PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN LEMBAGA ADAT DALAM MENYELESAIKAN PELANGGARAN ADAT DI DESA WATUMAETAKECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO

  

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN LEMBAGA ADAT

DALAM MENYELESAIKAN PELANGGARAN ADAT

DI DESA WATUMAETAKECAMATAN LORE UTARA

KABUPATEN POSO

1*

  

Desi Asria Goli

2* 3*

  

Dahlia Syuaib& Hasdin

1*

  Alumni Mahasiswa PPKn FKIP UNTAD

  2*

  Dosen PPKn FKIP UNTAD

  3*

  Dosen PPKn FKIP UNTAD

  Abstrak :Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat mengenai

peranan Lembaga Adat dalam menyelesaikan pelanggaran adat di Desa Watumaeta

  

Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso, untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk

pelanggaran adat di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso serta

untuk mendeskripsikan proses penyelesaian pelanggaran adat yang terjadi di Desa

Watumaeta Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Penelitian ini dilaksanakan

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Watumaeta, dengan menetapkan

sebanyak 9 orang informan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data

wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa Peranan

Lembaga Adat yang ada di Desa Watumaeta sudah berjalan dengan cukup baik mereka

telah melaksanakan fungsinya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat sesuai

dengan persepsi masyarakat. Proses Pelaksanaan dan eksistensi Lembaga Adat ini

adalah dalam menetapkan sanksi adat sebagai alat untuk menyadarkan individu bahwa

ada hal-hal yang dapat dilaksanakan dan ada pula yang tidak dapat dilaksanakan.

Lembaga Adat Desa Watumaeta dalam peranannya menyelesaiakan setiap

Pelanggaran Adat yang terjadi pada masyarakat Desa Watumaeta menetapkan hukum

dan sanksi adat yang dikenakan kepada pelanggar. Proses penyelesaian setiap

Pelanggaran Adat sesuai Rancangan Ketetapan Musyawarah Adat Tampo Pekurehua-

Tawaelia melalui Musyawarah Adat (mololita kana i ada) dan dilaksanakan di Baruga.

Sanksi Adat atau teguran Adat sesuai dengan Rancangan Ketetapan Musyawarah Adat

Tampo Pekurehua-Tawaelia adalah untuk memberikan peringatan dan kesadaran

kepada yang berselisih, menyelesaikan setiap perkara ataupun permasalahan secara

damai atas akibat perbuatan yang melanggar Norma-norma Adat Istiadat di Desa

Watumaeta seperti Pebualosi (Perzinahan), Salah Taiye (Pemukulan), dan

Mombekanawi (Percabulan).

  Kata Kunci : Persepsi Masyarakat; Peranan Lembaga Adat; Pelanggaran Adat.

  PENDAHULUAN

  Setiap desa tentunya memiliki lembaga adat. Lembaga adat merupakan lembaga yang memiliki peran dan fungsi dalam masyarakat untuk membuat peraturan dalam rangka mempertahankan dan melestarikan budaya serta mengembangkan tradisi daerah setempat, biasanya ada yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar serta tidak boleh diabaikan dilingkungan masyarakat. Peranan lembaga adat tentunya sangat diperlukan bahkan sangat dibutuhkan dalam mengatur dan membantu pemerintah desa. Desa Watumaeta merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso dimana desa ini terdiri dari 6 (enam) Dusun. Adapun yang menjadi suku asli adalah suku Napu sekaligus masyarakat adat di Desa Watumaeta.

  Dewasa ini, seiring perkembangan zaman tentunya peran lembaga adat tidak terlepas dari berbagai macam tantangan dan hambatan. Maraknya peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan norma-norma adat, sehingga menjurus kepada terjadinya pelanggaran adat, dalam bahasa daerah napu disebut Poligkai ada. Dalam hal ini tentunya membantu pemerintah desa menyelesaikan kasus pelanggaran adat yang terjadi, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab dari lembaga adat. Dalam melaksanakan tugasnya tentunya dapat menimbulkan berbagai macam persepsi di kalangan masyarakat itu sendiri. Sejauh mana efektifitas lembaga adat dikalangan masyarakat tidak terlepas dari bagaimana masyarakat menilai peranan mereka dalam mempertahankan eksistensinya sehingga adat istiadat tetap bersifat fungsional khususnya dalam menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran adat.

