Faktor Risiko Terhadap Infeksi Virus ND (Newcastle Disease) pada Peternakan Unggas Sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang

ABSTRACT
ANTOK DWI PRASETYO. The Risk Factor for ND Virus Infection in Sector IV
Poultry Farm at Cipunagara Subdistrict Subang District. Under supervision of
CHAERUL BASRI and ETIH SUDARNIKA.
The objective of the study were to determine the risk factors for ND virus
infection. This research was conducted using avian health survey research data,
there were 181 poultry farms didn’t do vaccination from 448 poultry farms that
participated in the survey. Questionnaire used to determine risk factors. The risk
factors included farmer’s characteristic, biosecurity management, and farmer’s
knowledge. The data was analysed with chi-square test and the determination of
relative risk value each variable to measured the association between risk factor
with ND virus infection. Farming experienced and isolation sick animal were the
risk factors that showed related significant with ND virus infection.
Keywords: biosecurity, ND, sector IV, risk factor.

iii

FAKTOR RISIKO TERHADAP INFEKSI VIRUS ND
(NEWCASTLE DISEASE) PADA PETERNAKAN UNGGAS
SEKTOR IV DI KECAMATAN CIPUNAGARA
KABUPATEN SUBANG


ANTOK DWI PRASETYO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTUTUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi Faktor Risiko Terhadap Infeksi
Virus ND (Newcastle Disease) pada Peternakan Unggas Sektor IV di Kecamatan
Cipunagara Kabupaten Subang adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan dicantumkan di dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor, 5 April 2012
Antok Dwi Prasetyo

ii

ABSTRACT
ANTOK DWI PRASETYO. The Risk Factor for ND Virus Infection in Sector IV
Poultry Farm at Cipunagara Subdistrict Subang District. Under supervision of
CHAERUL BASRI and ETIH SUDARNIKA.
The objective of the study were to determine the risk factors for ND virus
infection. This research was conducted using avian health survey research data,
there were 181 poultry farms didn’t do vaccination from 448 poultry farms that
participated in the survey. Questionnaire used to determine risk factors. The risk
factors included farmer’s characteristic, biosecurity management, and farmer’s
knowledge. The data was analysed with chi-square test and the determination of
relative risk value each variable to measured the association between risk factor
with ND virus infection. Farming experienced and isolation sick animal were the
risk factors that showed related significant with ND virus infection.
Keywords: biosecurity, ND, sector IV, risk factor.


iii

RINGKASAN
ANTOK DWI PRASETYO. Faktor Risiko Terhadap Infeksi Virus ND (Newcastle
Disease) pada Peternakan Unggas Sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten
Subang. Dibimbing oleh CHAERUL BASRI dan ETIH SUDARNIKA.
Seiring peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkat pula kebutuhan
protein hewani. Sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat
berasal dari produk unggas, yaitu daging dan telur. Hal ini mengakibatkan
permintaan bahan makanan tersebut meningkat dan mendorong masyarakat untuk
memelihara ternak unggas. Jenis unggas yang banyak dipelihara masyarakat
adalah jenis ayam kampung karena mudah dipelihara secara sederhana atau yang
sering disebut peternakan unggas sektor IV. Cara pemeliharaan unggas sektor IV
yang tidak intensif, sangat sederhana dan memelihara jenis ayam berbeda dalam
satu wilayah peternakan dengan lokasi kandang saling berdekatan membuat ayam
kampung rentan terhadap penyakit. Penyakit yang biasa menyerang peternakan
unggas sektor IV disebabkan oleh virus. Virus merupakan mikroorganisme yang
berukuran mikroskopis yang menginfeksi sel organisme biologis atau disebut sel
inang. Virus yang sering menyerang ayam adalah virus ND (Newcastle Disease).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko terhadap infeksi virus

ND pada peternakan unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten
Subang dan mengetahui besaran risiko (nilai risiko relatif) pada faktor risiko yang
secara signifikan berhubungan dengan infeksi virus ND pada peternakan unggas
sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.
Sumber data penelitian ini berasal dari hasil studi cross-sectional Kesehatan
Unggas Sektor IV yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (FKH IPB) dengan Indonesian Dutch Partnership on Highly
Pathogenic Avian Influenza Control (IDP-HPAI) pada bulan Desember tahun
2009. Adapun pengukuran infeksi virus ND adalah berdasarkan uji
Hemmagglutinasion Inhibition (HI) dengan nilai  24 menunjukkan bahwa
peternakan yang diuji adalah terinfeksi virus ND. Selanjutnya hubungan asosiasi
diuji dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko
dengan kejadian infeksi virus ND. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
diolah dengan program SPSS 16.0 untuk memudahkan perhitungan. Peternakan
unggas sektor IV yang terlibat pada penelitian ini sebanyak 448 peternakan.
Pertanyaan pada kuisioner terdiri dari karakteristik peternak, manajemen
biosekutiri yang terdiri atas sanitasi, isolasi, dan pengawasan lalu lintas hewan
serta diberi pertanyaan mengenai pengetahuan peternak. Informasi mengenai
peternakan unggas sektor IV tersebut diperoleh dari hasil wawancara
menggunakan kuisioner terstruktur kepada pemilik atau penanggung jawab

peternakan unggas sektor IV. Dari keseluruhan responden diambil peternakan
yang tidak melakukan vaksinasi ND pada ternaknya. Dengan demikian maka dari
total 448 sampel peternak, besaran sampel yang dianalisis pada penelitian ini
adalah sebanyak 181 peternak.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pemisahan unggas sakit dan
pengalaman beternak ≤ 10 tahun merupakan faktor risiko yang mempunyai
hubungan signifikan dengan infeksi virus ND pada peternakan unggas sektor IV

