Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
ARWANA SUPER RED DI PD DIAN ARDYKA,
PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUZAKIR RAHIM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN SKRIPSI DAN MENGENAI SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red di PD Dian Ardyka, Pontianak,
Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014

Muzakir Rahim
NIM H34114033

ABSTRAK
MUZAKIR RAHIM. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super
red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NETTI
TINAPRILA.
Sektor perikanan memberikan kontribusi yang penting dalam perekonomian
Indonesia, salah satu contohnnya adalah peningkatan volume ekspor ikan hias
perikanan ikan hias dalam peningkatan pertumbuhan nilai produk domestik
bruto Indonesia. Arwana super red adalah salah satu jenis ikan hias yang masuk
ke dalam komoditi ekspor ikan hias Indonesia tersebut. Komoditi arwana super
red mengalami fluktuasi produksi ditiap tahunnya, hal tersebut menunjukan
bahwa terdapat risiko dalam usaha budi daya arwana super red. Risiko budi
daya arwana super red tersebut juga dihadapi oleh kegiatan pembenihan PD
Dian Ardyka yang merupakan salah satu perusahaan ekspor arwana terbesar di

Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi penanganan sumber
risiko yang tepat dalam produksi benih arwana di PD Dian Ardyka, dengan cara
mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis probabilitas sumber risiko,
menganalisis dampak risiko, menganalisis status risiko, dan pembuatan peta
risiko. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi kendala
pada umur benih yang muda, serangan penyakit, benih cacat, dan telur pecah
pada benih. Alternatif strategi yang diusulkan dalam menangani sumber risko
tersebut menggunakan pendekatan strategi preventif dan mitigasi.
Keyword : arwana, sumber risiko, strategi

ABSTRACT
MUZAKIR RAHIM. Risk Analysis of Fish Hatchery Production of Arwana
Super red in PD Dian Andyka, Pontianak, West Kalimantan. Guided by Netti
Tinaprila.
Fishery sector contributes an important contribution in economic condition of
Indonesia, one of which is the increase of ornamental fish export volume in
increasing the growth of gross domestic product in Indonesia. Arwana super red
is one of ornamental fish that is put into the category of export comodity in
Indonesia. Arwana super red comodity experiences fluctuation every year. This
shows that there is a risk in the business of arwana super red. This risk is also

faced by PD Dian Ardyka, one of the biggest arwana super red export companies
in Pontianak. The aim of this research was to find the appropriate strategy to
overcome the risk in seed production of arwana super red in PD Dian Ardyka by
identifying the risk source and making the risk map. The result of this research
indicated that the company faced problems when the age of seed was still young.
Moreover, the company also faced problems like disease attact, deformed seed,
and broken egg on the seed. The alternative strategy proposed in the risk source
handling was by using the approach of preventive strategy and mitigation.
Keywords : arwana, risk source, strategy

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
ARWANA SUPER RED DI PD DIAN ARDYKA,
PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUZAKIR RAHIM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
Nama
: Muzakir Rahim
NIM
: H34114033

Disetujui oleh,

Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM.
Pembimbing


Diketahui oleh,

Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super red di
PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan Barat.
: Muzakir Rahim
Nama
: H34114033
NIM

Disetujui oleh,

Dr. Ir Ne ti inaprilla, MM.
Pembimbing

Diketahui oleh,


MS

Tanggal Lulus :

1 B MAR 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Januari 2014
ini adalah Analisis Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi
Pembenihan Ikan Arwana Super red di PD Dian Ardyka, Pontianak, Kalimantan
Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Netti Tinaprila, MM
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ardyka
Anggriawan B.B.E.ST dari PD Dian Ardyka selaku direktur dan pemilik
perusahaan, yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda, serta seluruh
saudara dan keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pembenihan
yang dihadapi PD Dian Ardyka. Analisis risiko produksi juga dilakukan dengan
memberikan alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan
perusahaan.
Segala upaya dan kerja keras dengan optimal telah dilakukan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.

Bogor, Maret 2014

Muzakir Rahim
NIM H34114033

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR


xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian


7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA

8

Ikan Arwana Super Red

8

Sumber – Sumber Risiko

9

Metode Analisis Risiko


10

Strategi Pengelolaan Risiko

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

12
12

Konsep Risiko dan Ketidakpastian

13

Sumber – Sumber Risiko

13


Pengukuran Risiko

14

Pemetaan Risiko

15

Strategi Penanganan Risiko

16

Kerangka Pemikiran Operasional

19

METODE PENELITIAN

21

Lokasi Dan Waktu Penelitian

21

Data dan Sumber Data

21

Metode Pengumpulan Data

21

Metode Analisis Data

22

Analisis Kuantitatif

22

Analisis Manajemen Risiko

26

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan

27
27

Lokasi Perusahaan

29

Organisasi dan Ketenagakerjaan

29

Proses Produksi Pembenihan Ikan Arwana Super Red

30

Pemeliharaan Induk

30

Pemanenan larva/benih

32

Pemeliharaan Benih

32

Analisis Risiko Produksi Pembenihan Arwana Super red

33

Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber Risiko

33

Analisis Probabilitas

38

Analisis Dampak Kerugian Sumber Risiko

40

Pemetaaan Risiko

42

Strategi Penanganan Risiko

44

SIMPULAN DAN SARAN

46

Simpulan

46

Saran

47

DAFTAR PUSTAKA

48

LAMPIRAN

50

DAFTAR TABEL
1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun
2010-2012
2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di
Indonesia tahun 2007-2011
3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012
4 Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko
5 Ketenagakerjaan PD Dian Ardyka tahun 2014
6 Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko PD Dian
Ardyka
7 Data produksi PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
8 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko PD Dian Ardyka
9 Hasil perhitungan dampak risiko (VaR) di PD Dian Ardyka
10 Hasil perhitungan status risiko di PD Dian Ardyka

