Efektivitas Berkumur dengan Larutan Ekstrak Daun Salam dalam Menghambat Akumulasi Plak.

(1)

EFEKTIVITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN EKSTRAK

DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) PADA

KONSENTRASI 1.25%, 2.5% DAN 5% DALAM

MENGHAMBAT AKUMULASI PLAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NASTITI FATHIA MAGRA NIM: 100600106

DOSEN PEMBIMBING: ZULKARNAIN, drg., M. Kes

NIP. 19551020 1985031 001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2014

Nastiti Fathia Magra

Efektivitas berkumur dengan larutan ekstrak daun salam dalam menghambat akumulasi plak.

xii + 34 halaman

Penggunaan bahan herbal pada obat kumur didasari atas kandungan senyawa kimia yang terkandung didalamnya, seperti sifat antibakteri sehingga dapat mengontrol perkembangan plak gigi. Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki manfaat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan berkumur menggunakan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dalam menghambat akumulasi plak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental pre and post test with control group design yang dilakukan selama tujuh hari dengan metode double-blinded study. Subjek penelitian adalah mahasiswa FKG angkatan 2010 dan berjumlah empat puluh orang yang dipilih dengan metode purposive random sampling. Subjek penelitian dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, berkumur dengan obat kumur ekstrak daun salam 1,25%, berkumur dengan obat kumur ekstrak daun salam 2,5% dan berkumur dengan obat kumur ekstrak daun salam 5%. Pemeriksaan skor menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-7 setelah pasien menggunakan obat kumur. Seminggu sebelum pemeriksaan skor plak awal, seluruh subjek penelitian diskeling. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara penggunaan obat kumur yang mengandung ekstrak daun salam terhadap penurunan akumulasi plak. Obat kumur ekstrak daun salam pada konsentrasi 2.5% merupakan konsentrasi obat kumur yang paling optimal dalam menghambat akumulasi plak. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti efek jangka panjang dari penggunaan obat kumur ekstrak daun salam sehingga dapat dikembangkan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.


(3)

Faculty of Dentistry

Department of Periodontology 2014

Nastiti Fathia Magra

The Effectiveness of Gargling with a Solution of Bay Leaf Extract in Inhibiting the accumulation of plaque.

xii + 34 pages

The use of herbal ingredients in mouthwash is based on the content of chemical compounds, such as antibacterial properties, so it can control the development of dental plaque. Bay leaf (Syzygium polyanthum) is one of the medicinal plants that has benefits to oral health. The purpose of this study is to determine the effectiveness of rinsing with a solution of bay leaf extract in inhibiting plaque accumulation. This is an experimental study with pre and post test control group design conducted for seven days by using double-blinded study method. Subjects were forty students of Dentistry class of 2010 selected by using purposive random sampling method. Subjects were divided into four groups, namely control group, gargling with 1.25 % bay leaf extract mouthwash, gargling with 2.5 % bay leaf extract mouthwash and gargling with 5 % bay leaf extract mouthwash. This study used Loe and Silness plaque index for score examination which was done on day 0 and day 7 after patients used the mouthwash. The result of this study indicates a statistically significant relationship between the use of mouthwash containing extracts of bay leaves and decreased plaque accumulation. Mouthwash containing 5% bay leaf extract is the most optimal concentration in inhibiting plaque accumulation. It is recommended to examine the long-term effects of using mouthwash containing bay leaf extract so that it can be developed to support the maintenance of oral health in further research.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 3 Mei 2014

Pembimbing :

TandaTangan

1. Zulkarnain, drg., M. Kes ………... NIP. 19551020 198503 1 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Pada tanggal 3 Mei 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Zulkarnain, drg., M. Kes ………

ANGGOTA: 1. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D ……… 2. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio ………

Mengetahui, KETUA DEPARTEMEN

Irmansyah Rangkuti, drg.,Ph.D ………


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang, Ayahanda H. Ir. Joko Purwanto dan Ibunda Nurul Rahmah yang senantiasa menyayangi, membimbing, mendo’akan dan memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada kakak dan adik tersayang, dr. Aula Dina, M. Anton Fajri, dan Isra Namira atas motivasi dan doanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, dukungan, motivasi serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazaruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Irmansyah Rangkuti, drg., PhD selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio dan Irmansyah Rangkuti drg., Ph.D selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

5. Pitu Wulandari drg., Sp.Perio selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah membina dan mengarahkan penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Periodonsia yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Drs. Awaluddin Saragih selaku ketua Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU yang turut meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Maya Fitria, S.KM, M.Kes selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah meluangkan waktu serta membimbing penulis dalam pengolahan data.

9. Para senior yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan saran selama penulisan skripsi ini, Kak Anggun, Kak Lili, Kak Selly, dan Bang Budi.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis, Dani, Ajeng, Winda, Haifa, Beactris, Emal, May, Yosua, Nesya, Una, Manda, Dendy, Eka, Iqbal, Ary, Reny, Koir, Aidil, Fajri, Incan, Ojan, Ridho, Sondi, Uti, Yohanes, dan teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

11.Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia, Brian, Shelly, Afiqah, Izza, Yolanda, Geby, Widi, Shinta, Hazwani, Wita, Nazim, dan Ayu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena masih terdapat keterbatasan ilmu yang penulis miliki, namun penulis mengharapkan kiranya hasil karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

\

Medan, 22 April 2014

Penulis,

(Nastiti F Magra)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN………. . v

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 1.5.1 ManfaatTeoritis ... 3

1.5.2 ManfaatPraktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak ... 5

2.1.1 Proses Pembentukan Plak ... 5

2.2 Kontrol Plak ... 7

2.3 Obat Kumur ... 8

2.3.1 Komposisi Obat Kumur ... 8

2.3.2Jenis Obat Kumur ... 9

2.4 TanamanDaun Salam ... 11

2.4.1TaksonomiDaun Salam ... 11

2.4.2KandunganDaun Salam ... 12

2.5 Kerangka Teori ... 14

2.9 KerangkaKonsep……… ... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan sampel ... 16


(9)

3.3.2 Sampel ... 16

3.4 KriteriaSampelPenelitian ... 17

3.4.1 KriterianInklusi ... 17

3..4.2 KriteriaEksklusi ... 17

3.5Variabel Penelitian……… ... 3.5.1 VariabelBebas ... 17

3.5.2 VariabelTerikat ... 17

3.5.3 VariabelTerkendali ... 17

3.6 Definisi Operasional……… ... 18

3.7Alat dan Bahan ... 20

3.7.1 Alat ... 20

3.7.2 Bahan ... 21

3.8Prosedur Penelitian ... 21

3.8.1 Prosedur Ekstraksi Daun Salam ... 21

3.8.2 Prosedur Peracikan Obat Kumur ... 22

3.8.3 Penggunaan Obat Kumur dan Pengumpulan Data ... 23

3.9 Alur Penelitian ... 24

3.10Pengolahan dan Analisis Data... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 26

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Obat kumur………... 8

2. Obat kumur herbal……… 10

3. Daun salam ……..……...………... 11 4. Perbedaan rerata pada seluruh konsentrasi obat kumur ………. 29


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria skor indeks plak Löe dan Silness ... 19 2. Data demografi subjek penelitian ... 26 3. Data distribusi rerata skor indeks plak mahasiswa FKG 2010 pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ... 27 4. Skor indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner

2. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian 3. Lembar persetujuan setelah penjelasan 4. Lembar pemeriksaan subjek penelitian 5. Rincian dana penelitian

6. Surat persetujuan komisi etik

7. Surat izin penelitian di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU 8. Hasil analisis data


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang harus diperhatikan. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah 23,4%.1 Faktor penyebab yang mendominasi adalah plak. Bakteri plak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti karies gigi dan penyakit periodontal.

Mikroflora yang terkandung dalam plak terdiri dari bakteri positif Gram dan bakteri negatif Gram. Plak supragingiva didominasi oleh bakteri positif Gram dan mengandung sedikit bakteri negatif Gram yang dapat mempengaruhi perkembangan flora subgingiva.2-4 Akumulasi plak yang menjadi penyebab penyakit periodontal ini terjadi akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah pertumbuhan plak yaitu dengan melakukan kontrol plak.4

Kontrol plak dilakukan agar pembentukan plak pada permukaan gigi dapat dibatasi dan dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan menggunakan obat kumur. Penggunaan obat kumur dapat mengontrol plak bakteri dan gingivitis.5 Obat kumur terdiri dari bahan-bahan kimia yang berfungsi mencegah perlekatan bakteri, menghambat pertumbuhan bakteri, atau bahkan membunuh plak bakteri.6

Kandungan dalam obat kumur terdiri atas beberapa golongan yaitu golongan bisguanida, campuran fenol-minyak esensial, campuran ammonia kuarternari, bahan alamiah, serta beberapa bahan antibakteri seperti fenol, hexetidine, fluor, dan klorheksidin.6 Penggunaan bahan antibakteri seperti klorheksidin dapat menimbulkan efek merugikan seperti ekstrinsik staining

jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu bahan alternatif dari minyak esensial dan ekstrak tumbuhan dapat dijadikan pilihan sebagai bahan antibakteri dalam obat kumur.3

Obat kumur dengan komposisi tanaman obat atau lebih dikenal sebagai bahan herbal mengalami perkembangan yang cukup baik. Penggunaan tanaman obat sebagai obat kumur menarik perhatian masyarakat kalangan akademisi ataupun professional kesehatan karena bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat diminimalkan. Penggunaan


(14)

tanaman obat tersebut juga didasari atas kandungan senyawa kimia yang terkandung didalamnya, seperti sifat antibakteri sehingga dapat mengontrol perkembangan plak gigi.4 Beberapa jenis tanaman obat yang telah dikembangkan penggunaannya sebagai obat kumur antara lain daun sirih, minyak cengkeh, aloe vera, propolis, virgin coconut oil, dan daun salam.

Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tanaman obat yang manfaatnya terhadap kesehatan gigi dan mulut sedang dikembangkan di Indonesia. Daun salam memiliki berbagai manfaat dalam ilmu kedokteran gigi salah satunya sebagai obat kumur. Berkumur menggunakan air rebusan daun salam pada konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp di rongga mulut.6

Kandungan berbagai macam senyawa aktif pada daun salam berintegrasi dengan baik sehingga dapat memberi manfaat yang baik pada tubuh. Kandungan tannin pada daun salam berfungsi sebagai astringent yang dapat mengendapkan protein pada permukaan sel bakteri. Flavonoid yang terkandung pada daun salam memiliki aktivitas biologis dan farmakologis, termasuk aktivitas antibakteri. Minyak esensial yang terkandung dalam daun salam juga memiliki sifat antibakteri dan antifungal sehingga memegang peranan penting dalam menghambat akumulasi plak.7

Uji efektivitas antimikroba ekstrak daun salam terhadap Streptococcus mutans, menunjukkan bahwa ekstrak daun salam pada konsentrasi 1% dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Streptococcus mutans secara in vitro, sehingga Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun salam terhadap Streptococcus mutans yaitu pada konsentrasi 1%, dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol daun salam terhadap Streptococcus mutans adalah pada konsentrasi 1,25%.8

Tingkat populasi pohon tanaman daun salam cukup tinggi di Indonesia, namun pemanfaatannya masih terbatas sebagai penambah cita rasa dalam masakan. Tingginya tingkat populasi pohon tanaman daun salam di Indonesia serta perkembangan penelitian terhadap daun salam, menarik minat peneliti untuk meneliti ekstrak daun salam sebagai obat kumur dalam menghambat akumulasi plak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dapat menghambat akumulasi plak?


(15)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas berkumur menggunakan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dalam menghambat akumulasi plak.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesa nol (H0) : Berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) tidak efektif dalam menghambat akumulasi plak.

Hipotesa alfa (Hα) : Berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) efektif dalam menghambat akumulasi plak.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat luas mengenai manfaat larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai obat kumur dan dapat menjadi sebuah masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai larutan ekstrak daun salam sebagai obat kumur.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai alternatif zat tambahan dalam obat kumur untuk menghambat akumulasi plak.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak

Dental plak adalah deposit lunak yang membentuk suatu lapisan biofilm dan melekat pada permukaan gigi, atau permukaan kasar lain pada rongga mulut termasuk bahan restorasi yang permanen atau pada alat lepasan. Plak berbeda dengan beberapa deposit yang terdapat pada permukaan gigi seperti material alba dan kalkulus. Material alba merupakan akumulasi lunak oleh bakteri dan jaringan sel yang dapat dibersihkan dengan mudah menggunakan air. Sedangkan kalkulus adalah deposit yang memiliki konsistensi keras dan merupakan hasil mineralisasi dental plak.9

Berdasarkan letaknya pada permukaan gigi, dental plak diklasifikasikan menjadi plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva dapat ditemukan pada atau di atas gingival margin. Plak subgingiva ditemukan dibawah gingival margin, diantara gigi dan jaringan sulkus gingival. Perbedaan letak plak tersebut terjadi akibat proses yang dihubungkan dengan penyakit pada gigi dan jaringan periodonsium.10

Kandungan utama plak adalah mikroorganisme. Satu gram plak mengandung sebanyak 2x1011 bakteri dan lebih dari 500 spesies mikroba yang berbeda. Di dalam plak juga terkandung mikroorganisme nonbakterial seperti spesies mycoplasma, jamur, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tersebut tumbuh dalam matriks interselular yang mengandung sel host seperti sel epitel, makrofag, dan leukosit.9

2.1.1 Proses Pembentukan Plak

Dental plak dapat terlihat secara visual pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan selama 1-2 hari. Plak berwarna putih, keabu-abuan, atau kuning dan memiliki bentuk globular. Plak biasanya terbentuk pada struktur gigi yang retak, bercelah, fisur, pit, tambalan yang berlebih, dan pada susunan gigi yang tidak rapi. Letak dan jumlah plak berbeda pada tiap individu dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti makanan, komposisi, dan laju aliran saliva. Jumlah plak yang sedikit dan tidak dapat terlihat pada permukaan gigi dapat dideteksi menggunakan probe periodontal atau sonde. Metode lain untuk melihat jumlah plak yang sedikit adalah dengan menggunakan disclosing solution, yaitu suatu larutan yang diaplikasikan pada gigi


(17)

untuk melihat bakteri plak atau deposit dari material asing pada gigi secara visual dengan memberikan warna pada permukaan gigi.9,11

Pembentukan plak terbagi menjadi tiga fase, yaitu pembentukan lapisan pelikel pada permukaan gigi, kolonisasi awal bakteri, dan kolonisasi sekunder yang disertai maturasi plak. Pada fase pertama, lapisan pelikel terbentuk dalam hitungan detik setelah gigi dibersihkan dan terdiri dari protein saliva dan glikoprotein yang terletak pada permukaan gigi. Pelikel memiliki ketebalan yang sangat tipis (0.5µm), halus, tidak berwarna, dan translusen. Pada lapisan pelikel terdapat substrat yang dapat diakumulasi oleh bakteri menjadi dental plak. Beberapa komponen saliva turut membentuk plak dengan terlibat pada proses aglutinasi bakteri, atau bertindak sebagai bahan makanan bagi bakteri.2,9

Dalam hitungan menit setelah gigi dibersihkan, bakteri mulai berkumpul di pelikel. Pada fase ini bakteri dapat melekat secara langsung pada enamel, namun biasanya bakteri melekat melalui pelikel sehingga agregasi bakteri dapat diselimuti oleh glikoprotein. Beberapa jam berikutnya, spesies dari Streptococcus dan Actinomyces melekat pada pelikel dan terjadilah fase kolonisasi awal. Populasi bakteri terus tumbuh dan menyebar dari permukaan gigi. Pembentukan plak supragingiva juga didahului dengan adanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraselular sehingga terjadi perlekatan pada gigi. Bakteri yang berperan pada tahap ini adalah Actinomyces viskosus, A. naeslundii, Streptococcus sanguis, dan S. mitior.2,9,12

Kolonisasi sekunder terjadi oleh bakteri-bakteri yang tidak ikut terlibat dalam kolonisasi awal setelah gigi dibersihkan, seperti Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis. Spesies dan genera yang berbeda dari beberapa mikroorganisme plak ini memiliki kemampuan untuk saling berikatan satu sama lain yang disebut sebagai proses koagregasi. Proses ini terjadi terhadap interaksi stereochemical pada molekul karbohidrat dan protein di permukaan sel bakteri. Interaksi yang khas terjadi antara pengkolonisasi sekunder dengan pengkolonisasi awal mencakup koagregasi antara F. nucleatum dengan S. sanguis, P. loescheii dengan A. viscosus, dan Capnocytophaga ochracea dengan A. viscosus. Koagregasi umumnya terjadi antara bakteri positif Gram atau bakteri negatif Gram dengan bakteri positif Gram. Namun pada tahap akhir pembentukan plak, koagregasi dominan terjadi antara bakteri negatif Gram seperti koagreagasi antara F. nucleatum dengan P. gingivalis atau Treponema denicola.2,9


(18)

Pada hari ketiga pembentukan plak, jumlah organisme dalam plak terus meningkat. Bakteri anaerob, bakteri kokus dan bakteri batang negatif Gram terdapat dalam jumlah yang besar. Fase akhir dari maturasi plak terjadi pada hari ketujuh. Pada fase ini terjadi penurunan jumlah bakteri kokus dan batang positif Gram. Sedangkan bakteri kokus negatif Gram golongan basilus, spirilia, spirocheta, fusiform bacili dan vibrious ditemukan dalam jumlah yang besar. Plak subgingiva terbentuk dari perkembangan plak supragingiva. Lingkungan plak subgingiva bersifat anaerob, dan sumber nutrisi bakteri berasal dari cairan krevikular.12

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah usaha pengurangan dan pencegahan akumulasi plak mikroba pada permukaan gigi. Kontrol plak juga merupakan cara yang sangat efektif dalam merawat dan mencegah gingivitis, dan merupakan hal yang sangat penting dalam perawatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut.13

Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur.

Kontrol plak secara kimiawi bekerja dengan cara:2 1. Mengurangi jumlah flora pada gigi dan mulut.

2. Menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. 3. Menghambat faktor pembentukan dan perkembangan plak. 4. Mencegah mineralisasi plak.

2.3 Obat Kumur

Jumlah plak yang terdapat pada tiap individu berbeda berdasarkan tingkat kesehatan dan kondisi rongga mulutnya. Dari sudut pandang terapeutik, manfaat utama dari penggunaan obat kumur adalah untuk mengurangi jumlah plak dan gingivitis, sehingga, penggunaan obat kumur setelah menyikat gigi memiliki efek yang baik dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.2,11


(19)

Gambar 1. Obat kumur14

Obat kumur sebaiknya digunakan selama 30 detik dalam dua kali sehari, sebelum atau setelah menyikat gigi, dimana manfaat obat kumur sangat banyak, yaitu dapat menyegarkan nafas, mengontrol pembentukan kalkulus, dan mencegah masalah gigi dan mulut seperti karies, gingivitis kronis, dan menghambat pembentukan plak.9,15

2.3.1 Komposisi Obat Kumur

Obat kumur memiliki banyak manfaat akibat adanya kandungan senyawa aktif didalamnya. Dalam beberapa tahun terakhir komposisi obat kumur terus mengalami perkembangan.5

Secara umum, kandungan yang terdapat dalam obat kumur adalah:2 1. Bahan antibakteri.

Senyawa yang sering digunakan sebagai bahan antibakteri dalam obat kumur adalah Garam ammonium quartenary seperti cetyl piridinium.

2. Alkohol.

Alkohol digunakan untuk menambah aktivitas antibakteri dan menjaga agar rasa yang terkandung dalam larutan obat kumur tidak mengalami perubahan.

3. Humektan.

Sorbitol merupakan salah satu zat humektan, dan digunakan untuk mencegah larutan obat kumur mengering.

4. Surfaktan.

Surfaktan digunakan untuk menjaga struktur zat yang terkandung dalam larutan obat kumur.


(20)

5. Beberapa zat tambahan seperti perasa, pewarna, pengawet, dan air digunakan dalam larutan obat kumur.

Komposisi obat kumur terus mengalami perkembangan, seperti adanya penambahan ekstrak bahan herbal atau tanaman obat ke dalam larutan obat kumur. Obat kumur yang mengandung ekstrak tanaman seperti teh hijau, minyak daun teh, minyak cengkeh, dan sirih dapat dengan mudah ditemukan dipasaran.3

2.3.2 Jenis obat kumur

Berdasarkan bahan aktif yang dikandungnya, obat kumur dapat dibedakan atas beberapa golongan, yaitu bisguanida, minyak esensial, campuran ammonia kuarternari, dan bahan alamiah.5,15

1. Bisguanida

Obat kumur golongan ini bekerja dengan mengadakan ikatan dengan lapisan polisakarida yang menyelubungi bakteri sehingga absorbsi bakteri ke permukaan gigi terhambat.5

Penggunaan obat kumur golongan bisguanida dapat menimbulkan efek samping seperti timbulnya noda berwarna kecoklatan pada permukaan gigi, lidah, dan bahan restorasi seperti resin komposit.2

2. Minyak esensial

Obat kumur dengan minyak esensial mengandung thymol, eucalyptol, menthol, dan

mythyl salicilate. Thymol yang merupakan senyawa aktif dalam obat kumur ini memiliki efek menghancurkan dan mengendapkan dinding sel bakteri, sedangkan eucalyptol dapat menghambat perlekatan bakteri ke permukaan gigi.2

3. Campuran ammonia kuarternari

Obat kumur golongan ini mengandung setilpridin yang memiliki sifat antibakteri namun tidak memiliki efek penghambat plak. Setilpridin bekerja dengan cara mengikat dan mendesorbsi bakteri.9

4. Bahan herbal

Efek samping dari beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam obat kumur menyebabkan timbulnya berbagai penelitian untuk mencari agen lain sebagai alternatif. Penggunaan tanaman obat (bahan herbal) mengalami perkembangan yang cukup baik.

Kelebihan penggunaan tanaman herbal adalah memiliki efek samping yang rendah, dan dalam satu ramuan herbal dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung dan


(21)

memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Untuk meningkatkan manfaat tanaman herbal diupayakan dengan ekstrak terpurifikasi-selektif yaitu mencari senyawa-senyawa berkhasiat dan membatasi senyawa lain yang kurang baik untuk dimanfaatkan.26

Gambar 2. Obat kumur herbal17

Dari aspek ekonomi dan efek samping, penggunaan bahan herbal dalam kedokteran gigi mempunyai prospek yang cukup baik, tetapi harus diperhatikan bahwa pemakaian bahan herbal disesuaikan dengan takaran, ketepatan waktu pemakaian, ketepatan cara penggunaan serta pemilihan bahan herbal yang sesuai indikasi.16

2.4 Tanaman Daun Salam

Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan daun yang berasal dari Indonesia dan telah lama digunakan sebagai penambah cita rasa dalam masakan. Pohon dari daun salam umumnya tumbuh di dalam hutan dan dapat ditemukan pada daratan dengan ketinggian 1400 meter di atas laut. Tinggi pohon dapat mencapai 25 meter dengan akar yang lurus dan besar serta bunga yang berukuran kecil, berwarna putih, dan harum.18


(22)

Daun salam berbentuk lonjong dan elips, memiliki panjang tangkai 0,5-1 cm, bentuk pangkal dan ujungnya meruncing, memiliki tepi yang rata, panjang daun 5-15 cm, lebar 3-8cm, permukaan atas daun berwarna hijau tua dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda.19

2.4.1 Taksonomi Daun Salam

Taksonomi daun salam (Syzygium polyanthum) diklasifikasikan sebagai berikut:20 Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum

Daun salam memiliki nama ilmiah lain yaitu Eugenia polyantha Wight. dan E. lucidula

Miq. dan memiliki beberapa sebutan, antara lain ubar serai (Malaysia), Indian bay leaf, Indonesian laurel, Indonesia bay leaf (Inggris), Salamblatt (Jerman) Indonesische lorbeerlatt

(Belanda), manting (Jawa), dan meselangan (Sumatera).19

2.4.2 Kandungan Daun Salam

Daun salam memiliki kandungan aktif seperti minyak atsiri yang terdiri dari sitral, seskuiterpen, lakton, eugenol, dan fenol. Senyawa lain yang terkandung pada daun salam adalah tannin, fenol, flavonoid, polifenol, dan volatile oil.19

Senyawa yang terkandung di dalam daun salam menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan manfaatnya. Daun salam memiliki banyak khasiat yaitu dapat digunakan sebagai perawatan dalam penyakit diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi. Selain itu daun salam juga memiliki efek anti-inflamasi, antioksidan, antifungal, serta antibakteri.19,21

1. Fenol dan flavonoid

Senyawa fenol dan flavonoid pada daun salam memberikan sifat antioksidan pada daun salam didapat. Senyawa fenol merupakan komponen antioksidan utama yang terkandung didalam ekstrak daun salam dan terkandung dalam jumlah yang besar (333.75±1.92mg GAE g


(23)

-1

).22 Flavonoid pada daun salam juga berperan sebagai antibakteri karena mempunyai kemampuan berinteraksi dengan DNA bakteri. Hasil interaksi tersebut menyebabkan rusaknya permeabilitas dinding sel bakteri.5

2. Tannin

Kandungan senyawa aktif seperti tannin, flavonoid, dan minyak atsiri yang terdiri dari eugenol dan sitral memberikan sifat antibakteri pada daun salam. Kandungan senyawa aktif tersebut dapat menghambat pertumbuhan streptococcus sp. dalam rongga mulut, serta dapat menghambat pertumbuhan candida albicans.23 Tanin yang merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas bakteri. Proses tersebut menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan dapat menyebabkan kematian sel bakteri.5

3. Volatile oil

Kandungan volatile oil pada daun salam menyebabkan tanaman ini memiliki sifat antifungal. Infusa dari daun salam secara in vitro terbukti dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. pada Kadar Hambat Minimum (KHM) 12.5%.10


(24)

2.5 Kerangka Teori Berinteraksi dengan DNA bakteri dan menyebabkan kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom Flavonoid Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan bakteri Dapat merusak membran plasma bakteri dan berperan sebagai antioksidan Bersifat antifungal karena dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp.

Menghambat dan mengurangi perlekatan mikroorganisme plak terhadap permukaan gigi

Tannin Polifenol Volatile oil

Plak Kontrol Plak

Mekanis Kimiawi

Sikat Gigi Pembersih interdental Obat kumur Pasta Gigi


(25)

2.6 Kerangka Konsep

Berkumur dengan

larutan ekstrak daun salam pada

konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5%.

Indeks plak Loe dan Silness.

1. Frekuensi menyikat gigi.

2. Waktu berkumur. 3. Lama berkumur. 4. Volume obat kumur

yang digunakan. 5. Jenis sikat gigi. 6. Jenis pasta gigi.


(26)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental pre and post test with control group design. Dalam rancangan penelitian ini subjek dibagi dalam dua kelompok, perlakuan diberikan pada satu kelompok dan kelompok lain tidak diberi perlakuan.

Metode penelitian yang digunakan adalah double-blinded study yaitu baik peneliti dan subjek penelitian tidak mengetahui perlakuan mana yang diberikan kepada subjek penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di klinik departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penelitian dimulai pada bulan Januari tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2010.

3.3.2 Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Federer, yaitu: (n-1) (r-1) ≥ 15

n = jumlah sampel yang dibutuhkan.

r = jumlah perlakuan terhadap sampel.

Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini berjumlah 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, berkumur dengan obat kumur ekstrak daun salam 1,25%, berkumur dengan obat kumur ekstrak daun salam 2,5% dan berkumur dengan obat kumur ekstrak daun salam 5%.

Maka jumlah sampel yang dibutuhkan untuk satu kelompok perlakuan adalah: (n-1) (r-1) ≥ 15

(n-1) (4-1) ≥ 15 3n≥ 18


(27)

Untuk mencegah bias selama penelitian maka jumlah sampel penelitian dijadikan 10 orang untuk 1 kelompok perlakuan, maka jumlah sampel keseluruhan berjumlah 40 orang. Sampel dipilih dengan metode purposive random sampling. Sampel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

3.4 Kriteria Sampel Penelitian 3.4.1 Kriteria Inklusi:

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang bersedia mengikuti penelitian.

2. Memiliki jumlah gigi minimal 20.

3.4.2 Kriteria Ekslusi:

1. Memakai pesawat ortodonti cekat 2. Memakai protesa

3. Terdapat gigi berjejal 4. Terdapat karies servikal

5. Menggunakan obat kumur sehari-hari

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (variabel eksperimental)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah larutan ekstrak daun salam. 2. Variabel terikat (variabel tercoba)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks plak. 3. Variabel terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah: 1. Kondisi oral hygine sampel sebelum perlakuan. 2. Frekuensi menyikat gigi.

3. Waktu berkumur. 4. Lama berkumur.

5. Volume obat kumur yang digunakan. 6. Jenis sikat gigi.


(28)

3.6 Definisi Operasional

1. Larutan ekstrak daun salam

Larutan ekstrak daun salam adalah ekstrak daun salam yang dilarutkan dengan aquades, sorbitol,dan peppermint oil. Ekstrak daun salam dibuat menggunakan daun salam segar yang diperoleh dari daerah Simalingkar, Medan, Sumatera Utara. Larutan ekstrak daun salam yang digunakan adalah pada konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5%. Sediaan dibuat di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Indeks plak

Indeks plak yang digunakan adalah indeks plak menurut Löe dan Silness. Indeks ini dapat melibatkan keseluruhan gigi atau hanya beberapa gigi. Pemeriksaan yang dilakukan melibatkan empat permukaan gigi yaitu distovestibular, vestibular, mesiovestibular, dan oral.

Tabel 1. Kriteria skor indeks plak Löe dan Silness2 Skor Kriteria

0 Tidak terdapat plak pada area gingival

1 Plak tidak terlihat dengan mata telanjang, tetapi terlihat dengan menggunakan prob yang digerakkan pada permukaan gigi

2 Terdapat lapisan plak yang tipis hingga sedang pada area gingiva, dan dapat dilihat dengan mata telanjang

3 Terdapat akumulasi deposit lunak dalam jumlah banyak pada poket gingival, permukaan gigi, dan atau pada margin gingiva

Skor plak untuk satu gigi =

4

Jumlah skor dari empat permukaan gigi

Skor plak untuk keseluruhan gigi =

jumlah gigi yang diperiksa jumlah seluruh skor gigi


(29)

Kriteria penilaian indeks plak Löe dan Silness adalah:

• Baik : 0-0.9

• Sedang : 1-1.9

• Buruk : 2-3

3. Kondisi higiene oral sebelum perlakuan

Kondisi higiene oralsebelum perlakuan adalah keadaan kesehatan gigi dan mulut subjek penelitian sebelum diberikan perlakuan. Tindakan skeling dilakukan untuk menyetarakan kondisi higiene oral sampel penelitian.

4. Frekuensi menyikat gigi

Frekuensi menyikat gigi adalah dua kali sehari, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

5. Waktu berkumur

Waktu berkumur adalah waktu yang digunakan subjek penelitian untuk menggunakan obat kumur yaitu sebanyak dua kali dalam sehari, setelah menyikat gigi pagi dan malam hari.

6. Lama berkumur

Lama berkumur adalah waktu yang diperlukan untuk sekali berkumur, yaitu selama 30 detik.

7. Volume obat kumur

Volume obat kumur adalah jumlah obat kumur yang digunakan untuk sekali kumur, yaitu 10ml.

8. Jenis sikat gigi

Jenis sikat gigi adalah sikat gigi yang digunakan subjek penelitian selama penelitian, yaitu sikat gigi dengan bulu sikat yang datar.

9. Jenis pasta gigi

Jenis pasta gigi adalah pasta gigi yang digunakan subjek penelitian selama penelitian, yaitu pasta gigi yang mengandung fluoride.


(30)

3.7 Alat dan Bahan 3.7.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pengekstrakan daun salam adalah: 1. Timbangan

2. Kapas

3. Kertas perkamen 4. Perkolator 5. Alumunium foil

6. Blender

7. Kertas saring

8. Vacuum rotavapor 9. Waterbath

10.Freeze dryer

Alat-alat yang digunakan dalam prosedur peracikan obat kumur ekstrak daun salam adalah:

1. Gelas ukur

2. Timbangan digital 3. Spatula

4. Mixer

5. Botol kosong 6. Kertas label

Alat-alat yang digunakan dalam prosedur pengumpulan data adalah: 1. Prob

2. Kaca mulut 3. Pinset

4. Sarung tangan 5. Masker 6. Kapas


(31)

3.7.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Daun salam

2. Aquades 3. Ethanol 70% 4. Sorbitol 10% 5. Peppermint oil 1% 6. Disclosing solution

3.8 Prosedur penelitian

3.8.1 Prosedur ekstraksi daun salam

1. Sebanyak 2,5 kg daun salam diseleksi dan ditimbang, kemudian cuci hingga bersih dan tiriskan hingga kering.

2. Daun salam dikeringkan di dalam freeze dryer selama 3 hari dengan suhu 40°C. 3. Daun salam yang sudah kering ditimbang kembali kemudian dihaluskan hingga terbentuk serbuk kasar (simplisia).

4. Simplisia diletakkan dalam wadah kemudian ditambahkan ethanol 70% sampai seluruh simplisia terendam. Tahapan ini disebut dengan maserasi, yaitu simplisia direndam dalam suatu zat pelarut non air sehingga zat pelarut menembus dinding sel, dan melarutkan zat aktif yang ada dalam simplisia sehingga zat aktif dalam sel berpindah kepada pelarut.

5. Simplisia didiamkan selama 3 jam di tempat yang gelap dan wadah dibuka setiap 30 menit untuk diaduk agar massa serbuk tidak mengendap.

6. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator yang dibagian dasar sudah diletakkan kapas dan kertas saring dan tutup perkolator dengan aluminium foil.

7. Infus perkolator dibuka dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 2 ml/menit. Perkolat ditampung dalam wadah berupa botol.

8. Ekstrak cairan diuapkan dengan vacuum rovapator pada suhu 46°C untuk menguapkan ethanol dan pekatkan dengan water bath.


(32)

3.8.2 Prosedur Peracikan Obat Kumur

1. Larutan ekstrak daun salam 1.25%

Ekstrak daun salam ditimbang sebanyak 12.5 gram, dan dilarutkan pada 88.75 ml aquades. Tambahkan sorbitol 10% dan peppermint oil 1%. Larutan diaduk menggunakan mixer hingga homogen. Larutan dimasukkan ke dalam botol kosong dan diberi label.

2. Larutan ekstrak daun salam 2.5%

Ekstrak daun salam ditimbang sebanyak 25 gram, dan dilarutkan pada 87.5 ml aquades. Tambahkan sorbitol 10% dan peppermint oil 1%. Larutan diaduk menggunakan mixer hingga homogen. Larutan dimasukkan ke dalam botol kosong dan diberi label.

3. Larutan ekstrak daun salam 5%

Ekstrak daun salam ditimbang sebanyak 50 gram, dan dilarutkan pada 85 ml aquades. Tambahkan sorbitol 10% dan peppermint oil 1%. Larutan diaduk menggunakan mixer hingga homogen. Larutan dimasukkan ke dalam botol kosong dan diberi label.

3.8.3 Prosedur Penggunaan Obat Kumur dan Pengumpulan Data

Sampel penelitian diskrining terlebih dahulu sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi diminta kesediaannya dan mengisi kuesioner dan lembar

informed consent. Bagi sampel yang bersedia, dilakukan penskeleran yang bertujuan untuk menyamakan kondisi higiene oral seluruh sampel. Kemudian sampel diberikan penyuluhan mengenai metode penyikatan gigi serta diberikan sikat gigi dan pasta gigi.

Setelah satu minggu, dilakukan pemeriksaan indeks plak pada subjek penelitian dan dibagikan larutan ekstrak daun salam. Sampel menggunakan larutan ekstrak daun salam sebagai obat kumur selama seminggu.

Indeks plak sampel diperiksa kembali setelah satu minggu menggunakan larutan ekstrak daun salam sebagai obat kumur pada pagi hari, maksimal setelah dua jam subjek penelitian menyikat gigi dan berkumur. Hasil pemeriksaan dicatat.

Pemeriksaan indeks plak pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan dengan menginstruksikan subjek penelitian untuk berkumur dengan disclosing solution, lalu dengan cahaya yang cukup permukaan gigi diperiksa dengan bantuan probe dan kaca mulut pada sepertiga permukaan servikal gigi dan sulkus gingiva.


(33)

3.9 Alur Penelitian

Subjek penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi Populasi

Kelompok kontrol Kelompok perlakuan Kesediaan sampel dengan mengisi informed consent

Pemberian plasebo

Penskeleran dan penyuluhan mengenai metode penyikatan gigi

Pemeriksaan indeks plak seminggu setelah penskeleran

Pemeriksaan indeks plak pada hari ketujuh penggunaan obat kumur Pemberian larutan ekstrak daun

salam 1.25%, 2.5% atau 5%

Pencatatan hasil pemeriksaan


(34)

3.10 Pengolahan Dan Analisis Data

Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, data yang diperoleh diolah menggunakan program komputerisasi. Untuk melihat keefektivitasan sebelum dan sesudah menggunakan larutan ekstrak daun salam dalam menghambat akumulasi plak digunakan uji T berpasangan dengan derajat kepercayaan 95%. Signifikasnsi statistik diperoleh jika nilai p<0.05.


(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah subjek penelitian mengenai efektifitas berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dalam menghambat akumulasi plak adalah sebanyak 40 orang. Subjek penelitian adalah mahasiswa FKG angkatan 2010 yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan sebanyak 30 orang dan kelompok kontrol sebanyak 10 orang. Kelompok perlakuan terbagi lagi menjadi 3 kelompok untuk membedakan konsentrasi obat kumur yaitu pada konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5% yang masing-masing digunakan oleh 10 orang subjek penelitian. Data-data hasil penelitian yang diperoleh diuraikan di bawah ini.

Tabel 2. Data demografi subjek penelitian.

Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah Persentase Jenis kelamin a. Laki-laki

b. Perempuan

6 orang 34 orang

15 % 85 %

Total 40 orang 100 %

Usia a. 20-20,9 tahun

b. 21-21,9 tahun c. 22-22,9 tahun

6 orang 23 orang 11 orang

15 % 57.5 % 27.5 %

Total 40 orang 100 %

Frekuensi

menyikat gigi dalam sehari

a. Tidak pernah b. 1 kali

c. 2 kali d. > 2 kali

- -

38 orang 2 orang

- - 95 % 5 %

Total 40 orang 100%

Berdasarkan tabel 2, sampel yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 34 orang (85%) sedangkan laki-laki sebanyak 6 orang (15%). Berdasarkan usia, sampel yang paling


(36)

banyak adalah berusia 21 tahun 23 orang (57.5%), 22 tahun 11 orang (27.5%), dan 20 tahun 6 orang (15%). Berdasarkan frekuensi menyikat gigi dalam satu hari, 38 orang (95%) meyikat gigi sebanyak 2 kali dan 2 orang (5%) menyikat gigi lebih dari 2 kali sehari.

Tabel 3. Data distribusi rerata skor indeks plak mahasiswa FKG 2010 pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

N Rerata indeks plak awal (H-0) ± SD

Rerata Indeks plak akhir (H-7) ± SD

Kelompok kontrol 10 0.179 ± 0.067 0.206 ± 0.144 Kelompok perlakuan

pada konsentrasi 1.25% 10

0.204 ± 0.060 0.142 ± 0.036

Kelompok perlakuan pada konsentrasi 2.5% 10

0.227 ± 0.093 0.161 ± 0.083

Kelompok perlakuan pada konsentrasi 5% 10

0.199 ± 0.065 0.103 ± 0.055

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat rerata dan standar deviasi skor indeks plak untuk kelompok kontrol pada hari ke-0 dan hari ke-7 adalah 0.179 ± 0.067 dan 0.206 ± 0.144 dengan peningkatan sebanyak 0.027. Pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 1.25%, rerata dan standar deviasi skor indeks plak pada hari ke-0 dan hari ke-7 adalah 0.204 ± 0.060 dan 1.42 ± 0.036 dengan penurunan sebanyak 0.062. Pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 2.5%, rerata dan standar deviasi skor indeks plak mengalami penurunan sebesar 0.066 dari 0.227 ± 0.093 menjadi 0.161 ± 0.083. Penurunan rerata dan standar deviasi skor indeks plak pada hari ke-0 dan hari ke-7 juga mengalami penurunan sebesar 0.096 pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 5% dari 0.199 ± 0.065 menjadi 0.103 ± 0.055.


(37)

Tabel 4. Skor indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dibandingkan antara hari ke-0 dan ke-7.

Perbandingan kelompok Perbedaan rerata t Df P

Skor H-0 dan H-7 kontrol -.027 -.760 9 0.467

Skor H-0 dan H-7 1.25% 0.061 2.426 9 0.038

Skor H-0 dan H-7 2.5% 0.066 3.827 9 0.004

Skor H-0 dan H-7 5% 0.096 4.272 9 0.002

Keterangan: Analisa t-test paired bermakna pada p < 0.05

Tabel 4 untuk mengetahui pengaruh obat kumur ekstrak daun salam 1.25%, 2.5%, dan 5% dalam menghambat akumulasi plak dibandingkan dengan obat kumur pada kelompok kontrol. Perbedaan skor indeks plak pada kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p<0.05). Tanda minus (-) berarti skor indeks plak sesudah berkumur adalah lebih besar daripada sebelum berkumur. Perbedaan skor indeks plak pada konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5% menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0.05).

Nilai P pada obat kumur dengan konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5% adalah 0.038, 0.004 dan 0.002. Hal ini menunjukkan bahwa obat kumur ekstrak daun salam berpengaruh terhadap penghambatan akumulasi plak setelah tujuh hari digunakan, baik pada konsentrasi 1.25%, 2.5% dan 5%.


(38)

Gambar 4. Perbedaan rerata pada seluruh konsentrasi obat kumur.

Gambar 4 menunjukkan perbedaan rerata skor indeks plak pada penggunaan obat kumur kelompok kontrol, obat kumur dengan konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5%. Pada obat kumur kelompok kontrol nilai perbedaan rerata adalah -0.027 yang menunjukkan bahwa obat kumur pada kelompok ini tidak efektif dalam menghambat akumulasi plak. Perbedaan rerata skor indeks plak pada penggunaan obat kumur dengan konsentrasi 1.25%, 2.5% dan 5% masing-masing adalah 0.061, 0.066 dan 0.96. Terjadi peningkatan perbedaan rerata skor indeks plak pada ketiga konsentrasi tersebut, dan obat kumur dengan konsentrasi 5% adalah obat kumur yang paling efektif dalam menghambat akumulasi plak.


(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara penggunaan obat kumur yang mengandung ekstrak daun salam terhadap penurunan akumulasi plak. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu minggu, didapatkan hasil bahwa pada hari ke-7 terjadi penurunan rerata akumulasi plak yang bermakna bila dibandingkan dengan obat kumur plasebo (terdapat perbedaan yang bermakna, p<0.05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hipotesa nol (H0) ditolak, karena berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) efektif dalam menghambat akumulasi plak.

Konsentrasi ekstrak daun salam yang terkandung dalam obat kumur pada penelitian ini adalah sebanyak 1.25% atau 12.5 mg/ml, 2.5% atau 25 mg/ml dan 5% atau 50 mg/ml. Ekstrak daun salam diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% di Laboratorium Obat Tradisional, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini didukung oleh penelitian in vitro

yang dilakukan oleh R Setyohadi, Aulia Abdul Hamid, dan Sri Nurul Laila dari Universitas Brawijaya. Penelitian in vitro dilakukan untuk meneliti konsentrasi minimum untuk menghambat bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif yang berperan dalam tahap kolonisasi awal pembentukan plak.24 Dari hasil penelitian in vitro ditemukan bahwa konsentrasi 1.25% merupakan konsentrasi minimum ekstrak daun salam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.8

Pada penelitian ini diperoleh skor rerata indeks plak pada kelompok ekstrak daun salam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan kandungan senyawa aktif yang terdapat pada daun salam seperti flavonoid, tannin, dan polifenol yang memiliki sifat antibakteri. Flavonoid pada daun salam dapat berinteraksi dengan DNA bakteri sehingga merusak permeabilitas dinding sel bakteri.5 Sedangkan tannin dapat menyebabkan pertumbuhan sel bakteri terhambat dan dapat menyebabkan kematian sel bakteri.5,23

Kelompok kontrol pada penelitian ini menggunakan obat kumur plasebo yang memiliki komposisi yang sama dengan obat kumur pada kelompok perlakuan, namun tanpa penambahan


(40)

ekstrak. Warna pada obat kumur plasebo disamakan menggunakan pewarna makanan. Kandungan lain yang ditambahkan dalam obat kumur adalah CMC, sorbitol, dan peppermint oil. CMC (carboxymetil cellulose) digunakan sebagai suspensi dalam obat kumur. CMC dapat mencegah ekstrak mengendap atau tidak homogen pada larutan obat kumur. Sorbitol digunakan sebagai pemanis untuk menghilangkan rasa kurang enak pada larutan obat kumur. Peppermint oil mengandung menthol yang digunakan untuk memberi aroma tambahan dan memberi rasa segar setelah penggunaan obat kumur. Tidak ada keluhan rasa tidak enak terhadap obat kumur yang disampaikan oleh subjek penelitian.

Selama penelitian berlangsung tidak ada efek samping yang terjadi pada subjek penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung V dan Suhardjono terhadap ekstrak daun salam bahwa Ekstrak daun salam juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) pada tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia.25 Adam A, Ibrahim SM, Mansor MA dan Hasan MA dari Universiti Teknologi Mara di Malaysia yang telah meneliti sitotoksisitas ekstrak daun salam dan disimpulkan bahwa daun salam aman untuk dikonsumsi.10


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Obat kumur ekstrak daun salam berpengaruh dalam menghambat akumulasi plak dibandingkan dengan obat kumur plasebo dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0.05) setelah 7 hari digunakan.

2. Obat kumur ekstrak daun salam pada konsentrasi 1.25%, 2.5% dan 5% berpengaruh dalam menghambat akumulasi plak.

3. Obat kumur ekstrak daun salam pada konsentrasi 5% merupakan konsentrasi obat kumur yang paling optimal dalam menghambat akumulasi plak.

6.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti efek jangka panjang dari penggunaan obat kumur ekstrak daun salam sehingga dapat dikembangkan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Sambutan menteri kesehatan pada kongres XXIV PDGI. 7 April 2011. http://www.pdgi.or.id/artikel/detail/sambutan-menteri-kesehatan-pada-pembukaan-kongres-xxiv-pdgi-bali-30-31-maret-2011.

2. Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the Dent hygienist. Missouri: Saunders Elsevier. 2007:46.

3. Moran JM. Home-use oral hygiene products:mouthrinses. Periodontology 2000.2008:48:42-7.

4. Nurmasari W. Efektivitas sediaan obat kumur yang mengandung sengkeh (Syzygium aromaticum Linn) dalam menghambat pembentukan plak gigi. Thesis: Bandung: Universitas Kristen Maranatha. 2012:1-3.

5. Daliemunthe SH. Obat kumur dan kesehatan periodonsium. Majalah Kedokteran Gigi. 1998;4:18-21.

6. Sumono A, Wulan A. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha)dalam menurunkan jumlah koloni streptococcus sp.. Majalah Farmasi Indonesia. 2009;20(3):115-6.

7. Noveriza R. Miftakhurohmah. Efektivitas ekstrak metanol daun salam (Eugenia polyantha) dan daun jeruk purut (Cytrus histrix) sebagai antijamur pada pertumbuhan

Fusarium oxysporum. J Littri.2010;16(1):7-8.

8. Setyohadi R, Hamid AA, Laila SN. Uji efektivitas antimikroba ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum) terhadap Streptococcus mutans Rongga mulut secara in vitro. J Ked Brawijaya. 2009:3.

9. Haake SK, Newman MG, Nisengard R. Etiology of periodontal disease. In: Haake SK. eds. Clinical Periodontology, 9th ed., Philadelphia: W.B Saunders company, 2002: 97-101.

10.Hasan MH, Adam A, Mansor MA. Genotoxicity, mutagenicity and cytotoxicity effects of Eugenia polyantha, myrthaceae (daun salam). Disertasi:Selangor:Universiti Teknologi Mara, 2010:2-3, 8-13.


(1)

Tabel 4. Skor indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dibandingkan antara hari ke-0 dan ke-7.

Perbandingan kelompok Perbedaan rerata t Df P Skor H-0 dan H-7 kontrol -.027 -.760 9 0.467

Skor H-0 dan H-7 1.25% 0.061 2.426 9 0.038

Skor H-0 dan H-7 2.5% 0.066 3.827 9 0.004

Skor H-0 dan H-7 5% 0.096 4.272 9 0.002

Keterangan: Analisa t-test paired bermakna pada p < 0.05

Tabel 4 untuk mengetahui pengaruh obat kumur ekstrak daun salam 1.25%, 2.5%, dan 5% dalam menghambat akumulasi plak dibandingkan dengan obat kumur pada kelompok kontrol. Perbedaan skor indeks plak pada kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p<0.05). Tanda minus (-) berarti skor indeks plak sesudah berkumur adalah lebih besar daripada sebelum berkumur. Perbedaan skor indeks plak pada konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5% menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0.05).

Nilai P pada obat kumur dengan konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5% adalah 0.038, 0.004 dan 0.002. Hal ini menunjukkan bahwa obat kumur ekstrak daun salam berpengaruh terhadap penghambatan akumulasi plak setelah tujuh hari digunakan, baik pada konsentrasi 1.25%, 2.5% dan 5%.


(2)

Gambar 4. Perbedaan rerata pada seluruh konsentrasi obat kumur.

Gambar 4 menunjukkan perbedaan rerata skor indeks plak pada penggunaan obat kumur kelompok kontrol, obat kumur dengan konsentrasi 1.25%, 2.5%, dan 5%. Pada obat kumur kelompok kontrol nilai perbedaan rerata adalah -0.027 yang menunjukkan bahwa obat kumur pada kelompok ini tidak efektif dalam menghambat akumulasi plak. Perbedaan rerata skor indeks plak pada penggunaan obat kumur dengan konsentrasi 1.25%, 2.5% dan 5% masing-masing adalah 0.061, 0.066 dan 0.96. Terjadi peningkatan perbedaan rerata skor indeks plak pada ketiga konsentrasi tersebut, dan obat kumur dengan konsentrasi 5% adalah obat kumur yang paling efektif dalam menghambat akumulasi plak.


(3)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara penggunaan obat kumur yang mengandung ekstrak daun salam terhadap penurunan akumulasi plak. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu minggu, didapatkan hasil bahwa pada hari ke-7 terjadi penurunan rerata akumulasi plak yang bermakna bila dibandingkan dengan obat kumur plasebo (terdapat perbedaan yang bermakna, p<0.05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hipotesa nol (H0) ditolak, karena berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) efektif dalam menghambat akumulasi plak.

Konsentrasi ekstrak daun salam yang terkandung dalam obat kumur pada penelitian ini adalah sebanyak 1.25% atau 12.5 mg/ml, 2.5% atau 25 mg/ml dan 5% atau 50 mg/ml. Ekstrak daun salam diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% di Laboratorium Obat Tradisional, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini didukung oleh penelitian in vitro yang dilakukan oleh R Setyohadi, Aulia Abdul Hamid, dan Sri Nurul Laila dari Universitas Brawijaya. Penelitian in vitro dilakukan untuk meneliti konsentrasi minimum untuk menghambat bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif yang berperan dalam tahap kolonisasi awal pembentukan plak.24 Dari hasil penelitian in vitro ditemukan bahwa konsentrasi 1.25% merupakan konsentrasi minimum ekstrak daun salam dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.8

Pada penelitian ini diperoleh skor rerata indeks plak pada kelompok ekstrak daun salam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan kandungan senyawa aktif yang terdapat pada daun salam seperti flavonoid, tannin, dan polifenol yang memiliki sifat antibakteri. Flavonoid pada daun salam dapat berinteraksi dengan DNA bakteri sehingga merusak permeabilitas dinding sel bakteri.5 Sedangkan tannin dapat menyebabkan pertumbuhan sel bakteri terhambat dan dapat menyebabkan kematian sel bakteri.5,23

Kelompok kontrol pada penelitian ini menggunakan obat kumur plasebo yang memiliki komposisi yang sama dengan obat kumur pada kelompok perlakuan, namun tanpa penambahan


(4)

ekstrak. Warna pada obat kumur plasebo disamakan menggunakan pewarna makanan. Kandungan lain yang ditambahkan dalam obat kumur adalah CMC, sorbitol, dan peppermint oil. CMC (carboxymetil cellulose) digunakan sebagai suspensi dalam obat kumur. CMC dapat mencegah ekstrak mengendap atau tidak homogen pada larutan obat kumur. Sorbitol digunakan sebagai pemanis untuk menghilangkan rasa kurang enak pada larutan obat kumur. Peppermint oil mengandung menthol yang digunakan untuk memberi aroma tambahan dan memberi rasa segar setelah penggunaan obat kumur. Tidak ada keluhan rasa tidak enak terhadap obat kumur yang disampaikan oleh subjek penelitian.

Selama penelitian berlangsung tidak ada efek samping yang terjadi pada subjek penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung V dan Suhardjono terhadap ekstrak daun salam bahwa Ekstrak daun salam juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) pada tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia.25 Adam A, Ibrahim SM, Mansor MA dan Hasan MA dari Universiti Teknologi Mara di Malaysia yang telah meneliti sitotoksisitas ekstrak daun salam dan disimpulkan bahwa daun salam aman untuk dikonsumsi.10


(5)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Obat kumur ekstrak daun salam berpengaruh dalam menghambat akumulasi plak dibandingkan dengan obat kumur plasebo dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0.05) setelah 7 hari digunakan.

2. Obat kumur ekstrak daun salam pada konsentrasi 1.25%, 2.5% dan 5% berpengaruh dalam menghambat akumulasi plak.

3. Obat kumur ekstrak daun salam pada konsentrasi 5% merupakan konsentrasi obat kumur yang paling optimal dalam menghambat akumulasi plak.

6.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti efek jangka panjang dari penggunaan obat kumur ekstrak daun salam sehingga dapat dikembangkan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Sambutan menteri kesehatan pada kongres XXIV PDGI. 7 April 2011. http://www.pdgi.or.id/artikel/detail/sambutan-menteri-kesehatan-pada-pembukaan-kongres-xxiv-pdgi-bali-30-31-maret-2011.

2. Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the Dent hygienist. Missouri: Saunders Elsevier. 2007:46.

3. Moran JM. Home-use oral hygiene products:mouthrinses. Periodontology 2000.2008:48:42-7.

4. Nurmasari W. Efektivitas sediaan obat kumur yang mengandung sengkeh (Syzygium aromaticum Linn) dalam menghambat pembentukan plak gigi. Thesis: Bandung: Universitas Kristen Maranatha. 2012:1-3.

5. Daliemunthe SH. Obat kumur dan kesehatan periodonsium. Majalah Kedokteran Gigi. 1998;4:18-21.

6. Sumono A, Wulan A. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha)dalam menurunkan jumlah koloni streptococcus sp.. Majalah Farmasi Indonesia. 2009;20(3):115-6.

7. Noveriza R. Miftakhurohmah. Efektivitas ekstrak metanol daun salam (Eugenia polyantha) dan daun jeruk purut (Cytrus histrix) sebagai antijamur pada pertumbuhan Fusarium oxysporum. J Littri.2010;16(1):7-8.

8. Setyohadi R, Hamid AA, Laila SN. Uji efektivitas antimikroba ekstrak daun salam (Syzygium Polyanthum) terhadap Streptococcus mutans Rongga mulut secara in vitro. J Ked Brawijaya. 2009:3.

9. Haake SK, Newman MG, Nisengard R. Etiology of periodontal disease. In: Haake SK. eds. Clinical Periodontology, 9th ed., Philadelphia: W.B Saunders company, 2002: 97-101.

10.Hasan MH, Adam A, Mansor MA. Genotoxicity, mutagenicity and cytotoxicity effects of Eugenia polyantha, myrthaceae (daun salam). Disertasi:Selangor:Universiti Teknologi Mara, 2010:2-3, 8-13.