iv

di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang dengan masing-masing nilai risiko
relatif (RR) 2.5 (SK 95% 1.406-4.479) dan 2 (SK 95% 0.249-0.947), nilai risiko
relatif ini mempunyai arti peternakan yang tidak memisahkan unggas sakit akan
berisiko terinfeksi virus ND sebesar 2.5 kali dibandingkan yang memisahkan
unggas sakit dan peternakan yang dikelola oleh peternak yang belum mempunyai
pengalaman beternak ≤ 10 tahun mempunyai risiko terinfeksi virus ND sebesar 2
kali dibandingkan yang mempunyai pengalaman > 10 tahun. Hal ini menunjukkan
masyarakat perlu meningkatkan manajemen biosekuriti terutama pemisahan
unggas sakit dalam menjalankan kegiatan beternak guna meminimalisir infeksi
virus ND dan meningkatkan pengalaman dengan pelatihan-pelatihan. Pemerintah

Daerah perlu mengadakan sosialisasi mengenai manajemen biosekuriti dengan
menitikberatkan pada pemisahan unggas sakit dan pelatihan bagi para peternak
agar pengalaman peternak meningkat. Pemerintah Pusat merancang kebijakan
terkait manajemen biosekuriti dan memprioritaskan pemisahan unggas sakit
dalam menjalankan peternakan unggas sektor IV sebagai upaya pencegahan
penularan dan penyebaran virus ND di Indonesia dan membuat kebijakan
terhadap peternak yang baru dengan kemudahan mendapatkan informasi agar cara
beternak menjadi baik.

v

 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


vi

FAKTOR RISIKO TERHADAP INFEKSI VIRUS ND
(NEWCASTLE DISEASE) PADA PETERNAKAN UNGGAS
SEKTOR IV DI KECAMATAN CIPUNAGARA
KABUPATEN SUBANG

ANTOK DWI PRASETYO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTUTUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
vii


Judul Skripsi

Nama
NIM

: Faktor Risiko Terhadap Infeksi Virus ND (Newcastle
Disease) pada Peternakan Unggas Sektor IV di Kecamatan
Cipunagara Kabupaten Subang
: Antok Dwi Prasetyo
: B 04070114

Disetujui

Drh. Chaerul Basri, M.Epid.
Ketua

Dr. Ir. Etih Sudarnika, M.Si.
Anggota


Diketahui

Drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet.
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus : ................................

viii

PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas semua
nikmat yang telah diberikan kepada penulis dalam menjalani hidup hingga penulis
bisa menyelesaikan studi dan skripsi dengan baik di Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada:
1. Keluarga tercinta (Bapak, Ibu, Mas Tono) atas cinta, kasih sayang, dan
pengorbanannya kepada penulis.
2. Bapak Drh. Chaerul Basri, M. Epid dan Ibu Dr. Ir. Etih Sudarnika, M.Si.
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan nasehat yang membangun serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drh. Huda S Darusman M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
4. Dosen dan staf karyawan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner .
5. Indonesian Dutch Partnership on Highly Pathogenic Avian Influenza Control
(IDP-HPAI) dan Tim AI FKH IPB yang telah memberikan data untuk
penelitian penulis.
6. Ulil Azmi Nurlaili Afifah yang selalu setia menemani penulis dalam proses
penulisan skripsi.
7. Teman-teman Pondok Suzuran, para Ababil (Pakuwojo), para penghuni
Baskom dan Anggota Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon VII
Kompi A IPB.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal ibadah dan kebaikan
kepada mereka semua. Kesalahan dalam penulisan skripsi ini tentu datang dari
saya pribadi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
Bogor, April 2012
Antok Dwi Prasetyo

ix


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 5 April 1989. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Suliman dan Ibu
Kasmi.
Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2001
di Sekolah Dasar Negeri I Ngasem dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP N I Ngasem hingga lulus tahun 2004. Pendidikan SMA
diselesaikan pada tahun 2007 di SMA N I Bojonegoro. Pada tahun yang sama
penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) sebagai mahasiswa.
Semasa menjadi mahasiswa FKH IPB, penulis aktif dalam kegiatan
eksternal dan internal kampus yaitu anggota Divisi Konservasi Eksitu di UKM Uni
Konservasi Fauna (UKF) IPB 2007-2009, anggota Divisi Internal Ikatan
Mahasiswa Jawa Timur (Imajatim) 2008-2009, Wakil Ketua Paguyuban Angling
Dharma (PAD) Bojonegoro 2008-2009, Wakil Ketua Himpunan Minat Profesi
Ornithologi dan Unggas 2009-2010, Komandan Resimen Mahasiswa (Menwa) IPB
periode 2010-2011.

x

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xv

PENDAHULUAN .........................................................................................
Latar belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Manfaat .................................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................

1
1
2
2
3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Newcastle disease .................................................................................
Biosekuriti ............................................................................................
Biosekuriti pada peternakan unggas sektor IV .....................................
Faktor risiko yang terkait dengan kejadian penyakit ............................

4
4
8
9
11

BAHAN DAN METODE ..............................................................................
Kerangka konsep ..................................................................................
Desain penelitian ..................................................................................
Sumber data ..........................................................................................
Waktu dan tempat penelitian ................................................................
Sampel penelitian ................................................................................
Definisi operasional ..............................................................................
Analisis data .........................................................................................

