Studi Seroprevalensi Newcastle Disease pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso.

STUDI SEROPREVALENSI NEWCASTLE DISEASE PADA
UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO

KENDA ADHITYA NUGRAHA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Seroprevalensi
Newcastle Disease pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara
Kabupaten Poso adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Kenda Adhitya Nugraha
NIM B0410005

ABSTRAK
KENDA ADHITYA NUGRAHA. Studi Seroprevalensi Newcastle Disease pada Unggas
Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Dibimbing oleh SRI
MURTINI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi serologis Newcastle Disease
pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Penelitian
ini menggunakan sampel serum dari unggas yang tidak pernah divaksinasi ND sebelumnya.
Sampel serum diambil dari 45 ekor unggas peliharaan masyarakat dengan rincian 22
sampel ayam kampung dan 23 sampel entok dari tiga desa yang ada di Kecamatan Lore
Utara, yaitu Sedoa, Wuasa dan Napu. Pengujian keberadaan antibodi terhadap Newcastle
Disease menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil
pengujian menujukkan prevalensi serologis Newcastle Disease pada ayam kampung
sebesar 40.9% dan pada entok sebesar 69.56 %. Hasil ini setara dengan 9 ayam dan 13
entok positif antibodi terhadap Newcastle Disease. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat
disimpulkan bahwa di tiga desa pada kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso terdapat virus

ND dan daerah tersebut merupakan daerah endemik ND.
Kata Kunci: ELISA, Newcastle Disease, Poso, Seroprevalensi

ABSTRACT
KENDA ADHITYA NUGRAHA. Study of Seroprevalence of Newcastle Disease in Native
Birds in North Lore Sub-district Poso District. Under direction of SRI MURTINI.
This research aims to determine the seroprevalence of Newcastle Disease (ND) on
native birds in North Lore Poso District. The research used serum samples from
unvaccinated native birds. A total of 45 samples; 22 from domestic chicken and 23 from
Muscovy ducks; were taken from Sedoa, Wuasa, and Napu village. Newcastle Disease was
determined by Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) method. The
seroprevalence of ND in domestic chicken and muscovy ducks were 40.9% and 69.56%,
respectively. It was equal with 9 domestic chicken and 13 muscovy ducks that were
positive antibody ND. Based on the results, we can conclude that ND virus was present on
those three village in North Lore. The area was determined as ND-endemic.
Key word: ELISA, Newcastle Disease, Poso, Seroprevalence

STUDI SEROPREVALENSI NEWCASTLE DISEASE PADA
UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI
KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO


KENDA ADHITYA NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang
telaah melimpahkan -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Studi Seroprevalensi Newcastle Disease pada Unggas Peliharaan
Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:
1. Dr Drh Sri Murtini M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas
kesempatan melakukan penelitian, bimbingan serta arahan yang telah di
berikan,
2. Papa, mama dan keluarga tercinta, Drh Dwi Sakti Nusantara dan Ir Nelly
Hasmia Ningsih atas segala kasih sayang, pengorbanan dan kesabaran
yang tak terhingga dan tak terbalas,
3. Prof Drh Arief Boediono, PhD selaku dosen pembimbing akademik atas
masukan dan saran-sarannya serta motivasi kepada penulis,
4. Faris, Rohman, Hasna, Ridzki dan Banu terima kasih atas kerjasamanya
selama proses penelitian,
5. Rifky dan Intan, rekan menggapai mimpi bersama,
6. Keluarga Wisma Aulia (Kak Radit, Nico, Faisal, Frisco, Faris),
7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (spesial untuk bang
Rama, kak Feby, kak Deny, Nurul, Bintang, Desra) atas kebersamaan,
kekeluargaan dan perjuangan bersama di tanah rantau,
8. Keluarga Besar BEM FKH Kabinet Strategis dan Kabinet Pacemaker
terima kasih telah menemani proses belajar penulis selama di IPB,
9. Sahabat-sahabat FKH Ganglion 48,
Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini bisa memberi manfaat dan laporan terkait

penyakit Newcastle Disease di Indonesia.

