Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih Sebagai Pengganti Perak Nitrat Dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium ‘Sonia’.

PEMBERIAN EKSTRAK REBUSAN DAUN SIRIH SEBAGAI
PENGGANTI PERAK NITRAT DALAM LARUTAN
PENGAWET BUNGA POTONG DENDROBIUM ‘SONIA’

YANE RIANA PUTRI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Ekstrak
Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak Nitrat dalam Larutan Pengawet
Bunga Potong Dendrobium ‘Sonia’ adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Yane Riana Putri
NIM A24100100

ii
ABSTRAK
YANE RIANA PUTRI. Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai
Pengganti Perak Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium
‘Sonia’. Dibimbing oleh DEWI SUKMA.
Percobaan dilaksanakan pada April sampai Juni 2014 di Laboratorium Pasca
Panen dan Ruang Forum Pasca Sarjana IPB, Dramaga, Bogor. Tujuan penelitian
ini untuk mendapatkan komposisi ekstrak rebusan daun sirih yang tepat sebagai
anti mikroba pengganti perak nitrat dalam larutan pengawet anggrek potong
Dendrobium ‘Sonia’. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan faktor tunggal komposisi larutan pengawet. Terdapat 5 perlakuan
yaitu akuades sebagai kontrol larutan pengawet, perak nitrat dan ekstrak rebusan
daun sirih 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 yang diulang sebanyak 4 ulangan
dengan 5 sampel tangkai bunga per ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap

jumlah total kuntum bunga, jumlah dan persentase kuntum bunga mekar, jumlah
dan persentase kuntum bunga layu, jumlah dan persentase kuntum bunga gugur,
jumlah dan persentase terserang cendawan, volume larutan terserap, pH larutan
pengawet, vase life (masa kesegaran bunga) dan panjang batang dipotong. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai komposisi larutan pengawet
tidak berpengaruh nyata dalam memperpanjang umur kesegaran anggrek potong.
Kesegaran bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dengan penggunaan semua
perlakuan larutan pengawet dapat bertahan rata-rata hingga 20 hari. Volume
larutan pengawet yang diserap paling besar yaitu penggunaan akuades (7.6 ml).
Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih konsentrasi 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1
dengan hasil jumlah bunga terserang cendawan yaitu 2.8, 2.3 dan 2.3 kuntum,
hampir separuh jumlahnya dari penggunaan perak nitrat yaitu 5.3 kuntum,
menunjukkan adanya kecenderungan positif terhadap penekanan cendawan.
Kata kunci: anggrek potong Dendrobium, daun sirih, larutan pengawet, vase life
ABSTRACT
YANE RIANA PUTRI. Adduction of Betel Leaves Boiled Extract to Substitute
Silver Nitrate for Preservative Solution in Dendrobium ‘Sonia’ Cut Flower.
Supervised by DEWI SUKMA.
This experiment was conducted from April to June 2014 in the Post Harvest
Laboratory and Post Graduate Room IPB, Dramaga, Bogor. The purpose of this

study was to obtain the exact composition of betel leaves boiled extract as a
substitution for anti-microbial silver nitrate in preservative solution to prolong the
freshness of Dendrobium ‘Sonia’ cut flower. The treatments laid out in completely
randomized design (CRD) with single factor of preservative solution. Five floral
preservative solutions, distilled water as a control, silver nitrate and betel leaves
boiled extract 250 g l-1, 350 g l-1 and 450 g l-1 were used. Each treatment was
replicated 4 times and 5 cut flower stems were used for each replication.

iii
Observations were made of the total number of flowers, the number and
percentage of flowers blooming, the number and percentage of flower wilting, the
number and percentage of petal drop, the number and percentage of fungus
infection, the volume of solution absorbed, pH preservatives, vase life (period of
freshness of flowers) and the length of the stem was cutted. The results showed
that there was no significant effect of preservative solution on vase life of
Dendrobium ‘Sonia’. Flower freshness in all treatments were around 20 days with
fresh flower left. The highest volume of preservative solution absorbed was
aquades (7.6 ml). There was positive effect to minimizing the growth of
microorganism with betel leaves boiled extract as preservative solution used.
Keywords: betel leaf, dendrobium cut flower, preservative solutions, vase life


iv

v

.

PEMBERIAN EKSTRAK REBUSAN DAUN SIRIH SEBAGAI
PENGGANTI PERAK NITRAT DALAM LARUTAN
PENGAWET BUNGA POTONG DENDROBIUM SONIA

YANE RIANA PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

Judul Skripsi: Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak
Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium 'Sonia'
Nama

: Yane Riana Putri

NIM

: A24100100

Disetujui oleh

Dr Dewi Sukma SP, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

2 1 APR iu ·15

viii

ix
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul “Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak
Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium ‘Sonia’ “.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dewi Sukma SP, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi inspirasi, teladan, saran dan
dukungan. Terimakasih juga kepada Prof. Dr Phebe Ding dan Prof. Dr Saleh

Kadzimin selaku dosen Post Harvest Physiology dan Orchid Culture di UPM atas
pengajaran dan inspirasinya, thanks so much, Prof!. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Mama, Abang Lois Marihot serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Amin, petani sekaligus pengusaha anggrek di daerah Parung yang
telah membantu selama penelitian berlangsung. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Yane Riana Putri

x
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

xi

xi
xi
1

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Anggrek Dendrobium
Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Dendrobium
Daun Sirih
Perak Nitrat


2
3
4
4

METODE

5

Lokasi dan Waktu Percobaan
Bahan dan Alat Percobaan
Prosedur Percobaan

5
5
5

Persiapan Bunga Potong
Persiapan Larutan Pengawet

Perlakuan Larutan Pengawet
Pengamatan

5
5
6
6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Awal Penelitian
Kualitas Bunga

7
8

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu

Volume Larutan Pengawet Terserap
Masa Kesegaran Bunga (Vase Life)
pH Larutan
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

8
9
13
15
16
17
18
20

xi
DAFTAR TABEL
1.