13
13
13
14
14
14
15
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Analisis univariat ..................................................................................
Karakteristik peternak unggas sektor IV ..............................................
Penerapan biosekuriti ...........................................................................
Sanitasi .................................................................................................
Isolasi ....................................................................................................
Lalu lintas ternak ..................................................................................
Pengetahuan peternak ...........................................................................
Analisis bivariat ....................................................................................
Hubungan antara karakteristik peternak dengan infeksi virus ND .......
Hubungan antara manajemen biosekuriti dengan infeksi virus ND .....
Hubungan antara sanitasi dengan infeksi virus ND .............................
Hubungan antara isolasi dengan infeksi virus ND ...............................
Hubungan antara lalu lintas ternak dengan infeksi virus ND ...............
Hubungan pengetahuan peternak dengan infeksi virus ND .................

17
17
17
18
18
19
21
21
22
22
24
24
27
29
30
xi

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 32
Kesimpulan ........................................................................................... 32
Saran ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 33
LAMPIRAN ................................................................................................... 37

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Definisi operasional peubah penelitian ........................................................... 15

2

Distribusi frekuensi karakteristik peternak sektor IV di Kecamatan
Cipunagara Kabupaten Subang ...................................................................... 18

3

Distribusi frekuensi penerapan sanitasi di peternakan unggas sektor IV di
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang .................................................... 19

4

Distribusi frekuensi penerapan isolasi di peternakan unggas sektor IV di
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang ................................................... 20

5

Distribusi frekuensi lalu lintas di peternakan unggas sektor IV di
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang .................................................... 21

6

Hasil uji chi-square karakteristik peternak unggas sektor IV di Kecamatan
Cipunagara Kabupaten Subang ..................................................................... 22

7

Hasil uji chi-square manajemen biosekuriti (sanitasi) pada peternakan
unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang .................... 25

8

Hasil uji chi-square manajemen biosekuriti (isolasi) pada peternakan
unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang .................... 27

9

Hasil uji chi-square manajemen biosekuriti (lalu lintas ) pada peternakan
unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang .................... 30

10

Hasil uji chi-square pengetahuan peternakan unggas sektor IV
di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang ............................................... 31

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Skematis virus ND ............................................................................................... 4

2

Kerangka konsep penelitian .................................................................... 13

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Hasil analisis distribusi frekuensi karakteristik peternak .............................. 37

2

Hasil analisis distribusi frekuensi sanitasi .................................................... 38

3

Hasil analisis distribusi frekuensi isolasi ...................................................... 40

4

Hasil analisis distribusi frekuensi lalu lintas ternak ...................................... 41

5

Hasil analisis distribusi frekuensi pengetahuan peternak .............................. 42

6

Hasil uji chi-square karakteristik peternak .................................................. 43

7

Hasil uji chi-square manajemen biosekuriti (sanitasi) ................................. 47

8

Hasil uji chi-square manajemen biosekuriti (isolasi) ................................... 52

9

Hasil uji chi-square manajemen biosekuriti (lalu lintas ternak) ................... 57

10

Hasil uji chi-square pengetahuan peternak .................................................. 60

xv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkat pula kebutuhan
protein hewani. Sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat
berasal dari produk unggas, yaitu daging dan telur. Hal ini mengakibatkan
permintaan bahan makanan tersebut meningkat dan mendorong masyarakat untuk
memelihara ternak unggas. Jenis unggas yang dipelihara masyarakat adalah
broiler, layer dan kampung. Unggas merupakan ternak yang masa panennya cepat
dan pemeliharaannya relatif mudah dibandingkan hewan lainnya (Akoso 1998).
Jenis unggas yang banyak dipelihara masyarakat adalah jenis ayam
kampung karena mudah dipelihara secara sederhana atau yang sering disebut
peternakan unggas sektor IV (Sarwono 1999; Tarwiyah 2001). Sebagian besar
masyarakat memilih ayam kampung sebagai pekerjaan sampingan sehingga
pemeliharaannya tidak mendapatkan perhatian yang serius seperti unggas jenis
lainnya. Seperti diketahui, berdasarkan sistem produksinya, industri perunggasan
terbagi ke dalam empat sektor, yaitu peternakan unggas sektor I (integrated
industry), peternakan unggas sektor II (commercial production), peternakan
unggas sektor III (commercial production), dan peternakan sektor IV (backyard
farm), akan tetapi peternakan unggas sektor III dan sektor IV memiliki kelemahan
sistem kesehatan hewan dibandingkan dengan peternakan unggas sektor I dan
sektor II (DEPTAN RI 2006). Cara pemeliharaan unggas sektor IV yang tidak
intensif dan sangat sederhana membuat ayam kampung rentan terhadap penyakit.
Penyakit yang biasa menyerang peternakan unggas sektor IV disebabkan oleh
virus. Virus merupakan parasit yang berukuran mikroskopis yang menginfeksi sel
organisme biologis atau disebut sel inang. Virus yang sering menyerang ayam
adalah virus Newcastle Disease (ND).
ND merupakan penyakit endemik Indonesia. Penyakit ini mempunyai
dampak penting dalam industri perunggasan karena menyebabkan penurunan
kuantitas produksi telur maupun kualitas, gangguan pertumbuhan, biaya
penanggulangan penyakit yang tinggi dan mendukung timbulnya penyakit
pernapasan lainnya (DISNAK 2010). Pemerintah telah banyak melakukan
program pengendalian penyakit ND, antara lain vaksinasi, pelayanan kesehatan,

