Karakterisasi FTIR dari Bibit Jamur Tiram pada Media Jagung Pecah.

KARAKTERISASI FTIR DARI MISELIUM
BIBIT JAMUR TIRAM PADA MEDIA JAGUNG PECAH

ERNI APRILINA

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi FTIR dari
Miselium Bibit Jamur Tiram pada Media Jagung Pecah adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Erni Aprilina
NIM G74110005

ABSTRAK
ERNI APRILINA. Karakterisasi FTIR dari Bibit Jamur Tiram pada Media Jagung
Pecah. Dibimbing oleh IRZAMAN.
Penelitian ini bertujuan mempelajari dan menghitung konstanta gaya hasil FTIR
pada miselium bibit jamur serta mengukur kadar protein. Potato Dekstrose Agar
(PDA) dikukus dalam waktu 100 menit, yaitu 20 menit mendidihkan air dan 80
menit ditahan. Uji protein dilakukan dengan metode SNI 01-2891-1992 yang
dimodifikasi dan dilakukan 2 kali pengulangan. Hasil analilis FTIR menunjukkan
bahwa miselium bibit F0 pada tingkat 3 memiliki transmitansi yang lebih rendah
dari miselium bibit tingkat 2 dan 1. Hal ini menunjukkan bahwa pengukusan pada
tingkat 3 dapat membunuh bakteri lebih baik. Miselium bibit F2 memiliki
transmitansi yang lebih tinggi dari bibit F1 dan F0. Hasil analisis FTIR juga
menunjukkan bahwa miselium bibit jamur tiram memiliki gugus fungsi C-H, C-O,
O-H, C=O, dan C-N. Uji protein menunjukkan bahwa kandungan protein rata-rata
dalam jamur sebesar 5.64 %.
Kata kunci: Miselium, FTIR, uji protein, jagung pecah


ABSTRACT
ERNI APRILINA. FTIR Characterization of mycelium of oyster mushroom seed
on busted corn. Guided by IRZAMAN.
This study is aimed to explore and determine the spring constant based on
molecular bond analysis of the oyster mushroom mycelium with Fourier
Transform Infra Red to analyze the protein of mycelium. Potato Dekstrose Agar
(PDA) was steamed in 100 minutes, 20 minutes for boiling the water and 80
minutes for holding at constant temperature. Protein analysis were done twice by
using SNI 01-2891-1992 method. FTIR analysis showed that the tiers 3 oyster
mushroom mycelium has higher transmittance than others, which mean that the
steaming on the tiers 3 is able to destroy the bacteria well enough. Mycelium F2
has higher transmittance than F1 and F0. FTIR analysis also showed that oyster
mushroom mycelium has C-H, C-O, O-H, C=O, and C-N molecular bonds.
Protein analysis showed that mycelium oyster mushroom contains of 5.64 %
protein.
Key words: Mycelium, FTIR, analysis protein, busted corn

KARAKTERISASI FTIR DARI
BIBIT JAMUR TIRAM PADA MEDIA JAGUNG PECAH


ERNI APRILINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul
“Karakterisasi FTIR pada Miselium Bibit Jamur Tiram dengan Media Jagung
Pecah” sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Munir dan Ibu Satiyem yang telah memberikan nasehat, motivasi,
kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak pernah habis.
2. Kedua adik tersayang Yanuar Hafidz dan Tanti Nafisa Rahma yang telah
memberi semangat, kasih sayang, canda tawa, dan cerita kepada penulis.
3. Semua keluarga besar yang telah mendukung, memotivasi, dan
mendoakan yang tidak pernah putus.
4. Bapak Dr Ir Irzaman, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah
memberi bimbingan, kritik, dan saran dalam penulisan laporan ini.
5. Bapak Dr Akhiruddin Maddu, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran selama proses belajar di Departemen Fisika.
6. Ibu Dr Mersi Kurniati, M.Si dan Bapak Drs Sidikrubadi Pramudito,
M.Si selaku penguji atas sarannya.
7. Ibu Maya, Pak Asril serta masyarakat Desa Situ Ilir dan situ Udik yang
senantiasa membantu penelitian ini.
8. Seluruh Dosen pengajar dan semua staf Departemen Fisika IPB.
9. Sahabat @anakmahal Ade Irma Maelani, Octaviane Dwi Mustika,
Nurhasanah, dan Abu Sonip yang senantiasa memberikan semangat.
10. Teman-teman Fisika 48, Dhani, Citra, Egha, Fani, Dinda, Ana, Firdaus,