Bogor, Agustus 2015
Kenda Adhitya Nugraha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


3

Manfaat Penelitian

3

MATERI DAN METODE

3

Waktu dan Tempat

3

Bahan dan Alat

3

Metode Penelitian


4

Pembacaan Hasil

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

SIMPULAN DAN SARAN

8

Simpulan

8

Saran


8

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

9
11

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Populasi ternak unggas di Kabupaten Poso
Hasil pengujian prevalensi serologis Newcastle Disease pada entok
Hasil pengujian prevalensi serologis Newcastle Disease pada ayam
Nilai rataan titer antibodi (GMT) unggas di masing-masing desa

1

5
6
6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan cepatnya pertumbuhan penduduk, maka berbanding lurus
dengan kebutuhan pangan dalam masyarakat. Kebutuhan pangan ini salah satunya
melalui protein hewani. Sumber protein hewani yang mudah di jangkau oleh
masyarakat salah satunya adalah protein asal unggas. Masyarakat umum di
Indonesia banyak memelihara unggas dikarenakan masa panennya cepat dan mudah
dipelihara.
Menurut DITJENNAK (2009) usaha sektor peternakan dibagi 4, yaitu sektor
1, sektor 2, sektor 3 dan sektor 4. Sektor 1 dan 2 merupakan usaha di bidang
produksi unggas yang bersifat intensif, memiliki sistem biosecurity yang tinggi dan
pemasaran produknya bersifat komersial. Sektor 3 merupakan usaha produksi
unggas yang bersifat semi intensif dan memiliki sistem biosecurity yang rendah
sedangkan sektor 4 merupakan usaha pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh
masyarakat sebagai usaha sampingan dan bukan merupakan mata pencaharian
utama.

Peternakan rakyat telah lama menjadi ciri khas bagi masyarakat di pedesaan
Indonesia. Beternak unggas secara ekstensif dengan melepas unggas di pekarangan
rumah dan membiarkan unggas peliharaan mencari makanannya sendiri banyak di
temukan di desa-desa. Unggas peliharaan masyarakat pada sektor 4 biasanya berupa
ayam kampung dan beberapa unggas air lainnya seperti itik dan entok karena mudah
dipelihara (Sarwono 2003).
Kabupaten Poso merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam lingkup
Provinsi Sulawesi Tengah. Populasi ternak di Kabupaten Poso terutama pada sektor
perunggasan mencapai 473 967 ekor pada tahun 2013. Ayam kampung merupakan
populasi unggas terbesar di Kabupaten Poso dan jumlah populasinya terus
meningkat semenjak tahun 2011. Peternakan itik di Kabupaten Poso juga
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 11 913 di tahun 2011 meningkat menjadi
21 305 ekor di tahun 2013 (BPS Poso 2014).

Tabel 1 Populasi ternak unggas di Kabupaten Poso
Jenis Ternak

Populasi
(2011)
(Ekor)


Populasi
(2012)
(Ekor)

Populasi
(2013)
(Ekor)