2

biosekuriti, dan memberikan tata cara penanganan unggas yang sakit ataupun
yang mati dengan harapan meminimalisir kerugian akibat penyakit ini dengan
persentase kematian 10-100% (Muslim 2002). Kematian massal pun bisa terjadi
jika tidak tertangani dengan benar, kematian massal pada populasi ternak
khususnya unggas berdampak nyata menyebabkan ekonomi global goyah
(Cannell et al. 2008). ND sulit dikendalikan dan sampai saat ini belum diketahui
secara pasti faktor-faktor risiko pada peternakan unggas sektor IV.
Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang
terdiri atas tiga puluh kecamatan. Kecamatan yang banyak memelihara peternakan
unggas sektor IV adalah Kecamatan Cipunagara. Wilayah ini banyak disorot oleh
media karena adanya kasus ND, menurut Dinas Peternakan Kabupaten Subang
(2010) pada tahun 2010 terjadi 258 kasus unggas mati mendadak akibat ND. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan dengan fokus kajian faktor risiko terhadap
infeksi virus ND pada peternakan unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara
Kabupaten Subang.

Tujuan
1. Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi virus ND pada
peternakan unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten
Subang.
2. Mengetahui besaran risiko (nilai risiko relatif) pada faktor risiko yang
secara signifikan berhubungan dengan infeksi virus ND pada peternakan
unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.

Manfaat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor risiko terhadap
infeksi virus ND pada peternakan unggas sektor IV dalam praktek
peternakan.
2. Untuk Pemerintah Daerah menjadi dasar dalam melakukan intervensi
dalam pengelolaan ternak terkait pengendalian penyakit ND pada
peternakan unggas sektor IV serta mengetahui faktor-faktor risikonya.
3. Untuk Pemerintah Pusat, menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
program pengendalian penyakit ND.

3

Hipotesis
Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0

: Tidak ada hubungan antara karakteristik peternak, penerapan biosekuriti
dan pengetahuan peternak dengan infeksi virus ND pada peternakan
unggas sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.

H1

: Ada hubungan antara karakteristik peternak, penerapan biosekuriti dan
pengetahuan peternak dengan infeksi virus ND pada peternakan unggas
sektor IV di Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Newcastle disease
Newcastle

disease

disebut

juga

penyakit

tetelo

atau

avian

pneumoencephalitis. Penyakit ini juga memiliki nama lokal, diantaranya konoku
(Ghana bagian barat), twase obgo (Accra), nkoko yare (Volta), muzungo
(Monzabi), mbendeni (Xistwa), dan ranikhet (Asia). Penyakit ini dapat menyerang
semua jenis unggas, baik yang masih liar maupun yang sudah dibudidayakan
(Fadillah dan Polana 2005). ND merupakan penyakit viral bersifat kompleks yang
disebabkan oleh Avian paramyxovirus tipe-1 yang tergolong ke dalam genus
Rubulavirus dan family paramyxovirus. Famili ini tergolong ke dalam virus RNA
yang memiliki envelope serta memiliki sel target berupa sel epitel mukosa saluran
pernapasan atau pencernaan.
Secara umum, virus ini mempunyai ukuran besar, beramplop dan berbentuk
pleomorfik dengan diameter 150-300nm seperti pada Gambar 1. Virion terdiri dari
susunan nukleokapsid heliks yang berisi asam inti RNA rantai tunggal (ssRNA),
dikelilingi membran tipis yang terdiri dari lipid bilayer, lapisan protein, dan
glikoprotein

yang

berbentuk

paku

menonjol

pada

permukaan partikel

(Alexander 2003; Fenner dan Fransk 1995).

Gambar 1 Skematis virus ND. (FAO 2004)

5

Menurut Herenda dan Franco (1996) ND terbagi atas 5 fenotipe berdasarkan
gejala klinisnya, yakni viscerotropic velogenic newcastle disease (VVND),
neurotropic velogenic newcastle disease (NVND), mesogenic, lentogenic
respiratory, dan asymptomatic enteric. Viscerotropic velogenic newcastle disease
(VVND) merupakan bentuk akut yang menimbulkan mortalitas tinggi pada
unggas semua umur. Tipe ini juga dikenal dengan bentuk doyle yaitu dicirikan
dengan adanya lesio perdarahan pada saluran pencernaan. Gejala klinis yang
muncul antara lain unggas terlihat lesu, pembengkakan di daerah sekitar mata,
diare dengan feses berwarna hijau atau putih dapat bercampur dengan darah,
tortikolis, tremor otot serta paralisis kaki dan sayap.
Neurotropic velogenic newcastle disease (NVND) dikenal dengan bentuk
beach menimbulkan gejala klinis pada saluran pernapasan dan saraf yang dapat
menyebabkan mortalitas sampai 50% pada unggas dewasa dan sebesar 90% pada
unggas muda. Gejala klinis yang sering timbul adalah sesak napas, ngorok,
paralisis, dan tortikolis. Virus ND galur mesogenik hanya menyebabkan kematian
pada unggas muda yang dikenal dengan bentuk beaudette. Tingkat virulensi
bentuk ini kurang ganas dibandingkan bentuk beach. Virus ND galur lentogenik
memiliki gejala klinis yang bersifat ringan, tidak menimbulkan kematian pada
unggas dewasa dan biasanya banyak digunakan sebagai vaksin. Bentuk
assymptomatic enteric merupakan bentuk yang tidak menunjukkan gejala klinis
dan gambaran patologis, tetapi ditandai dengan infeksi usus oleh virus-virus galur
lentogenik yang tidak menyebabkan penyakit (Alexander 2003).
Masa inkubasi penyakit ini beragam antar 2 – 15 hari, tergantung dari jenis
virus yang menginfeksi, umur dan status kekebalan unggas, infeksi dengan
organisme lain, kondisi lingkungan, dan jalur penularan (Fadilah dan Polana
2004). Unggas yang terinfeksi mempunyai peranan penting dalam penyebaran
penyakit dan sebagai sumber infeksi. Pada mulanya virus bereplikasi pada epitel
mukosa dari saluran pernapasan bagian atas dan saluran pencernaan, segera
setelah infeksi virus menyebar lewat aliran darah ke ginjal dan sumsum tulang
yang menyebabkan viremia sekunder. Kesulitan bernapas dan sesak napas timbul
akibat penyumbatan pada paru-paru dan kerusakan pada pusat pernapasan di otak.
Perubahan pasca mati meliputi pendarahan pada laring, trakhea, esophagus dan di
sepanjang usus (Fenner dan Fransk 1995).