Rudi, Lusia, Tantan, Riani, dan semua keluarga Phsycopat yang telah
memberikan canda tawa suka duka.
11. Kakak kelas 47, Kak Ardi, Kak Nofi, Kak Kharis, Kak Rey, Kak Khalid,
dll yang telah berbagi ilmu dengan penulis.
12. Adik-adik angkatan 49 dan 50, Gendis Nurnazmumah, Abang, dan
semuanya yang selalu berbagi keceriaan dengan penulis.
13. Teman-teman dari MAN 1 Model Bandar Lampung, Nuur, Stefani,
Mukhlis, Resti, Mirfa, Yoga, yang telah memberikan motivasi dan
dukungannya kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu tidak bisa disebutkan satu per satu
terima kasih atas dukungannya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kemajuan penelitian ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Agustus 2015
Erni Aprilina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Jamur Tiram Putih


3

Karakterisasi FTIR

3

Gerak Molekul

4

METODE

6

Bahan

6

Alat


6

Prosedur Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bibit Biakan Murni (F0)

8
9

Bibit Sebar (F1)

10

Bibit Tanam (F2)

10


Analisis Frekuensi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas ikatan
molekul dalam spektrum FTIR
11
Uji Protein
SIMPULAN DAN SARAN

16
16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA


17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Karakterisasi Ikatan Molekul Miselium Menggunakan FTIR
Perebusan PDA
Tingkat Keberhasilan PDA
Tingkat Keberhasilan Biakan Murni (F0)
Tingkat Keberhasilan Bibit Sebar (F1)
Tingkat Keberhasilan Bibit Tanam (F2)
Analisis vibrasi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas pada
FTIR dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul O-H
Analisis vibrasi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas pada
FTIR dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul C-O
Analisis vibrasi, konstanta pegas harmonik, dan konstanta pegas pada
FTIR dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul C-N
Analisis vibrasi, konstanta pegas harmonik, dan konstanta pegas pada
FTIR dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul C-H
dan C=O
Kadar Protein Miselium Jamur Tiram

8
9
9
9
10
10
13
14
15
15
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Vibrasi regangan (Stretching Vibration)
Vibrasi bengkokan (Bending Vibration)
Model Ikatan Molekul
Diagram Alir Penelitian
Hasil Karakterisasi FTIR

5
5
5
7
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur pembuatan bibit jamur tiram
2 Ikatan diatomik molekul
3 Dokumentasi penelitian

19
21
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi protein hewani di masyarakat berasal dari daging, sapi, ayam,
kambing, dan hewan ternak lainnya masih tergolong relatif rendah karena daya
beli masyarakat yang masih rendah. Oleh karena itu, kebutuhan protein nabati
menjadi pilihan alternatif masyarakat Indonesia pada umumnya seperti kacang
kedelai yang diolah menjadi tempe dan tahu.
Kebutuhan kacang kedelai di Indonesia setiap tahunnya berkisar
2,2 juta ton/tahun, dengan 70% masih berasal dari kacang kedelai impor. 40 %
dari konsumsi kacang kedelai diolah menjadi tahu.1 Tahu memiliki kadar protein
sebesar 8%. Alternatif pengganti sumber makanan berprotein dapat diganti
dengan jamur tiram (Pleorotus ostreatus) yang memiliki kandungan protein
maksimal 10,5% setiap 100 gram berat jamur tiram.2
Budidaya jamur tiram di Indonesia masih terbatas untuk memenuhi
kebutuhan konsumen setempat setiap hari. Padahal prospek pengusahaan jamur
cukup cerah. Karena pangsa pasar untuk ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal
kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan persyaratan.3 Kini jamur tiram
menempati urutan ke dua setelah jamur kancing.4
Hal ini mendorong para petani untuk membudidayakan jamur tiram putih.
Kesulitan yang biasa dialami petani jamur tiram putih merupakan membuat bibit
jamur tiram putih dengan tingkat kontaminasi yang minimal.
Pembuatan bibit jamur tiram putih dengan kultur jaringan sangat rentan
terkontaminasi. Tingkat kontaminasi dapat diminimalisasi dengan sterilisasi
media yang baik. Sterilisasi media sangat penting karena media yang sudah dibuat
biasanya masih mengandung mikroba.5 Proses sterilisasi menonaktifkan mikroba
baik itu bakteri, kapang, atau pun khamir.6 Selain itu juga dibutuhkan ketekunan
bagi petani. Hal ini membuat para petani lebih memilih untuk membeli bibit
jamur tiram putih dengan harga yang cukup mahal di pasaran sehingga akan tidak
menguntungkan bagi para petani kecil.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk membuat bibit
jamur tiram putih yang berkualitas dan meminimalisasi tingkat kontaminasi.
Dalam menghasilkan bibit jamur, digunakan media tanam Potato Dekstros Agar
(PDA) dengan perebusan kentang dalam pembuatan media tanam ini selama
10 menit.7
Selanjutnya dilakukan sterilisasi di dalam dandang dengan harapan dapat
meminimalisasi kandungan bakteri dan mikroba di dalam media tersebut serta
menghindari kontaminasi pada saat kultur jaringan. Sterilisasi dilakukan dengan
tiga tingkat dan ditahan selama 80 menit untuk memaksimalkan proses sterilisasi.
Setelah itu akan dilakukan karakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra
Red (FTIR) untuk memperlihatkan ikatan molekul miselium dan jamur tiram,
guna mengetahui hasil bibit dan jamur tiram dengan berbagai variasi tingkat
sterilisasi. Ikatan molekul miselium dimodelkan dengan model osilator harmonik.