1
2
3
22
30
36
38
39
41
42

DAFTAR GAMBAR
1

Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005
(ekor)
2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013
3 Peta Risiko
4 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan
5 Kerangka Pemikiran Operasional
6 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif)
7 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi)
8 Hasil pemetaan risiko di PD Dian Ardyka
9 Pemetaan strategi preventif sumber risiko di PD Dian Ardyka
10 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko di PD Dian Ardyka

4
6
16
17
20
26
27
43
45
46

LAMPIRAN
1
2
3
4

Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden
Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden
Contoh data historis perusahaan dan cara pencatatan data
Data produksi kegiatan pembenihan PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d
2013
5 Perhitungan hatching rate pada kegiatan pemijahan induk di PD Dian
Ardyka periode produksi tahun 2013 s.d 2014
6 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
umur larva muda di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
7 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
serangan penyakit di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
8 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
cacat/afkir di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
9 Perhitungan analisis probabilitas kematian benih akibat sumber risiko
telur pecah di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
10 Perhitungan VaR dari sumber risiko umur benih yang muda di PD
Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013
11 Perhitungan VaR dari sumber risiko serangan penyakit di PD Dian
Ardyka tahun 2012 s.d 2013
12 Perhitungan VaR dari sumber risiko cacat/afkir di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013

51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62

13 Perhitungan VaR dari sumber risiko telur pecah di PD Dian Ardyka
tahun 2012 s.d 2013
14 Foto yang berkaitan dengan penelitian
15 Alur produksi benih ikan arwana super red di PD Dian Ardyka

63
64
65

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup penting dalam
perekonomian Indonesia.
Nilai kontribusi sektor perikanan pada Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia menempati urutan kedua setelah sektor tanaman
bahan makanan diakhir tahun 2012. Nilai kontribusi yang diberikan sektor
perikanan pada PDB Indonesia mencapai angka Rp255.33 triliun, dibandingkan
dengan nilai PDB tanaman bahan makanan yang mencapai angka Rp574.33
triliun, sedangkan sektor lainnya menempati urutan setelah sektor perikanan
dalam nilai PDB Indonesia. Sektor perkebunan menempati urutan ketiga dengan
nilai PDB mencapai Rp159.75 triliun, diikuti sektor peternakan yang menempati
urutan keempat dengan nilai PDB sebesar Rp146.09 triliun dan sektor kehutanan
yang menempati urutan terakhir dengan nilai PDB mencapai Rp54.91 triliun.
Semua penjelasan tersebut didasarkan pada data Tabel 1 PDB Indonesia dari
tahun 2010 hingga akhir tahun 2012.
Tabel 1 Nilai Produk Domestik Bruto nasional pada sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan berdasarkan harga berlaku tahun 2010-2012
Lapangan
Usaha

Nilai PDB (dalam Rp Milyar)
2010

Tanaman
482 377.10
Bahan
Makanan
Tanaman
136 048.50
Perkebunan
Peternakan
119 371.70
Kehutanan
48 289.80
Perikanan
199 383.40
Total
985 470.50
Sumber : BPS (2013), diolah

Rata-rata
perubahan
(%/tahun)

2011

2012

529 968.00

574 330.00

9.12

153 709.30

159 753.90

8.45

129 297.70
51 781.30
226 691.00
1 091 447.30

146 089.70
54 906.50
255 332.30
1 190 412.40

10.65
6.64
13.17
9.91

Nilai rata-rata pertumbuhan PDB per tahun pada sektor perikanan lebih
tinggi dibandingkan nilai rata-rata pertumbuhan PDB pada sektor pertanian
lainnya, dengan angka rata-rata pertumbuhan mencapai 13.17 persen per
tahunnya. Pertumbuhan nilai PDB tersebut didukung sebagian besar oleh
peningkatan produksi pada dua sektor perikanan ikan konsumsi, yakni sektor
perikanan tangkap dan sektor perikanan budi daya. Pertumbuhan produksi sektor
perikanan tangkap mengalami pertumbuhan produksi rata-rata sebanyak 6.13
persen pertahunnya sedangkan pertumbuhan produksi pada perikanan budi daya
mengalami peningkatan produksi rata-rata sebesar 26.30 persen per tahunnya.
Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 peningkatan produksi pada kegiatan
sektor perikanan budi daya dan sektor perikanan tangkap di Indonesia dari tahun
2007-2011.

2

Tabel 2 Jumlah produksi pada kegiatan budi daya dan penangkapan ikan di Indonesia
tahun 2007-2011
Jenis Produksi
(Ton)

Kenaikan
rata-rata
(%/)