METODE PENELITIAN

  Seluruh rangkaian penelitian ini dilaksanakan berdasarkan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (2003:64) metode deskriptif yaitu “metode- metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian mengambarkan fakta- fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya di iringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat”. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 18 Januari 2018 sampai dengan tanggal 03 Maret 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Untuk memperoleh informasi yang relevan dan mendalam maka penarikan sampel dilakukan dengan cara purposive

  

sampling, dalam hal ini sampel ditetapkan dengan sengaja oleh peneliti didasarkan atas

  kriteria atau pertimbangan tertentu ( Arikunto 2010 : 183). Kriteria atau pertimbangan yang dimaksud ialah dengan cara melihat atau menentukan subjek atau informan yang berada dilokasi penelitian sesuai dengan informasi dan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah, Kepala Desa Watumaeta, 3 (tiga) orang Tokoh Adat Desa Watumaeta, 5 (lima) Tokoh masyarakat Desa Watumaeta. Informan yang telah ditetapkan ini didasari dengan anggapan dan keyakinan bahwa informan yang telah ditetapkan ini bisa mewakili seluruh masyarakat Desa Watumaeta dengan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Menurut Nazir, (1999: 211) bahwa pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, maka pengumpulan data sangat penting untuk memperoleh data penelitian.Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini digunakan berupa wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap para tokoh adat, kepala desa dan warga yang mengetahui dan mengerti serta dapat membantu dalam memberikan informasi mengenai masalah-masalah yang diteliti. Dokumentasi, yakni pengambilan gambar terhadap hal-hal yang terkait dengan objek yang diteliti.

HASIL PENELITIAN

  Lembaga Adat di Desa Watumaeta berada di bawah pemerintah Desa Watumaeta namun, Lembaga Adat berfungsi bersama pemerintah merencanakan, mengarahkan, dan mensinergikan program pembangunan agar sesuai dengan tata nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat demi terwujudnya keselarasan, keserasian, keseimbangan, keadilan, dankesejahteraan masyarakat. Selain itu, Lembaga Adat juga berfungsi sebagai alat kontrol keamanan, ketentraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara pada masyarakat di Desa Watumaeta, menunjukkan bahwa peran Lembaga Adat dalam menata kehidupan masyarakat umumnya positif dan cukup dibutuhkan oleh masyarakat, namun ada diantara komponen masyarakat yang mulai kritis dan mempengaruhi pembaharuan. Bahkan ada kelompok masyarakat yang secara terang-terangan menyatakan bahwa lembaga masyarakat sudah mulai berkurang karena pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan, lancarnya komunikasi, dan modernisasi. Pada dasarnya, Lembaga adat memiliki peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan suatu pelanggaran adat yang terjadi dilingkungan masyarakat setempat.

  Masyarakat mulai merasakan bagaimana peranan lembaga adat dilingkungannya khususnya dalam menyelesaikan pelanggaran adat, dengan tidak terjadi lagi huru-hara sebagai pemicu terjadinya konflik dilingkungan masyarakat, sehingga menciptakan rasa aman dengan sendirinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu juga peranan lembaga adat masih dalam taraf baik karena setiap ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan sesuai dan sejalan dengan peraturan pemerintah desa. Lembaga Adat sangat penting dalam bekerjasama dengan pemerintah desa dalam mewujudkan setiap harapan dari masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat dapat melihat melalui tindakan- tindakan yang dilakukan dalam mempertahankan Adat istiadat, agar masyarakat tidak semena-mena dalam bertingkah laku dilingkungan masyarakat

  2. Bentuk-bentuk Pelanggaran Adat di Desa Watumaeta Pelanggaran Adat merupakan tindakan yang bertentangan dengan Norma Adat