2
Perumusan Masalah
Bagaimana ikatan molekul miselium jamur tiram berdasarkan perlakuan
sterilisasi bertingkat?
Tujuan Penelitian
Mempelajari ikatan molekul serta menentukan besar konstanta pegas
miselium jamur tiram menggunakan data dari peralatan FTIR
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi
kepada petani jamur tentang lama waktu perebusan pembuatan media dan tingkat
sterilisasi yang maksimal, sehingga dapat menurunkan tingkat kontaminasi. Selain
itu, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang nilai vibrasi, konstanta
pegas anharmonik, dan konstanta pegas pada molekul yang terkandung dalam
miselium sebagai indikasi jamur tiram yang berkualitas.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup menganalisa pembuatan bibit biakan
murni (F0), bibit sebar (F1), dan bibit tanam (F2) serta menganalisa ikatan
molekul miselium dengan metode FTIR. Selain itu, penelitian ini juga menguji
kadar protein dalam jamur.

TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Tiram Putih
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok
Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Tubuh buah
jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus)
dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama
binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna
dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin,
diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur
tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 11×4 μm serta miselia
berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.8 Jamur ini banyak ditanam karena
menghasilkan badan buah yang dapat dimakan.9

3
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu. Biasanya orang
menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada
media kayu yang sudah lapuk.10 Jamur tiram putih memiliki aroma yang khas
karena mengandung muskorin yang penting bagi kesehatan. Jamur tiram
mempunyai kandungan protein sebanyak 5.49 %, karbohidrat 59%, serat 1.56%,
lemak 0.17%, selain itu setiap 100 gram jamur tiram segar mengandung kalsium
8.9 mg, besi 1.9 mg, fosfor 17.0 mg, vitamin B 0.15 mg, vitamin B2 0.75 mg,
vitamin C 12.40 mg, dan menghasilkan 45.65 kalori.11
Secara alami jamur tiram banyak ditemukan di alam bebas, terutama pada
saat musim hujan.12 Jamur tiram biasa tumbuh di batang-batang kayu lunak yang
telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di
lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari.
Cahaya yang dimaksud adalah cahaya yang didapat secara tidak langsung,
cahaya ini sangat berperan membentuk pin head dan pembentukan tubuh buah
(fruiting bod ).13 Pada fase pembentukan miselium, jamur tiram membutuhkan
suhu 22 - 28º C dan kelembaban udara 60% - 80%. Pada fase pembentukan tubuh
buah memerlukan suhu 16 - 22º C dan kelembaban udara 80% - 90% dengan
kadar gas oksigen 10%.14
Kelembaban udara dan cahaya diperlukan dalam pertumbuhan untuk
pembentukan tubuh buah yang maksimum. Pada saat pertumbuhan miselia
dibutuhkan konsentrasi karbondioksida yang lebih tinggi sedangkan untuk
pertumbuhan tubuh buah diperlukan konsentrasi oksigen yang tinggi sehingga
diperlukan aerasi yang bagus.15
Karakterisasi FTIR
FTIR merupakan salah satu teknik spektroskopi inframerah yang dapat
mengidentifikasi kandungan gugus kompleks dalam suatu senyawa, tetapi tidak
dapat digunakan untuk menentukan unsur - unsur penyusunnya. Pada
spektroskopi inframerah, spektrum inframerah terletak pada daerah dengan
panjang gelombang mulai dari 0,75 sampai 1000 μm atau bilangan gelombang
dari 1300 sampai 1 cm-1. Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi, spektrum
inframerah dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu inframerah dekat (bilangan
gelombang 12800–4000 cm-1), inframerah pertengahan (bilangan gelombang
4000–200 cm-1), dan inframerah jauh (bilangan gelombang 200–10 cm-1). FTIR
termasuk ke dalam kategori radiasi inframerah pertengahan (bilangan gelombang
4000–200 cm-1).16
Molekul dengan ikatan kovalen dapat menyerap radiasi infra merah.
Penyerapan ini terkuantisasi, sehingga hanya frekuensi tertentu dari radiasi infra
merah yang diserap. Ketika ada radiasi dalam bentuk energi diserap, molekul akan
tereksitasi menuju energi yang lebih tinggi. Energi dari radiasi infra merah yang
cukup akan menyebabkan molekul berputar dan bergetar. Molekul menyerap
radiasi ketika bergetar pada frekuensi yang sama dengan frekuensi radiasi.
Penyerapan frekuensi dipengaruhi oleh massa atom molekul, geometri molekul,
besar ikatan molekul, dan beberapa faktor lainnya.17