6

Pada tahun 1926, Indonesia merupakan negara pertama terjangkit ND,
tepatnya di pulau Jawa. Pada tahun yang sama dan ketika musim gugur virus ini
menyebar ke Inggris, dan pertama kali dilakukan pengamatan lebih lanjut di
Newcastle, sehingga penyakit ini disebut Newcastle Disease (Fenner dan Fransk
1995). Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit ini disuatu kawasan
peternakan unggas adalah dengan vaksinasi. Setiap peternakan mempunyai
program vaksinasi yang berbeda antara satu peternakan dengan peternakan
lainnya.
Pencegahan penyakit ND hanya bisa dilakukan dengan cara memberikan
vaksinasi. Vaksin ND dapat berasal dari virus tipe lentogenik, mesogenik, dan
velogenik. Menurut Fadillah dan Polana (2004) biasanya vaksin ND dibuat dari
virus jenis ringan (lentogenik) dan sedang (mesogenik). Tipe lentogenik
merupakan strain virus ND yang tingkat virulensi dan mortalitasnya rendah yang
terdiri dari strain B1 (hitcner), strain La Sota, dan strain F, starin Ulster 2C atau
Queensland V4 (Allan et al. 1978; Fadillah dan Polana 2005; Jeon et al. 2008).
Strain F memiliki sifat virulensi paling rendah daripada strain lentogenik lainnya
dan paling efektif jika dilakukan secara individu. Aplikasi strain B1 biasanya
dilakukan pada anak ayam yang baru berumur sehari atau Day Old Chick (DOC)
melalui air minum atau disemprotkan. Strain La Sota merupakan salah satu strain
yang paling sering digunakan sebagai vaksin (Allan et al. 1978). Aplikasinya
dilakukan dengan cara disemprot (spray) dan bisa digunakan untuk vaksin
pertama atau sebagai booster (Fadillah dan Polana 2004).
Vaksin adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme tertentu yang dapat
merangsang kekebalan tubuh terhadap penyakit

yang disebabkan oleh

mikroorganisme tersebut. Bahan yang berisi organisme penyebab penyakit
tersebut jika dimasukkan ke dalam tubuh hewan tidak menimbulkan bahaya
penyakit tetapi masih dapat dikenali oleh sistem imun serta dapat merangsang
pembentukan kekebalan terhadap agen penyakit tersebut dan tindakan ini dikenal
dengan istilah vaksinasi (Kayne dan Jepson 2004).
Saat ini telah dikenal beberapa jenis vaksin, seperti vaksin aktif (lived),
inaktif (killed), subunit, dan vaksin DNA. Vaksin aktif merupakan vaksin yang
berasal dari virus aktif yang virulen maupun avirulen yang berarti virus dalam
vaksin tersebut dalam keadaan hidup tetapi telah dilemahkan. Vaksin inaktif berisi

7

antigen yang mati, biasanya dibuat dari virus virulen yang kemudian diinaktifkan
secara fisik maupun dengan menggunakan bahan-bahan kimia, tanpa merusak
imunogenitas virus tersebut (Kayne dan Jepson 2004). Untuk meningkatkan
imunogenitas vaksin inaktif biasanya ditambahkan adjuvant. Adjuvant merupakan
bahan yang dicampur dengan vaksin untuk meningkatkan respon imun, baik
humoral ataupun seluler, sehingga dengan demikian diperlukan jumlah antigen
yang lebih sedikit dan lebih rendah dosis yang diberikan (Fenner dan Fransk
1995). Pada umumnya, vaksin aktif lebih baik daripada vaksin inaktif, karena
dapat memberikan respon kekebalan yang lebih kuat dan dapat merangsang
produksi interferon (Tizard 2004). Vaksin subunit berasal dari virus yang telah
mengalami pemisahan antara protein dan asam nukleatnya (epitop) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
Vaksin yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kemurnian,
keamanan, serta kemampuan untuk merangsang kekebalan terhadap penyakit pada
hewan. Suatu vaksin dikatakan memenuhi ketiga persyaratan tersebut jika dua
minggu setelah vaksinasi telah terbentuk antibodi dengan titer protektif. Proteksi
vaksin dapat dilakukan dengan uji tantang menggunakan virus yang memiliki
tingkat virulensi tinggi (Kayne dan Jepson 2004). Vaksin yang baik harus
memberikan proteksi lebih dari 95% terhadap hewan coba atau tidak lebih dari
5% hewan yang terinfeksi atau sakit. Keberhasilan vaksinasi sangat dipengaruhi
oleh status kesehatan unggas, keadaan nutrisi unggas, sanitasi lingkungan dan
sistem perkandangan, serta program vaksinasi yang baik (Akoso 1998).
Keuntungan pemberian vaksin adalah mencegah timbulnya gejala klinis dan
kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas serta mengurangi
populasi unggas yang rentan. Kelemahan vaksinasi adalah memerlukan waktu
sebelum kekebalan protektif tercapai, flok yang divaksinasi tidak memperlihatkan
gejala klinis sesudah terekspos, tetapi tetap dapat terinfeksi virus dan bertindak
sebagai reservoir (Rahardjo 2004).
Penyebaran penyakit ND di Indonesia pertama dilaporkan oleh Kreneveld di
Jakarta (1926), sejak saat itu kejadian penyakit ND dilaporkan dimana-mana.
Sampai sekarang belum satu daerah pun di Indonesia yang bebas dari penyakit ini
(DEPTAN 1993).