  Istiadat yang berlaku di daerah setempat. Dalam ketetapan masyarakat Adat Tampo Pekurehua Tawaelia yang dimaksud dengan Sanksi/Denda Pelanggaran Adat Istiadat dan Hukum Adat adalah teguran Adat, tindakan Hukum Adat yang dikenakan kepada seseorang apabila melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan Norma Adat Istiadat. Bentuk-bentuk Pelanggaran Adat Istiadat yang terjadi di Desa Watumaeta.

  a. Pebualosi (Perzinahan) Dimaksud dengan Pebualosi (Perzinahan) dalam ketetapan masyarakat adat

  Tampo Pekurehua-Tawaelia ini adalah, perbuatan pelanggaran adat istiadat

  yaitu hubungan seksual antara seorang yang telah berumah tangga dengan seorang yang telah berumah tangga dan atau seseorang yangmasih bujang/janda/duda dengan seseorang yang telah berumah tangga. Maka keduanya dikenakan sanksi/ denda Pasoda Laba masing-masing satu (1) ekor kerbau atau satu (1) ekor sapi diserahkan oleh pihak keluarga yang menyakiti kepada pihak keluarga yang disakiti dan disaksikan oleh Lembaga Adat.

  b. Salah Taiye (Pemukulan) Apabila seorang pria/wanita/suami/istri telah terbukti memukul dengan tangan kepadanya dikenakan sanksi (denda) Sala Taiye atau Pentotoangi bagi pelaku satu (1) ekor Kerbau atau satu (1) ekor Sapi sesuai Hukum Adat dan

  Petinuwuikepada yang disakiti (dipukul) dengan memberikan satu (1) mata

  parang dan Ayam Jantan satu (1) ekor bersama satu (1) kati beras didalam bakul

  Bingka Molangke. Apabila pelaku terbukti telah memukul dengan sesuatu benda

  yang mengakibatkan seseorang menderita luka dan atau harus dirawat di rumah sakit. Maka kepada pelaku dikenakan sanksi/denda Tamambela sebagai biaya perawatan dan pengobatan.

c. Mombekanawoi (Percabulan)

  Apabila seorang Pria/Wanita yang masih bujang telah terbukti melakukan percabulan maka kedua-duanya dikenakan Sanksi

1) Masing-masing satu (1) ekor kerbau.

  2) Memberi jaminan makan/minum saat urusan Adat, dan kerbau yang dikenakan kepada seorang wanita dipergunakan saat itu, sedangkan dari seorang laki-laki satu (1) ekor kerbau dapat dinilai dengan uang Rp1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah) yang disetor saat Urusan Adat.

  3. Proses Penyelesaian Pelanggaran Adat di Desa Watumaeta Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis bahwa dalam menyelesaikan setiap kasus adat yang terjadi di Desa Watumaeta oleh Lembaga Adat dilaksanakan dengan musyawarah Adat artinya setiap pelanggaran yang terjadi dibicarakan bersama dan melibatkan unsur Lembaga Adat dan unsur Pemerintah desa setempat. Adapun yang dibicarakan dalam Musyawarah meliputi sumber permasalahan, alternatif penyelesaian dan pemberian sanksi atau denda.

  a. Sumber permasalahan: Sumber permasalahan akan ditelusuri dari pihak mana asal mulanya karena sumber permasalahan akan memberikan konsekuensi terhadap sanksi atau denda yang akan diputuskan oleh Lembaga Adat. Sumber permasalahan yang menyebabkan terjadinya Pelanggaran Adat pada masyarakat Desa Watumaeta yakni berasal dari diri sendiri dan berasal dari orang lain.

  b. Alternatif Penyelesaian: Alternatif penyelesaian sangat tergantung pada hasil yang dicapai pada Sidang Adat. Adapun keputusan yang lain diambil dari proses Sidang Adat ini pada umumnya adalah merujuk kepada proses perdamaian (modame tauna). c. Sanksi atau denda: Besar kecilnya sanksi atau denda yang diputuskan sangat tergantung kepada sumber permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.

  PEMBAHASAN

  Lembaga Adat merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang berhak dan berwenang untuk mengatur dan menyelesaikan setiap perkara atau permasalahan yang menyangkut Adat Istiadat. Adapun yang menjadi tugas dan fungsi dari Lembaga Adat dapat dilihat dari rumusan PERMENDAGRI No.3 Tahun 1997 tentang tugas lembaga adat:

  a) Menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat kepada pemerintah serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

  b) Memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya daerah serta memberdayakan masyarakat dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan peran adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat guna menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kelangsungan pembangunan dan meningkatkan ketahanan nasional (Pasal 7 ayat 1 dan 2).

  c) Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta objektif antar kepala adat/pemangku adat/tetua adat dan pimpinan atau pemuka adat dengan aparat pemerintah di daerah. Berdasarkan rumusan tersebut Peranan Lembaga Adat sangat berpengaruh dilingkungan masyarakat. Dalam hal ini peranan Lembaga Adat di Desa Watumaeta sesuai dengan persepsi masyarakat telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan cukup baik dalam menyelesaikan setiap pelanggaran adat yang terjadi di Desa Watumaeta, dimana pelanggaran adat yang terjadi sudah mulai berkurang, masyarakat telah memiliki kesadaran akan eksistensi lembaga adat dalam hal ini yakni pemberian sanksi adat yang bertujuan memberikan efek jerah kepada masyarakat.

  Peranan yang dilakukan Lembaga Adat Desa Watumaeta menentukan baik tidaknya peranan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok atau lembaga- lembaga yang ada dalam masyarakat yang selalu bersifat dinamis. Hal ini juga dijelaskan oleh Soekanto (2001:211) bahwa “Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan sesuatu peranan”.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

  1. Peranan Lembaga Adat yang ada di Desa Watumaeta sudah berjalan dengan cukup baik mereka telah melaksanakan fungsinya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat sesuai dengan persepsi masyarakat. Proses Pelaksanaan dan eksistensi Lembaga Adat ini adalah dalam menetapkan sanksi adat sebagai alat untuk menyadarkan individu bahwa ada hal-hal yang dapat dilaksanakan dan ada pula yang tidak dapat dilaksanakan. Lembaga Adat Desa Watumaeta dalam peranannya menyelesaiakan setiap Pelanggaran Adat yang terjadi pada masyarakat Desa Watumaetamenetapkan hukum dan sanksi adat yang dikenakan kepada pelanggar.

  2. Sanksi Adat atau teguran Adat sesuai dengan Rancangan Ketetapan Musyawarah Adat Tampo Pekurehua-Tawaelia adalah untuk memberikan peringatan dan kesadaran kepada yang berselisih, menyelesaikan setiap perkara ataupun permasalahan secara damai atas akibat perbuatan yang melanggar Norma-norma Adat Istiadat di Desa Watumaeta seperti Pebualosi (Perzinahan), Salah Taiye (Pemukulan), dan Mombekanawoi (Percabulan).

  3. Proses penyelesaian setiap Pelanggaran Adat sesuai Rancangan Ketetapan Musyawarah Adat Tampo Pekurehua-Tawaelia melalui Musyawarah Adat (mololita kana i ada) dan dilaksanakan di Baruga.

  Saran

  Adapun yang penulis sarankan pada kesempatan ini yaitu diharapkan kepada pemerintah desa dan seluruh Tokoh Adat Desa Watumaeta harus memperbaiki struktur kepengurusan Lembaga Adat dan memasukkan generasi muda dalam kepengurusan tersebut serta rutin melaksanakan sosialisasi mengenai Adat Istiadat dan tradisi Tampo

  

Pekurehua Tawaelia, agar seluruh masyarakat asli maupun pendatang memahami Adat

Istiadat Tampo Pekurehua Tawaelia.

  DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

  Yogyakarta:PT.Rineka Cipta Nawawi, (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta:Gajah Mada University press Nazir, Moh. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

  Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No. 3 Tahun 1997 Tentang

  Pemerdayaan dan Pelestarian serta Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan- kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat di Daerah, pasal 6 tentang hak dan wewenang lembaga adat.[Online] Tersedia:

  http://www.ireyogya.org/adat/peranan.htm [21 Nomember 2017] Soekanto, Soerjono. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.