4
Teknik pengoperasian FTIR berbeda dengan spektrofotometer infra merah.
Pada FTIR digunakan suatu interferometer Michelson sebagai pengganti
monokromator yang terletak di depan monokromator. Interferometer ini akan
memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul
yang berupa interferogram.18
Analisis sampel pada spektroskopi FTIR diawali dengan dipancarkannya
sinar infra merah dari sumber benda hitam. Sinar tersebut melaju dan melewati
celah yang mengontrol jumlah energi yang disediakan untuk sampel. Sinar
ini masuk ke dalam interferometer dimana ada kode khusus. Hasil
interferogramnya kemudian keluar dari interferometer. Sinar tersebut
kemudian memasuki ruang sampel, di mana sinar tersebut ditransmitasikan
keluar atau dipantulkan kembali oleh permukaan sampel, tergantung dari tipe
analisis yang diselesaikan. Setelah itu, sinar tersebut masuk ke detektor untuk
analisis akhir. Hasil analisis akhir diolah menjadi sinyal digital dan
dikirimkan ke komputer lalu diolah menggunakan metode transformasi Fourier.19
Gerak Molekul
Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya
terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan
yang menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul
tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print. Vibrasi molekul dapat
digolongkan atas dua golongan besar, yaitu vibrasi regangan (stretching) dan
vibrasi bengkokan (bending). Saat vibrasi regangan, atom bergerak terus
sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak
antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah.
Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu Regangan Simetri (unit struktur
bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar) dan Regangan Asimetri
(unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu bidang
datar).20
Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang
mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan
ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking - unit struktur
bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar), Vibrasi Guntingan
(Scissoring - unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam bidang
datar), Vibrasi Kibasan (Wagging - unit struktur bergerak mengibas keluar dari
bidang datar), dan Vibrasi Pelintiran (Twisting - unit struktur berputar
mengelilingi ikatan yang menghubungkan dengan molekul induk dan berada di
dalam bidang datar).20 Gambar 1 dan 2 menunjukkan fenomena vibrasi regangan
(stretching vibration) dan vibrasi tekuk (bending vibration).

5

Gambar 1 Vibrasi regangan (Stretching Vibration).20

Gambar 2 Vibrasi bengkokan (Bending Vibration).20

Gambar 3 Model Ikatan Molekul
Jumlah energi total adalah sebanding dengan frekuensi dan tetapan pegas
dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari dua atom yang terikat. Energi yang
dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup untuk mengadakan perubahan vibrasi.
Sesuai persamaan hukun Hooke dalam persamaan (1):
1 k
f 
(1)
2 
keterangan :
f : frekuensi
k : konstanta pegas
μ : massa tereduksi
Persamaan di atas menghubungkan bilangan gelombang dari vibrasi
regangan (f) terhadap konstanta pegas (k) dan massa atom (dalam gram) yang
digabungkan oleh ikatan (m1 dan m2).