2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah rata-rata dan persentase kuntum total, jumlah kuntum mekar
total, dan jumlah kuntum kuncup anggrek Dendrobium ‘Sonia’ pada
awal pengamatan 0 HSP (hari setelah perlakuan)
Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga mekar anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga layu anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga gugur anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
Jumlah rata-rata dan persentase anggrek Dendrobium ‘Sonia’ terserang
cendawan pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
Jumlah rata-rata volume larutan anggrek Dendrobium ‘Sonia’ terserap
pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)

8
9
10
11
12
13

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bunga anggrek disimpan dalam tabung bunga potong berisi larutan
pengawet dan diletakkan dalam botol
Kondisi bunga 6 HSP pada berbagai perlakuan larutan pengawet
Batang bunga yang terserang cendawan upas
Kondisi ujung tangkai bunga yang mengalami penyumbatan
Panjang rata-rata batang anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dipotong pada 14
HSP dan 24 HSP
Masa kesegaran bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ selama pengamatan
pH Larutan Pengawet Selama Pengamatan
Penampilan bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ pada 24 HSP

7
10
12
14
15
16
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.

Kegiatan Penelitian
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengamatan

20
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prospek bisnis bunga anggrek sangat cerah baik di dalam negeri maupun
sebagai komoditas ekspor. Nilai total ekspor Anggrek pada tahun 2012 sebesar
16.344 kg dan senilai US $ 821.557 serta pada tahun 2013 58.656 kg senilai US
$ 630.421 dengan tujuan negara adalah Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia,
Australia dan Amerika (BPS 2014). Perkembangan industri anggrek di Indonesia
meliputi konsumen dalam negeri yang terdiri atas penggemar dan pecinta anggrek,
pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di
tempat tertentu dalam kota, perhotelan, gedung perkantoran, pengusaha
pertamanan dan florist atau toko bunga (Hayati 2013).
Selera masyarakat terhadap bunga potong bila dilihat dari segi keindahan,
warna, ukuran, bentuk, dan susunan bunga, serta daya tahan bunga cepat berubah
ke arah yang lebih baik dan sempurna (Soekartawi 1996). Penelitian Nurmalinda
pada tahun 1997 juga menyebutkan bahwa selera konsumen ditentukan oleh
keunikan kombinasi warna, ukuran, susunan, bentuk dan periode kesegaran bunga.
Kesegaran bunga inilah yang harus tetap dijaga sebagai salah satu hal penting
dalam dunia bisnis bunga potong. Untuk mempertahankan bunga tetap segar dan
menarik, diperlukan beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya.
Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang kesegaran bunga
potong. Penggunaan larutan pengawetan tersebut dapat memperpanjang masa
kesegaran bunga dan juga dapat meningkatkan pemekaran kuncup bunga.
Kadar masing-masing unsur pengawet dalam larutan dapat berbeda sesuai
bunga potong yang akan ditangani untuk perpanjangan masa kesegarannya. Untuk
bunga anggrek potong Dendrobium, yang menjadi salah satu jenis yang paling
diminati konsumen di Indonesia, BPPP (2007) menganjurkan komposisi dengan
rasio untuk pelarut 1 liter air, perak nitratnya sebanyak 0.5 g, asam sitrat 0.15 g
dan gula pasir atau sukrosa 100 g.
Penggunaan perak nitrat (AgNO3) sebagai salah satu bahan dalam larutan
pengawet bunga potong sangat penting sebagai germisida. Hal yang disayangkan,
perak nitrat mempunyai banyak kekurangan antara lain tidak dijual bebas di
pasaran karena sifatnya yang toksik dan korosif, harganya cukup mahal, bersifat
racun, bahan yang mudah terbakar, dapat menyebabkan iritasi pada mata, dapat
merusak selaput lendir, dapat menyebabkan noda perak hitam pada kulit dan
berbahaya bagi lingkungan (IPCS 2012). Oleh karena itu diperlukan bahan
alternatif pengganti perak nitrat yang mempunyai harga relatif terjangkau dan
dapat dibuat sendiri oleh masyarakat, yaitu ekstrak rebusan daun sirih. Daun sirih
adalah bahan alami, harganya murah dan mudah didapatkan. Sari (2006) dan
Parwata (2009) mengatakan bahwa ekstrak daun sirih teruji efektif sebagai
antiseptik alami.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniawan pada tahun 2008 juga
mengatakan bahwa senyawa AgNO3 yang berfungsi sebagai bakterisida dalam
larutan pengawet bunga potong, dapat digantikan fungsinya dengan menggunakan
ekstrak daun sirih yang lebih efektif dan lebih aman bagi pengguna dan
lingkungan. Kurniawan (2008) menggunakan larutan pengawet yang terdiri dari
campuran ekstrak daun sirih 250 g l-1, asam sitrat 0.15 g l-1 dan gula 100 g l-1 pada

2
bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’. Kesegaran bunga bertahan selama 22
hari.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak rebusan
daun sirih yang tepat sebagai anti mikroba pengganti perak nitrat untuk
memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’.
Hipotesis
Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih dalam larutan pengawet dapat
memperpanjang masa kesegaran anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’ sehingga
penggunaan daun sirih dalam larutan pengawet dapat menggantikan fungsi perak
nitrat sebagai anti mikroba.

TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek Dendrobium
Direktorat Budidaya Tanaman Hias dalam Standar Prosedur Operasioanal
Anggrek Dendrobium tahun 2008 mengatakan bahwa Anggrek Dendrobium
merupakan salah satu genus yang dapat tumbuh di dataran rendah – medium dan
mempunyai sifat mudah berbunga dibandingkan dengan anggrek jenis lainnya.
Anggrek ini memiliki batang semu atau pseudobulb yang panjang. Bentuk batang
semunya silinder dan menggelembung. Daun tunggalnya bersilangan sepanjang
jenis simpodial, yaitu membentuk rumpun dan akar yang cukup banyak di setiap
batang semunya. Bunga muncul pada tunas ujung, pada tanaman dewasa bunga
muncul di ketiak daun. Bunga mulai muncul pada umur 1.5 tahun terhitung dari
awal semai. Dengan budidaya intensif, penanaman seedling Dendrobium dapat
berbunga pada umur 8 bulan.
Bunga anggrek Dendrobium memiliki beberapa sifat yang baik untuk
dijadikan sebagai bunga potong. Anggrek Dendrobium merupakan anggrek yang
berasal dari Indonesia sehingga sesuai dengan iklim Indonesia, terutama daerah
ketinggian sedang. Selain itu, keadaan Indonesia sesuai dengan photoperiodicity
sehari-hari yang dibutuhkan oleh Dendrobium. Plasma nutfahnya banyak di
Indonesia dan Dendrobium termasuk anggrek yang mudah disilangkan sehingga
memungkinkan dihasilkan silangan baru yang unggul. Perbanyakan tanaman dapat
dilakukan dengan beberapa macam perkembangbiakan vegetatif, seperti kultur
jaringan, splitting (memecah rumpun), maupun memisahkan keiki (tunas pada
bulb yang mempunyai akar) (Hayati 2013)
Untuk jenis ‘Sonia’ telah dikenal lama oleh konsumen anggrek bunga potong
dan bertahan hampir 20 tahun. Varietas ‘Sonia’ merupakan varietas yang paling
disukai oleh konsumen. Bunga berwarna ungu dan putih (two tone), cantik, ukuran
bunga besar, tebal dan seragam, tangkai bunga tegak, panjang, dan kokoh. ‘Sonia’
identik dengan two tone (dua warna). Produksinya sekitar 6 tangkai per pot dalam
satu tahun. Varietas dari jenis warna-warna putih merupakan warna utama

3
(maincolour) yang dikembangkan untuk anggrek Dendrobium bunga potong.
Warna putih dipilih karena dapat dipadupadankan atau dapat dengan mudah
masuk dalam rangkaian bunga. Pada prinsipnya keindahan dari sebuah rangkaian
membutuhkan keindahan dari elemen-elemen pendukung dari isi yang lainnya
(filler), sehingga keindahan bunga betul-betul akan tampak indah dan cantik bila
sudah dipadu-padankan dengan yang lain. Warna bunga, ukuran, dan bentuk
bunga sangat menentukan peranan. Masa produksi 6 tahun, produktivitas tinggi
yaitu 10-12 tangkai/tahun, kemudahan untuk memproduksi cukup mudah, sosok
tanaman kuat (Hayati 2013).
Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Dendrobium
Standar Bunga Potong Siap Panen menurut Direktorat Budidaya Tanaman
Hias dalam Standar Prosedur Operasional Anggrek Dendrobium tahun 2008
adalah bunga dipetik 30% (5-6 kuntum) belum mekar, tangkai atau kuntum bunga
tidak rusak atau cacat, tangkai dan bunga bersih dari kotoran, tangkai dan bunga
terbebas dari hama-penyakit. Umur panen untuk setiap jenis bunga anggrek
berbeda-beda, tetapi rata-rata untuk anggrek potong Dendrobium sekitar 3-4 bulan
setelah memasuki masa inisiasi fase generatif. Selain dari umur, saat panen yang
tepat dapat diketahui dari kondisi bunganya. Bila telah terdapat sekitar 70%
kuntum bunga yang mekar maka tangkai bunga itu sudah layak dipotong
(dipanen). Tempat pemotongan di dekat pangkal tangkai bunga atau sekitar 2 cm
dari tempat melekatnya tangkai bunga pada bulb.
Kriteria varietas anggrek Dendrobium hasil silangan yang diinginkan
konsumen, baik sebagai bunga potong maupun tanaman pot adalah berbunga
sepanjang tahun, produksi bunga tinggi, pertumbuhannya cepat dan kompak, tahan
terhadap penyakit, bunga tahan lama, bunga menarik, ukuran bunga, warna bunga
cerah, jumlah kuntum bunga banyak, tangkai bunga panjang, susunan bunga
simetris, disukai pasar dan mudah pengepakannya. (Widiastoety et al. 2010).
Selera konsumen ditentukan oleh keunikan kombinasi warna, ukuran, susunan dan
bentuk bunga serta periode kesegaran bunga, beberapa ketentuan tersebut juga
menjadi standar mutu bunga potong (Soekartawi 1996). Tujuan penanganan
pascapanen adalah memperkecil respirasi, memperkecil transpirasi, mencegah
infeksi atau luka, memelihara estetika dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Bunga potong anggrek agar tetap dalam kualitas yang baik sampai hasil
tanaman tersebut digunakan dapat diberikan perlakuan pendinginan, pengawetan,
penggunaan antiseptik dan pengeringan. Pengawetan merupakan salah satu upaya
untuk memperpanjang masa kesegaran dan kualitas bunga potong. Tiga hal yang
dilakukan berkenaan dengan pengawetan yaitu menambah nutrisi, menambah
keasaman air dan menghambat jasad renik pembusuk (Amiarsi et al. 2004). Zat
pengawet digunakan pada empat macam metode, yaitu conditioning, pulsing, bud
opening, dan holding. Tujuan utama perlakuan conditioning adalah untuk menjaga
turgiditas bunga potong dengan cara merendam dalam air setelah mengalami
stress air selama penanganan, penyimpanan, dan transportasi. Pulsing merupakan
perendaman segera setelah bunga dipanen dengan konsentrasi larutan yang tinggi
dan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh dari pemberian larutan
pulsing adalah memperpanjang vase life, meskipun pulsing yang dilakukan hanya
dengan merendam dalam air. Larutan holding merupakan larutan untuk merendam

4
bunga potong sampai terjual atau selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk
bunga yang telah dirangkai dalam vas. Larutan holding umumnya terdiri dari
komponen air, gula, germisida, hormon tumbuhan, senyawa mineral (asam sitrat,
asam benzoat, asam sodium, aluminium, dan boron).
Penelitian yang dilakukan Amiarsi dan Yulianigsih (2004) membuktikan
bahwa anggrek potong Dendrobium ‘Woch Sien’ mempunyai vase life selama 13
hari, sedangkan dengan dengan pemberian komposisi larutan perendam berupa
campuran 50 ppm perak nitrat, 10% gula tebu, 15 ppm asam sitrat memberikan
masa kesegaran bunga potong mencapai 20.3 hari.
Daun Sirih
Tanaman sirih (Piper betle, Piperaceae) telah lama dikenal masyarakat
sebagai tumbuhan obat tradisional. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat
adalah daun, akar, dan biji. Daun sirih banyak dimanfaatkan untuk menghentikan
pendarahan, mengobati sariawan, gatal-gatal, obat batuk, dan anti jamur pada kulit
(Parwata et al. 2009). Sari dan Isadiartuti (2006) dalam penelitiannya melaporkan
bahwa ekstrak daun sirih memiliki aktivitas antiseptik yang dapat menghilangkan
mikroorganisme pada tangan. Sirih mengandung senyawa senyawa aktif minyak
atsiri dengan komponen fenol alam dari kavikol (chavicol paraallyphenol),
kavibetol, karvakrol, estragol, terfen, eugenol, metil eugenol, tanin dan fenil
propana. Kavikol memberi bau khas pada sirih dan mempunyai daya antimikroba
dan juga analgesik, sehingga daun sirih biasa digunakan secara tropikal untuk
mengurangi rasa sakit gigi.
Penggunaan ekstrak daun sirih juga telah digunakan oleh Kurniawan tahun
2008 dalam membuat larutan pengawet Dendrobium. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa AgNO3 yang berfungsi sebagai bakterisida dalam larutan
perendam bunga potong, dapat digantikan fungsinya dengan menggunakan ekstrak
daun sirih yang lebih efektif dan lebih aman bagi pengguna dan lingkungan.
Penggunaan larutan perendam ekstrak daun sirih 250 g l-1, asam sitrat 0.15 g l-1
dan gula 100 g l-1, mempunyai tren positif yang mampu memperpanjang
kesegaran anggrek potong selama 22 hari, lebih lama 4 hari dibandingkan
penggunaan larutan AgNO3 0.5 g l-1, asam sitrat 0.15 g l-1, gula 100 g l-1 dan lebih
lama 8.5 hari bila dibandingkan penggunaan air.
Perak Nitrat
Perak nitrat adalah senyawa kimia dengan rumus kimia AgNO3. Penggunaan
perak nitrat dalam larutan pengawet bunga anggrek Dendrobium adalah sebagai
bahan germisida untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat
mempercepat masa simpannya. Bakteri yang ada dapat menyumbat saluran
vaskular sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan
kelayuan (Amiarsi dan Yulianingsih 2004). Menurut Mattjik pada tahun 2010,
AgNO3 sebagai salah satu bahan yang umumnya dipakai dalam larutan pengawet
sebagai senyawa anti etilen atau penyerap etilen sehingga dapat memperlambat
proses kelayuan bunga. Disamping itu, AgNO3 juga merupakan bakterisida yang
efektif. Penggunaan perak nitrat yang berlebihan akan berakibat buruk. Perak
nitrat bersifat racun dan korosif. Sedikit paparan bahan kimia ini akan

5
menghasilkan efek samping yaitu noda ungu pada kulit (IPCS 2012). Perak adalah
logam berat yang dapat mencemari tanah dan air tanah (Dole dan Schnelle 2013).
Perak nitrat merupakan salah satu bahan germisida dalam larutan pengawet dan
harus digunakan dalam kadar yang benar-benar kecil (Hunter 2000).
METODE
Lokasi dan Waktu Percobaan
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen dan Ruangan
FORSCA (Forum Pasca Sarjana) Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan April hingga Juni 2014.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong
anggrek Dendrobium ‘Sonia’ yang dipanen langsung dari petani anggrek di daerah
Parung, Bogor, Jawa Barat. Bahan lain yang digunakan adalah akuades, daun sirih,
gula, asam sitrat, AgNO3, dan air hangat. Alat-alat yang digunakan yaitu tabung
bunga potong, penggaris, panci, gunting stek, botol, corong, gelas piala 1000 ml,
gelas ukur 100 ml, pH meter HM-20P, termometer, dan timbangan digital.
Prosedur Percobaan
Percobaan dilaksanakan dengan tahapan kegiatan, sebagai berikut: persiapan
bunga potong, persiapan larutan pengawet dan perlakuan larutan pengawet.
Persiapan Bunga Potong
Bunga anggrek sebanyak 100 tangkai yang telah diperoleh dari petani
anggrek di daerah Parung, Jawa Barat, dicelupkan tangkainya ke dalam air untuk
menghilangkan panas lapang. Selanjutnya, bunga dikelompokkan 10 batang dan
dibungkus dengan kertas agar tidak rusak karena pergesekan saat pengangkutan.
Dasar tangkai bunga dibungkus plastik berisi air lalu diangkut ke laboratorium. Di
laboratorium ujung tangkai bunga dipotong miring sepanjang 1 cm sampai 2 cm
dalam air hangat untuk mencegah embolism dan dikelompokkan sesuai perlakuan
Persiapan Larutan Pengawet
Daun sirih segar yang telah dicuci ditimbang sesuai perlakuan yaitu 250 g,
350 g, 450 g. Setelah itu masing-masing direbus dalam 1 liter air selama 10 menit
setelah air mulai mendidih. Hasil rebusan dibiarkan sampai hangat dan disaring
lalu ditambah gula untuk tiap perlakuan sebanyak 100 g dan asam sitrat sebanyak
0.15 g. Larutan pengawet P1 yaitu perak nitrat (AgNO3) sebanyak 0.5 g ditambah
gula untuk tiap perlakuan sebanyak 100 g dan asam sitrat sebanyak 0.15 g.
Akuades juga dipersiapkan sebagai kontrol (P0). Tiap bahan dicampur sesuai
perlakuan masing-masing dalam labu takar.

6

Perlakuan Larutan Pengawet
Dalam keadaan masih hangat, tiap larutan dimasukkan kedalam tabung bunga
potong sebanyak 5 ml. Tiap tangkai anggrek yang telah dipotong miring ujung
batangnya dimasukkan ke dalam tabung bunga potong. Jumlah tangkai anggrek
untuk tiap perlakuan sebanyak 20 tangkai. Setelah perlakuan, tangkai anggrek
yang telah disimpan dalam tabung bunga potong dimasukkan kedalam botol kaca
agar dapat berdiri tegak dan disimpan dalam ruangan bersuhu 250C.
Percobaan ini disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
faktor tunggal yaitu komposisi larutan pengawet. Terdapat 5 perlakuan yang
diulang sebanyak 4 ulangan dengan 5 tangkai bunga per ulangan. Total
keseluruhan bunga yang diamati sebanyak 100 tangkai. Perlakuan yang diuji
adalah sebagai berikut:
P0: kontrol dengan akuades
P1: larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: larutan pengawet daun sirih 450 g l-1
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (statistical
analysis system). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut
dengan DMRT (duncan multiple range test) pada taraf 5%. Adapun model
statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = � + � + �

keterangan:
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

= Nilai tengah populasi

= Pengaruh perlakuan bunga dengan komposisi larutan pengawet taraf ke-i

= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga dan kondisi larutan pengawet.
Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali. Peubah yang diamati antara lain adalah
jumlah total kuntum bunga, jumlah dan persentase kuntum bunga mekar, jumlah
dan persentase kuntum bunga layu, jumlah dan persentase kuntum bunga gugur,
jumlah dan persentase terserang cendawan, volume larutan terserap, pH larutan
pengawet, vase life (masa panjang) dan panjang batang dipotong. Setiap
pengamatan dilakukan penggantian larutan pengawet. Pengamatan dihentikan
setelah 50% atau lebih bunga yang telah mekar menjadi layu (Sunarmani et al.
1998)
1. Jumlah kuntum bunga awal: jumlah keseluruhan kuntum bunga pada satu
tangkai bunga anggrek, terdiri atas jumlah kuntum bunga mekar dan
jumlah kuntum yang kuncup.
2. Jumlah bunga yang mekar: jumlah kuntum bunga yang mekar pada satu
tangkai bunga.
3. Persentase bunga yang mekar: jumlah kuntum bunga mekar x 100%
jumlah total kuntum bunga

7
4. Jumlah kuntum yang layu: jumlah kuntum bunga yang layu pada satu
tangkai bunga saat pengamatan (jumlah kuntum bunga layu tidak termasuk
kuntum bunga yang patah karena serangan cendawan)
5. Persentase kuntum bunga yang layu: jumlah kuntum bunga layu x 100%
jumlah total kuntum bunga
6. Jumlah kuntum bunga yang gugur: jumlah bunga gugur tiap pengamatan
dihitung dari jumlah kuntum total pengamatan sebelumnya dikurangi
dengan jumlah kuntum total pada pengamatan saat itu.
7. Persentase bunga yang gugur: jumlah kuntum bunga gugur x 100%
jumlah total kuntum bunga
8. Jumlah dan persentase tanaman yang terserang cendawan
9. Volume larutan pengawet yang terserap pada akhir pengamatan. Dihitung
dari volume awal larutan pengawet dikurangi volume larutan pengawet
diakhir pengamatan.
10. pH larutan pengawet pada akhir pengamatan
11. Vase life bunga untuk semua perlakuan (vase life dihitung dari jumlah
kuntum mulai dari awal panen hingga kurang lebih 50% kuntum bunga
mengalami kelayuan)
12. Panjang batang dipotong adalah panjang batang yang dipotong karena
sudah berwarna kuning, terserang cendawan, kering dan berwarna cokelat.

Tabung larutan
pengawet

Gambar 1 Bunga anggrek disimpan dalam tabung bunga potong berisi larutan
pengawet dan diletakkan dalam botol

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Penelitian
Pada awal penelitian rata-rata jumlah kuntum total bunga sekitar 9.4 kuntum.
Jumlah antara kuntum mekar dan kuntum kuncup pun berimbang untuk setiap
perlakuan, yaitu rata-rata jumlah kuntum mekar 7.75 (82.64%) sedangkan rata-rata
jumlah kuntum yang masih kuncup adalah 1.63 (17.18%). Masa panen bunga telah
terlewat yang idealnya jumlah persentase kuntum kuncup sekitar 30%. Kondisi

8
bunga jika dilihat secara visual masih terlihat segar dan aroma segar bunga pun
masih tercium. Rata-rata dan persentase jumlah kuntum total, jumlah kuntum
mekar dan kuntum kuncup tertera pada tabel 1
Tabel 1 Jumlah rata-rata dan persentase kuntum total, jumlah kuntum mekar
total, dan jumlah kuntum kuncup anggrek Dendrobium ‘Sonia’ pada
awal pengamatan 0 HSP (hari setelah perlakuan)
Perlakuan Kuntum Total
Kuntum Mekar
Kuntum Kuncup
10.6
(100%)
8.7
(82.5%)
1.9 (17.8%)
P0
9.0 (100%)
7.4 (82.2%)
1.6 (17.3%)
P1
9.3 (100%)
7.7 (82.7%)
1.6 (17.5%)
P2
10.0 (100%)
8.3 (82.5%)
1.8 (16.7%)
P3
8.1 (100%)
6.8 (83.3%)
1.4 (16.7%)
P4
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1

Suhu ruangan selama penelitian sebesar 24oC-25oC. Menurut Nurcahyawati
(2010) kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu
tersebut dapat memperlambat proses transpirasi, sehingga proses kemunduran
bunga menjadi lambat dan bunga tidak cepat layu. Suhu ruangan yang tinggi akan
meningkatkan laju transpirasi, sehingga volume jumlah total larutan peraga akan
berkurang. Selain itu, semakin tinggi suhu ruangan akan mendorong peningkatan
produksi etilen. Etilen ini dapat menyebabkan bunga menjadi cepat matang dan
layu, sehingga kisaran suhu pada penelitian ini baik untuk proses vase life bunga
potong.
Kualitas Bunga
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar
Bunga yang dipanen belum semuanya mekar. Pemekaran bunga diharapkan
terjadi setelah penyimpanan, pengangkutan atau distribusinya. Hal ini dapat
memudahkan dalam pengangkutan juga memperpanjang vase life. Pemekaran
bunga membutuhkan energi yang cukup terutama dalam penanganan waktu panen
dan juga pemberian larutan pengawet. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pemberian larutan pengawet yang berbeda memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar seperti terlihat pada tabel 2.
Rata-rata jumlah kuntum bunga mekar dengan perlakuan P2, P3 dan P4
mengalami peningkatan pada 8 HSP. Hal ini dapat dikatakan bahwa bunga
mengalami tingkat kemekaran optimal pada 8 HSP dengan penggunaan ekstrak
rebusan daun sirih. Penggunaan perak nitrat menunjukkan tingkat kemekaran
optimal pada 10 HSP sebesar 90.3% dan penggunaan akuades sebesar 88.3%.
Tingkat kemekaran pada perlakuan akuades paling kecil sesuai dengan
pernyataan Sunarmani et al. tahun 1998 bahwa tidak ada tambahan makanan dari
luar seperti sukrosa sebagai sumber karbohidrat dan energi untuk respirasi dan
pemekaran dengan penggunaan akuades, akibatnya pemekaran lama dan sangat

9
sedikit persentase pemekarannya. Hasil rata-rata pemekaran bunga tidak mencapai
100% disebabkan ada beberapa kuncup bunga yang layu dan gugur sebelum
mekar.
Tabel 2

Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga mekar anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2-26 HSP (hari setelah perlakuan)
Perlakuan
HSP
P0
P1
P2
P3
P4
2
8.8 (83.8%) 7.5 (82.3%) 7.5 (83.0%) 8.3 (82.8%) 6.8 (83.3%)
4
8.8 (83.8%) 7.5 (82.3%) 7.5 (83.0%) 8.3 (82.8%) 6.8 (83.3%)
6
8.8 (83.8%) 7.5 (82.3%) 7.8 (85.0%) 8.8 (85.3%) 7.0 (86.0%)
8
8.8 (83.8%) 7.9 (89.5%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
10
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
12
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
14
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
16
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
18
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
20
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
22
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
24
9.3 (88.3%) 8.0 (90.3%) 8.5 (91.5%) 9.3 (92.8%) 7.3 (92.5%)
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1

Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu
Layu pada bunga ditandai dengan mengkerutnya jaringan akibat perubahan
sifat elastis karena menurunnya turgor yang dipengaruhi oleh ketersediaan air
dalam sel. Kelayuan merupakan salah satu tahapan pertumbuhan pada komoditas
hortikultura sebelum pembusukan atau kematian (senesence). Kejadian ini diawali
dengan mulai layunya pinggiran atau tepi mahkota bunga namun kelopak masih
tetap segar, kemudian diikuti dengan layunya tepi kelopak bunga (Katsum 2001).
Bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dapat dikatakan benar-benar layu jika
kelopak dan mahkota bunga telah terkulai dan menguncup. Berdasarkan uji
keragaman diperoleh bahwa jumlah kuntum bunga layu untuk semua perlakuan
dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil pengamatan jumlah kuntum layu, seperti terlihat pada tabel 3,
menunjukkan bahwa perlakuan larutan pengawet tidak mempunyai pengaruh yang
berbeda secara signifikan. Kuntum P0, P1, P2 dan P3 sudah banyak mengalami
kelayuan pada 6 HSP sementara pada perlakuan P4 mulai layu pada 8 HSP. Ratarata jumlah dan persentase kuntum bunga layu terus meningkat sampai akhir
pengamatan. Persentase kuntum layu dengan larutan pengawet perak nitrat
mencapai 50% setelah 12 HSP, dengan perlakuan akuades mulai 20 HSP, dengan
perlakuan ekstrak rebusan daun sirih 250 g l-1 dan 350 g l-1 serta 450 g l-1 mulai 18
HSP.

10
Tabel 3
HSP
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24

Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga layu anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)

P0
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.8 (5.5%)
1.5 (13.0%)
1.8 (16.3%)
2.8 (28.3%)
3.5 (34.5%)
3.8 (36.8%)
4.3 (40.3%)
5.0 (49.5%)
5.3 (51.0%)
6.0 (56.3%)

P1
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
1.0 (10.3%)
2.3 (23.0%)
2.8 (31.3%)
3.8 (40.0%)
4.8 (51.3%)
5.3 (56.8%)
5.8 (62.5%)
6.8 (74.8%)
7.8 (87.0%)
7.8 (87.0%)

Perlakuan
P2
P3
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.5 (6.0%)
0.5 (5.0%)
1.3 (13.8%) 1.5 (13.8%)
1.8 (21.5%) 2.0 (20.0%)
2.3 (24.0%) 2.8 (29.0%)
3.0 (29.5%) 3.5 (34.5%)
3.3 (37.0%) 4.0 (39.8%)
4.3 (46.5%) 4.5 (47.5%)
5.3 (58.0%) 6.0 (56.8%)
5.5 (63.5%) 6.0 (58.0%)
6.5 (70.3%) 6.0 (64.3%)

P4
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
1.3 (16.3%)
2.0 (24.8%)
2.5 (30.0%)
3.3 (38.3%)
3.5 (43.3%)
4.0 (51.8%)
4.5 (58.0%)
5.0 (63.5%)
5.5 (68.8%)

Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1

Kelayuan dapat terjadi oleh proses transpirasi yang terlalu tinggi. Dalam
melangsungkan hidupnya tanaman melakukan absorpsi (penyerapan air) dan
transpirasi (penguapan). Air dalam tanaman berfungsi utama untuk menjaga turgor
dalam sel-sel hidup. Untuk menjaga keseimbangan air dalam tanaman, maka
absorpsi harus sama dengan transpirasi, karena bila transpirasi lebih besar dari
pada absorpsi maka tubuh tanaman akan kekurangan air dan mengakibatkan bunga
layu (Katsum 2001).

Gambar 2 Kondisi bunga rata-rata mulai mengalami layu pada 6 HSP dengan
semua perlakuan larutan pengawet
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1

11
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur
Hasil analisis ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian berbagai
larutan pengawet yakni akuades, perak nitrat, ekstrak rebusan daun sirih 250 g l-1,
350 g l-1 dan 450 g l-1 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
jumlah dan persentase kuntum bunga gugur. Kuntum bunga mulai gugur pada 10
HSP dengan perlakuan P0, P1 dan P4. Perlakuan P2 dan P3 mulai mengalami
gugur lebih awal pada 8 HSP. Jumlah dan persentase kuntum bunga gugur terus
meningkat sampai akhir pengamatan.
Tabel 4 Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga gugur anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2- 24 HSP (hari setelah perlakuan)
Perlakuan
HSP
P0
P1
P2
P3
P4
2
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
4
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
6
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
8
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.3 (2.3%)
0.5 (5.5%)
0.0 (0.0%)
10
0.8 (7.5%) 1.3 (12.3%) 1.0 (10.0%) 2.0 (17.8%) 1.0 (15.8%)
12
1.8 (17.5%) 1.5 (18.8%) 2.0 (17.8%) 2.3 (23.5%) 1.8 (21.0%)
14
3.0 (29.5%) 2.3 (22.5%) 2.3 (20.0%) 3.0 (29.0%) 2.0 (23.8%)
16
3.8 (35.0%) 3.0 (32.3%) 2.3 (23.8%) 3.3 (34.3%) 2.8 (30.3%)
18
4.0 (39.3%) 3.3 (38.5%) 3.0 (31.0%) 3.8 (38.5%) 3.0 (37.0%)
20
4.5 (42.3%) 3.5 (40.8%) 3.3 (35.8%) 4.3 (42.5%) 3.5 (44.8%)
22
5.3 (51.8%) 4.3 (47.0%) 4.5 (48.8%) 5.0 (51.5%) 4.0 (52.3%)
24
5.3 (51.8%) 4.8 (50.8%) 4.8 (50.8%) 5.5 (53.5%) 4.3 (55.5%)
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1

Penggunaan perak nitrat dan larutan pengawet ekstrak rebusan daun sirih
250 g l-1 memberikan hasil persentase kuntum bunga gugur 50% paling lama yaitu
pada 24 HSP. Rata-rata bunga gugur setelah melalui fase layu dan kering terlebih
dahulu. Hasil pengamatan terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga gugur
tertera pada tabel 4.
Jumlah dan Persentase Bunga Terserang Cendawan
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan mutu bunga adalah
ketidakmampuan tangkai bunga untuk mengabsorpsi air karena adanya hambatan
oleh bakteri, jamur atau mikroba lainnya (Sunarmani et al. 1998). Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh nyata
terhadap infeksi cendawan (seperti tertera pada Tabel 5). Perlakuan yang paling
awal terinfeksi cendawan dalam jumlah yang cukup tinggi adalah P0. Hal ini
disebabkan P0 hanya menggunakan akuades sebagai larutan pengawet dan tidak
mengandung bahan germisida. Bahan germisida sangat bermanfaat mencegah
adanya mikroorganisme yang dapat masuk dan berkembang biak sehingga umur
bunga tidak dapat bertahan lama. Penggunaan perak nitrat memberikan nilai

12
terbaik dengan tidak adanya bunga terserang cendawan sampai akhir pengamatan.
Thwala et al. (2013) mengatakan bahwa perak nitrat mengurangi kontaminasi
bakteri seperti senyawa anti etilen.
Tabel 5 Jumlah rata-rata dan persentase anggrek Dendrobium ‘Sonia’
terserang cendawan pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
Perlakuan
HSP
P0
P1
P2
P3
P4
2
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
4
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
6
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
8
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
0.0 (0.0%)
10
0.5 (4.8%)
0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%)
1.0 (10.5%) 0.5 (6.3%)
12
3.0 (28.3%) 0.0 (0.0%) 2.5 (28.5%) 2.0 (20.8%) 0.8 (9.5%)
14
5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 1.3 (15.3%)
16
5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 1.5 (18.5%)
18
5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 1.8 (21.5%)
20
5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 2.0 (24.8%)
22
4.8 (45.0%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 1.3 (12.8%) 2.3 (27.8%)
24
5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%0 2.3 (27.8%)
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1

Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih konsentrasi 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450
g l menunjukkan hasil rata-rata jumlah bunga terserang cendawan pada akhir
pengamatan (24 HSP) yaitu 2.8, 2.3 dan 2.3 kuntum. Jumlah tersebut
menunjukkan hasil hampir separuh dari jumlah bunga terserang cendawan dengan
penggunaan larutan pengawet perak nitrat yaitu 5.3 kuntum. Berdasarkan data ini,
ada kecenderungan positif terhadap penekanan jumlah bunga terserang cendawan
dengan penggunaan larutan pengawet ekstrak rebusan daun sirih. Hal tersebut
dapat terlihat pada pengamatan tetapi tidak berpengaruh nyata ketika diuji secara
statistik. Konsentrasi ekstrak rebusan daun sirih yang kurang tinggi dan jumlah
sampel bunga yang perlu ditambah, dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hal
tersebut.
-1

Koloni cendawan upas

Gambar 3 Batang bunga yang terserang cendawan

13
Cendawan yang tumbuh diduga adalah Corticium salmonicolor (jamur upas)
berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Nurcahyawati (2008). Ciri-cirinya
yaitu tampak hifa atau miselia cendawan berwarna putih kemerahan. Miselia
tampak seperti sarang laba-laba atau sutera mengkilap. Cendawan dapat
mnyebabkan kebusukan pada batang, batang mengering, berwarna hitam dan
dapat menyebabkan penyumbatan pada ujung tangkai batang sehingga larutan
pengawet tidak dapat terserap dengan baik. Serangan cendawan juga diduga
karena adanya adanya patogen bakteri dan cendawan yang melekat pada tangkai
batang selama pengangkutan serta tidak dilakukan pra perlakuan untuk
membersihkan tangkai bunga tersebut.
Volume Larutan Pengawet Terserap
Volume larutan pengawet dimasukkan kedalam tabung bunga potong
sebanyak 5 ml. Volume larutan pada setiap pengamatan mengalami pengurangan
dan dihitung sebagai volume larutan yang terserap. Tabung terbuat dari plastik
lengkap dengan tutupnya digunakan sebagai wadah larutan pengawet.
Tabel 6 Jumlah rata-rata volume larutan anggrek Dendrobium ‘Sonia’
terserap pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
Perlakuan
HSP
Respon
P0
P1
P2
P3
P4
-----ml----2
2.9a
2.2b
1.8c
2.0bc
1.4d
**
4
3.6a
2.5b
2.6b
2.8b
1.8c
**
6
4.0a
2.5c
3.1b
3.6a
2.2c
**
8
4.1a
2.7b
3.7a
4.2a
2.4b
**
10
4.2a
2.8b
3.9a
4.4a
2.6b
**
12
4.4a
2.9b
4.2a
4.1a
2.7b
**
14
4.5a
3.0b
3.9a
4.0a
2.9b
**
16
6.4a
5.8b
5.7b
5.9b
5.6b
*
18
6.6a
5.8b
5.9b
6.1b
5.8b
**
20
6.9a
6.0c
6.1bc
6.3b
6.1bc
**
22
7.3a
6.2b
6.4b
6.4b
6.2b
**
24
7.6a
6.2b
6.5b
6.6b
6.2bc
**
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1
P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1
P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1
P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1
a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT
*
= berbeda nyata pada taraf uji F 5 % (P