2007

2008

2009

2010

2011

Budi daya
Penangkapan

3 193 565
5 044 737

3 855 200
5 003 115

4 708 563
5 107 971

6 277 924
5 834 418

7 928 963
5 714 271

26.30
6.13

Total

8 238 302

8 858 315

9 816 534

11 662 342

13 643 234

16.99

Sumber : DKP (2012), diolah

Pertumbuhan nilai PDB Indonesia pada sektor perikanan didukung juga oleh
pertumbuhan produksi pada sektor perikanan ikan hias di Indonesia. Volume
ekspor ikan hias mencapai peningkatan hingga 11.56 persen pada tahun 20072012 (DKP, 2012). Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor
pendukung, seperti luasan areal perairan serta iklim di Indonesia. Luasan perairan
Indonesia sebesar 3.257.483 km2, dari luas areal perairan tersebut terdapat
beranekaragam jenis-jenis ikan hias asli Indonesia yang mencapai ratusan species
akibat oleh iklim tropis di Indonesia. Sebagian besar species ikan hias asli
Indonesia banyak diminati oleh para hobiis dalam negeri maupun luar negeri
karena memiliki keunikan warna dan bentuk tubuh yang indah. Beberapa jenis
ikan hias asli Indonesia yang banyak diminati di pasaran nasional maupun
internasional yaitu ikan arwana, ikan botia, ikan Pelangi (dari Sulawesi/Genus
Telmatherina) dan dari Irian (Genus Melanotaenia). Jenis - jenis tersebut
merupakan ikan asli Indonesia dan bersifat endemik (Kottelat, et al.,1993; Allen,
1995).
Salah satu pendukung pertumbuhan produksi ikan hias di Indonesia lainnya
adalah tingkat permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan hias Indonesia.
Tingkat permintaan pasar ikan hias Indonesia dapat diukur dari laju pertumbuhan
nilai ekspor total ikan hias di Indonesia. Nilai ekspor total ikan hias yang diterima
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 21.02 juta US$, nilai ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 19.90 juta US$ dengan
persentase peningkatan nilai total ekspor ikan hias mencapai 5.63 persen. Hong
Kong SAR, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura merupakan negara-negara
yang memberikan nilai kontribusi tinggi pada nilai ekspor total ikan hias
Indonesia tersebut. Nilai kontribusi yang diberikan pada masing-masing negara
tersebut antara lain, Hongkong SAR memberikan kontribusi sebesar 3.73 juta
US$, Amerika serikat sebesar 2.68 juta US$, Jepang sebesar 2.40 juta US$, dan
Singapura sebesar 2.4 juta US$. Peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia
hampir terjadi pada seluruh negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia pada periode
tahun 2011-2012, kecuali negara Malaysia, Kanada, dan China yang mengalami
penurunan nilai terhadap ekspor ikan hias Indonesia. Peningkatan persentase nilai
ekspor terhadap beberapa tujuan ekspor ikan hias tersebut mengindikasikan
terdapat peningkatan permintaan ikan hias asli Indonesia yang menjadikan
peluang bisnis atau memunculkan prospek bagi usaha ikan hias asli Indonesia,
sehingga terjadi pertumbuhan produksi yang cukup pesat pada komoditas ikan
hias di Indonesia. Penjelasan uraian di atas dapat dilihat pada tabel 3 tentang
pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011 -2012.

3

Tabel 3 Pasar ekspor ikan hias Indonesia tahun 2011-2012
Negara

Nilai Ekspor (US$ Juta)
2010
2011
2.62
2.96

Hong
Kong
SAR
Amerika Serikat
2.21
2.00
Jepang
2.77
2.31
Singapura
2.77
2.31
Malaysia
1.85
1.52
Kanada
0.60
0.87
China
0.27
1.02
Asia lainnya
0.68
0.66
Jerman
0.50
0.54
Australia
0.50
0.37
Negara lainnya
5.42
5.35
Total
19.77
19.90
Sumber : Kementrian Perdagangan, 2012

2012
3.73

Perubahan tahun
2010-2012 (%)
25.88

2.68
2.40
2.40
0.79
0.79
0.71
0.71
0.64
0.62
5.32
21.02

34.05
3.68
3.68
-48.08
-9.09
7.22
7.22
17.97
68.77
0.54
5.63

Ikan arwana super red adalah salah satu spesies ikan asli Indonesia yang
diminati oleh pasar internasional dan menjadi salah satu komoditi yang
memberikan kontribusi pada nilai ekspor ikan hias di Indonesia pada penjelasan
tabel di atas. Tingginya minat dan nilai ekonomis yang diberikan para hobiis
terhadap jenis ikan arwana super red dilihat pada ciri khas dari ikan tersebut,
seperti sisik di sekujur tubuh bewarna merah dengan dasar kuning emas
berkilauan, sisik metalik berhias cincin berkelir emas, warna sirip dayung dan
ekor bewarna merah cerah. (Flona, 2008).
Ikan arwana super red adalah ikan endemik yang hidup pada tepian sungai
yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis. Di
Kalimantan Barat, ikan arwana super red banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas
Hulu Kecamatan Slimbau dan danau Sentarum1. Jenis ikan ini adalah jenis ikan
yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian
No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi
Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri Kehutanan
No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999) dan masuk dalam Appendix I
CITIES 2 yang merupakan perjanjian international tentang pengaturan
perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar serta produk-produknya.
Perjanjian ini didirikan tahun 1973 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975,
oleh karena itu perdagangan ikan arwana super red tidak boleh berasal dari
penangkapan tetapi harus dari hasil budi daya dan penangkaran.
Pembudidayaan atau penangkaran ikan arwana super red sudah mulai marak
dilakukan di berbagai daerah Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena teknologi
penanganan produksi yang relatif mudah serta kelangsungan hidup yang tinggi
hingga mencapai 90-100 persen (Emillia, 2002), serta memberikan keuntungan
yang cukup tinggi pada pembudidaya ikan hias, karena satu anakan ikan arwana

1
2

http://aaarwana..blogspot.com/2009/05/arwana-si-ikan-naga.html
The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna

4

super red dengan ukuran 7 cm dapat dihargai sekitar 3 juta rupiah di pasaran
internasional.
Salah satu provinsi yang menjadi pusat atau sentra produksi dari kegiatan
penangkaran ikan arwana super red tersebut adalah provinsi Kalimantan Barat.
Diakhir tahun 2010, telah tecatat sebanyak 89 perusahaan penangkar yang
diizinkan melakukan aktivitas perdagangan ikan arwana (Departemen Kehutanan,
2011). Jumlah angka perusahaan penangkar ikan tersebut masih lebih banyak dari
jumlah perusahaan penangkar ikan di provinsi lainnya.
Kegiatan penangkaran ikan arwana super red terbagi atas tiga kegiatan
produksi seperti pembenihan, pendederan, dan pembesaran.
Perusahaan
penangkaran yang ada di Kalimantan Barat melakukan seluruh rangkaian ketiga
proses produksi tersebut dalam satu areal perusahaan. Kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang terdiri dari proses pemijahan alami ikan arwana,
pemanenan telur, hingga proses pemeliharaan benih dengan ukuran 7-9 cm.
Dilanjutkan dengan kegiatan pendederan yang memeliharan benih dari ukuran 9
cm sampai dengan 15 cm, dan terakhir melakukan kegiatan pembesaran atau
kegiatan penyediaan induk yang dimulai pada saat ikan berumur kurang lebih 1.5
tahun hingga 15 tahun atau batas umur produktifnya (Rahim, 2011).
Kegiatan pembenihan ikan arwana super red memiliki fluktuasi survival
rate (derajat kelansungan hidup) pada tiap tingkatan ukurannya, benih ukuran 7
cm memiliki kisaran survival rate sebesar 50-60 persen dan ukuran 9 cm memiliki
kisaran survival rate sebesar 35-85 persen, sedangkan kegiatan pembesaran
memiliki kisaran fluktuasi survival rate sebesar 90-95 persen (Apin , 2004;
Machmud & Hartono 2008; PT Arwana Indonesia, 2009). Data fluktuasi survival
rate pada tiap tingkatan ukuran menunjukan bahwa kegiatan pembenihan
merupakan kegiatan yang memiliki risiko tertinggi akbiat terdapat banyaknya
fluktuasi survival rate yang terjadi dibandingkan survival rate yang terjadi dalam
kegiatan pembesaran ikan arwana.
Hasil penjualan dari kegiatan pembenihan ikan arwana super red selalu
mengalami perubahan jumlah penjualan ikan arwana tiap tahunnya. Berikut
adalah gambar 1 dari data jumlah ekspor penjualan benih ikan hias arwana super
red.
120000
Jumlah Ekspor

100000
80000

76919

60000
40000

99381

91666

Ekspor Ikan Arwana

52968
38296

20000
0
2001

2002

2003

2004

2005

Tahun

Gambar 1

Grafik penjualan ekspor benih ikan arwana pada tahun 2001 -2005 (ekor)
Sumber : Departemen Kehutanan tahun 2009

5

Data di atas memperlihatkan terjadinya perubahan atau fluktuasi hasil
penjualan benih yang dihasilkan pada kegiatan pembenihan arwana super red
ditiap tahunnya. Pada tahun 2004 total penjualanan benih mencapai 76 919 ekor,
angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 14 747 ekor dari tahun
sebelumnya, yang mencapai penjualan sebanyak 91 666 ekor pada tahun 2003.
Berdasarkan data pasar ekspor sebelumnya, secara total pasar ikan hias
mengalami pertumbuhan hingga akhir tahun 2011 (termasuk pasar ikan arwana
super red), sehingga dapat disimpulkan fluktuasi penjualan benih arwana tidak
disebabkan oleh adanya fluktuasi pasar, akan tetapi disebabkan karena adanya
fluktuasi produksi. Fluktuasi produksi tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko
produksi pada kegiatan pembenihan.
Risiko produksi ditimbulkan oleh
penanganan produksi yang menggunakan teknologi sederhana dalam kegiatannya.
Hal ini dikarenakan belum ada teknologi atau penelitian yang melakukan uji coba
kawin suntik dalam mempercepat proses perkawinan pada ikan arwana, sehingga
hasil produksi bergantung pada kondisi kondisi air sungai atau habitat
pembenihan ikan arwana tersebut. Pengontrolan kualitas air menjadi faktor
penting dalam kegiatan usaha pembenihan ikan arwana, sehingga kualitas air yang
baik menjadi faktor pendukung keberhasilan suatu kegiatan pembenihan ikan
arwana, sebaliknya kualitas air yang buruk dapat menimbulkan kerugian dari
usaha pembenihan ikan arwana.
Pembuangan limbah pabrik kelapa sawit dan industri tambang ke aliran
sungai menyebabkan kualitas air sungai di Kalimantan Barat menurun dalam
periode tahun terakhir. Hal tersebut menimbulkan terjadinya penurunan hasil
produksi yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kegiatan
pembenihan ikan arwana super red.
Beberapa perusahaan mengalami
kebangkrutan akibat kejadian tersebut, menurut data kementrian kehutanan di
tahun 2011 terdapat jumlah 2 perusahaan penangkar yang mencabut hak ijin
perdagangan ikan arwana akibat usaha yang dijalankan tidak berjalan dengan
baik, sehingga jumlah perusahaan penangkar yang ada pada tahun 2009 berjumlah
87 perusahaan penangkar (Departemen Kehutanan, 2011).
Selain faktor kualitas air, faktor lainnya yang dapat menimbulkan fluktuasi
produksi tersebut adalah pemberian pakan yang tidak memperhatikan nutrisi bagi
induk dan benih, serangan hama dan penyakit, serta kualitas benih yang
dihasilkan, karena benih yang berkualitas buruk/afkir tidak akan dijual kepada
pasar ikan hias yang ada (Rahim, 2011).
Oleh sebab itu analisis risiko produksi pada kegiatan pembenihan perlu
dikaji lebih dalam, agar risiko – risiko yang ada dikegiatan pembenihan tersebut
dapat diidentifikasi dalam upaya meminimalisir risiko untuk mencapai
keuntungan yang maksimum pada usaha kegiatan bisnis di pembenihan ikan
arwana.