6
Konstanta pegas merupakan ukuran tegangan dari suatu ikatan. Persaman
tersebut menunjukkan bahwa ikatan yang lebih kuat dan atom yang lebih ringan
menghasilkan frekuensi yang lebih tinggi. Semakin kuat suatu ikatan, makin besar
energi yang dibutuhkan untuk meregangkan ikatan tersebut. Frekuensi vibrasi
berbanding terbalik dengan massa atom sehingga vibrasi atom yang lebih berat
terjadi pada frekuensi yang lebih rendah.21
Analisis freuensi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas ikatan
molekul dalam spektrum FTIR untuk model anharmonik sederhana dirumuskan
sesuai persamaan (2), (3), (4), (5), (6):22
1
1
(2)
 v    e  (v  ) 2 e xe cm 1 dengan ν = 1,2,.....
2
2
1
(3)
osc  e (1  xe )(v  )
2
i ν =0 ke ν =1, ∆ ν =+1,
e (1  2 xe )cm 1
(4)
ii ν =0 ke ν =2, ∆ ν =+2,
2e (1  3xe )cm 1

(5)

iii ν =0 ke ν =3, ∆ ν =+3,
3e (1  4 xe )cm 1

(6)

Keenam persamaan ini digunakan dalam mengolah data FTIR.

METODE

Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jamur tiram putih,
kentang, agar, dekstros, clorang penicolt, biji jagung pecah, dedak, tepung gipsum,
kapur pertanian (kaptan), serbuk gergaji, dan sekam padi.
Alat
Alat yang digunakan merupakan kotak sterilisasi, labu erlenmeyer, tabung reaksi,
pinset, pembakaran bunsen, dandang, kompor gas, botol kaca, spatula inokulasi,
spatula, masker, kapas, saringan, sarung tangan, furnace, Fourier Transform Infra Red
(FTIR) Tipe ABB MB 3000.

7
Prosedur Analisis Data

Mulai

Penyediaan Bahan

Pembuatan PDA
Perebusan PDA
Isolasi
Pembuatan bibit sebar
Pembuatan bibit tanam

Bibit (hasil isolasi, bibit sebar, dan bibit tanam)
yang telah tumbuh miseliumnya akan dikarakterisasi
menggunakan FTIR dan uji protein kasar

Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan

Selesai
Gambar 3 Diagram Alir Penelitian

8
Karakterisasi Ikatan Molekul Miselium Menggunakan FTIR
Tabel 1 Karakterisasi Ikatan Molekul Miselium Menggunakan FTIR
Kode Sampel
Keterangan
A1
Miselium tumbuh biakan murni (F0) tingkat 1
A2
Miselium tumbuh biakan murni (F0) tingkat 2
A3
Miselium tumbuh biakan murni (F0) tingkat 3
A4
Biakan murni (F0) kontaminasi
A5
Miselium tumbuh bibit sebar (F1)
A6
Bibit sebar (F1) kontaminasi
A7
Miselium tumbuh bibit tanam (F2)
A8
Bibit tanam (F2) kontaminasi
Miselium jamur yang akan dikarakterisasi dengan metode FTIR pada rentang
500 sampai 4000 cm-1 merupakan miselium pada media PDA, bibit sebar, dan
bibit tanam. Sampel tersebut terdiri dari 3 tingkat sterilisasi pada pembuatan PDA
dan miselium terkontaminasi (4 sampel), satu bibit sebar terbaik dan
terkontaminasi (2 sampel), dan satu bibit tanam terbaik dan terkontaminasi
(2 sampel). Sehingga jumlah keseluruhan berjumlah 8 sampel. Selain itu
dilakukan uji protein kasar dengan metode SNI 01-2891-1992 sebanyak 1 sampel
bibit sebar (F1) dengan 2 kali ulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Media PDA
Keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih sangan ditentukan oleh
bibit yang digunakan. Biakan murni yang bagus dapat dihasilkan dari media tanam
yang bagus, bernutrisi, dan terhindar dari kontaminasi.23 Pada penelitian ini
dilakukan variasi dalam sterilisasi media tanam PDA sebagai media tumbuh untuk
biakan murni. Sterilisasi media dapat meminimalisasi kegagalan panen dengan
membunuh mikroba atau jamur-jamur liar yang masih ada dalam media dan
menghambat pertumbuhan miselium jamur tiram putih.24
Variasi perebusan media tanam PDA, atau biasa disebut sebagai proses
sterilisasi dilakukan dengan tiga tingkatan. Sterilisasi pada tingkat 1 dilakukan
dengan mengukus media tanam PDA selama 100 menit, yaitu 20 menit untuk
mendidihkan air (suhu 100 0C) dalam dandang dan 80 menit ditahan kemudian
diukur suhunya. Setelah disterilisasi, PDA dituangkan dalam tabung reaksi
kemudian didiamkan selama 24 jam di dalam kotak sterilisasi sebelum digunakan.
Sterilisasi tingkat 2, setelah PDA dikukus pada sterilisasi tingkat 1 didiamkan
dalam kotak sterilisasi selama 24 jam kemudian dikukus kembali selama 100 menit
untuk dapat digunakan. Sedangkan, sterilisasi tingkat 3, setelah PDA dikukus pada
sterilisasi tingkat 2 didiamkan dalam kotak sterilisasi selama 24 jam kemudian
dikukus kembali selama 100 menit untuk dapat digunakan. Variasi tingkat
sterilisasi dilakukan untuk membandingkan PDA yang tidak terkontaminasi dan
menghasilkan miselium yang berkualitas. Tabel 2 menunjukkan perlakuan pada
perebusan PDA, Tabel 3 menunjukan tingkat keberhasilan dalam pembuatan PDA,
dan Tabel 4 menunjukkan keberhasilan F0.

