10

Medan .

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 10 Medan sebanyak 62 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total

sampling sebanyak 62 orang yang dibagi menjadi 2 kelopok yaitu 31 orang kelas

X TK1 (kelas eksperimen) dan 31 orang kelas X TK2 (Kelas Kontrol). Metode

pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar kosmetika. Analisis data menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kosmetika menggunakan model pembelajaran CORE sebesar 32,26 dan standar deviasi 2,78 dengan tingkat kecenderungan tinggi sebesar 64,5%. Sedangkan hasil belajar kosmetika tanpa menggunakan model pembelajaran CORE diperoleh nilai rata-rata = 28,06 dan standar deviasi 2,61 dengan tingkat kecenderungan cukup sebesar 90,3%. Hasil uji statistik diperoleh nilai thitung > ttabel atau 6,023 > 1,671,

artinya Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaaan yang signifikan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting and Extending) Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Tata

Kecantikan SMK Negeri 10 Medan teruji kebenarannya. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran CORE lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kosmetika tanpa menggunakan model pembelajaran CORE.

Kata kunci : Model Pembelajaran CORE, Mata Pelajaran Kosmetika, Hasil Belajar.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat dan karuniannya yang dilimpahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa arahan dan dorongan. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kepada orang tua tercinta Alm. Bapak Sudirman yang semasa hidup sudah mendukung, dan memberi arahan kepada penulis, dan untuk Ibu Alm. Hj. Rusmiaty yang telah dengan sabar dan penuh kasih sayang merawat, menjaga, membesarkan, dan mendidik penulis dan tak henti-hentinya mendoakan anak-anaknya untuk mencapai cita-cita.

2. Ibu Dra. Siti Wahidah, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Tata Rias sekaligus Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis.

3. Ibu Dr. Dina Ampera, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Unimed sekaligus Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis..


(7)

iii

memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

5. Ibu Dra. Rohana Aritonang, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis

6. Ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Unimed.

7. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Unimed

8. Bapak/ibu Wakil Dekan I, II, III Fakultas Teknik Unimed. 9. Kepada seluruh Dosen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga.

10. Bapak Drs. Robert A Lesbatta, M.Pd selaku selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 10 Medan yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian dan, Ibu Christina Indrayati Hutapea. S.Pd, selaku guru mata pelajaran kosmetika yang telah membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.

11. Untuk keluarga tercinta Afifah afriani, S.T, Muhammad Idris, A.Md, Budi Heriyanto, Novika Nur Wulandari, S.Mb dan Adik saya Khairunisa Nur Ifani yang telah memberikan semangat, dukungan, motivasi maupun materi, dan doa kepada penulis.

12. Untuk yang terkasih Muhammad Citra Ardiansyah, S.H , teman-teman seperjuangan di Prodi Pendidikan Tata Rias angkatan 2011 khususnya kelas reguler dan sahabat-sahabat yang selalu setia dalam suka maupun duka,


(8)

iv

Elviya Sonia, S.Pd, Muslilawati, S.Pd, Meilinda Khardiena Harahap, dan Yulia Rezeki, A.Md yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan doa. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam dunia pendidikan pada umumnya dan khusus dalam bidang Program Studi Tata Rias.

Medan, Maret 2017 Penulis,

Farhaniah


(9)

v DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis ... 8

1. Hasil belajar Kosmetika ... 8

1.1 Pengertian hasil belajar Kosmetika ... 8

2. Kosmetika ... 9

2.1 Sejarah Kosmetika ... 11

2.2.Jenis-jenis kosmetika ... 13

3. Penggolongan bentuk kosmetika ... 22

3.1 Wujud dan bentuk Kosmetik ... 22

4. Persyaratan Kosmetika ... 28

5. Bahan kandungan Kosmetik... 28

6. Efek samping kosmetik ... 32

7. Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending)... 34


(10)

vi

B. Penelitian Yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berfikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Definisi Operational dan Variabel Penelitian... 45