8

Biosekuriti
Biosekuriti adalah manajemen kesehatan lingkungan yang baik agar risiko
munculnya penyakit tidak terjadi. Menurut Hutchinson (2008) definisi dari
biosekuriti adalah serangkaian tahapan manajemen yang diambil untuk
melindungi masuknya agen infeksius ke dalam suatu kelompok ternak hewan.
Biosekuriti merupakan praktek manajemen dengan mengurangi potensi transmisi
perkembangan organisme seperti virus dalam menyerang hewan ternak. Jeffrey
(1997) mendefinisikan biosekuriti sebagai suatu rancangan untuk mencegah
penyebaran penyakit.
Penerapan biosekuriti sangat dibutuhkan dalam program keamanan pangan
ditingkat peternakan untuk menjamin mutu dan kesehatan hewan, memenuhi
keinginan konsumen dan memberikan keuntungan pada peternakan tersebut, serta
menjamin hewan lebih sehat (Hutchinson 2008). Biosekuriti juga penting untuk
mengendalikan dan mencegah berbagai penyakit unggas yang mematikan pada
peternakan. Sumber penyakit pada peternakan adalah orang, pegawai, dokter
hewan, supir, unggas yang baru masuk, peralatan yang tercemar atau yang masih
mengandung agen penyakit, vektor seperti rodensia, burung liar, insekta, dan juga
burung air (Carey et al. 2008).
Secara garis besar biosekuriti terdapat tiga komponen utama, yaitu sanitasi,
isolasi, dan pengendalian lalu lintas. Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi
secara teratur terhadap bahan-bahan dan peralatan yang masuk ke dalam
peternakan dan di dalam peternakan. Isolasi merupakan pengurungan atau
pengandangan hewan dan juga pemisahan hewan sehat dengan yang sakit, dapat
diartikan penyediaan tempat khusus hewan agar ada pemisah untuk pencegahan
masuknya hewan lain masuk dalam lingkungan ternak. Sementara itu komponen
utama terakhir mempunyai arti mengendalikan lalu lintas manusia, unggas, hewan
lain, bahan, dan peralatan ke dan dari peternakan agar tidak terjadi kontaminan.
Pengendalian ini dapat mencakup larangan masuk terhadap orang yang tidak
berkepentingan ke dalam kandang, serta melakukan penyemprotan terhadap supir,
penjual, atau petugas lainnya (Jeffrey 1997).

9

Biosekuriti pada peternakan unggas sektor IV
Peternakan unggas sektor IV merupakan satu dari empat sektor peternakan
unggas di Indonesia, sektor ini mempunyai sistem yang sangat terbuka dan tidak
melaksanankan tindakan biosekuriti sehingga mudah terserang penyakit. Secara
umum peternakan sektor IV tidak mengerti mengenai kesehatan hewan, hal ini
dapat terlihat dari sistem peternakannya yang masih tradisional. Sebagai contoh
unggas dibiarkan berkeliaran di kebun orang dengan pakan apa pun yang tersedia
dan tanpa adanya usaha pencegahan penyakit. Kondisi ini menjadikan unggas
berisiko tinggi dan rentan terhadap penyakit hewan menular. Berbagai jenis
penyakit menular di unggas telah dilaporkan di Indonesia. Selain kesehatan
hewan, hal lain yang terkait dengan kesehatan hewan dan juga tidak kalah penting
adalah biosekuriti.
Menurut Jeffrey (1997) biosekuriti yang dilakukan pada peternakan sektor
IV terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu isolasi, pengawasan lalu lintas ternak,
dan sanitasi. Isolasi merupakan pengurungan atau pengandangan hewan dalam
satu lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah,
kandang, atau sangkar untuk menjaga hewan tidak lepas atau keluar, serta
mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut. Tindakan isolasi
meliputi:
1. Adanya pagar yang melindungi peternakan dari lingkungan luar.
2. Adanya jarak antara peternakan dengan rumah penduduk.
3. Adanya pemisah antara kandang unggas air dan kandang ayam, ternak
ataupun hewan kesayangan lainnya.
4. Adanya konstruksi kandang yang baik dan kokoh untuk melindungi
unggas air dari tikus, kecoa, burung liar ataupun hewan pengganggu
lainnya.
5. Adanya rentang waktu (2-4 minggu) ketika akan menyatukan unggas
air yang baru dengan unggas air yang lama.
Pengendalian diterapkan terhadap lalu lintas dari dan ke peternakan, serta dalam
peternakan itu sendiri. Pengendalian ini diterapkan pada manusia, unggas, hewan
lain, bahan, dan peralatan ternak. Tindakan pengawasan lalu lintas meliputi:
1. Pengawasan terhadap pengunjung.
2. Peternak tidak meminjamkan peralatan kandang.