Rumusan Masalah
PD. Dian Ardyka merupakan salah satu perusahaan penangkar atau
pembenihan ikan arwana super red di Kalimantan Barat yang cukup besar yang
berlokasi di jalan Transkalimantan gang Kemuning, Kecamatan Sui.Ambawang,
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Perusahaan tersebut merupakan salah

6

satu perusahaan tebesar dari 6 perusahaan eksportir ikan arwana di Kalimantan
Barat, dan atas dasar inilah peneliti memilih perusahaan sebagai rujukan tempat
penelitian dari kajian yang diteliti.
Perusahaan mengalami fluktuasi hasil produksi yang disebabkan oleh
kematian benih pada kegiatan pembenihan di usaha penangkarannya. Tingkat
kematian (mortalitas) benih di perusahaan juga mengalami fluktuasi akibat
sumber risiko yang dihadapinya seperti umur larva yang muda, serangan penyakit,
dan lainnya. Fluktuasi mortalitas benih didapat dari data produksi perusahaan
selama 24 bulan di tahun 2012 dan 2013 (Lampiran 1), seperti yang tertera pada
Gambar 2
Mortalitas Benih Arwana Super Red di PD Dian Ardyka
Tahun 2012 - 2013
60
48,37

50
40,66

40

37,18
33,24

30
20
10

24,18
18,24

29,17
22,22

23,57
15,61

13,36

13,99
5,56

0

30,23

24,52

3,43

14,36

13,96
13,43

12,86

13,64
6,22

2,46

Mortalitas Benih (%)
Tahun 2012
Mortalitas Benih (%)
Tahun 2013

1,56

Gambar 2 Grafik mortalitas benih arwana di PD Dian Ardyka tahun 2012 s.d 2013

Fluktuasi mortalitas benih tersebut menjadi indikasi terjadinya risiko
produksi pada perusahaan, sehingga perusahaan menanggapi risiko tersebut
dengan menciptakan teknologi yang baru untuk meminimalisir risiko produksi
pada usahanya, salah satu contohnya yaitu teknologi water vortex, teknologi
tersebut dapat digunakan sebagai simulator benih yang ada di dalam rahang induk
jantan pada saat benih dierami (Rahim, 2011), namun teknologi water vortex
belum juga mampu mengatasi permasalahan terhadap kerugian yang ditimbulkan
dari risiko produksi yang ada.
Pada awal tahun 2013 perusahaan menghadapi permasalahan dalam
menghadapi ketidaktentuan hasil produksi yang didapat akibat penurunan jumlah
input berupa larva ikan arwana super red. Penurunan tersebut disebabkan oleh
beberapa kejadian merugikan, seperti panen larva yang selalu berumur muda serta
serangan penyakit. Kejadian merugikan tersebut mendorong perusahaan untuk
mencari alternatif strategi penanganan risiko produksi dalam menghadapi sumber
risiko tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik untuk dikaji dan diteliti lebih
dalam mengenai strategi atau upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam
mengendalikan sumber-sumber risiko serta meminimalisir dampak kerugian yang
ditimbulkan.

7

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Sumber risiko apa yang terjadi di kegiatan produksi pembenihan ikan
arwana super red di PD. Dian Ardyka?
2. Berapa besar probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari
sumber-sumber risiko tersebut ?
3. Bagaimana strategi atau upaya yang dilakukan PD Dian Ardyka dalam
mengatasi risiko produksi ikan arwana di perusahaannya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1.
Mengidentifikasi sumber risiko produksi pembenihan ikan arwana super red
yang dihadapi oleh PD Dian Ardyka.
2.
Menganalisis probabilitas dan dampak kerugian yang ditimbulkan dari
sumber - sumber risiko yang dihadapi PD Dian Ardyka.
3.
Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko pembenihan
ikan arwana super red di PD Dian Ardyka.

Manfaat Penelitian
1.
2.
3.

Manfaat dari penelitian ini adalah :
Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.
Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.
Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
PD Dian Ardyka memiliki usaha di bidang usaha ikan arwana super red,
golden arwana, banjar red, dan hijau arwana. Komoditas yang dikaji pada
penelitian ini adalah ikan arwana super red. Penelitian ini mengkaji risiko
produksi ikan arwana super red, khusus pada kegiatan produksi ikan yang hanya
mencakup pada tahap pembenihan.
Perhitungan analisis risiko produksi pembenihan yang diteliti hanya
meliputi bagian proses produksi yang dimulai dari pemanenan telur/benih hingga
ke proses pemeliharaan benih. Pemberian ruang lingkup penelitian dilakukan
karena keterbatasan alat serta waktu penelitian.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai aktifitas kegiatan budi daya pembenihan ikan arwana
super red sudah banyak dilakukan di Indonesia, penelitian tersebut menjelaskan
karakteristik serta cara membudi dayakan ikan arwana super red, hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian tentang risiko produksi ikan arwana super
red, sehingga penelitian risiko produksi pada ikan arwana super red jarang
ditemukan.
Kesulitan dalam mencari penelitian-penelitian yang berkaitan tentang risiko
produksi ikan arwana menyebabkan kurangnya literatur pendukung yang relevan
dalam melancarkan kegiatan penelitian risiko produksi pembenihan ikan arwana
ini. Penyebab sulitnya literatur didapat dikarenakan kebanyakan para civitas
akademik masih jarang sekali yang mencoba menganalisis risiko produksi pada
kegiatan budi daya arwana, khususnya arwana super red.
Peneliti hanya bisa merujuk pada penelitian-penelitian risiko produksi
komoditas jenis ikan hias lainnya seperti Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada
PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat oleh
Fransmudiyanto Silaban tahun 2011. Penelitian risiko produksi lainnya diambil
dari komoditas non ikan hias, yakni komoditas ikan konsumsi, seperti Analisis
Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di CV.
Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor oleh Titisari Dewiaji
tahun 2011; Manajemen Risiko Operasional Pada Pemasaran Benih Ikan Patin
PT.Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Azizah
Purwitasari tahun 2011; serta skripsi yang berjudul Manajemen Risiko Dalam
Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di
PT.Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ditulis oleh Ana
Lestari tahun 2009.