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 47

D. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel ... 47

E. Prosedur Penelitian ... 48

F. Instrumen Penelitian ... 50

G. Uji Coba Instrumen ... 51

1. Validitas Instrumen ... 52

2. Reliabilitas ... 53

3. Indeks kesukaran butir tes ... 53

4. Daya pembeda butir tes ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 55

1. Deskripsi Data ... 55

2. Uji Persyaratan Analisi Data ... 56

a. Uji Normalitas ... 57

b. Uji Homogenitas ... 57

c. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Penelitian. ... 61

1. Data Pre tes Hasil Belajar Kosmetika Pada Kelas Eksperimen ... 62

2. Data Pre tes Hasil Belajar Kosmetika Pada Kelas Kontrol ... .63

3. Data Post test Hasil Belajar Kosmetika Pada Kelas Eksperimen ... 64

4. Data Post test Hasil Belajar Kosmetika Kelas Kontrol ... 66

B. Tingkat Kecenderungan Penelitian ... 67


(11)

vii

2. Data Post tes ... 69

C. Uji Persyaratan Analisis ... 70

1. Uji Normalitas ... 70

2. Uji Homogenitas ... 71

D.Pengujian Hipotesis... 71

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Desain Penelitian ...…………... ... 45

2. Jumlah Keseluruhan Siwa ... 47

3. Kisi-kisi Soal Instrumen ... 51

4. Variabel Rata-rata dan Standart Deviasi Ideal……… .... 56

5. Deskripsi Data Hasil Belajar Kosmetika Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61

6. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Hasil Belajar Kosmetika Siswa Pada kelas X Tata Kecantikan Rambut 1 SMK Negeri 10 Medan ... 62

7. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Hasil Belajar Kosmetika Siswa Pada kelas X Tata Kecantikan Rambut 2 SMK Negeri 10 Medan ... 63

8. Distribusi Frekuensi Data Post tes Kelas Eksperimen (X1) ... 65

9. Distribusi Frekuensi Data Post tes Pada Kelas Kontrol (X2) ... 66

10. Tingkat Kecenderungan Data Pre tes Hasil Belajar Kosmetika antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 68

11. Tingkat Kecenderungan Data Post tes Hasil Belajar Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

12. Uji Normalitas Data ... 70

13. Uji Homogenitas ... 71

14. Uji Hipotesis Data Pretes ... 72


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Bentuk-bentuk foundation ... 18

2. Bedak tabur ... 18

3. Eye shadow ... 19

4. Mascara ... 19

5. Pensil ais ... 20

6. Eye liner ... 20

7. Blush on ... 21

8. Lipstick ... 21

9. Bubuk (powder) ... 22

10.Kosmetik Cream... 23

11.Kosmetik berbentuk emulsi... 24

12.Bentuk sediaan gel/ jelly ... 24

13.Kosmetik suspensi ... 25

14.Kosmetik sediaan sabun ... 25

15.Kosmetik Larutan ... 26

16.Hairspray yang berbentuk aerosol ... 26

17.Bentuk sediaan pasta ... 27

18.Kosmetik Propelan ... 28

19.Kosmetik lipstick yang berbentuk stick ... 28

20.Histogram Data Pre Tes Hasil Belajar Kosmetika Siswa Pada kelas X Tata Kecantikan Rambut 1 (X1) ... 63

21.Histogram Data Pre Tes Hasil Belajar Kosmetika Siswa Pada kelas X Tata Kecantikan Rambut 2 (X2) ... 64

22.Histogram Data Post tes Kelas Eksperimen (X1) ... 66


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Silabus ... 80

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 86

3. Materi Pelajaran ... 128

4. Tes Hasil Belajar ……… ... 152

5. Kunci jawaban ... 159

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes ... 160

7. Data Pre-test hasil belajar Kosmetika siswa pada kelas kontrol ... 169

8. Data Pre-test hasil belajar Kosmetika siswa pada kelas eksperimen ... 170

9. Data Post-test hasil belajar Kosmetika siswa pada kelas kontrol ... 171

10.Data Post -test hasil belajar Kosmetika siswa pada kelas eksperimen ... 172

11. Rekapitulasi Nilai Pre tes dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 175

12. Perhitungan Rata-rata (X1), Simpangan Baku (S), dan Varians (S2) Nilai HAsil Belajar Siswa ... ... 176

13. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... ...182

14. Uji normalitas... ... ... 186

15. Uji Homogenitas... ... ... 191

16. Uji hipotesis nilai pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol ... ... 193

17. Pengujian Hipotesis ... ... 195

18. Dokumentasi penelitian ... ... 197

19 Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors ... 202

20 Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 ke z ... 203


(15)

xi

22. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F ... 205 23. Nilai-nilai r Product Moment ... 207