9
Tabel 2 Perebusan PDA
Hari KeLama Perebusan (menit)
Tingkat 1 Tingkat 2
1
100
100
2
100
3
-

Tingkat 3
100
100
100

Suhu (0C)
102
102
102

Tabel 3 Tingkat keberhasilan media PDA
Ulangan
Tingkat Sterilisasi
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
1



2



3



4



5



Keterangan:
 PDA bagus
Tabel 4 Tingkat Keberhasilan kultur jaringan untuk biakan murni (F0)
Ulangan
Tingkat Sterilisasi
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
1



2



3

4
Keterangan:
 Bibit F0 tumbuh
- Bibit F0 tidak tumbuh
Biakan Murni (F0)
Kultur jaringan murni dari tubuh jamur tiram putih ditanam pada PDA yang
telah berhasil. Setelah dilakukan kultur jaringan bibit F0 diinkubasi dalam waktu
2-3 minggu. Selama proses inkubasi suhu dijaga agar tetap stabil. Bibit F0
dikatakan tumbuh dengan baik jika setalah masa inkubasi berakhir hifa miselium
tumbuh memenuhi media PDA.25
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat sterilisasi 3 memiliki biakan murni yang
berhasil lebih baik dari tingkat 1 dan tingkat 2. Hal ini terjadi karena pengukusan
PDA pada suhu maksimum akan membunuh bakteri. Setelah dikultur PDA
disimpan pada suhu maksimum yaitu 29 0C yang memicu pertumbuhan miselium
maksimum pula.7

10
Tabel 5 Tingkat keberhasilan bibit sebar (F1)
Tingkat
Ulangan
1
2
3



Keterangan :
 Bibit F1 tumbuh
- Bibit F1 tidak tumbuh

3

4
-

Bibit Sebar (F1)
Miselium yang telah tumbuh pada kultur jaringan biakan murni (F0)
ditanam kembali pada media yang kedua yaitu jagung pecah yang dicampur
dengan dekstros dan biasa disebut sebagai bibit sebar. Satu tabung reaksi bibit
biakan murni akan menghasilkan 5 bibit sebar. Tabel 5 menunjukan tingkat
keberhasilan pembuatan bibit sebar (F1).
Bibit F1 dikatakan berhasil jika dalam waktu 3 sampai 4 minggu jagung
pecah penuh ditumbuhi miselium jamur tiram putih. Pada penelitian ini dilakukan 4
kali ulangan, 3 diantaranya ditumbuhi miselium jamur tiram dan 1 terkontaminasi
atau ditumbuhi miselium berwarna hijau. Keberhasilan bibit sebar sama dengan
biakan murni, yaitu karena setelah silakukan pengulturan bibit sebar disimpan pada
suhu maksimum 29 0C.
Bibit Tanam (F2)
Media tanam F2 merupakan baglog terbuat dari campuran dedak, serbuk
gergaji, kapur pertanian, dan air. Bibit yang tumbuh pada media F1 akan ditanam
pada media ketiga ini. Pada penelitian ini, satu botol bibit sebar dapat menghasilkan
10 baglog bibit tanam. Hal ini dikarenakan kecilnya botol yang digunakan pada
bibit sebar, sehingga membatasi pertumbuhan miselium bibit sebar. Jika dalam satu
minggu setelah inokulasi belum ada perubahan miselium berarti baglog terlalu
kering atau terkontaminasi. Kontaminasi oleh cendawan lain tampak dari adanya
koloni berwarna hijau, hitam, atau merah jambu dan sebagainya.26 Bibit tanam
dikatakan berhasil apabila dalam waktu 3 minggu media F2 ditumbuhi benangbenang putih. Tabel 6 menunjukkan tingkat keberhasilan dalam pembuatan bibit
tanam (F2)
Tabel 6 Tingkat keberhasilan bibit tanam (F2)
Tingkat
Ulangan
Hasil
1