10

3. Peternak tidak meminjam peralatan kandang.
4. Peternak tidak membawa unggas miliknya ke kandang tetangga atau
sebaliknya.
5. Isolasi terhadap unggas yang sakit.
6. Adanya tindakan desinfeksi terhadap pengunjung yang keluar masuk
area peternakan.
Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi, bahan-bahan, dan peralatan yang
masuk ke dalam peternakan dan didalam peternakan. Beberapa tindakan dalam
sanitasi meliputi:
1. Kebersihan tempat pakan.
2. Kebersihan tempat minum.
3. Kebersihan kandang.
4. Kebersihan peralatan kandang.
5. Kebersihan lingkungan kandang.
6. Kebersihan air minum (sumber air minum).
7. Kebersihan tempat penyimpanan pakan.
8. Adanya penguburan atau pembakaran unggas air yang mati.
Peternakan sektor IV mengambil lokasi kandang sangat berdekatan dengan
lingkungan masyarakat sehingga para peternak harus memahami pentingnya
penerapan biosekuriti untuk menanggulangi penyebaran virus yang kemungkinan
berasal dari hewan ternak. Pola biosekuriti yang dapat diterapkan di peternakan
sektor IV diantaranya adalah menjaga kondisi ternak unggas agar selalu bersih,
pemberian pakan ternak yang memadai serta vaksinasi yang teratur. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah pemisahan unggas yang teridentifikasi sakit dengan
unggas yang sehat dan pengawasan terhadap hewan ternak yang baru. Menurut
Wolfgang (2008) isolasi terhadap unggas sakit akan menjaga agen penyakit tidak
menular ke unggas yang rentan dan mendukung proses penyembuhan unggas sakit
sekaligus meminimalkan dampak kerugian ekonomi.
Keberhasilan dalam upaya memutus rantai penularan penyakit sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam pengendalian suatu penyakit (DEPTAN 2008).
Memotong hewan ternak merupakan upaya yang dapat dilaksanakan untuk
memutus rantai penyebaran suatu penyakit. Menurut Abubakar (2003) tindakan

11

memotong ternak dilakukan dengan memperhatikan prosedur pemotongan sebagai
berikut:
1. Ayam yang akan disembelih dalam keadaan baik dan tidak dalam keadaan
lelah.
2. Ayam yang akan disembelih terlebih dahulu telah diistirahatkan selama
12-24 jam.
3. Ayam disembelih pada leher dengan memotong arteri karotis dan vena
jugularis agar darah keluar sempurna.
4. Pencabutan bulu dilakukan setelah ayam tersebut benar-benar mati.
5. Limbah sisa pemotongan (darah, bulu, kuku, dan kotoran) dibuang pada
tempat yang aman dengan cara dikubur.

Faktor risiko yang terkait dengan kejadian penyakit
Menurut DEPTAN (1993) peternakan unggas sektor IV mempunyai risiko
terjangkit virus ND yang tinggi, faktor-faktor risiko tersebut adalah karakteristik
peternak, sanitasi, isolasi, pengendalian lalu lintas ternak. Tim AI FKH IPB
(2005) menyebutkan faktor pengendalian lalu lintas, sanitasi (kebersihan kandang,
halaman kandang, tempat pakan dan minum) dan tindakan karantina dapat
dianggap sebagai faktor risiko (penyebab)

yang cukup kuat terhadap

kemungkinan pemaparan virus.
Menurut Siahaan (2007) peternakan yang tidak melakukan penanganan
terhadap kotoran unggas berisiko 5.13 kali lebih besar terpapar virus daripada
peternakan yang melakukan penanganan kotoran dengan baik (OR=5.13;
SK=2.827-9.297), begitu juga dengan unggas yang diumbar berisiko 6.35 kali
lebih terpapar virus daripada unggas yang tidak diumbar (OR=6.35; SK=1.34629.977). Masih menurut Siahaan (2007) peternakan yang dikelola tanpa
melakukan penguburan/ pembakaran terhadap unggas mati memiliki risiko
terpapar virus 15.63 kali lebih besar daripada peternakan yang melakukan
penguburan/ pembakaran terhadap unggas mati. Kehadiran hewan lain terutama
burung liar menyebabkan risiko pemaparan virus lebih besar daripada tidak ada
hewan lain masuk kandang (OR=16.94; SK=2.128-134.764). Kandang yang tidak
dibersihkan memberi peluang 12,44 kali lebih besar terpapar virus dibandingkan
dengan kandang yang dibersihkan (OR=12.44; SK=3.257-47.548). Tempat pakan

12

yang kotor menyebabkan risiko terpapar virus 5 kali lbih besar daripada tempat
pakan yang bersih (OR=5.00; SK=1.581-15.817). Tempat minum yang kotor
menyebabkan risiko terpapar virus 4,85 kali lebih besar daripada tempat minum
yang bersih (OR=4.85; SK=1.361-17.309).