Surat Penugasan Dosen Pembimbing Skripsi Surat Permohonan Judul Skripsi

Surat Persetujuan Judul Skripsi Surat Izin Observasi

Surat Izin Uji Coba Instrumen Penelitian Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Lembar Perbaikan Skripsi


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan seorang guru yang berkualitas sehinga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Peranan seorang guru sangat penting terhadap hasil yang akan diperoleh peserta didik, keberadaan guru dan siswa merupakan faktor yang sangat penting di dalam proses pembelajaran, dimana keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang sangat penting dalam proses penyampaian materi/informasi kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah bagaimana menciptakan keaktifan dalam diri siswa untuk belajar lebih efektif.

Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat memilih danmenggunakan beberapa model pembelajaran. Model pembelajaran banyak sekalijenisnya masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangansuatu model pembelajaran dapat ditutup dengan model pembelajaran yang lain.

Kenyataan yang dijumpai di kelas-kelas suatu sekolah selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) yang meletakkan guru sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, dan cara penyampaian pengetahuannya cenderung masih didominasi dengan metode ceramah.Kegiatan belajar mengajar masih terfokus kepada guru untuk mendengar dan mencatat penjelasan dari guru, sehingga banyak siswa yang tidak mencapai kriteria


(17)

2

ketuntasan minimal (KKM). Dengan dominasi metode tersebut siswa menjadi tidak aktif. Ketidakaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan siswa sulit memahami konsep suatu materi. Jika hal tersebut terjadi dapat mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh kurang optimal. Dengan perolehan hasil belajar yang kurang, maka dikatakan bahwa tujuan pembelajaran tidak tercapai. Walaupun demikian, bukan berarti metode ceramah tidak cocok digunakan untuk pembelajaran. Supaya hasil belajar yang diperoleh dapat menjadi lebih baik, perlu dicoba pembelajaran yang menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan model pembelajaran lain.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukanpada tanggal 10 Juni 2016 pada mata pelajaran Kosmetika kelas X Kecantikan di SMK Negeri 10 Medan memperlihatkan bahwa yang menjadi masalah dalam mata pelajaran Kosmetika adalah cara penyampaian materi pelajaran yang kurang optimal sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran yang di gunakan guru didominasi dengan metode ceramah, dan pemberian tugas. Kegiatan belajar mengajar masih terfokus kepada guru sehingga sebagian besar waktu belajar digunakan untuk mendengar dan mencatat penjelasan dari guru, sehingga banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diperoleh nilai siswa kelas X program tata kecantikan tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran kosmetika masih kurang memenuhi standart kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Dapat diketahui dari jumlah keseluruhan siswa kelas X kecantikan rambut 1 dan kecantikan rambut 2 yang berjumlah 62 siswa, diperoleh


(18)

3

nilai yaitu sebanyak 9 orang siswa mendapat nilai 10,00-9,00 (A), sebanyak 12 orang siswa mendapatkan nilai 8,99-8,00 (B), sebanyak 19 orang siswa mendapatkan nilai 7,99-7,00 (C), dan sebanyak 22 orang siswa mendapatkan nilai 6,99-0,00 (D). Dengan memperhatikan kondisi belajar di atas peneliti merasa perlu adanya perbaikan dari proses pembelajaran di kelas, mengingat tujuan kompetensi belum tercapai, adapun tujuan kompetensi keahlian di SMK Negeri10 Medan yakni menyiapkan tamatan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil yang memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai sikap yang terintegrasi dalam kecakapan kerja dalam bidang keahlian tata kecantikan rambut, tata kecantikan kulit atau rias pengantin, serta mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dunia kerja, dilandasi oleh kekuatan Iman dan Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam perbaikan proses pembelajaran.

Menurut Shoimin (2014), Model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran yang mencakup empat aspek kegiatan yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending. Adapun keempat aspek tersebut adalah : (1) Connecting (C) merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru serta antar konsep; (2) Organizing (O) merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi; (3) Reflecting (R) merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat; (4)Extending (E)merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.


(19)

4

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana "Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting,

Organizing, Reflecting, dan Extending)” Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Tata Kecantikan SMK Negeri 10Medan ".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Kosmetika di SMK Negeri 10 Medan masih didominasi dengan metode pembelajaran ceramah dan pemberian tugas.

2. Siswa kurang aktif pada saat mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran Kosmetika.

3. Proses pembelajaran Kosmetika masih berpusat pada guru saja sehingga hasil pembelajaran kurang optimal.

4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kosmetikamasih rendah.

5. Model pembelajaran CORE dapat meningkatkan hasil belajar Kosmetika siswa kelas X SMK Negeri 10 Medan.


(20)

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang akan dikaji lebih terarah maka masalah-masalah tersebut penulis batasi masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar pada materi Kosmetika dibatasi

dengan Sejarah kosmetika, Jenis kosmetika, Wujud kosmetika, persyaratan kosmetika, bahan kandungan kosmetika, dan efek samping kosmetika.

2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar siswa yang akan dilakukan dengan model pembelajaran CORE(Connecting, Organizing, Reflecting, dan

Extending)

3. Peneliti membahas materi kosmetika,meliputisejarah kosmetika, Jenis kosmetika, Wujud kosmetika, persyaratan kosmetika, bahan kandungan kosmetika, dan efek samping kosmetika

4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Tata Kecantikan Rambut SMK Negeri 10 Medan Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan setelah dibatasi masalah-masalah yang diidentifikasi, maka dapat dirumuskan permasalah-masalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar Kosmetika pada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan model pembelajaranCORE(Connecting, Organizing, Reflecting,


(21)

6

2. Bagaimana hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran CORE (Connecting,Organizing, Reflecting, dan Extending) kelas X SMK Negeri 10 Medan?

3. Bagaimana pengaruh hasil belajar kosmetika terhadap Model Pembelajaran

CORE(Connecting,Organizing, Reflecting, dan Extending) kelas XSMK

Negeri 10 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan tanpa penggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, dan Extending) di kelas X SMK Negeri 10 Medan.

2. Untuk mengetahui hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan

Extending) kelas X SMK Negeri 10 Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh hasil belajarkosmetika terhadap model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) kelas X SMK Negeri 10 Medan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah khususnya guru bidang study dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi guru. Agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang baik.


(22)

7

2. Sebagai bahan referensi atau sumbangan pemikiran yang positif dan menjadi bahan informasi bagi UNIMED.

3. Bagi peneliti, sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan serta menambah wawasan, pengalaman dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.


(23)

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

1. Hasil belajar siswa kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) pada siswa

kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan cenderung tinggi dengan skor rata-rata 32,26.

2. Hasil belajar siswa kosmetika yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) pada siswa kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan cenderung cukup dengan skor rata-rata 28,06.

3. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) terhadap hasil belajar

kosmetika pada siswa Kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan. Dengan demikian, bahwa hasil belajar siswa kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, dan Extending) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa

tanpa menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, dan Extending).

B.Saran

1. Hasil belajar siswa kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) cenderung

tinggi, maka diharapkan model CORE (Connecting, Organizing,


(24)

77

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kosmetika.

2. Tingkat kecenderungan hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) rata-rata masih cukup, oleh karena itu sebaiknya guru dapat membuat variasi mengajar yang menarik perhatian dan dapat memotivasi siswa sehingga proses belajar mengajar akan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Dari hasil penelitian ada pengaruh model pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) terhadap hasil

belajar siswa. Namun, bukan berarti dengan menggunakan pembelajaran konvensional proses pembelajaran menjadi kurang optimal, akan lebih baik jika guru dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariatif sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan baik.


(1)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana "Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending)” Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Tata Kecantikan SMK Negeri 10Medan ".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Kosmetika di SMK Negeri 10 Medan masih didominasi dengan metode pembelajaran ceramah dan pemberian tugas.

2. Siswa kurang aktif pada saat mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran Kosmetika.

3. Proses pembelajaran Kosmetika masih berpusat pada guru saja sehingga hasil pembelajaran kurang optimal.

4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kosmetikamasih rendah.