2

3

4

3
5

6

7

8

9

10

Keterangan :
 Bibit F2 tumbuh

11
Analisis Frekuensi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas
ikatan molekul dalam spektrum FTIR
Miselium dari biakan murni (F0), bibit sebar (F1), dan bibit tanam (F2)
dihilangkan kadar airnya terlebih dahulu menggunakan furnace pada suhu 110
0
C dalam waktu 4 jam dengan kecepatan kenaikan suhu 2 0C/menit. Kemudian
miselium tersebut dikarakterisasi menggunakan FTIR.
Terdapat 8 sampel yang dikarakterisasi, yaitu 3 biakan murni berkualitas
dan 1 kontaminasi, 1 bibit sebar berkualitas dan 1 kontaminasi, dan 1 bibit tanam
dan 1 kontaminasi. Gambar 4, 5, 6, 7, dan 8 menunjukkan spektrum dari FTIR.

-O

C
=O

O

-H
C

-H

C
-H

O

(a)
-O

C
-O

C

-H

O

-H

O

(b)
Gambar 5 Hasil Karakterisasi FTIR (a) Grafik Bilangan Gelombang vs
Transmitansi pada F0 (b) Grafik Bilangan Gelombang vs Transmitansi pada F0, F1,
F2, dan kontaminasi

12
Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa miselium dari biakan murni (F0)
tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, dan bibit kontaminasi memiliki gugus fungsi yang
sama. Ikatan C-O, O-H dan C-N memiliki dua puncak dan diasumsikan
mengalami proses streching asimetris sehingga dapat dianalisis frekuensi vibrasi,
konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas FTIR yang secara lengkap
terdapat pada lampiran 2 dan 3 serta hasil olahan data tertera dalam tabel 7, 8, dan
9. Berdasarkan tabel 7, 8, dan 9 dapat diketahui bahwa nilai konstanta pegas
mendekati nilai literatur. Lampiran 3 menunjukkan prosedur pembuatan bibit
jamur tiram dan Lampiran 4 menunjukkan dokumentasi penelitian.
Teknik FTIR selain dapat digunakan untuk menganalisa secara kualitatif
maupun kuantitatif. Parameter pada analisa kualitatif yaitu bilangan gelombang
yang muncul akibat serapan oleh gugus fungsi yang khas dari suatu senyawa.
Analisa kuantitatif menggunakan hukum Beer-Lambert, yaitu menghitung
absortivitas molar pada panjang gelombang tertentu satu komponennya
mengabsorpsi dengan kuat sedang komponen lain lemah atau tidak mengabsorpsi.
Analisa kuantitatif dapat digunakan untuk mengetahui presentase gugus fungsi
pada panjang gelombang tertentu, penurunan intensitas menunjukkan adanya
penurunan jumlah.
Berdasarkan Gambar a dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
sterilisasi (semakin lama waktu perebusan) menyebabkan semakin tinggi
transmitansi, ini diduga karena terjadi penguapan senyawa-senyawa yang terdapat
dalam miselium.
Gambar b menunjukkan bahwa miselium bibit tanam memiliki transmitansi
yang lebih kecil dari bibit sebar lebih kecil dari biakan murni, diduga karena bibit
tanam memiliki kerapatan (massa jenis) yang lebih besar dari miselium bibit sebar
lebih besar dari miselium biakan murni.
Pada miselium bibit segar mengandung gugus fungsi C-N (amina),
sedangkan pada miselium bibit yang terkontaminasi tidak ada gugus fungsi C-N
(amina) . Hal ini terjadi karena kandungan protein pada jagung pecah menurun
dengan adanya proses pemecahan, sehingga jagung pecah mudah terkontaminasi
dan mengurangi asupan protein untuk jamur. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pada
Tabel 9.