Ikan Arwana Super Red
Ikan arwana super red merupakan ikan yang hidup di sungai dengan dasar
berbatu-batu, danau, rawa dan perairan umum pada kondisi arus sedang atau
lambat, dan juga mampu hidup di perairan yang sedikit asam (pH 4-6). Arwana
mempunyai kebiasaan menjaga anaknya dalam mulut (mouth breeder) dalam fase
pengembangbiakkan. Fekunditas telur dari arwana berkisar antara 20-60 butir,
banyaknya telur pada arwana berkaitan dengan bobot serta umur pada indukan.
Pengeraman telur dalam mengasuh anakan arwana berlangsung antara 1-2 bulan.
Anakan arwana mempunyai kuning telur yang akan diserap sebagai makanan
dalam waktu 1 bulan sampai ukuran 6-7 cm, setelah itu dilepas induknya karena
dianggap sudah dapat mencari mangsa sendiri. Arwana dewasa dikenal hidup
menyendiri dan agresif menyerang untuk berkelahi. Arwana aktif berenang di
permukaan air pada malam hari untuk mencari mangsa, sedangkan pada siang hari
cenderung tinggal di dasar perairan. Makanan arwana dapat berupa serangga, ikan
kecil, udang-udangan (crustacea), dan tanaman air. Penyebaran arwana super
red, endemik hanya ada di Kalimantan Barat, terdapat di Kapuas Hulu (Sungai

9

Tawang, Sungai Puyam, Sungai Seriang), dan danau-danau di Kalimantan Barat
(Danau Aji, Danau Saih, Danau Maid, Danau Siluk).
Ikan arwana adalah ikan yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK
Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980, SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJVI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K, SK Menteri
Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999), khusus di Kalimantan
Barat telah dikeluarkan pengumuman Gubernur mengenai perlindungan arwana.
Masuk dalam Red Data Book IUCN tahun 1969 dan tanggal 1 Juli 1975 masuk
daftar Appendix I CITES. Status appendix I CITES pada arwana, menyebabkan
perdagangan arwana ke luar negeri harus memenuhi aturan serta standar
international, sehingga aktivitas penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor
harus memenuhi aturan-aturan yang berlaku.
Perdagangan ke luar negeri pada jenis ikan arwana dapat dilakukan oleh
badan usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar ikan arwana ke luar
negeri, serta melakukan pembuatan berita acara dalam perdagangan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi AlamDepartemen Kehutanan, disertai serfifikasi dokumen dari CITIES.
Kegiatan pembenihan pada umumnya, meliputi kegiatan pemeliharaan
induk dan kegiatan pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan induk pada
umumnya dilakukan dalam kolam kayu dengan dasar pasir, padat penebaran
induk berkisar 12 m2/ekor dengan bobot tubuh 5 – 8 kg/ekor. Pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dengan feeding rate (FR) sebesar 0.4
persen dari biomassa. Pakan yang diberikan berjenis pakan alami berupa udang,
sotong, jangkrik, kecoa, dll. Pemijahan induk dilakukan secara alami dengan sex
ratio (1 ekor jantan : 1 ekor betina). Monitoring perkawinan induk perlu
dilakukkan untuk mengamati tingkah laku ikan arwana yang melakukan
perkawinan dimalam hari.
Panen telur dilakukan setelah 7 hari dari
didapatkannya induk ikan yang melakukan perkawinan hasil monitoring malam
tersebut.
Satu dapat induk betina menghasilkan telur sebanyak 20-70 butir telur,
dengan diameter telur sebesar 1.9 cm dan berat telur sebesar 1 gram, besarnya
jumlah telur serta diam bergantung pada umur indukan, induk yang berumur lebih
tua biasanya memiliki diam telur yang lebih besar dari induk muda dan jumlah
telur yang lebih sedikit dibandingkan induk muda. Penetasan telur/hatching rate
(HR) pada arwana pada umumnya sebesar 100 persen dan tingkat kelangsungan
hidup/survival rate (SR) dari larva ke benih sebesar 78 persen.
Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran 7 – 10 cm,
pemanenan dilakukan dengan cara memuasakan benih satu hari sebelum
pengiriman, pengiriman dapat dilakukan pada wadah packing berupa kantong
plastik, dengan memasukan chip serta sertifikat ke dalam box pengiriman (Rahim,
2011).
Sumber – Sumber Risiko
Sumber risiko produksi merupakan sumber atau penyebab munculnya risiko
produksi yang ada dalam kegiatan budi daya. Ketiga dari empat sumber
penelitian risiko produksi terdahulu, menjelaskan bahwa sumber risiko produksi