13

BAHAN DAN METODE
Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut :
Peubah yang diamati :
1. Karakteristik peternak
 Pendidikan peternak
 Umur peternak
 Alasan pemeliharaan
 Pengalaman beternak

2. Biosekuriti
 Sanitasi
o Pembersihan kandang
o Pembersihan tempat pakan
o Pembersihan tempat minum
o Perlakuan terhadap kotoran
o Cara pembersih kandang
o Sumber air
 Isolasi
o Pemisahan unggas sakit
o Pemisahan unggas baru
o Pemisahan jenis
o Perlakuan terhadap unggas mati
 Pengawasan lalu lintas ternak
o Kandang berpagar
o Desain kandang bebas dari
tikus
o Desain kandang bebeas dari
burung liar

Seroprevalensi
ND pada
peternakan
unggas sektor
IV

3. Pengetahuan peternak
Gambar 2 Kerangka konsep penelitian.

Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah

studi cross-sectional.

Penelitian ini

menggunakan kuisioner sebagai perangkat untuk mengukur faktor risiko terhadap
infeksi virus ND pada peternakan sektor IV. Adapun pengukuran infeksi virus ND
adalah berdasarkan uji HI (Hemmagglutinasion Inhibition) dengan nilai  24
menunjukkan bahwa peternakan yang diuji adalah terinfeksi virus ND.
Selanjutnya hubungan asosiasi diuji dengan uji chi-square untuk mengetahui

14

hubungan antara faktor risiko dengan kejadian infeksi virus ND. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara diolah dengan program SPSS 16.0 untuk
memudahkan perhitungan.
Peternakan unggas sektor IV yang terlibat sebanyak 448 peternakan.
Pertanyaan pada kuisioner terdiri dari karakteristik peternak, manajemen
biosekutiri yang terdiri atas sanitasi, isolasi, dan pengawasan lalu lintas hewan
serta diberi pertanyaan mengenai pengetahuan peternak yang meliputi aspek
pengenalan gejala klinis, hewan yang dapat terserang, cara penularan, dan cara
pelaporan jika ada unggas yang terinfeksi ND. Informasi mengenai peternakan
unggas sektor IV tersebut diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner
terstruktur kepada pemilik atau penanggung jawab peternakan unggas sektor IV.
Dari keseluruhan responden, akan diambil peternakan yang tidak melakukan
vaksinasi ND pada ternaknya.

Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari hasil studi cross-sectional Kesehatan
Unggas Sektor IV yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (FKH IPB) dengan Indonesian Dutch Partnership on Highly
Pathogenic Avian Influenza Control (IDP-HPAI) pada bulan Desember tahun
2009.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan
Januari 2012 di laboratorium Epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Sampel Penelitian
Kerjasama antara FKH IPB dengan Indonesian Dutch Partnership on
Highly Pathogenic Avian Influenza Control (IDP-HPAI) mengambil sampel
dengan sistem zona dengan sampel sejumlah 448 peternakan. Sampel peternakan
yang diambil dalam penelitian ini adalah peternak yang tidak melakukan vaksinasi
ND pada ternaknya. Dengan demikian maka dari total 448 sampel peternak,
besaran sampel yang dianalisis pada penelitian ini adalah sebanyak 181
peternakan yang tidak melakukan vaksinasi.

15

Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian
No.
1

Peubah
Infeksi virus ND

Definisi Operasional
Keberadaan antigen virus ND
pada unggas

Alat Ukur
Uji
laboratorium

Cara Ukur
Serologis
HI tes

Skala
Nominal
1= Terinfeksi (titer 24)
2= Tidak terinfeksi(titer 40

4

Alasan
pemeliharaan
ternak

Tujuan dilakukannya
beternak oleh peternak

Kuisioner

Wawancara

Nominal
1= Utama
2= Sambilan

5

Pengalaman
beternak

Lamanya beternak

Kuisioner

Wawancara

Nominal
1=10tahun
2= 40 tahun
Alasan pemeliharaan
 Penghasilan utama
 Bukan penghasilan utama
Pengalaman beternak
 > 10 tahun
 < 10 tahun

Jumlah

Persentase (%)

102
79

54.9
43.6

108
73

59.7
40.3

24
157

13.3
86.7

80
101

44.2
55.8

Sebagian besar peternak mempunyai alasan sebagai bukan penghasilan
utama yaitu sebanyak 157 peternak (86.7 %) dan yang merupakan penghasilan
utama yaitu sebanyak 24 peternak (13.3 %), hasil ditunjukkan pada Tabel 2.
Peternak yang memiliki pengalaman beternak kurang dari sepuluh tahun adalah
sebanyak 101 peternak (55.8 %) dan yang lebih dari sepuluh tahun adalah
sebanyak 80 peternak (44.2 %), hasil ditunjukkan pada Tabel 2.

Penerapan Biosekuriti
Sanitasi
Sanitasi dibagi menjadi enam kategori, yaitu pembersihan kandang,
pembersihan tempat pakan, pembersihan tempat minum, perlakuan terhadap
kotoran, cara pembersihan kandang, dan sumber air. Data mengenai sanitasi
disajikan pada Tabel 3. Peternak yang melakukan pembersihan kandang beberapa
kali dalam seminggu adalah sebanyak 99 peternak (54.7 %), peternak yang
melakukan pembersihan kandang beberapa minggu sekali sebanyak 35 peternak
(19.3 %) dari total 134 peternak yang mempunyai kandang untuk ternaknya.
Untuk pembersihan tempat pakan didapatkan 104 peternak (57.5 %) yang
melakukan pembersihan tempat pakan beberapa kali dalam seminggu. Peternak
yang melakukan pembersihan tempat pakan beberapa minggu sekali adalah
sebanyak 49 peternak (27.1 %) dari total 153 peternak yang mempunyai tempat
pakan sendiri untuk ternaknya (Tabel 3).

19

Tabel 3 Distribusi frekuensi penerapan sanitasi di peternakan unggas sektor IV di
K