Ayam Kampung

223 096

270 137

328 758

Ayam Ras Petelur

14 250

17 215

37 404

Ayam Ras Pedaging

43 200

62 220

86 500

Itik

11 913

16 107

21 305

Sumber : Kabupaten Poso dalam angka 2014

2
Banyaknya populasi ayam kampung di Kabupaten Poso menandakan bahwa
peternakan unggas di Kabupaten Poso masih dilakukan secara tradisional atau
peternakan sektor 4. Peternakan sektor 4 merupakan peternakan yang memiliki
sistem biosecurity yang sangat rendah, sehingga unggas yang dipelihara masyarakat
rentan terhadap penyakit. Menurut Adjid et al. (2006), penyakit unggas yang biasa
menganggu pada peternakan sektor 4 adalah Avian Influenza dan Newcastle
Disease.
Kecamatan Lore Utara terletak di daerah dataran tinggi dengan ketinggian
1.100 mdpl dan suhu rata–rata minimum 15.4 °C hingga suhu rata-rata maksimum
31.5 °C (Simanjuntak 2010). Kecamatan ini memiliki 7 desa dengan total penduduk
sebesar 12 823 jiwa. Kecamatan Lore Utara adalah daerah penghasil komuditas
holtikultura terbesar di Kabupaten Poso dan sebagian besar penduduknya bekerja
di bidang pertanian (BPS Poso 2014). Kondisi alam Kecamatan Lore Utara
dikelilingi oleh hutan dan lahan pertanian serta persawahan masyarakat. Peternakan
unggas di Kecamatan Lore Utara masih berupa peternakan rakyat, dimana
masyarakat memelihara unggas dengan cara di umbar di perkarangan rumah
maupun areal persawahan. Sistem pemeliharaan unggas seperti ini memudahkan
terjangkitnya unggas terhadap penyakit infeksius. Pada periode Juni-September
2014 terjadi kematian mendadak pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan
Lore Utara. Unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara belum pernah
dilakukan vaksinasi oleh vaksin jenis apapun. Kematian mendadak pada unggas
peliharaan masyarakat belum pernah dilaporkan sebelumnya sehingga belum
diketahui penyebab kematian unggas peliharaan masyarakat.
Newcastle Disease adalah penyakit virus menular dari burung dan dianggap
sebagai salah satu penyakit unggas yang paling penting di seluruh dunia. Penyakit
ini dapat bervariasi dari ringan sampai berat. Bentuk dari ND yang sangat menular
dan termasuk kategori penyakit berat disebut sebagai eksotik Newcastle Disease
(END). Eksotik Newcastle Disease sangat patogenik yang menyebabkan banyak
unggas mati mendadak tanpa adanya gejala klinis (CFSPH 2008).
Newcastle Disease pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1926 di Jawa,
Indonesia oleh Kraneveld (1926) dan di daerah Newcastle, Upon-Tyle Inggris yang
diidentifikasi oleh Doyle. Nama “Newcastle Disease” diciptakan oleh Doyle sesuai
dengan tempat pertama kali ditemukannya penyakit itu. Newcastle Disease
disebabkan oleh virus dalam jenis serotipe avian paramyxovirus 1 (APMV-1).
Virus yang biasa disebut APMV-1 atau virus Newcastle Disease (VND), adalah
anggota dari genus Avulavirus dalam famili Paramyxoviridae (CFSPH 2007).
Terdapat sepuluh serotipe Paramyxoviruses pada unggas, yaitu APMV-I sampai
APMV-10 (OIE 2012). Penyakit ND merupakan salah satu penyakit ayam yang
penting di Indonesia karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
besar berupa kematian ayam dengan presentase tinggi. Infeksi ND pada ayam buras
dapat menyebabkan kematian mencapai 60 % dari populasi (Wibowo 2010).
Virus Newcastle Disease (VND) telah terbukti mampu menginfeksi lebih dari
200 spesies burung, tetapi tingkat keparahan penyakit bervariasi, tergantung pada
inang dan strain virus (OIE 2012). Newcastle Disease muncul dalam tiga bentuk,
yaitu lentogenik (ringan), mesogenik (sedang) dan velogenik (sangat virulen).
Penyakit ini di Indonesia juga dikenal sebagai tetelo. Newcastle Disease merupakan
penyakit yang sangat patogen, sehingga tercantum dalam daftar penyakit yang
sangat patogenik di OIE dan harus dilaporkan kepada OIE.

3
Indonesia merupakan daerah endemik Newcastle Disease. Kasus infeksi
akibat virus ND di Kecamatan Lore Utara hingga saat ini belum pernah dilaporkan.
Keberadaan virus ND di lingkungan dapat dideteksi melalui adanya paparan virus
pada unggas di daerah tersebut. Paparan virus ND dapat mengiduksi terbentuknya
antibodi antiND dari tubuh unggas yang terpapar virus ND, sehingga adanya virus
ND di lingkungan dapat dideteksi dari keberadaan antibodi antiND dalam tubuh
unggas di wilayah tersebut. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang adanya
paparan virus ND di Kecamatan Lore Utara melalui deteksi seroprevalensi ND pada
unggas peliharaan masyarakat.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
prevalensi serologis Newcastle Disease pada unggas peliharaan masyarakat di
Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi prevalensi serologis
penyakit Newcastle Disesase pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan
Lore Utara, Kabupaten Poso.

MATERI DAN METODE
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap I adalah pengambilan sampel
darah ayam kampung dan entok yang dipelihara masyarakat di Kecamatan Lore
Utara Kabupaten Poso pada bulan Oktober 2014. Tahap II adalah pengujian
laboratorium di Laboratorium Virologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, pada bulan Maret 2015.
Bahan dan Alat
Bahan penelitian ini adalah 45 sampel serum yang diperoleh dari ayam
kampung dan entok peliharaan di tiga desa di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten
Poso dengan rincian entok 22 sampel serum ayam kampung dan 23 sampel serum
entok. Bahan-bahan lain adalah, ELISA kit ND (Idexx) yang terdiri dari larutan
kontrol positif, larutan kontrol negatif, sampel diluent, conjugate, TMB substrate,
stop solution dan washing solution. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah micropipet, microplate, tabung eppendorf, micropipet tips, freezer, ELISA
coated plate, ELISA reader.

4

Metode Penelitian
Sampel serum diencerkan 1:500 dengan mencampurkan 0.5 µl serum dengan
larutan pengencer sebanyak 250 µl. Microplate dikeluarkan dari plastik
pembungkus, kemudian dilakukan pendataan dan pemetaaan dari sampel serum
yang telah diencerkan. Empat sumur pertama dikosongkan, untuk penempatan
kontrol positif dan kontrol negatif. Kontrol positif diletakkan pada sumur A1 dan
A2, sedangkan sumur A3 dan A4 digunakan untuk kontrol negatif. Sebanyak 100
µl kontrol ditambahkan ke masing-masing sumur.
Serum yang telah diencerkan, dimasukkan ke masing-masing sumur
sebanyak 50 µl dan diinkubasi selama 30 menit. Microplate dicuci dengan
menggunakan larutan washing solution sebanyak 250 µl, kemudian washing
solution dibuang dan microplete dikeringkan. Pencucian ini dilakukan sampai 4 kali
dengan prosedur yang sama.
Sebanyak 50 µl konjugat di tambahkan ke masing-masing sumur dan
diinkubasi selama 30 menit. Kemudian dilakukan pencucian dengan prosedur yang
sama. Selanjutnya, tambahkan 50 µl TMB substrate ke dalam sumur. Microplate
kemudian diinkubasi kembali selama 30 menit. Setelah diinkubasi, tambahkan 50
µl stop solution untuk menghentikan reaksi dan lakukan pembacaan dengan
menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 655 nm.
Pembacaan Hasil
Hasil uji yang valid ditunjukkan dengan perbedaan antara kontrol positif dan
negatif harus lebih besar dari 0.075 dan nilai absorban kontrol negatif harus lebih
kecil atau sama dengan 0.150.
Interpretasi Hasil
Serum dengan S/P ratio lebih kecil atau sama dengan 0.20 menunjukkan hasil
yang negatif, dan S/P lebih besar dari 0.20 artinya mengandung antibodi terhadap
virus ND dan memiliki interpretasi positif.

Perhitungan S/P ratio :
Nilai rataan sampel yang di uji – nilai rataan kontrol negatif
=S/P
Nilai rataan kontrol positif – nilai rataan kontrol negative
Perhitungan titer antibodi
Log10 Titer = 1.09 (log10S/P) + 3.36

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Wuasa, Desa Sedoa dan Desa Napu di Kecamatan Lore Utara,
Kabupaten Poso dipilih dalam penelitian ini dikarenakan adanya laporan dari
masyarakat terkait kematian mendadak unggas peliharaan masyarakat pada periode
Juni–September 2014. Ketiga wilayah tersebut, masyarakat biasa memelihara
unggas dengan type backyard (sektor 4). Sampel diperoleh dari unggas yang tidak
pernah mendapatkan vaksinasi ND dari strain apapun. Unggas yang ada di
Kecamatan Lore Utara, dilepas/diumbar diperkarangan rumah dan dipelihara secara
ekstensif. Unggas peliharaan masyarakat didominasi oleh ayam kampung, itik serta
entok.
Pengujian serologis virus Newcastle Disease di Kecamatan Lore Utara,
Kabupaten Poso menggunakan 45 sampel darah unggas, dengan rincian yang
disajikan dalam tabel 2 Sampel diambil dari 3 desa yang ada di Kecamatan Lore
Utara. Sampel yang diperoleh dari tiap desa berbeda-beda tergantung dari populasi
unggasnya. Desa Wuasa diperoleh 6 sampel, Desa Sedoa diperoleh 20 sampel dan
Desa Napu diperoleh sebanyak 19 sampel.

Tabel 2 Hasil pengujian prevalensi serologis Newcastle Disease pada entok
Nama Desa
Wuasa
Napu
Sedoa
Total

Jumlah
Sampel
6
12
5
23

Positif

Negatif

5
9
2
16

1
3
3
7

Persentase
Positif (%)
83.33
75
40
69.56

Persentase
Negatif(%)
16.66
25
60
30.43

Pengujian serologis yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa dari total 45
sampel yang diuji, 25 sampel (55.55 %) memiliki antibodi terhadap ND dan 20
sampel (44.44%) tidak menunjukkan antibodi terhadap virus ND. Hasil uji
serologis VND pada entok di Kecamatan Lore Utara, terdapat 16 sampel positif
dari 23 sampel atau 69.56%. Tingginya angka prevalensi pada entok berkaitan
dengan inang alamiah dari virus Newcastle Disease (VND). Menurut Cross (1991),
Newcastle Disease dapat menginfeksi banyak spesies burung, baik domestik dan
liar. Terdapat dua reservoir utama dari VND, yaitu virus Newcastle Disease yang
avirulent ditemukan pada unggas air dan VND yang sangat mematikan ditemukan
pada burung-burung tropis terutama dari spesies Psittacine atau golongan burung
paruh bengkok (Parrot).
Unggas air sebagai salah satu spesies yang mudah terinfeksi, tetapi jarang
menunjukkan gejala klinis atau asimtomatik. Sebagian besar galur VND yang
diisolasi dari unggas air menunjukkan jenis yang tidak mematikan atau strain
lentogenik (Liu et al. 2007). Meskipun mudah terinfeksi virus Newcastle Disease,
unggas air memiliki ketahanan yang baik terhadap infeksi VND, bahkan untuk
strain yang terbukti sangat virulen pada ayam (strain velogenik) (Saepulloh dan
Darminto 2005).

6
Tabel 3 Hasil pengujian prevalensi serologis Newcastle Disease pada ayam
Nama Desa
Napu
Sedoa
Total

Jumlah
Sampel
7
15
22

Positif

Negatif

2
7
9

5
8
13

Persentase
Positif (%)
28.57
46.66
40.9

Persentase
Negatif(%)
71.42
53.33
59.09

Hasil uji serologis VND pada ayam kampung di Kecamatan Lore Utara,
terdapat 9 sampel positif dari 22 sampel atau 40.9%. Hal ini menunjukkan bahwa
ayam kampung yang berada di Kecamatan Lore Utara juga telah terpapar VND.
Ayam kampung yang dipelihara bersamaan dengan unggas air (itik dan entok) lebih
mudah terpapar VND, karena unggas air sebagai reservoir alami dari virus
Newcastle Disease. Ayam kampung yang terineksi VND melalui unggas air bisa
menunjukkan gejala klinis yang lebih parah.

Tabel 4 Nilai rataan titer antibodi (GMT) unggas di masing-masing desa
Desa
Sedoa
Wuasa
Napu

Titer antibodi terhadap ND berdasarkan uji ELISA
(log10)
Entok
Ayam
2.57
10
102.71
3.01
10
102.87
102.53

Berdasarkan rataan antibodi diperoleh bahwa entok pada Desa Wuasa
memiliki rataan titer antibodi tertinggi dan rataan titer terendah dimiliki oleh ayam
pada Desa Napu. Hasil uji ini menandakan titer antibodi yang tinggi pada entok
mengakibatkan entok merupakan sumber potensial bagi penyebaran virus ND bagi
unggas lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saepulloh dan Darminto
(2005), itik lokal yang terinfeksi virus ND bisa menjadi sumber potensial
penyebaran VND bagi unggas peliharaan lainnya terutama ayam kampung yang
dipelihara bersamaan dengan itik.
Angka prevalensi yang tinggi pada unggas peliharaan masyarakat di
Kecamatan Lore Utara menunjukkan bahwa unggas di sana telah terinfeksi VND,
meskipun tidak menunjukkan gejala klinis. Infeksi VND di Kecamatan Lore Utara
terjadi secara alami, karena tidak pernah divaksinasi.
Hasil uji serologis yang telah dilakukan menandakan terdapat antibodi
terhadap virus ND pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara.
Terpaparnya unggas peliharaan masyarakat mengakibatkan tubuh unggas
membentuk antibodi terhadap virus ND. Sistem kekebalan atau sistem imun pada
unggas terbagi atas dua tipe, yaitu kekebalan non-spesifik dan spesifik. Kekebalan
non-spesifik atau kekebalan alami merupakan sistem pertahanan pada tubuh yang
tidak memerlukan pengenalan (recognition) spesifik terhadap antigen tertentu
(Wibawan dan Soejoedono 2013). Individu yang terpapar oleh antigen akan
memberi respon kekebalan yang bersifat nonspesifik, yaitu kekebalan fisikmekanik, kekebalan kimikawi, dan kekebalan biologis. Sistem imun non-spesifik

7
meliputi peran kulit, selaput lendir dan perangkatnya serta peran makrofrag dan
mikrofrag (Wibawan dan Soejoedono 2013). Sistem imun spesifik bekerja apabila
kekebalan alami atau non spesifik tidak mampu melawan infeksi virus. Kekebalan
spesifik memiliki proteksi yang lebih spesifik terhadap permukaan virus. Sistem
imun spesifik diperoleh dari kekebalan pasif dan aktif. Kekebalan pasif meliputi
antibodi maternal yang telah dimiliki unggas sebelumnya (Hewajuli dan
Dharmayanti 2011). Kekebalan aktif dibagi menjadi kekebalan humoral dan
kekebalan yang diperantarai sel. Limfosit B bertanggung jawab terhadap kekebalan
humoral sedangkan limfosit T berperan dalam kekebalan yang diperantarai sel atau
cell – mediated immunity (CMI). Respon imun humoral dimulai dari masuknya
antigen ke dalam tubuh yang dapat merangsang pembentukan antibodi, sehingga
antibodi yang terbentuk dapat masuk ke dalam peredaran darah dan cairan tubuh
lainnya. Respon timbul karena imun sel B dan sel T berinteraksi satu dengan lainnya
(Radji 2010). Interaksi atara sel B dan sel T mengakibatkan sel B berproliferasi dan
berdiferensiasi membentu sel Plasma, sel plasma inilah yang membentuk antibodi
spesifik terhadap hanya satu jenis antigen tertentu. Respon dari sistem imun
humoral dapat terlihat dari kadar antibodi di dalam serum, namun antibodi yang
dihasilkan dari proses ini hanya bereaksi dengan antigen yang ada di permukaan
sel. Imunitas yang mampu menyerang sel hospes secara intra selular disebut respon
imun selular (Radji 2010). Respon imun ini bergantung pada aktivitas sel-sel
limfosit, terutama sel T.
Newcastle Disease merupakan penyakit panzootik yang telah menyebar ke
seluruh dunia dan menjadi endemik di hampir keseluruhan wilayah Indonesia, ND
juga merupakan penyakit yang sangat patogen dan tingkat mortalitasnya masih
tinggi pada peternakan ayam sektor 4 (Sudarisman 2009). Virus ND mampu
bertahan di lingkungan selama 22 hari. Ketahanan virus di lingkungan di pengaruhi
oleh suhu, kelembapan, agen suspensi serta paparan cahaya. Virus pernah
dilaporkan mampu bertahan di lantai kandang selama 10–14 hari pada suhu 20 °C
(CFSPH 2008a). Kelangsungan hidup virus ND di lingkungan juga dipengaruhi
oleh jenis strain serta sifat fisik dan kimia dari bahan yang ada di sekitarnya. Virus
ND dapat bertahan selama beberapa minggu di lingkungan yang hangat dan lembab
pada bulu, kotoran serta bahan lainnya. Virus juga bisa bertahan pada periode yang
sangat panjang dalam keadaan beku. Secara umum, virus ND bukan merupakan
virus yang tahan akan lingkungan, infektifitas virus ND sangat mudah dihancurkan
oleh desinfektan (Kaleta dan Baldauf 1988) dan virus akan hancur akibat dehidrasi
serta terpapar sinar ultraviolet dari matahari. Kabupaten Poso memiliki suhu dengan
rentang antara 15.4 °C hingga 31.5 °C (Simanjuntak 2010) serta memiliki
kelembaban yang tinggi dengan rentang 76-85 % (BPS Poso 2014). Hal inilah yang
menyebabkan virus alami mampu bertahan.
Lingkungan pemeliharaan unggas yang lembab serta berada di areal
persawahan yang berkaitan langsung dengan unggas liar turut mendukung
bertahannya virus lingkungan yang ada pada peternakan unggas yang dipelihara
masyarakat. Kondisi cuaca juga mempengaruhi tingginya kasus Newcastle
Disesase. Kasus Newcastle Disesase pada umumnya mulai terjadi peningkatan
pada awal musim penghujan dan mencapai puncak pada pertengahan musim
tersebut, sedangkan wabah terjadi pada peralihan antara musim hujan ke musim
kemarau (Panus 2014). Faktor stres akibat dari perubahan cuaca turut
mempengaruhi penurunan imunitas dan mendukung tingginya kejadian Newcastle

8
Disease pada musim peralihan. Selain itu. patogenesis dari virus ND juga
dipengaruhi oleh usia unggas, status kekebalan, rute paparan, besar dan rute dosis
yang menginfeksi, kerentanan inang dan faktor stres serta suhu (McFerran dan
McCracken 1988).
Penularan virus ND dapat melalui berberapa cara, baik secara langsung
maupun melalui media perantara. Secara langsung, virus ditularkan melalui
pernafasan maupun pencernaan (fecal/oral). Virus dapat dilepaskan melalui feses
maupun ekskresi saluran pernapasan dari unggas. Penyebaran virus juga bisa
melalui udara yang tercemar, maupun melalui burung-burung yang liar yang
melakukan migrasi ke daerah lain (Saepulloh dan Darminto 2005). Sumber virus
biasanya berasal dari pakan, air minum, lendir, sekresi dari hidung, mulut, mata
maupun udara serta peralatan kandang yang terinfeksi virus ND. Sistem
pemeliharaan unggas di Kecamatan Lore Utara yang diumbar di pekarangan
maupun area persawahan dan tanpa adanya usaha dalam pencegahan maupun
pengendalian penyakit turut mendukung penularan dan penyebaran virus ND.
Penularan virus melalui feses dilaporkan di daerah Kalimantan yaitu 13 % sampel
asal usapan kloaka itik mengandung virus ND. Itik yang digembalakan dan
dibiarkan bebas di areal persawahan maupun areal luas maka itik menjadi sumber
potensial dalam penularan virus ND dan menyebarkannya ke ayam. Hal ini terbukti
saat pergantian musim terjadi kematian itik yang sangat tinggi dan pada saat yang
sama terjadi pula kematian pada ayam lokal (Saepulloh dan Darminto 2005).
Sistem biosecurity juga mempengaruhi tingginya angka paparan virus ND di
Kecamatan Lore Utara. Masyarakat tidak menerapkan biosecurity dalam
memelihara unggas. Biosecurity bertujuan untuk meminimalkan paparan dan
pencegahan penyakit serta bahaya lainnya (Dam et.al 2012). Biosecurity yang
sederhana dan tepat pada unggas peliharaan mampu menekan paparan penyakit.
Pelaksanaan biosecurity pada unggas peliharaan masyarakat meliputi kontrol lalu
lintas hewan, vaksinasi, pencucian kandang, kontrol terhadap pakan, kontrol air,
kontrol limbah dan ayam mati (Juniwati 2011). Hasil penelitian dari Prasetyo
(2014) menunjukkan dengan penerapan biosecurity mampu mencegah terpaparnya
unggas terhadap virus ND.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan prevalensi serologis Newcastle
Disease di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso menggunakan metode ELISA
pada entok adalah sebesar 69.56 % dan pada ayam kampung sebesar 40.9 %.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui sumber infeksi
Newcastle Disease dan dilakukan sosialisasi mengenai biosecurity pada peternakan
unggas di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso.

9

DAFTAR PUSTAKA
Adjid RMA, Indriani R, Damayanti R, Aryanti T, Darminto. 2006. Dukungan
Teknologi Veteriner dan Strategi Pengendalian Penyakit Unggas (Ayam) di
Sektor 3 dan 4. Di dalam: Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam
Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdayasaing [Internet].[Waktu dan
tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): BBPVet. Hlm 22-27;
[diunduh
2015
April
20].
Tersedia
pada:http://bbalitvet.litbang.pertanian.go.id/eng/attachments/247_59.pdf+&
cd=1 &hl=id&ct=clnk&gl=id.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso. 2014. Kabupaten Poso dalam Angka
2014. Palu (ID): BPS.
[CFSPH] the Center of Food Security & Public Health Iowa State University. 2008a.
Newcastle Disease. [internet]. [diunduh 2015 April 17]. Tersedia pada: http://
www.cfsph.iastate.edu/FastFacts/pdfs /newcastle_F.pdf.
[CFSPH] the Center of Food Security & Public Health Iowa State University. 2008b.
Newcastle Disease. [internet]. [diunduh 2015 April 17]. Tersedia pada:
http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets /pdfs/ newcastle_ disease.pdf+
&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Cross GM. 1991. Newcastle Disease. Veterinary Clinics of North America. 21 (6) :
1231-1239.
Dam A, Innes P, Bowers P. 2012. Biosecurity Recommendation for Small Flock
Poultry Owners [Factsheet]. Norhtern Ontario (CA): Ministry of Agriculture,
Food and Rural Affairs.
[DITJENNAK] Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Prosedur Operasional
Standar Pengendalian Penyakit Avian Influenza. Jakarta (ID) : DITJENNAK.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2011. Patogenitas virus Newcastle Disease pada
ayam. Wartazoa. 21(2): 72-80.
Juniwati D. 2011. Studi seroprevalensi Mycoplasma gallicepticum pada ayam
kampung di Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Kaleta EF, Baldauf C. 1988. Newcastle Disease in Free-Living Bird and Pet Bird,
p. 197-246. In: Alexander DJ, editor. Newcastle Disease. Lancaster (UK):
Kluwer Academic Publisher.
Liu H, Wang Z, Wang Y, Sun C, Zheng D,Wu Y. 2008. Characterization of
Newcastle Disease virus isolated from waterfowl in China. Avian Dis.
52:150-155.
McFerran JB, McCracken RM. 1988. Newcastle Disease, p. 197-246. In: Alexander
DJ, editor. Newcastle Disease. Lancaster (UK): Kluwer Academic Publisher.
[OIE] World Organization for Animalth Health. 2012. Newcastle Disease. OIE
Terestrial Manual 2: 555-573.
Panus A. 2014. Kajian infeksi virus Newcastle Disease pada itik dan ayam di
beberapa lokasi di Kabuaten Subang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Prasetyo DA. 2012. Faktor risiko terhadap infeksi virus ND (Newcastle Disease)
pada peternakan unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten
Subang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

10
Radji M. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta (ID): ISFI Penerbitan.
Saepulloh M, Darminto. 2005. Kajian Newcastle Disease pada itik dan upaya
pengendaliannya. Wartazoa. 15(2): 84-94.
Sarwono B. 2003. Beternak Ayam Buras. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Simanjuntak BH. 2010. Studi biofisik lahan di Kota Terpadu Mandiri (KTM)
transmigrasi Tampolore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah untuk
pengembangan tanaman pangan. AGRIC. 22(1): 9-19.
Sudarisman. 2009. Pengaruh perkembangan sistem produksi ayam terhadap
perubahan genetik dan biologik virus Newcastle Disease. Wartazoa.
19(3):125-133.
Wibawan IWT, Soejoedono RD. 2013. Intisari Imunologi Medis. Bogor (ID):
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Wibowo MH, Amanu S. 2010. Perbandingan Beberapa Program Vaksinasi
Penyakit Newcastle Pada Ayam Buras. J Sains Vet. 28(1):27-35.

11

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungai Penuh, Jambi pada tanggal 2 Juli 1993. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan ayah Dwi Sakti Nusantara
dan ibu Nelly Hasmia Ningsih.
Penulis menyelesaikan menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Islam
Amanah Sungai Penuh pada tahun 1999, lalu melanjutkan pendidikan ke SD Negeri
1 Sungai Penuh dan lulus pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Sungai Penuh dan lulus pada tahun 2008, kemudian
melanjutkan ke SMA Negeri 1 Sungai penuh. Setelah lulus pada tahun 2011,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan
dengan program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Selama menempuh masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan seperti staf Departemen Kajian Strategis dan Advokasi BEM FKH
(2013), Ketua Departemen Kajian Strategis dan Advokasi BEM FKH (2014),
anggota Himpunan Minat Profesi (HIMPRO) Hewan Kesayangan dan Satwa
Aquatik Eksotik, Ketua Pelatihan Manajemen Satwa Aquatik (2013) dan Ketua
Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (2013-2015). Penulis juga aktif dalam mengikuti
kegiatan pengabdian masyarakat dan penulis pernah mengikuti Intership Program
di Veterinary Teaching Hospital, Kasetsart University, Thailand.