5. Model pembelajaran CORE dapat meningkatkan hasil belajar Kosmetika siswa kelas X SMK Negeri 10 Medan.


(2)

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang akan dikaji lebih terarah maka masalah-masalah tersebut penulis batasi masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar pada materi Kosmetika dibatasi

dengan Sejarah kosmetika, Jenis kosmetika, Wujud kosmetika, persyaratan kosmetika, bahan kandungan kosmetika, dan efek samping kosmetika.

2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar siswa yang akan dilakukan dengan model pembelajaran CORE(Connecting, Organizing, Reflecting, dan

Extending)

3. Peneliti membahas materi kosmetika,meliputisejarah kosmetika, Jenis kosmetika, Wujud kosmetika, persyaratan kosmetika, bahan kandungan kosmetika, dan efek samping kosmetika

4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Tata Kecantikan Rambut SMK Negeri 10 Medan Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan setelah dibatasi masalah-masalah yang diidentifikasi, maka dapat dirumuskan permasalah-masalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar Kosmetika pada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan model pembelajaranCORE(Connecting, Organizing, Reflecting,


(3)

2. Bagaimana hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran CORE (Connecting,Organizing, Reflecting, dan Extending) kelas X SMK Negeri 10 Medan?

3. Bagaimana pengaruh hasil belajar kosmetika terhadap Model Pembelajaran

CORE(Connecting,Organizing, Reflecting, dan Extending) kelas XSMK

Negeri 10 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan tanpa penggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, dan Extending) di kelas X SMK Negeri 10 Medan.

2. Untuk mengetahui hasil belajar kosmetika pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan

Extending) kelas X SMK Negeri 10 Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh hasil belajarkosmetika terhadap model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) kelas X SMK Negeri 10 Medan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah khususnya guru bidang study dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi guru. Agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang baik.


(4)

7

2. Sebagai bahan referensi atau sumbangan pemikiran yang positif dan menjadi bahan informasi bagi UNIMED.

3. Bagi peneliti, sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan serta menambah wawasan, pengalaman dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.


(5)

76 A.Kesimpulan

1. Hasil belajar siswa kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) pada siswa

kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan cenderung tinggi dengan skor rata-rata 32,26.

2. Hasil belajar siswa kosmetika yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) pada siswa kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan cenderung cukup dengan skor rata-rata 28,06.

3. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) terhadap hasil belajar

kosmetika pada siswa Kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 10 Medan. Dengan demikian, bahwa hasil belajar siswa kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, dan Extending) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa

tanpa menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,

Reflecting, dan Extending).

B.Saran

1. Hasil belajar siswa kosmetika dengan menggunakan model pembelajaran

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) cenderung

tinggi, maka diharapkan model CORE (Connecting, Organizing,


(6)

77

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kosmetika.

2. Tingkat kecenderungan hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) rata-rata masih cukup, oleh karena itu sebaiknya guru dapat membuat variasi mengajar yang menarik perhatian dan dapat memotivasi siswa sehingga proses belajar mengajar akan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Dari hasil penelitian ada pengaruh model pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting, dan Extending) terhadap hasil

belajar siswa. Namun, bukan berarti dengan menggunakan pembelajaran konvensional proses pembelajaran menjadi kurang optimal, akan lebih baik jika guru dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariatif sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan baik.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING (CORE) TERHADAP HASIL BELAJAR LAGU DAERAHSISWA KELAS VIII SMP RK MAKMUR BUDI MURNI 4 MEDAN.

0 1 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING (CORE) DAN THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 3 31

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING Eksperimen Model Pembelajaran Core (Connecting Organizing Reflecting Extending) Dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit Semester

0 2 16

MODÉL CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING (CORE) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA BABAD SUMEDANG.

1 16 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING (CORE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP.

2 14 39

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CORE (Connecting, Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Core (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) (PTK Pembelajaran M

0 3 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA.

1 7 45

1. Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) - PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DAN OEL (OPEN ENDED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA PADA MATA PELA

2 6 37

PENGARUH PEMBELAJARAN CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING (CORE) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH SOKARAJA

0 0 18

PENGARUH PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING (CORE) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADAMARA

0 0 14