10

yang banyak ditemui dalam bidang perikanan adalah kondisi perubahan cuaca
atau iklim yang tidak menentu, serangan penyakit dan hama, kualitas pasokan
benih ikan yang kurang baik, serta kualitas sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang buruk (Silaban, 2011; Dewiaji, 2011; dan Lestari, 2009). Salah satu
sumber acuan lainnya menjelaskan, bahwa sumber risiko yang ditemui dalam
kegiatan usaha budi daya adalah risiko alam, risiko sumber daya manusia, risiko
teknologi, dan risiko proses (Purwitasari, 2011).
Melihat rujukan penelitian terdahulu tersebut, peneliti berpendapat bahwa
masih ada sumber risiko lainnya yang terdapat dalam kegiatan budi daya
perikanan selain perubahan cuaca, kualitas air, serangan penyakit, kualitas SDM,
dan kualitas benih, sumber risiko lainnya tersebut dapat berupa kualitas pakan
serta kualitas indukan. Peneliti berpendapat bahwa pakan yang baik akan
memberikan nutrisi yang sehat pada ikan, sehingga metabolisme dan produksi
pada ikan dapat berjalan dengan baik, hal tersebut menciptakan bobot dan jumlah
telur yang maksimal. Kualitas induk perlu dijadikan sumber risiko karena kualitas
merupakan kunci dari keberhasilan dalam menciptakan kualitas benih ikan yang
baik, sehingga kualitas induk menjadi risiko sendiri dalam kegiatan budi daya
perikanan.
Semua sumber risiko tersebut dapat terjadi dalam kegiatan penelitian risiko
produksi pembenihan ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sumber
risiko yang terjadi terdapat sumber risiko yang baru dan belum dijelaskan pada
penjelasan sebelumnya. Penentuan prioritas sumber risiko yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan analisis perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) yang diadopsi dari manajemen strategi, analisis ini dilakukan untuk
membandingan salah satu sumber risiko dengan sumber yang lainnya, hal ini
dilakukan karena peneliti menyadari bahwa kemungkinan data historis yang
didapat belum mampu menjelaskan semua peristiwa risiko/sumber risiko secara
keseluruhan yang terjadi di perusahaan, sehingga dengan dilakukannya uji analisis
perbandingan tersebut dapat mengatasi permasalahan kurang akuratnya data
histosris yang didapat.

Metode Analisis Risiko
Peneliti terdahulu melakukan analisis risiko objek yang ditelitinya melalui
berbagai pendekatan, salah satu pendekatan analisis risiko produksi tersebut dapat
menggunakan analisis ukuran risiko seperti mencari nilai expected return, variasi
atau ragam (variance), standar deviasi atau simpangan baku (standard deviation),
dan koefisien variasi (coefficient variance). Salah satu penelitian terdahulu
melakukan pendekatan ukuran risiko tersebut dengan menambahkan kajian
dampak sumber risiko produksi terhadap pendapatan dengan mengggunakan
metode Value at Risk/ VaR (Silaban, 2011).
Di dalam penelitiannya,
penggunanaan ukuran expected return, variance, standard deviation, dan
coefficient variance dipakai untuk membandingkan risiko yang terjadi pada
beberapa komoditas ikan hias yang dibudi dayakan di PT.Taufan Fish Farm,
sehingga didapat nilai-nilai pembanding sebagai tolak ukur penilaian risiko dari
masing-masing komoditas.

11

Sedangkan (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009) melakukan
analisis risiko produksi dengan cara menilai probabilitas terhadap sumber-sumber
risiko produksi yang ada di dalam objek penelitian yang ditelitinya, serta
mengukur besarnya dampak yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko.
Analisis tersebut dilakukan dengan cara metode pengukuran probababilitas
dengan menggunakan metode Z-Score dan pengukuran besarnya dampak sumber
risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Setelah dilakukannya
analisis probabilitas dan dampak risiko dari sumber risiko, hasil dari analisis
probabilitas dan dampak risiko dipakai untuk memetakan risiko sehingga didapat
alternatif penanganan terhadap sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh kegiatan
budi daya objek penelitian. Metode penelitian analisis probabilitas dan dampak
risiko sangat tepat dilakukan pada penelitian-penelitian tersebut, karena penelitanpenelitian tersebut hanya mengkaji satu komoditas yang ada di salah satu
perusahaan, sehingga mendalami pengetahuan tentang sumber-sumber risiko yang
terjadi beserta dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut.
Berdasarkan dua pendekatan analisis risiko tersebut, peneliti mencoba
menggunakan analisis probabilitas serta mengukur dampak risiko yang
ditimbulkan pada usaha pembenihan ikan arwana yang merujuk pada penelitian
terdahulu (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan Lestari, 2009), hal ini
dikarenakan peneliti ingin mengkaji sumber risiko yang terjadi di kegiatan
pembenihan ikan arwana tentunya dengan menambahkan uji coba analisis
perbandingan pada sumber-sumber risiko yang terjadi.

Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko sangat perlu dilakukan agar dapat meminimalisir
dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang
menggunakan pemetaan risiko sebagai cara untuk mengetahui alternatif pilihan
strategi yang dijalankan oleh perusahaan yang diteliti. Pemetaan risiko dapat
dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan dampak dari risiko
yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian (Dewiaji, 2011; Purwitasari, 2011; dan
Lestari, 2009), sedangkan acuan penelitian lainnya (Silaban, 2011) menjelaskan
strategi pengelolaan risiko hanya didapat dari analisis deskriptif yakni melalui
wawancara dan observasi lapangan, sehingga pada kegiatan penelitiannya tidak
terdapat pemetaan risiko yang dapat merumuskan alternatif strategi dengan tepat
bagi perusahaan yang ditelitinya. Berikut hasil dari perumusan alternatif strategi
bagi perusahaan pada masing-masing kegiatan penelitian :
Menurut (Silaban, 2011) strategi yang dilakukan oleh PT. Taufan Fish
Farm dalam meminimalisir risiko produksi pembenihan ikan hias di perusahaan
tersebut dengan cara diversifikasi komoditas yang diproduksi.
Fungsi
diversifikasi dilakukan untuk menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan
pembenihan satu jenis ikan hias dengan keuntungan komoditas ikan lainnya.
Menurut (Dewiaji, 2011) strategi yang perlu dilakukan dalam kegiatan
produksi lele di CV Jumbo Bintang Lestari adalah dengan menggunakan strategi
preventif dan mitigasi yang diambil dari hasil pemetaan risiko produksi. Strategi
preventif yang dilakukan berupa produksi benih ikan lele dumbo, pengawasan
produksi benih ikan bagi petani mitra, optimalisasi produksi benih,persiapan

12

kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan benih tebar,
peningkatan keamanan lokasi budi daya. Sedangkan strategi mitigasi yang
dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan pembudi daya benih ikan lele
dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan, melakukan pengukuran sampel
ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan.
Menurut (Purwitasari, 2011) alternatif penanganan risiko operasional yang
terjadi pada PT MMN dilakukan dalam dua strategi penanganan, yaitu preventif
dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya risiko. Risiko alam, dan proses yang berada pada kuadran I dan II
ditangani dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta
mengembangkan sumber daya manusia. Berdasarkan risiko per kejadian, bencana
alam, kelalaian, dan pemilihan kendaraan yang salah berada pada kuadran I
ditangani dengan memperbaiki sistem dan prosedur. Strategi mitigasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak risiko proses adalah dengan melakukan
diversifikasi. Berdasarkan risiko per kejadian, risiko yang berada pada kuadran II
dan IV adalah kecelakaan dan penanganan tidak dilakukan dengan baik.
Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani dengan diversifikasi.
Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko
kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Strategi
lain yang digunakan sebagai alternatif strategi yang dilakukan adalah monitor,
prevent at source, low control dan detect and monitor.
Menurut (Lestari, 2009) kuadran yang dapat ditangani dengan strategi
preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III, yaitu dengan
melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva,
pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan, dan pengepakan benur,
serta pelatihan sumber daya manusia dengan melakukan kontrak pembelian yang
dilakukan oleh pihak perusahaan bersama pihak pemasok pakan. Strategi mitigasi
risiko dilakukan oleh PT.Suri Tani Pemuka untuk menangani risiko pada kuadran
II melalui kegiatan pengendalian penyakit dan kegiatan pengadaan serta perlakuan
induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei yang baik.
Dari penjelasan strategi pada masing-masing acuan penelitian, penulis
mencoba untuk merumuskan penelitiannya yang merujuk pada pemetaan risiko
terlebih dahulu (Dewiaji, 2009; Purwitasari, 2011; dan Lestari 2009) agar
alternatif strategi yang didapat lebih akurat dan tepat, dikarenakan penetuan
penanganan strategi menggunakan pemetaan risiko.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam kerangka pemikiran teoritis ini, dijelaskan beberapa teori yang
berkaitan erat dengan topik penelitian yang membahas risiko. Terdapat beberapa
bahasan teori mengenai risiko yang akan diulas dalam kerangka teori ini, seperti
konsep risiko dan ketidakpastian, sumber-sumber risiko, pengukuran risiko, serta
manajemen pengukuran risiko.

13

Konsep Risiko dan Ketidakpastian
Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang
muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada
kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku
kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalahmasalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai
risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan
ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang
berbeda.
Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987;
Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat
diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan
tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau
terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu.
Sedangkan Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian
yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson &
Barry, 1987; Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian
tersebut tidak dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro,
2008) dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997;
Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil/outcome dari data historis kegiatan
terdahulu.
Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak
perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya
dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat
menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis
kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan
pengukuran tersebut.
Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat diukur
kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal mutlak
yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini.
Sumber – Sumber Risiko
Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya
dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang
menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering
dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan,
risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al,
1999).
Risiko produksi berkaitan erat dengan peluang kejadian yang merugikan
yang ada pada kegiatan produksi atau operasional suatu usaha. Sumber risiko
atau penyebab munculnya risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya.

14

Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada
di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang
menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota
suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil
produksinya.
Risiko pasar merupakan peluang kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian pada aspek pasar dan harga. Risiko pasar dibagi menjadi dua kategori
baik risiko pasar output maupun risiko pasar input. Sumber risiko atau penyebab
yang dapat menimbulkan risiko pasar output diantaranya yaitu tidak terjualnya
barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga
output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan
sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan
harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang
terjangkau.
Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat
terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya
risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat
menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.
Sedangkan risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan
masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang
dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya
piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi
terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi
dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang
dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan
atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko produksi, sehingga
sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan gagalnya panen seperti rendahnya
produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh
serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan
lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.

Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian
yang didapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko yang
terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam pemilihan
alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko tersebut.
Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan terjadinya
risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas meliputi
pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak kerugian yang
ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas, meliputi
kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar deviasi
dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran dampak
risiko dengan menggunakan metode Value at risk (VaR). Pengukuran dampak
risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Hasil
analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan terjadinya suatu

15

sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko
tersebut (Kountour, 2008).
Pengukuran risiko dapat juga diukur pada pengukuran penyimpangan
(deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995)
terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar
deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga
ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu
ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat
dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard
deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang
diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang
tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus