Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.
STUDI SEROPREVALENSI AVIAN INFLUENZA PADA
UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN
LORE UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH
NOOR ROHMAN SETIAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Seroprevalensi
Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Noor Rohman Setiawan
NIM B04110044
ABSTRAK
NOOR ROHMAN SETIAWAN. Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada
Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah. Dibimbing oleh SRI MURTINI.
Penyakit Avian Influenza (AI) mempunyai dampak besar bagi ternak unggas
maupun kesehatan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza tipe A
yang termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini memiliki 2 tingkatan
virulensi yaitu LPAI dan HPAI. Unggas air liar terutama Anseriformes (itik, entok
dan angsa) merupakan reservoir alami virus AI dan memiliki manifestasi subklinik,
umumnya tidak menunjukkan gejala klinis. Pola penyebaran virus AI umumnya
dipengaruhi oleh musim, prevalensi virus AI dilaporkan lebih tinggi pada musim
hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi AI pada unggas
peliharaan masyarakat di sekitar Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah. Sebanyak 22 sampel serum darah ayam kampung dan 23 sampel serum
darah entok di ambil secara purposif dari desa Wuasa, Napu dan Sedoa. Sampel di
periksa dengan Haemagglutination Inhibition Test (HI Test). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase seroprevalensi positif pada ayam mencapai 57% di
desa Napu dan 33% di desa Sedoa, dengan nilai GMT masing-masing 20.57 dan 20.87,
sedangkan serum darah entok dari ketiga desa menunjukkan hasil negatif dengan
antigen VAI atau seroprevalensi 0%.
Kata kunci: Avian Influenza, Haemagglutination Inhibition, Poso, unggas air
ABSTRACT
NOOR ROHMAN SETIAWAN. Seroprevalence Study of Avian Influenza in
Native Bird in North Lore Poso Central Sulawesi. Supervised by SRI MURTINI.
Avian Influenza (AI) disease has a huge impact on poultry and human health.
These disease caused by influenza virus type A that belongs to family of
Orthomyxoviridae. These viruses have two different levels of virulence which is
LPAI and HPAI. Wild waterfowls especially Anseriformes (duck, muscovy duck
and geese) are the natural reservoir for avian influenza virus and shown subclinical
manifestations, which does not display any clinical symptoms. The spreading
pattern of AI virus is usually influenced by seasons, where the prevalence of AI was
reported to be fall in the rainy seasons. The research aims to determined the
seroprevalence of AI in native bird the North Lore, Poso, Central Sulawesi. A total
of 22 samples serum of chicken and 23 samples of muscovy duck taken in purposive
in Wuasa, Napu and Sedoa village. Samples were tested with Haemagglutination
Inhibition Test (HI Test). The results showed that the percentage of positive
seroprevalence in the chicken in Napu was 57% and 33% in Sedoa village, with the
GMT value of each 20.57 and 20.87, while the serum of muscovy duck from three
villages showed a negative result with antigen AI virus or zero seroprevalence.
Keyword: Avian Influenza, Haemagglutination Inhibition, Poso, waterfowls
STUDI SEROPREVALENSI AVIAN INFLUENZA PADA
UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN
LORE UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH
NOOR ROHMAN SETIAWAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini ialah Avian Influenza, dengan judul
Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di
Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
yang telah memberikan beasiswa BIDIK MISI selama masa studi di Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Terima kasih kepada Dr Drh Sri Murtini, MSi selaku
pembimbing skripsi, Drh Mokh. Fahrudin, PhD sebagai pembimbing akademik,
sahabat-sahabat GANGLION48, saudara/i KMNU IPB, keluarga besar
IKAMADITA IPB, rekan-rekan BEM FKH Kabinet Pacemaker 2014, Bapak Rillo
Pambudi, Ibu Ida Rillo Pambudi, seluruh sahabat dan keluarga besar Pambudi
Luhur, serta Bapak Sudarmadji sekeluarga (Paman) yang selalu mendukung dan
mendoakan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan menyelesaikan
studi di FKH IPB dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Meiliana Puspita Utami, Andi Prastiawan, Dian Kristanti, Kenda Adhitya Nugraha,
Faris Makkawaru, serta keluarga Kost Sanggar Kenangan Sengked Dramaga atas
bantuan dan kerjasamanya dalam pembuatan skripsi. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak, Adik-adik, serta seluruh keluarga tercinta,
atas segala pengorbanan, motivasi, dukungan, doa dan kasih sayangnya. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wahyu staf pegawai
Laboratorium Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner FKH IPB, yang telah membantu selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Noor Rohman Setiawan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3
Metode Penelitian
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
SIMPULAN DAN SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
12
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Frekuensi titer antibodi ayam kampung terhadap virus Avian Influenza
di masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada ayam kampung di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Frekuensi titer antibodi entok terhadap virus Avian Influenza di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada entok di masingmasing desa Kecamatan Lore Utara
7
7
9
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Nilai titer antibodi sampel serum darah ayam kampung dan entok di
Kecamatan Lore Utara
Riwayat hidup
12
13
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyebaran virus Avian Influenza (VAI) dianggap endemis pada berbagai
negara Asia seperti China, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia (Darmawi
et al. 2013). Kasus infeksi virus Avian Influenza (AI) di Indonesia tahun 2003, telah
diketahui keberadaannya pada ayam petelur komersial di Jawa Barat dan Jawa
Tengah (Wibawan 2012). Penyakit ini telah menyebar di berbagai daerah Jawa,
Lampung, Sumatera dan Kalimantan (Kencana et al. 2012), serta telah endemis di
seluruh provinsi di Indonesia kecuali Maluku Utara (Wibawan 2012). Semenjak
2003 sampai 2008 telah tercatat lebih dari 10 juta ayam mati akibat terinfeksi VAI.
Infeksi virus highly pathogenic avian influenza (HPAI) subtipe H5N1 pada manusia
di Indonesia telah menyebabkan sebanyak 152 orang meninggal dari 184 orang
yang terinfeksi. Penularan virus ini pada manusia terbukti berasal dari unggas
(Ernawati et al. 2011; Putra et al. 2013). Berdasarkan data DITKESWAN (2015),
perkembangan kasus infeksi AI pada unggas tahun 2007 sampai dengan 2015
secara bertahap, yakni sebanyak 2 751 kasus (2007), 1 413 kasus (2008), 2 293
kasus (2009), 1 502 kasus (2010), 1 411 kasus (2011), 546 kasus (2012), 470 kasus
(2013), 346 kasus (2014), dan 41 kasus pada tahun 2015. Akhir Maret 2015,
dilaporkan dua orang meninggal akibat terinfeksi VAI/H5.
Penyakit AI disebabkan oleh virus Influenza tipe A subtipe H5N1. Virus AI
termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini merupakan virus RNA
beramplop, berpolaritas negatif, memiliki delapan segmen genom dan bersifat
mudah mengalami mutasi. Virus AI dikelompokkan atas dua tingkatan virulensi
yaitu low pathogenic avian influenza (LPAI) dan highly pathogenic avian influenza
(HPAI). Virus AI mempunyai furin pada cleavage site protein hemaglutinin.
Penyakit yang ditimbulkan oleh virus dapat bersifat akut dan sistemik (Wibawan
2012). Virus AI subtipe H5N1 termasuk dalam HPAI yang bersifat ganas pada
unggas dari golongan ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam broiler, ayam
kampung, dan puyuh, sedangkan itik dan unggas air lainnya relatif tahan (Wibawa
et al. 2014). Gejala klinis yang ditimbulkan dapat bersifat asimptomatik dan
multisistemik, misalnya menimbulkan perdarahan di organ-organ tubuh seperti
perdarahan pada otot, lemak visceral, ovarium, oviduk, jantung, trakhea dan
penggantung usus (Kencana et al. 2012; Wibawan 2012).
Infeksi virus HPAI subtipe H5N1 dapat bermanifestasi subklinik. Manifestasi
subklinik merupakan keadaan dimana unggas tampak sehat namun di dalam
tubuhnya dapat dijumpai virus HPAI subtipe H5N1. Hal ini diantaranya disebabkan
oleh kondisi penyakit AI yang sudah endemis dan menimbulkan respon kebal
dengan titer antibodi yang tidak memadai serta sifat VAI yang selalu berubah
(antigenic drift dan antigenic shift), sehingga tidak dikenali secara sempurna oleh
antibodi yang timbul akibat vaksinasi. Kondisi ini terjadi akibat infeksi virus secara
alamiah dengan dosis infeksi yang sangat variatif sehingga terbentuk respon
kekebalan yang tidak memadai. Manifestasi subklinik HPAI terjadi pada unggas
antara lain pada itik, entok, dan ayam kampung (Wibawan 2012). Inang alami dari
VAI adalah unggas air. Manifestasi subklinik unggas air dan replikasi virus yang
efisien menunjukkan bahwa terjadi toleransi yang seimbang antara unggas air dan
2
virus. Hal ini berpotensi menyebarkan virus yang bersifat patogen pada unggas lain
dan manusia (Siahaan et al. 2014). Shedding virus terjadi secara terus menerus,
karena itu unggas air sebagai reservoir virus HPAI. Unggas lain dapat terinfeksi
VAI melalui kontak langsung dengan unggas air atau kontak dengan permukaan
terkontaminasi kotoran, air, dan pakan yang mengandung VAI (Wibawan 2012;
Damanik et al. 2013). Peran unggas air sebagai reservoir dan pencetus keragaman
genetik virus HPAI telah dikemukakan oleh beberapa peneliti (Wibawan 2012).
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, Kecamatan Lore Utara
Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah yang sangat terpencil.
Wilayah ini berada di lembah dengan suhu rendah dan kelembaban tinggi.
Masyarakat di Kecamatan Lore Utara umumnya petani produk hortikultura
terutama kakao. Umumnya masyarakat memiliki ternak unggas baik ayam
kampung maupun entok dan itik. Pemeliharaan unggas dilakukan secara ekstensif
dan diumbar pada siang hari serta dikandangkan di malam hari. Peternakan unggas
komersial tidak ditemukan di kecamatan ini. Masyarakat memelihara unggas
sebagai tabungan keluarga. Terpencilnya daerah tersebut membuat perhatian dinas
terkait terhadap kesehatan hewan kurang memberi perhatian cukup, sehingga
masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan hewan.
Pertengahan tahun 2014 unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore
Utara Kabupaten Poso dilaporkan mati mendadak dalam jumlah banyak oleh sebab
yang belum diketahui. Laporan penyakit AI di wilayah tersebut belum ada sehingga
perlu diketahui adanya kemungkinan keberadaan dari VAI di lingkungan tersebut.
Keberadaan VAI di lingkungan dapat dilihat dari adanya paparan virus pada hewan
di lingkungan tempat virus berada. Paparan virus dalam jumlah kecil dapat
menginduksi terbentuknya antibodi. Dengan demikian keberadaan virus di
lingkungan dapat dilihat dari seroprevalensi terhadap VAI pada hewan atau inang
yang hidup di wilayah tersebut. Data seroprevalensi di Kabupaten Poso belum
tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut untuk
mengetahui prevalensi serologis VAI.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
prevalensi serologis virus Avian Influenza pada unggas peliharaan masyarakat di
Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalensi
serologis virus Avian Influenza pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan
Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
3
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap I adalah pengambilan sampel
darah ayam kampung dan entok yang dipelihara masyarakat di Kecamatan Lore
Utara Kabupaten Poso pada bulan Oktober 2014. Tahap II adalah pengujian
laboratorium di Laboratorium Imunologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor, pada bulan Februari 2015.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian antara lain gloves, syringe 3 mL,
tabung mikro 1.5 mL, label, kapas beralkohol, mikrokapiler, micropipette,
multichannel micropipettes, microplates, tip, ice pack, cooling box, freezer dan
sentrifus.
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah sampel serum yang diperoleh
dari unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso,
antigen VAI, larutan NaCl fisiologis 0.9%, red blood cells (RBC) 1%, Natrium
Sitrat 3.8%, phosphate buffer saline (PBS) 0.01 M, kontrol positif serum dan
kontrol negatif serum.
Metode Penelitian
Koleksi Serum
Sampel darah diambil secara purposif dari 3 desa di Kecamatan Lore Utara
yaitu desa Wuasa, Napu, dan Sedoa. Sampel darah yang diambil sebanyak 45
sampel terdiri dari 22 sampel darah ayam kampung dan 23 sampel darah entok.
Pengambilan darah pada ayam kampung dan entok peliharaan masyarakat
dilakukan menggunakan syringe 3 mL melalui vena brachialis. Syringe yang berisi
darah diletakkan secara mendatar untuk memperluas bidang permukaan serta
dibiarkan pada suhu ruang hingga darah membeku secara sempurna. Serum darah
yang terbentuk dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung mikro 1.5 mL dan
diberi label serta disimpan pada suhu -20 °C sampai digunakan dalam Uji Hambat
Aglutinasi atau Haemagglutination Inhibition Test.
Pembuatan Red Blood Cells (RBC) 1%
Darah utuh diambil dari ayam donor, ditambahkan antikoagulan Natrium
Sitrat 3.8% dengan perbandingan 4:1. Darah dimasukkan ke dalam tabung dan
digoyangkan sehingga tercampur. Darah disentrifus pada 1500 G selama 10 menit.
Supernatan yang terbentuk dibuang, sedangkan RBC yang mengendap dibilas
dengan menambahkan NaCl fisiologis 0.9% sebanyak supernatan yang dibuang
4
atau dua kali volume darah. Suspensi di homogenkan dan di sentrifus kembali.
Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pencucian ketiga supernatan dibuang,
sehingga diperoleh RBC dengan konsentrasi 100%. Selanjutnya dilakukan
pengenceran dengan penambahan NaCl fisiologis 0.9% secara bertingkat menjadi
50%, 5%, dan 1%. Suspensi RBC tersebut dapat langsung digunakan dengan
diencerkan terlebih dahulu menjadi suspensi 1% untuk uji Hambat Aglutinasi
mikrotitrasi.
Penyiapan Virus Standar dengan Haemagglutination Test (HA Test)
Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke sumur microplate berbentuk V (V bottom
microplate) baris pada A−F, kolom 2−12, kemudian antigen AI dimasukkan ke
dalam sumur A1−E1. Antigen AI sebanyak 25 µl dipindahkan dari sumur A1−E1
ke dalam sumur A2−E2 menggunakan pipet multichannel dan dihomogenkan 5 kali
dengan memipet naik turun. Setiap antigen yang dimasukkan dilakukan
penggantian tips.
Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur B2 dan dihomogenkan 10
kali dengan memipet naik turun. Selanjutnya dari sumur B2 dikeluarkan sebanyak
25 µl campuran tersebut sehingga pengenceran pada sumur B2 menjadi 1/3.
Sebanyak 75 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur C2 dan dihomogenkan 10 kali
dengan memipet naik turun. Dari sumur C2 diambil 75 µl campuran pada sumur
tersebut sehingga pengencerannya menjadi 1/5.
Sebanyak 125 µl PBS dipipet ke dalam sumur D2 dan dihomogenkan 10 kali
dengan memipet naik turun. Dari sumur D2 diambil 125 µl suspensi sehingga
pengenceran pada sumur tersebut menjadi 1/7. Sebanyak 175 µl PBS dipipet ke
dalam sumur E2 dan dihomogenkan 10 kali dengan memipet naik turun. Dari sumur
E2 diambil 175 µl suspensi sehingga pengenceran pada sumur tersebut menjadi 1/9.
Selanjutnya digunakan pipet multichannel dengan tips baru. Dipipet 25 µl suspensi
dari kolom A2−E2 ke dalam A3−E3 ke dalam kolom A4−E4 dan dihomogenkan 5
kali dengan memipet naik turun. Langkah ini diulangi hingga kolom A12−E12.
Setelah dihomogenkan 5 kali dari A12−E12 dibuang 25 µl suspensi. Selanjutnya
25 µl PBS dan 25 µl RBC 1% dimasukkan ke dalam setiap sumur. Microplate di
kocok selama 10 detik. Kemudian diinkubasi selama 60 menit pada suhu 4 °C. Hasil
diamati setelah sumur kontrol positif terlihat adanya reaksi penghambatan
aglutinasi dengan memiringkan microplate (OIE 2014).
Haemagglutination Inhibition Test (HI Test)
Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur microplate berbentuk V (V
bottom microplate), kemudian 25 µl sampel serum dimasukkan ke dalam lubang
pertama dan dilakukan pengenceran menggunakan mikro pipet dengan menghisap
dan mengeluarkan campuran sebanyak 5 kali lalu 25 µl pada sumur ke-12 dibuang.
Sebanyak 25 µl suspensi VAI standar dimasukkan ke dalam sumur berisi
serum yang telah diencerkan lalu dihomogenkan dan di inkubasi pada suhu 4 °C.
Setelah 60 menit ditambahkan RBC 1% sebanyak 25 µl kedalam seluruh sumur.
Microplate digoyang selama 10 detik agar larutan homogen dan diinkubasi pada
suhu 4 °C selama 60 menit.
5
Analisis Data
Rataan titer antibodi dihitung dengan menggunakan geometric mean titre
(GMT) dengan rumus matematis:
log GMT =
Keterangan:
log t
S
+ log t
N
S
+ ⋯ + log tn Sn
N = Jumlah contoh serum yang diamati
t = Titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat
menghambat aglutinasi RBC)
S = Jumlah contoh serum yang bertiter t
n = Titer antibodi pada sampel ke-n
Gambar 1 Intepretasi hasil HI Test pada microplate (P: positif; N: negatif)
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prevalensi merupakan istilah epidemiologi untuk mengukur kejadian suatu
penyakit. Tingkat prevalensi yaitu jumlah kejadian penyakit pada suatu populasi
dengan besarnya populasi pada kurun waktu tertentu. Prevalensi serologis atau
seroprevalensi merupakan proporsi hewan dalam suatu populasi yang memiliki
antibodi terhadap virus tertentu (Fenner et al. 1995). Seroprevalensi adalah nisbah
antara jumlah hewan yang terdeteksi positif uji dengan jumlah hewan yang berisiko
terkena penyakit (Aditya 2007).
Hasil Haemaglutination Inhibition Test (HI Test) dan nilai seroprevalensi
positif terhadap sampel serum darah ayam kampung yang diperoleh di desa Napu
dan Sedoa, Kecamatan Lore Utara menunjukkan bahwa spesies unggas ini telah
terpapar VAI subtipe H5N1. Sebanyak 9 dari 22 sampel serum darah ayam
kampung dinyatakan positif mengandung antibodi terhadap VAI (Tabel 2). Nilai
titer antibodi pada sejumlah sampel ayam kampung di desa Napu dan Sedoa
menunjukkan hasil variasi. Desa Napu menunjukkan hasil 20 sebanyak 3 sampel
dan 21 sebanyak 4 sampel. Berbeda dengan sampel ayam kampung dari desa Sedoa
menunjukkan hasil lebih variatif yaitu 20 sebanyak 10 sampel, 21 sebanyak 3 sampel,
23 sebanyak 1 sampel, dan 27 sebanyak 1 sampel (Tabel 1). Titer antibodi yang
tinggi menunjukkan keterpaparan VAI yang tinggi dan terus menerus pada individu
tersebut. Variasi titer antibodi ini berkaitan dengan respon pembentukan antibodi
pada setiap individu, dan hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan hewan,
genetik, umur, nutrisi pakan, stress, kondisi lingkungan, dan cara pemeliharaan
(White dan Fenner 2006) serta jumlah virus yang menginfeksi dan perbedaan waktu
infeksi. Ayam yang sehat memiliki respon kebal maksimal. Mekanisme imunitas
dapat dipicu apabila dirangsang oleh paparan virus dengan dosis yang cukup.
Lamanya paparan virus juga mempengaruhi titer antibodi (Darmawi et al. 2012).
Ternak unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara belum pernah
divaksinasi. Secara keseluruhan, diperoleh seroprevalensi VAI pada ayam
kampung di desa Napu sebesar 57% dengan rataan titer (GMT) 20.57 dan ayam
kampung di desa Sedoa memiliki rataan titer 20.87 dengan seroprevalensi 33%
diantaranya memiliki antibodi yang protektif terhadap paparan VAI dengan sebaran
nilai titer antibodi 20 sampai 27 (Tabel 1 dan Tabel 2). Nilai titer antibodi protektif
yang direkomendasikan oleh OIE yaitu ≥24 (OIE 2014). Unggas yang mempunyai
titer antibodi protektif umumnya dapat bertahan menghadapi infeksi VAI.
Nilai rataan titer antibodi (GMT) pada ayam kampung di kedua desa tersebut
rendah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proporsi sampel yang menunjukkan
hasil negatif dan rendahnya rataan nilai titer antibodi dari sampel yang
menunjukkan hasil positif. Rendahnya nilai rataan titer antibodi menunjukkan
derajat infeksi ringan VAI, karena hewan baru saja terinfeksi. Hewan yang baru
saja terpapar atau terinfeksi VAI maka antibodi yang terdeteksi dalam serum sedikit
sehingga pada HI Test diperoleh rataan titer antibodi yang rendah. Jumlah antibodi
terus meningkat seiring lamanya keterpaparan oleh VAI pada kurun waktu tertentu,
sehingga nilai rataan titer antibodi tinggi.
7
Tabel 1 Frekuensi titer antibodi ayam kampung terhadap virus Avian Influenza di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Titer antibodi
0
2
21
22
23
24
25
26
27
Jumlah sampel
Desa Napu
3
4
0
0
0
0
0
0
7
Frekuensi (ekor)
Desa Sedoa
10
3
0
1
0
0
0
1
15
Tabel 2 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada ayam kampung di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Asal sampel
Napu
Sedoa
Total
Hasil uji sampel ayam kampung
Ʃ Sampel
Positif (n%)
Negatif (n%)
7
4 (57)
3 (43)
15
5 (33)
10 (67)
9
13
22
Rataan GMT
20.57
20.87
Keterangan: n: nilai seroprevalensi, GMT: geometric mean titre
Antibodi terdapat dalam berbagai cairan tubuh, namun konsentrasi paling
tinggi dan mudah diperoleh dalam jumlah banyak untuk dianalisis adalah yang
terdapat di dalam serum (Elfidasari 2013). Haemagglutination Inhibition Test
digunakan untuk mengidentifikasi virus dengan menentukan banyaknya titer
antibodi yang terkandung di dalam serum terhadap antigen VAI (Damanik et al.
2013). Hal ini berkaitan dengan tingkat kekebalan suatu individu terhadap virus
tertentu. Antibodi di dalam tubuh hewan bereaksi terhadap antigen hemaglutinin
yang terdapat pada permukaan luar virus. Hemaglutinin ini berfungsi untuk
menginisiasi mekanisme infeksi virus terhadap sel target (Aditya 2007). Uji ini
digunakan antigen yang homolog sehingga terjadi ikatan antigen-antibodi yang
menyebabkan virus tidak melekat atau berikatan dengan reseptor membran sel
darah merah dan tidak terjadi aglutinasi (Elfidasari 2013).
Antibodi yang dihasilkan merupakan manifestasi dari mekanisme imunologis
yang bertujuan untuk menginaktifasi virus atau mengurangi virulensi sampai batas
ambang tidak berbahaya bagi tubuh suatu individu (Elfidasari 2013). Antibodi yang
terbentuk sebagai respon keberadaan antigen dan bereaksi secara spesifik dengan
antigen tersebut melalui protein imunoglobulin. Respon imun spesifik merespon
antigen melalui reaksi antigen-antibodi dan membentuk sel T dan sel B memori
terhadap antigen pemapar (Wibawan dan Soejoedono 2013). Adanya antibodi
dalam serum menunjukkan dua kemungkinan yaitu masih terdapatnya virus di
dalam tubuh hewan sehingga keberadaan antibodi berfungsi untuk melawan virus
dan atau virus sudah tidak ada lagi di dalam tubuh hewan karena tereliminasi oleh
8
antibodi (Elfidasari 2013). Antibodi berfungsi untuk menetralkan antigen, selama
antigen tersebut masih berada di luar sel (Wibawan dan Soejoedono 2013).
Antibodi terhadap AI yang terbentuk di dalam tubuh hewan dapat diperoleh dari
antibodi maternal, infeksi alami, dan vaksinasi.
Unggas air terutama Anseriformes (entok, itik, dan angsa) dan
Charadriiformes (burung liar, burung laut, burung camar laut) merupakan reservoir
alami virus influenza tipe A dan berperan terhadap ekologi dan propagasi virus.
Umumnya unggas air yang terinfeksi VAI tidak menunjukkan gejala klinis. Migrasi
unggas air berperan dalam penularan dan penyebaran penyakit AI. Disamping
migrasi, perubahan iklim juga berpengaruh dalam penyebaran virus. Prevalensi
VAI dilaporkan tinggi pada musim gugur, dingin, dan musim hujan. Kasus AI di
Indonesia meningkat saat musim hujan dengan tingkat kelembaban tinggi
(Hewajuli dan Dharmayanti 2012). Kelembaban yang tinggi menjadi faktor
pendukung penyebaran dan perkembangbiakan VAI di lingkungan (Hewajuli dan
Dharmayanti 2012). Sulawesi Tengah memiliki temperatur lingkungan berkisar
16−22 °C di daerah pegunungan dan 25−31 °C di dataran dan pantai dengan tingkat
kelembaban 71−76 % (DEPHUT 2015). Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah pegunungan dengan temperatur
lingkungan 15.4 °C (Simanjuntak 2010). Suhu rendah dapat mengakibatkan VAI
dapat bertahan lama di lingkungan. Virus AI subtipe H5N1 di permukaan air
memiliki kemampuan untuk bertahan selama 4 hari pada suhu 22 °C, lebih dari 30
hari pada suhu 0 °C, dan virus AI subtipe H5N1 dapat bertahan lebih lama di bawah
-50 °C (Elfidasari 2013). Suhu yang tinggi pada musim kemarau kemungkinan
menyebabkan VAI di lingkungan menjadi inaktif. Kejadian infeksi VAI pada
musim kemarau berbeda dengan kejadian musim hujan. Virus AI dapat inaktif pada
suhu 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam, dengan pH8.
Suhu tinggi pada musim kemarau dapat menyebabkan VAI di lingkungan menjadi
inaktif (Hewajuli dan Dharmayanti 2012).
Keberadaan virus Avian Influenza di wilayah Lore Utara di duga berasal dari
ayam pedaging hidup yang di beli masyarakat untuk konsumsi. Ayam pedaging
dibeli di pasar unggas di Kota Palu atau Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Kedua
daerah tersebut merupakan daerah yang pernah dilaporkan adanya kasus infeksi
VAI. Ayam pedaging hidup ini dapat menularkan VAI ke hewan lainnya di
lingkungan tersebut. Berdasarkan laporan, Kota Palu merupakan daerah endemis
VAI. Tahun 2012 dilaporkan terdapat 1 kasus AI di Kota Palu Sulawesi Tengah
(DITKESWAN 2012). Pasar unggas berperan sebagai tempat penularan VAI. Hal
ini menyebabkan virus menyebar di lingkungan sehingga hewan lain atau ternak
unggas lain terpapar (Darmawi et al. 2012).
Berdasarkan hasil HI Test sebanyak 23 sampel serum dari ketiga desa
menunjukkan hasil negatif dengan antigen VAI (Tabel 4). Seluruh sampel
menunjukkaan hasil titer antibodi dengan nilai 20. Nilai rataan titer antibodi atau
rataan GMT pada entok untuk ketiga desa yaitu negatif (20) dengan nilai
seroprevalensi positif 0% (zero prevalence) (Tabel 3 dan Tabel 4). Hal ini bukan
berarti entok tidak terpapar VAI, namun respon kebal terhadap VAI pada entok
tidak sebaik respon kebal pada ayam kampung. VAI bersirkulasi dalam tubuh entok
dan mengalami shedding karenanya tidak menimbulkan gejala klinis dan respon
kebal rendah atau bahkan tidak menunjukkan reaksi kebal (Komunikasi pribadi
Wibawan Juni 5 2015). Virus HPAI dapat ditularkan oleh unggas air. Unggas air
9
termasuk entok merupakan reservoir VAI (Wibawan 2012). Menurut Elfidasari
(2013) pada unggas air antara VAI dan inang terjadi toleransi yang baik sehingga
replikasi atau perbanyakan virus di dalam tubuh unggas terjadi secara efisien. Virus
Avian Influenza mudah beradaptasi sehingga tidak asing dalam tubuh hewan atau
inang.
Tabel 3 Frekuensi titer antibodi entok terhadap virus Avian Influenza di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Titer antibodi
0
2
Jumlah sampel
Desa Wuasa
6
6
Frekuensi (ekor)
Desa Napu
12
12
Desa Sedoa
5
5
Tabel 4 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada entok di masingmasing desa Kecamatan Lore Utara
Asal sampel
Wuasa
Napu
Sedoa
Total sampel
Hasil uji sampel entok
Ʃ Sampel
Positif (n%)
Negatif (n%)
6
0 (0)
6 (100)
12
0 (0)
12 (100)
5
0 (0)
5 (100)
23
Rataan GMT
20
20
20
Keterangan: n: nilai seroprevalensi, GMT: geometric mean titre
Ternak unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara di pelihara
secara ekstensif yaitu diumbar di pekarangan dan area pesawahan. Hal ini turut
mendukung dalam penularan dan penyebaran VAI. Mekanisme rute penyebaran
virus ini belum dapat diperkirakan, namun demikian rute penularan virus dapat
melalui peralatan terkontaminasi atau lewat unggas hidup yang terinfeksi.
Umumnya penyebaran VAI bereplikasi pada saluran pencernaan unggas dan tanpa
menunjukkan gejala klinis (melalui fecal-oral). Virus Avian Influenza pada unggas
air dilaporkan lebih tinggi diekresikan melalui trakhea atau saluran pernapasan
bagian atas daripada kloaka dan hal ini lebih relevan dikarenakan adanya beberapa
pola hidup inang yang memungkinkan penularan VAI (Hewajuli dan Dharmayanti
2012).
Strategi pengendalian penyebaran VAI dapat meliputi peraturan yang ketat
terhadap pemasukan hewan hidup atau perpindahan unggas ke dalam atau keluar
wilayah, vaksinasi serta peningkatan biosekuriti. Vaksin merupakan tindakan yang
efektif untuk mencegah terjadinya infeksi VAI (Hewajuli dan Dharmayanti 2012).
Penanganan AI dengan vaksinasi merupakan pilihan namun tergantung kepada
kondisi penyakit di suatu wilayah. Pada kondisi penyebaran penyakit AI yang
terlokalisir maka tindakan stamping out lebih tepat, tetapi tindakan ini memerlukan
biaya yang besar dan berpengaruh pada ketersediaan protein hewani asal unggas
(Wibawan 2012). Pemerintah Indonesia melalui Dirjen Bina Produksi Peternakan
10
telah menetapkan langkah strategis pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
AI di Indonesia yaitu meliputi peningkatan biosekuriti, depopulasi, vaksinasi,
pengendalian lalu lintas, surveilans, peningkatan kesadaran masyarakat, monitoring
dan evaluasi (Hewajuli dan Dharmayanti 2008).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai seroprevalensi positif terhadap
sampel serum darah ayam kampung yang diperoleh di desa Napu dan Sedoa,
Kecamatan Lore Utara menunjukkan unggas ini telah terpapar VAI subtipe H5N1.
Namun demikian, sampel entok menunjukkan hasil negatif VAI akibat rendahnya
respon kebal terhadap infeksi virus.
Saran
Perlu dilakukan surveilans dan penulusuran kembali AI di wilayah tersebut
dan perlu dilakukan public awareness serta melakukan peningkatan tindakan
biosekuriti sebagai strategi pencegahan penyakit AI.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya IG. 2007. Prevalensi Serologis Avian Influenza pada Unggas Sektor IV di
Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Damanik EG, Kencana YGA, Mahardika IGNK. 2013. Seroprevalensi Penyakit
Avian Influenza pada Itik di Kabupaten Klungkung. Buletin Veteriner
Udayana. 5(2):139-146.
Darmawi, Darniati, Dewi M, Fahrurrazi, Abrar M, Erina. 2013. Seroprevalensi
Avian Influenza H5N1 pada Unggas di Kabupaten Aceh Utara. Agripet.
13(2):21-25.
Darmawi, Manaf ZH, Darniati, Fakhrurrazi, Abrar M, Erina. 2012. Deteksi
Antibodi Serum Terhadap Avian Influenza pada Ayam Buras. Agripet.
12(1):23-27.
[DITKESWAN] Direktorat Kesehatan Hewan. 2015. Perkembangan Kasus Avian
Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Maret 2015. [diunduh 2015 Juni
21]. Tersedia pada: http://www.keswan.ditjennak.pertanian.go.id
[DITKESWAN] Direktorat Kesehatan Hewan. 2012. Situasi Terkini
Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas di Indonesia Bulan
Maret
2012.
[diunduh
2015
Juli
12].
Tersedia
pada:
http://www.keswan.ditjennak.pertanian.go.id.
11
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2015. Profil Kehutanan Provinsi Sulawesi
Tengah. [diunduh 2015 Juni 29]. Tersedia pada: http://www.dephut.go.id.
Elfidasari D. 2013. Potensi Burung Air Liar Terhadap Penyebaran Virus Avian
Influenza Subtipe H5N1 di Cagar Alam Pulau Dua [Disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ernawati R, Putranto E. D, Hanief MR. 2011. Kandidat Vaksin Flu Burung H5N1
Bagi Ternak Ayam Isolat Asal Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan.
4(1):19-24.
Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Rott R, Studdert MJ, White DO. 1995. Virologi
Veteriner (Edisi Kedua). Semarang (ID): IKIP Semarang Pr. Terjemahan
dari: Veterinary Virology.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2012. Hubungan AI dan Unggas Air dalam
Menciptakan Keragaman Genetik serta Peran Unggas Air sebagai Reservoir
pada Penyebaran Virus AI. WARTAZOA. 22(1):12-23.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2008. Karakterisasi dan Identifikasi Virus Avian
Influenza. WARTAZOA. 18(2):86-100.
Kencana GAY, Mahardika IGNK, Suardana IBK, Astawa INM, Dewi NMK, Putra
GNN. 2012. Pelacakan Kasus Flu Burung pada Ayam dengan Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner. 13(3):303-308.
[OIE] Office International des Epizooties. 2014. OIE Terestrial Manual 2014
Chapter 2.3.4–Avian Influenza. Version adopted by the World Assembly of
Delegates of the OIE in May 2014. Pp. 1-23. Paris (FR).
Putra IGNN, Dewi NMRK, Suartha IN, Mahardika IGNK. 2013. Dinamika
Seroprevalensi Virus Avian Influenza H5 pada Itik di Pasar Unggas Beringkit
dan Galiran. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. 1(2):70-75.
Siahaan LL, Suartha IN, Mahardika IGNK. 2014. Seroprevalensi Avian Influenza
pada Itik di Pasar Hewan Beringkit dan Peternakan Badung. Indonesia
Medicus Veterinus. 3(2):147-154.
Simanjuntak BH. 2010. Studi Biofisik Lahan di Kota Terpadu Mandiri (KTM)
Transmigrasi Tampo Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah untuk
Pengembangan Tanaman Pangan. AGRIC. 22(1):9-19.
White DO, Fenner FJ. 2006. Medical Virology. USA: Academic Pr.
Wibawa H, Lestari, Mulyawan H, Pramastuti I. 2014. Survei Penyakit Avian
Influenza Subtipe H5 di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Buletin Laboratorium Veteriner Balai Besar Veteriner
Wates. 14(2):14-23.
Wibawan IWT. 2012. Manifestasi Subklinik Avian Influenza pada Unggas.
Ancaman Kesehatan dan Penanggulangannya. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID), 22
Desember 2012.
12
Lampiran 1 Nilai titer antibodi sampel serum darah ayam kampung dan entok di
Kecamatan Lore Utara
Sampel ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jumlah
Rataan
GMT
Nilai titer antibodi pada HI Test (Log 2)
Asal sampel entok
Asal sampel ayam kampung
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Wuasa
Napu
Sedoa
Napu
Sedoa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
7
1
3
1
0
13
20
20
20
20.57
20.87
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 23
April 1993 anak kedua dari delapan bersaudara, dari (alm) Bapak Sudarsono dan
Ibu Rini Setyowati. Penulis tinggal di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta sampai
saat ini.
Pendidikan formal penulis dimulai dari MI Ma’arif Blendangan Yogyakarta
lulus 2005, dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Gamping Yogyakarta, lulus tahun 2008.
Penulis lulus dari SMA Islam Pambudi Luhur Bogor dan lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Undangan pada tahun 2011, Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan sebagai
program studinya.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa FKH IPB periode 2013-2014, Ketua Forum Bisnis Veteriner
FKH IPB periode 2013-2014, Ketua Kontes Ayam Ketawa Nasional Ke-3 Plus
FKH IPB tahun 2014, Badan Pengawas Pengurus cabang Bogor Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) periode 2013-2014, Kepala Divisi
Eksternal Mipro Ornithologi dan Unggas FKH IPB periode 2012-2013, Ketua IPB
Goes to School Yogyakarta tahun 2012 bersama Omda ikatan keluarga mahasiswa
Daerah Istimewa Yogyakarta (IKAMADITA), dan Kepala divisi sponsorship
Festival Rebana IPB 2013 bersama keluarga mahasiswa Nahdlatul Ulama’
(KMNU) IPB. Penulis juga sebagai peserta mahasiswa wirausaha dalam program
mahasiswa wirausaha (PMW) Carier Development Alumni IPB dan Bussiness plan
competition of Veterinary Bussiness Forum FKH IPB tahun 2015.
UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN
LORE UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH
NOOR ROHMAN SETIAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Seroprevalensi
Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Noor Rohman Setiawan
NIM B04110044
ABSTRAK
NOOR ROHMAN SETIAWAN. Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada
Unggas Peliharaan Masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah. Dibimbing oleh SRI MURTINI.
Penyakit Avian Influenza (AI) mempunyai dampak besar bagi ternak unggas
maupun kesehatan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza tipe A
yang termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini memiliki 2 tingkatan
virulensi yaitu LPAI dan HPAI. Unggas air liar terutama Anseriformes (itik, entok
dan angsa) merupakan reservoir alami virus AI dan memiliki manifestasi subklinik,
umumnya tidak menunjukkan gejala klinis. Pola penyebaran virus AI umumnya
dipengaruhi oleh musim, prevalensi virus AI dilaporkan lebih tinggi pada musim
hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi AI pada unggas
peliharaan masyarakat di sekitar Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah. Sebanyak 22 sampel serum darah ayam kampung dan 23 sampel serum
darah entok di ambil secara purposif dari desa Wuasa, Napu dan Sedoa. Sampel di
periksa dengan Haemagglutination Inhibition Test (HI Test). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase seroprevalensi positif pada ayam mencapai 57% di
desa Napu dan 33% di desa Sedoa, dengan nilai GMT masing-masing 20.57 dan 20.87,
sedangkan serum darah entok dari ketiga desa menunjukkan hasil negatif dengan
antigen VAI atau seroprevalensi 0%.
Kata kunci: Avian Influenza, Haemagglutination Inhibition, Poso, unggas air
ABSTRACT
NOOR ROHMAN SETIAWAN. Seroprevalence Study of Avian Influenza in
Native Bird in North Lore Poso Central Sulawesi. Supervised by SRI MURTINI.
Avian Influenza (AI) disease has a huge impact on poultry and human health.
These disease caused by influenza virus type A that belongs to family of
Orthomyxoviridae. These viruses have two different levels of virulence which is
LPAI and HPAI. Wild waterfowls especially Anseriformes (duck, muscovy duck
and geese) are the natural reservoir for avian influenza virus and shown subclinical
manifestations, which does not display any clinical symptoms. The spreading
pattern of AI virus is usually influenced by seasons, where the prevalence of AI was
reported to be fall in the rainy seasons. The research aims to determined the
seroprevalence of AI in native bird the North Lore, Poso, Central Sulawesi. A total
of 22 samples serum of chicken and 23 samples of muscovy duck taken in purposive
in Wuasa, Napu and Sedoa village. Samples were tested with Haemagglutination
Inhibition Test (HI Test). The results showed that the percentage of positive
seroprevalence in the chicken in Napu was 57% and 33% in Sedoa village, with the
GMT value of each 20.57 and 20.87, while the serum of muscovy duck from three
villages showed a negative result with antigen AI virus or zero seroprevalence.
Keyword: Avian Influenza, Haemagglutination Inhibition, Poso, waterfowls
STUDI SEROPREVALENSI AVIAN INFLUENZA PADA
UNGGAS PELIHARAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN
LORE UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH
NOOR ROHMAN SETIAWAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini ialah Avian Influenza, dengan judul
Studi Seroprevalensi Avian Influenza pada Unggas Peliharaan Masyarakat di
Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
yang telah memberikan beasiswa BIDIK MISI selama masa studi di Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Terima kasih kepada Dr Drh Sri Murtini, MSi selaku
pembimbing skripsi, Drh Mokh. Fahrudin, PhD sebagai pembimbing akademik,
sahabat-sahabat GANGLION48, saudara/i KMNU IPB, keluarga besar
IKAMADITA IPB, rekan-rekan BEM FKH Kabinet Pacemaker 2014, Bapak Rillo
Pambudi, Ibu Ida Rillo Pambudi, seluruh sahabat dan keluarga besar Pambudi
Luhur, serta Bapak Sudarmadji sekeluarga (Paman) yang selalu mendukung dan
mendoakan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan menyelesaikan
studi di FKH IPB dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Meiliana Puspita Utami, Andi Prastiawan, Dian Kristanti, Kenda Adhitya Nugraha,
Faris Makkawaru, serta keluarga Kost Sanggar Kenangan Sengked Dramaga atas
bantuan dan kerjasamanya dalam pembuatan skripsi. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak, Adik-adik, serta seluruh keluarga tercinta,
atas segala pengorbanan, motivasi, dukungan, doa dan kasih sayangnya. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wahyu staf pegawai
Laboratorium Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner FKH IPB, yang telah membantu selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Noor Rohman Setiawan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3
Metode Penelitian
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
SIMPULAN DAN SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
12
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Frekuensi titer antibodi ayam kampung terhadap virus Avian Influenza
di masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada ayam kampung di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Frekuensi titer antibodi entok terhadap virus Avian Influenza di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada entok di masingmasing desa Kecamatan Lore Utara
7
7
9
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Nilai titer antibodi sampel serum darah ayam kampung dan entok di
Kecamatan Lore Utara
Riwayat hidup
12
13
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyebaran virus Avian Influenza (VAI) dianggap endemis pada berbagai
negara Asia seperti China, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia (Darmawi
et al. 2013). Kasus infeksi virus Avian Influenza (AI) di Indonesia tahun 2003, telah
diketahui keberadaannya pada ayam petelur komersial di Jawa Barat dan Jawa
Tengah (Wibawan 2012). Penyakit ini telah menyebar di berbagai daerah Jawa,
Lampung, Sumatera dan Kalimantan (Kencana et al. 2012), serta telah endemis di
seluruh provinsi di Indonesia kecuali Maluku Utara (Wibawan 2012). Semenjak
2003 sampai 2008 telah tercatat lebih dari 10 juta ayam mati akibat terinfeksi VAI.
Infeksi virus highly pathogenic avian influenza (HPAI) subtipe H5N1 pada manusia
di Indonesia telah menyebabkan sebanyak 152 orang meninggal dari 184 orang
yang terinfeksi. Penularan virus ini pada manusia terbukti berasal dari unggas
(Ernawati et al. 2011; Putra et al. 2013). Berdasarkan data DITKESWAN (2015),
perkembangan kasus infeksi AI pada unggas tahun 2007 sampai dengan 2015
secara bertahap, yakni sebanyak 2 751 kasus (2007), 1 413 kasus (2008), 2 293
kasus (2009), 1 502 kasus (2010), 1 411 kasus (2011), 546 kasus (2012), 470 kasus
(2013), 346 kasus (2014), dan 41 kasus pada tahun 2015. Akhir Maret 2015,
dilaporkan dua orang meninggal akibat terinfeksi VAI/H5.
Penyakit AI disebabkan oleh virus Influenza tipe A subtipe H5N1. Virus AI
termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini merupakan virus RNA
beramplop, berpolaritas negatif, memiliki delapan segmen genom dan bersifat
mudah mengalami mutasi. Virus AI dikelompokkan atas dua tingkatan virulensi
yaitu low pathogenic avian influenza (LPAI) dan highly pathogenic avian influenza
(HPAI). Virus AI mempunyai furin pada cleavage site protein hemaglutinin.
Penyakit yang ditimbulkan oleh virus dapat bersifat akut dan sistemik (Wibawan
2012). Virus AI subtipe H5N1 termasuk dalam HPAI yang bersifat ganas pada
unggas dari golongan ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam broiler, ayam
kampung, dan puyuh, sedangkan itik dan unggas air lainnya relatif tahan (Wibawa
et al. 2014). Gejala klinis yang ditimbulkan dapat bersifat asimptomatik dan
multisistemik, misalnya menimbulkan perdarahan di organ-organ tubuh seperti
perdarahan pada otot, lemak visceral, ovarium, oviduk, jantung, trakhea dan
penggantung usus (Kencana et al. 2012; Wibawan 2012).
Infeksi virus HPAI subtipe H5N1 dapat bermanifestasi subklinik. Manifestasi
subklinik merupakan keadaan dimana unggas tampak sehat namun di dalam
tubuhnya dapat dijumpai virus HPAI subtipe H5N1. Hal ini diantaranya disebabkan
oleh kondisi penyakit AI yang sudah endemis dan menimbulkan respon kebal
dengan titer antibodi yang tidak memadai serta sifat VAI yang selalu berubah
(antigenic drift dan antigenic shift), sehingga tidak dikenali secara sempurna oleh
antibodi yang timbul akibat vaksinasi. Kondisi ini terjadi akibat infeksi virus secara
alamiah dengan dosis infeksi yang sangat variatif sehingga terbentuk respon
kekebalan yang tidak memadai. Manifestasi subklinik HPAI terjadi pada unggas
antara lain pada itik, entok, dan ayam kampung (Wibawan 2012). Inang alami dari
VAI adalah unggas air. Manifestasi subklinik unggas air dan replikasi virus yang
efisien menunjukkan bahwa terjadi toleransi yang seimbang antara unggas air dan
2
virus. Hal ini berpotensi menyebarkan virus yang bersifat patogen pada unggas lain
dan manusia (Siahaan et al. 2014). Shedding virus terjadi secara terus menerus,
karena itu unggas air sebagai reservoir virus HPAI. Unggas lain dapat terinfeksi
VAI melalui kontak langsung dengan unggas air atau kontak dengan permukaan
terkontaminasi kotoran, air, dan pakan yang mengandung VAI (Wibawan 2012;
Damanik et al. 2013). Peran unggas air sebagai reservoir dan pencetus keragaman
genetik virus HPAI telah dikemukakan oleh beberapa peneliti (Wibawan 2012).
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, Kecamatan Lore Utara
Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah yang sangat terpencil.
Wilayah ini berada di lembah dengan suhu rendah dan kelembaban tinggi.
Masyarakat di Kecamatan Lore Utara umumnya petani produk hortikultura
terutama kakao. Umumnya masyarakat memiliki ternak unggas baik ayam
kampung maupun entok dan itik. Pemeliharaan unggas dilakukan secara ekstensif
dan diumbar pada siang hari serta dikandangkan di malam hari. Peternakan unggas
komersial tidak ditemukan di kecamatan ini. Masyarakat memelihara unggas
sebagai tabungan keluarga. Terpencilnya daerah tersebut membuat perhatian dinas
terkait terhadap kesehatan hewan kurang memberi perhatian cukup, sehingga
masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan hewan.
Pertengahan tahun 2014 unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore
Utara Kabupaten Poso dilaporkan mati mendadak dalam jumlah banyak oleh sebab
yang belum diketahui. Laporan penyakit AI di wilayah tersebut belum ada sehingga
perlu diketahui adanya kemungkinan keberadaan dari VAI di lingkungan tersebut.
Keberadaan VAI di lingkungan dapat dilihat dari adanya paparan virus pada hewan
di lingkungan tempat virus berada. Paparan virus dalam jumlah kecil dapat
menginduksi terbentuknya antibodi. Dengan demikian keberadaan virus di
lingkungan dapat dilihat dari seroprevalensi terhadap VAI pada hewan atau inang
yang hidup di wilayah tersebut. Data seroprevalensi di Kabupaten Poso belum
tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut untuk
mengetahui prevalensi serologis VAI.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
prevalensi serologis virus Avian Influenza pada unggas peliharaan masyarakat di
Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalensi
serologis virus Avian Influenza pada unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan
Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
3
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap I adalah pengambilan sampel
darah ayam kampung dan entok yang dipelihara masyarakat di Kecamatan Lore
Utara Kabupaten Poso pada bulan Oktober 2014. Tahap II adalah pengujian
laboratorium di Laboratorium Imunologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor, pada bulan Februari 2015.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian antara lain gloves, syringe 3 mL,
tabung mikro 1.5 mL, label, kapas beralkohol, mikrokapiler, micropipette,
multichannel micropipettes, microplates, tip, ice pack, cooling box, freezer dan
sentrifus.
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah sampel serum yang diperoleh
dari unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso,
antigen VAI, larutan NaCl fisiologis 0.9%, red blood cells (RBC) 1%, Natrium
Sitrat 3.8%, phosphate buffer saline (PBS) 0.01 M, kontrol positif serum dan
kontrol negatif serum.
Metode Penelitian
Koleksi Serum
Sampel darah diambil secara purposif dari 3 desa di Kecamatan Lore Utara
yaitu desa Wuasa, Napu, dan Sedoa. Sampel darah yang diambil sebanyak 45
sampel terdiri dari 22 sampel darah ayam kampung dan 23 sampel darah entok.
Pengambilan darah pada ayam kampung dan entok peliharaan masyarakat
dilakukan menggunakan syringe 3 mL melalui vena brachialis. Syringe yang berisi
darah diletakkan secara mendatar untuk memperluas bidang permukaan serta
dibiarkan pada suhu ruang hingga darah membeku secara sempurna. Serum darah
yang terbentuk dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung mikro 1.5 mL dan
diberi label serta disimpan pada suhu -20 °C sampai digunakan dalam Uji Hambat
Aglutinasi atau Haemagglutination Inhibition Test.
Pembuatan Red Blood Cells (RBC) 1%
Darah utuh diambil dari ayam donor, ditambahkan antikoagulan Natrium
Sitrat 3.8% dengan perbandingan 4:1. Darah dimasukkan ke dalam tabung dan
digoyangkan sehingga tercampur. Darah disentrifus pada 1500 G selama 10 menit.
Supernatan yang terbentuk dibuang, sedangkan RBC yang mengendap dibilas
dengan menambahkan NaCl fisiologis 0.9% sebanyak supernatan yang dibuang
4
atau dua kali volume darah. Suspensi di homogenkan dan di sentrifus kembali.
Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil pencucian ketiga supernatan dibuang,
sehingga diperoleh RBC dengan konsentrasi 100%. Selanjutnya dilakukan
pengenceran dengan penambahan NaCl fisiologis 0.9% secara bertingkat menjadi
50%, 5%, dan 1%. Suspensi RBC tersebut dapat langsung digunakan dengan
diencerkan terlebih dahulu menjadi suspensi 1% untuk uji Hambat Aglutinasi
mikrotitrasi.
Penyiapan Virus Standar dengan Haemagglutination Test (HA Test)
Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke sumur microplate berbentuk V (V bottom
microplate) baris pada A−F, kolom 2−12, kemudian antigen AI dimasukkan ke
dalam sumur A1−E1. Antigen AI sebanyak 25 µl dipindahkan dari sumur A1−E1
ke dalam sumur A2−E2 menggunakan pipet multichannel dan dihomogenkan 5 kali
dengan memipet naik turun. Setiap antigen yang dimasukkan dilakukan
penggantian tips.
Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur B2 dan dihomogenkan 10
kali dengan memipet naik turun. Selanjutnya dari sumur B2 dikeluarkan sebanyak
25 µl campuran tersebut sehingga pengenceran pada sumur B2 menjadi 1/3.
Sebanyak 75 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur C2 dan dihomogenkan 10 kali
dengan memipet naik turun. Dari sumur C2 diambil 75 µl campuran pada sumur
tersebut sehingga pengencerannya menjadi 1/5.
Sebanyak 125 µl PBS dipipet ke dalam sumur D2 dan dihomogenkan 10 kali
dengan memipet naik turun. Dari sumur D2 diambil 125 µl suspensi sehingga
pengenceran pada sumur tersebut menjadi 1/7. Sebanyak 175 µl PBS dipipet ke
dalam sumur E2 dan dihomogenkan 10 kali dengan memipet naik turun. Dari sumur
E2 diambil 175 µl suspensi sehingga pengenceran pada sumur tersebut menjadi 1/9.
Selanjutnya digunakan pipet multichannel dengan tips baru. Dipipet 25 µl suspensi
dari kolom A2−E2 ke dalam A3−E3 ke dalam kolom A4−E4 dan dihomogenkan 5
kali dengan memipet naik turun. Langkah ini diulangi hingga kolom A12−E12.
Setelah dihomogenkan 5 kali dari A12−E12 dibuang 25 µl suspensi. Selanjutnya
25 µl PBS dan 25 µl RBC 1% dimasukkan ke dalam setiap sumur. Microplate di
kocok selama 10 detik. Kemudian diinkubasi selama 60 menit pada suhu 4 °C. Hasil
diamati setelah sumur kontrol positif terlihat adanya reaksi penghambatan
aglutinasi dengan memiringkan microplate (OIE 2014).
Haemagglutination Inhibition Test (HI Test)
Sebanyak 25 µl PBS dimasukkan ke dalam sumur microplate berbentuk V (V
bottom microplate), kemudian 25 µl sampel serum dimasukkan ke dalam lubang
pertama dan dilakukan pengenceran menggunakan mikro pipet dengan menghisap
dan mengeluarkan campuran sebanyak 5 kali lalu 25 µl pada sumur ke-12 dibuang.
Sebanyak 25 µl suspensi VAI standar dimasukkan ke dalam sumur berisi
serum yang telah diencerkan lalu dihomogenkan dan di inkubasi pada suhu 4 °C.
Setelah 60 menit ditambahkan RBC 1% sebanyak 25 µl kedalam seluruh sumur.
Microplate digoyang selama 10 detik agar larutan homogen dan diinkubasi pada
suhu 4 °C selama 60 menit.
5
Analisis Data
Rataan titer antibodi dihitung dengan menggunakan geometric mean titre
(GMT) dengan rumus matematis:
log GMT =
Keterangan:
log t
S
+ log t
N
S
+ ⋯ + log tn Sn
N = Jumlah contoh serum yang diamati
t = Titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat
menghambat aglutinasi RBC)
S = Jumlah contoh serum yang bertiter t
n = Titer antibodi pada sampel ke-n
Gambar 1 Intepretasi hasil HI Test pada microplate (P: positif; N: negatif)
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prevalensi merupakan istilah epidemiologi untuk mengukur kejadian suatu
penyakit. Tingkat prevalensi yaitu jumlah kejadian penyakit pada suatu populasi
dengan besarnya populasi pada kurun waktu tertentu. Prevalensi serologis atau
seroprevalensi merupakan proporsi hewan dalam suatu populasi yang memiliki
antibodi terhadap virus tertentu (Fenner et al. 1995). Seroprevalensi adalah nisbah
antara jumlah hewan yang terdeteksi positif uji dengan jumlah hewan yang berisiko
terkena penyakit (Aditya 2007).
Hasil Haemaglutination Inhibition Test (HI Test) dan nilai seroprevalensi
positif terhadap sampel serum darah ayam kampung yang diperoleh di desa Napu
dan Sedoa, Kecamatan Lore Utara menunjukkan bahwa spesies unggas ini telah
terpapar VAI subtipe H5N1. Sebanyak 9 dari 22 sampel serum darah ayam
kampung dinyatakan positif mengandung antibodi terhadap VAI (Tabel 2). Nilai
titer antibodi pada sejumlah sampel ayam kampung di desa Napu dan Sedoa
menunjukkan hasil variasi. Desa Napu menunjukkan hasil 20 sebanyak 3 sampel
dan 21 sebanyak 4 sampel. Berbeda dengan sampel ayam kampung dari desa Sedoa
menunjukkan hasil lebih variatif yaitu 20 sebanyak 10 sampel, 21 sebanyak 3 sampel,
23 sebanyak 1 sampel, dan 27 sebanyak 1 sampel (Tabel 1). Titer antibodi yang
tinggi menunjukkan keterpaparan VAI yang tinggi dan terus menerus pada individu
tersebut. Variasi titer antibodi ini berkaitan dengan respon pembentukan antibodi
pada setiap individu, dan hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan hewan,
genetik, umur, nutrisi pakan, stress, kondisi lingkungan, dan cara pemeliharaan
(White dan Fenner 2006) serta jumlah virus yang menginfeksi dan perbedaan waktu
infeksi. Ayam yang sehat memiliki respon kebal maksimal. Mekanisme imunitas
dapat dipicu apabila dirangsang oleh paparan virus dengan dosis yang cukup.
Lamanya paparan virus juga mempengaruhi titer antibodi (Darmawi et al. 2012).
Ternak unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara belum pernah
divaksinasi. Secara keseluruhan, diperoleh seroprevalensi VAI pada ayam
kampung di desa Napu sebesar 57% dengan rataan titer (GMT) 20.57 dan ayam
kampung di desa Sedoa memiliki rataan titer 20.87 dengan seroprevalensi 33%
diantaranya memiliki antibodi yang protektif terhadap paparan VAI dengan sebaran
nilai titer antibodi 20 sampai 27 (Tabel 1 dan Tabel 2). Nilai titer antibodi protektif
yang direkomendasikan oleh OIE yaitu ≥24 (OIE 2014). Unggas yang mempunyai
titer antibodi protektif umumnya dapat bertahan menghadapi infeksi VAI.
Nilai rataan titer antibodi (GMT) pada ayam kampung di kedua desa tersebut
rendah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proporsi sampel yang menunjukkan
hasil negatif dan rendahnya rataan nilai titer antibodi dari sampel yang
menunjukkan hasil positif. Rendahnya nilai rataan titer antibodi menunjukkan
derajat infeksi ringan VAI, karena hewan baru saja terinfeksi. Hewan yang baru
saja terpapar atau terinfeksi VAI maka antibodi yang terdeteksi dalam serum sedikit
sehingga pada HI Test diperoleh rataan titer antibodi yang rendah. Jumlah antibodi
terus meningkat seiring lamanya keterpaparan oleh VAI pada kurun waktu tertentu,
sehingga nilai rataan titer antibodi tinggi.
7
Tabel 1 Frekuensi titer antibodi ayam kampung terhadap virus Avian Influenza di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Titer antibodi
0
2
21
22
23
24
25
26
27
Jumlah sampel
Desa Napu
3
4
0
0
0
0
0
0
7
Frekuensi (ekor)
Desa Sedoa
10
3
0
1
0
0
0
1
15
Tabel 2 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada ayam kampung di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Asal sampel
Napu
Sedoa
Total
Hasil uji sampel ayam kampung
Ʃ Sampel
Positif (n%)
Negatif (n%)
7
4 (57)
3 (43)
15
5 (33)
10 (67)
9
13
22
Rataan GMT
20.57
20.87
Keterangan: n: nilai seroprevalensi, GMT: geometric mean titre
Antibodi terdapat dalam berbagai cairan tubuh, namun konsentrasi paling
tinggi dan mudah diperoleh dalam jumlah banyak untuk dianalisis adalah yang
terdapat di dalam serum (Elfidasari 2013). Haemagglutination Inhibition Test
digunakan untuk mengidentifikasi virus dengan menentukan banyaknya titer
antibodi yang terkandung di dalam serum terhadap antigen VAI (Damanik et al.
2013). Hal ini berkaitan dengan tingkat kekebalan suatu individu terhadap virus
tertentu. Antibodi di dalam tubuh hewan bereaksi terhadap antigen hemaglutinin
yang terdapat pada permukaan luar virus. Hemaglutinin ini berfungsi untuk
menginisiasi mekanisme infeksi virus terhadap sel target (Aditya 2007). Uji ini
digunakan antigen yang homolog sehingga terjadi ikatan antigen-antibodi yang
menyebabkan virus tidak melekat atau berikatan dengan reseptor membran sel
darah merah dan tidak terjadi aglutinasi (Elfidasari 2013).
Antibodi yang dihasilkan merupakan manifestasi dari mekanisme imunologis
yang bertujuan untuk menginaktifasi virus atau mengurangi virulensi sampai batas
ambang tidak berbahaya bagi tubuh suatu individu (Elfidasari 2013). Antibodi yang
terbentuk sebagai respon keberadaan antigen dan bereaksi secara spesifik dengan
antigen tersebut melalui protein imunoglobulin. Respon imun spesifik merespon
antigen melalui reaksi antigen-antibodi dan membentuk sel T dan sel B memori
terhadap antigen pemapar (Wibawan dan Soejoedono 2013). Adanya antibodi
dalam serum menunjukkan dua kemungkinan yaitu masih terdapatnya virus di
dalam tubuh hewan sehingga keberadaan antibodi berfungsi untuk melawan virus
dan atau virus sudah tidak ada lagi di dalam tubuh hewan karena tereliminasi oleh
8
antibodi (Elfidasari 2013). Antibodi berfungsi untuk menetralkan antigen, selama
antigen tersebut masih berada di luar sel (Wibawan dan Soejoedono 2013).
Antibodi terhadap AI yang terbentuk di dalam tubuh hewan dapat diperoleh dari
antibodi maternal, infeksi alami, dan vaksinasi.
Unggas air terutama Anseriformes (entok, itik, dan angsa) dan
Charadriiformes (burung liar, burung laut, burung camar laut) merupakan reservoir
alami virus influenza tipe A dan berperan terhadap ekologi dan propagasi virus.
Umumnya unggas air yang terinfeksi VAI tidak menunjukkan gejala klinis. Migrasi
unggas air berperan dalam penularan dan penyebaran penyakit AI. Disamping
migrasi, perubahan iklim juga berpengaruh dalam penyebaran virus. Prevalensi
VAI dilaporkan tinggi pada musim gugur, dingin, dan musim hujan. Kasus AI di
Indonesia meningkat saat musim hujan dengan tingkat kelembaban tinggi
(Hewajuli dan Dharmayanti 2012). Kelembaban yang tinggi menjadi faktor
pendukung penyebaran dan perkembangbiakan VAI di lingkungan (Hewajuli dan
Dharmayanti 2012). Sulawesi Tengah memiliki temperatur lingkungan berkisar
16−22 °C di daerah pegunungan dan 25−31 °C di dataran dan pantai dengan tingkat
kelembaban 71−76 % (DEPHUT 2015). Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah pegunungan dengan temperatur
lingkungan 15.4 °C (Simanjuntak 2010). Suhu rendah dapat mengakibatkan VAI
dapat bertahan lama di lingkungan. Virus AI subtipe H5N1 di permukaan air
memiliki kemampuan untuk bertahan selama 4 hari pada suhu 22 °C, lebih dari 30
hari pada suhu 0 °C, dan virus AI subtipe H5N1 dapat bertahan lebih lama di bawah
-50 °C (Elfidasari 2013). Suhu yang tinggi pada musim kemarau kemungkinan
menyebabkan VAI di lingkungan menjadi inaktif. Kejadian infeksi VAI pada
musim kemarau berbeda dengan kejadian musim hujan. Virus AI dapat inaktif pada
suhu 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam, dengan pH8.
Suhu tinggi pada musim kemarau dapat menyebabkan VAI di lingkungan menjadi
inaktif (Hewajuli dan Dharmayanti 2012).
Keberadaan virus Avian Influenza di wilayah Lore Utara di duga berasal dari
ayam pedaging hidup yang di beli masyarakat untuk konsumsi. Ayam pedaging
dibeli di pasar unggas di Kota Palu atau Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Kedua
daerah tersebut merupakan daerah yang pernah dilaporkan adanya kasus infeksi
VAI. Ayam pedaging hidup ini dapat menularkan VAI ke hewan lainnya di
lingkungan tersebut. Berdasarkan laporan, Kota Palu merupakan daerah endemis
VAI. Tahun 2012 dilaporkan terdapat 1 kasus AI di Kota Palu Sulawesi Tengah
(DITKESWAN 2012). Pasar unggas berperan sebagai tempat penularan VAI. Hal
ini menyebabkan virus menyebar di lingkungan sehingga hewan lain atau ternak
unggas lain terpapar (Darmawi et al. 2012).
Berdasarkan hasil HI Test sebanyak 23 sampel serum dari ketiga desa
menunjukkan hasil negatif dengan antigen VAI (Tabel 4). Seluruh sampel
menunjukkaan hasil titer antibodi dengan nilai 20. Nilai rataan titer antibodi atau
rataan GMT pada entok untuk ketiga desa yaitu negatif (20) dengan nilai
seroprevalensi positif 0% (zero prevalence) (Tabel 3 dan Tabel 4). Hal ini bukan
berarti entok tidak terpapar VAI, namun respon kebal terhadap VAI pada entok
tidak sebaik respon kebal pada ayam kampung. VAI bersirkulasi dalam tubuh entok
dan mengalami shedding karenanya tidak menimbulkan gejala klinis dan respon
kebal rendah atau bahkan tidak menunjukkan reaksi kebal (Komunikasi pribadi
Wibawan Juni 5 2015). Virus HPAI dapat ditularkan oleh unggas air. Unggas air
9
termasuk entok merupakan reservoir VAI (Wibawan 2012). Menurut Elfidasari
(2013) pada unggas air antara VAI dan inang terjadi toleransi yang baik sehingga
replikasi atau perbanyakan virus di dalam tubuh unggas terjadi secara efisien. Virus
Avian Influenza mudah beradaptasi sehingga tidak asing dalam tubuh hewan atau
inang.
Tabel 3 Frekuensi titer antibodi entok terhadap virus Avian Influenza di
masing-masing desa Kecamatan Lore Utara
Titer antibodi
0
2
Jumlah sampel
Desa Wuasa
6
6
Frekuensi (ekor)
Desa Napu
12
12
Desa Sedoa
5
5
Tabel 4 Hasil seroprevalensi virus Avian Influenza pada entok di masingmasing desa Kecamatan Lore Utara
Asal sampel
Wuasa
Napu
Sedoa
Total sampel
Hasil uji sampel entok
Ʃ Sampel
Positif (n%)
Negatif (n%)
6
0 (0)
6 (100)
12
0 (0)
12 (100)
5
0 (0)
5 (100)
23
Rataan GMT
20
20
20
Keterangan: n: nilai seroprevalensi, GMT: geometric mean titre
Ternak unggas peliharaan masyarakat di Kecamatan Lore Utara di pelihara
secara ekstensif yaitu diumbar di pekarangan dan area pesawahan. Hal ini turut
mendukung dalam penularan dan penyebaran VAI. Mekanisme rute penyebaran
virus ini belum dapat diperkirakan, namun demikian rute penularan virus dapat
melalui peralatan terkontaminasi atau lewat unggas hidup yang terinfeksi.
Umumnya penyebaran VAI bereplikasi pada saluran pencernaan unggas dan tanpa
menunjukkan gejala klinis (melalui fecal-oral). Virus Avian Influenza pada unggas
air dilaporkan lebih tinggi diekresikan melalui trakhea atau saluran pernapasan
bagian atas daripada kloaka dan hal ini lebih relevan dikarenakan adanya beberapa
pola hidup inang yang memungkinkan penularan VAI (Hewajuli dan Dharmayanti
2012).
Strategi pengendalian penyebaran VAI dapat meliputi peraturan yang ketat
terhadap pemasukan hewan hidup atau perpindahan unggas ke dalam atau keluar
wilayah, vaksinasi serta peningkatan biosekuriti. Vaksin merupakan tindakan yang
efektif untuk mencegah terjadinya infeksi VAI (Hewajuli dan Dharmayanti 2012).
Penanganan AI dengan vaksinasi merupakan pilihan namun tergantung kepada
kondisi penyakit di suatu wilayah. Pada kondisi penyebaran penyakit AI yang
terlokalisir maka tindakan stamping out lebih tepat, tetapi tindakan ini memerlukan
biaya yang besar dan berpengaruh pada ketersediaan protein hewani asal unggas
(Wibawan 2012). Pemerintah Indonesia melalui Dirjen Bina Produksi Peternakan
10
telah menetapkan langkah strategis pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
AI di Indonesia yaitu meliputi peningkatan biosekuriti, depopulasi, vaksinasi,
pengendalian lalu lintas, surveilans, peningkatan kesadaran masyarakat, monitoring
dan evaluasi (Hewajuli dan Dharmayanti 2008).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai seroprevalensi positif terhadap
sampel serum darah ayam kampung yang diperoleh di desa Napu dan Sedoa,
Kecamatan Lore Utara menunjukkan unggas ini telah terpapar VAI subtipe H5N1.
Namun demikian, sampel entok menunjukkan hasil negatif VAI akibat rendahnya
respon kebal terhadap infeksi virus.
Saran
Perlu dilakukan surveilans dan penulusuran kembali AI di wilayah tersebut
dan perlu dilakukan public awareness serta melakukan peningkatan tindakan
biosekuriti sebagai strategi pencegahan penyakit AI.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya IG. 2007. Prevalensi Serologis Avian Influenza pada Unggas Sektor IV di
Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Damanik EG, Kencana YGA, Mahardika IGNK. 2013. Seroprevalensi Penyakit
Avian Influenza pada Itik di Kabupaten Klungkung. Buletin Veteriner
Udayana. 5(2):139-146.
Darmawi, Darniati, Dewi M, Fahrurrazi, Abrar M, Erina. 2013. Seroprevalensi
Avian Influenza H5N1 pada Unggas di Kabupaten Aceh Utara. Agripet.
13(2):21-25.
Darmawi, Manaf ZH, Darniati, Fakhrurrazi, Abrar M, Erina. 2012. Deteksi
Antibodi Serum Terhadap Avian Influenza pada Ayam Buras. Agripet.
12(1):23-27.
[DITKESWAN] Direktorat Kesehatan Hewan. 2015. Perkembangan Kasus Avian
Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Maret 2015. [diunduh 2015 Juni
21]. Tersedia pada: http://www.keswan.ditjennak.pertanian.go.id
[DITKESWAN] Direktorat Kesehatan Hewan. 2012. Situasi Terkini
Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas di Indonesia Bulan
Maret
2012.
[diunduh
2015
Juli
12].
Tersedia
pada:
http://www.keswan.ditjennak.pertanian.go.id.
11
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2015. Profil Kehutanan Provinsi Sulawesi
Tengah. [diunduh 2015 Juni 29]. Tersedia pada: http://www.dephut.go.id.
Elfidasari D. 2013. Potensi Burung Air Liar Terhadap Penyebaran Virus Avian
Influenza Subtipe H5N1 di Cagar Alam Pulau Dua [Disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ernawati R, Putranto E. D, Hanief MR. 2011. Kandidat Vaksin Flu Burung H5N1
Bagi Ternak Ayam Isolat Asal Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan.
4(1):19-24.
Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Rott R, Studdert MJ, White DO. 1995. Virologi
Veteriner (Edisi Kedua). Semarang (ID): IKIP Semarang Pr. Terjemahan
dari: Veterinary Virology.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2012. Hubungan AI dan Unggas Air dalam
Menciptakan Keragaman Genetik serta Peran Unggas Air sebagai Reservoir
pada Penyebaran Virus AI. WARTAZOA. 22(1):12-23.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2008. Karakterisasi dan Identifikasi Virus Avian
Influenza. WARTAZOA. 18(2):86-100.
Kencana GAY, Mahardika IGNK, Suardana IBK, Astawa INM, Dewi NMK, Putra
GNN. 2012. Pelacakan Kasus Flu Burung pada Ayam dengan Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner. 13(3):303-308.
[OIE] Office International des Epizooties. 2014. OIE Terestrial Manual 2014
Chapter 2.3.4–Avian Influenza. Version adopted by the World Assembly of
Delegates of the OIE in May 2014. Pp. 1-23. Paris (FR).
Putra IGNN, Dewi NMRK, Suartha IN, Mahardika IGNK. 2013. Dinamika
Seroprevalensi Virus Avian Influenza H5 pada Itik di Pasar Unggas Beringkit
dan Galiran. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. 1(2):70-75.
Siahaan LL, Suartha IN, Mahardika IGNK. 2014. Seroprevalensi Avian Influenza
pada Itik di Pasar Hewan Beringkit dan Peternakan Badung. Indonesia
Medicus Veterinus. 3(2):147-154.
Simanjuntak BH. 2010. Studi Biofisik Lahan di Kota Terpadu Mandiri (KTM)
Transmigrasi Tampo Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah untuk
Pengembangan Tanaman Pangan. AGRIC. 22(1):9-19.
White DO, Fenner FJ. 2006. Medical Virology. USA: Academic Pr.
Wibawa H, Lestari, Mulyawan H, Pramastuti I. 2014. Survei Penyakit Avian
Influenza Subtipe H5 di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Buletin Laboratorium Veteriner Balai Besar Veteriner
Wates. 14(2):14-23.
Wibawan IWT. 2012. Manifestasi Subklinik Avian Influenza pada Unggas.
Ancaman Kesehatan dan Penanggulangannya. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID), 22
Desember 2012.
12
Lampiran 1 Nilai titer antibodi sampel serum darah ayam kampung dan entok di
Kecamatan Lore Utara
Sampel ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jumlah
Rataan
GMT
Nilai titer antibodi pada HI Test (Log 2)
Asal sampel entok
Asal sampel ayam kampung
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Wuasa
Napu
Sedoa
Napu
Sedoa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
7
1
3
1
0
13
20
20
20
20.57
20.87
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 23
April 1993 anak kedua dari delapan bersaudara, dari (alm) Bapak Sudarsono dan
Ibu Rini Setyowati. Penulis tinggal di Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta sampai
saat ini.
Pendidikan formal penulis dimulai dari MI Ma’arif Blendangan Yogyakarta
lulus 2005, dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Gamping Yogyakarta, lulus tahun 2008.
Penulis lulus dari SMA Islam Pambudi Luhur Bogor dan lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Undangan pada tahun 2011, Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan sebagai
program studinya.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa FKH IPB periode 2013-2014, Ketua Forum Bisnis Veteriner
FKH IPB periode 2013-2014, Ketua Kontes Ayam Ketawa Nasional Ke-3 Plus
FKH IPB tahun 2014, Badan Pengawas Pengurus cabang Bogor Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) periode 2013-2014, Kepala Divisi
Eksternal Mipro Ornithologi dan Unggas FKH IPB periode 2012-2013, Ketua IPB
Goes to School Yogyakarta tahun 2012 bersama Omda ikatan keluarga mahasiswa
Daerah Istimewa Yogyakarta (IKAMADITA), dan Kepala divisi sponsorship
Festival Rebana IPB 2013 bersama keluarga mahasiswa Nahdlatul Ulama’
(KMNU) IPB. Penulis juga sebagai peserta mahasiswa wirausaha dalam program
mahasiswa wirausaha (PMW) Carier Development Alumni IPB dan Bussiness plan
competition of Veterinary Bussiness Forum FKH IPB tahun 2015.