13
Tabel 7 Analisis vibrasi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas pada FTIR
dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul O-H
Konstanta
pegas Nm-

Bilangan Gelombang cm-1

Molekul
O-H

Perhitungan Eksperimen Literatur
F0 A

3681

F0 B

3654.8

F0 C

3666

F1

3673.9

F2

27

3402 200-3600
2361
3425
2361
3418
2361
3417
2366
2145

1

757
417.4
417.4
753.8
724.2

F0
Kontaminasi

-

3317

173.2

F1
Kontaminasi

3722.5

778

F2
Kontaminasi

3302
2345

-

3425

184.6

Konstanta
pegas
literatur
Nm-1
770

14
Tabel 8 Analisis vibrasi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas
pada FTIR dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul C-O
Molekul
C-O

Bilangan Gelombang cm-1
Perhitungan Eksperimen Literatur27
1412
933
1420
933
1420
933
1420
1041
1373
925

Kontanta
Konstanta pegas
pegas Nm-1 literatur Nm-

1080
-1300

1

F0 A

1387.5

777.8

F0 B

1380.2

F0 C

1380.2

F1

1700.9

F2

1352.3

F0
Kontaminasi

1384.3

773

F1
Kontaminasi

1412
933

1352.3

738.4

F2
Kontaminasi

1420
925

1352.3

1420
925

738.4

769.3
769.3
769.3
738.4

500

15
Tabel 9 Analisis vibrasi, konstanta pegas anharmonik, dan konstanta pegas
pada FTIR dengan mengasumsikan proses streching asimetri molekul C-N
Bilangan Gelombang cm-1

Molekul
C-N

Perhitungan Eksperimen
F0 A 3
F0 B 3
F0 C 5
F1
F2

5
6

1503.
1503.
1508.
1588.
1907.

1373
1157

Literatur28
1180-1360

Kontanta
Konstanta
pegas
pegas
literatur
(Nm-1)
(Nm-1)
860.2

1373
1157

860.2

1373
1157

888.6

1373
1149

856.7

1373

888.6

580

1157
Tabel 10 Analisis vibrasi konstanta pegas pada FTIR dengan mengasumsikan
proses streching simetri molekul C-H dan C=O
Konstanta
Bilangan
Konstanta
pegas
Gelombang cm-1
Molekul
pegas Nm-1
literatur
Eksperimen Literatur
Nm-1
C-H
F0 1
2924 2850-2960
468.2
510
F0 2
2924
468.2
F0 3
2932
470.7
F1
2932
470.7
F2
2916
465.6
F0
Kontaminasi
2924
468.2
F1
2916
465.6
Kontaminasi
F2
2932
470.7
Kontaminasi
C=O
F0 1
1651 1650-1760
1098.7
1210
F0 2
1651
1098.7
F0 3
1651
1098.7
F1
1651
1098.7
F2
1651
1098.7

16

Uji Protein
Uji protein dilakukan dengan metode SNI 01-2891-1992 yang dimodifikasi
dan dilakukan 2 kali pengulangan. Uji protein dilakukan untuk mengetahui besar
kadar protein yang terkandung dalam jamur tiram putih. Sampel sebanyak 0.5-1 g
ditimbang dengan menggunakan kertas, lalu dimasukan ke tabung destruksi dan
ditambahkan katalis kjeltab dan 12.5 ml H2SO4. Kemudian tabung destruksi
diletakan pada digestor dan dilakukan proses destruksi pada suhu 415 0C selama
1 jam. Setelah proses destruksi berlangsung tabung diangkat dan didinginkan
selama 1 jam. Kemudian dilakukan proses analisis menggunakan alat Kjeltec (alat
yang digunakan untuk uji kadar protein). Sebelumnya dilakukan analisis terhadap
blanko dengan menempatkan tabung destruksi kosong yang akan terisi air suling
secara otomatis oleh alat.
Setelah itu dilakukan pengeset-an tempat tabung destruksi, nomor tabung,
bobot sampel, data konversi, dan konsentrasi HCl terstandarisasi. Data blanko
digunakan untuk analisis sampel dan disimpan di dalam alat.29 Tabel 9
menunjukkan hasil uji protein yang dilakukan dengan proses analisis
menggunakan alat Kjeltec.
Tabel 11 Kadar protein dalam miselium jamur tiram
Ulangan

Kadar Protein (%)

1

4.98

2

6.29

Rata-rata

5.64

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Model ikatan molekul yang diamati yaitu vibrasi getaran molekul O-H,
C-O, C=O, C-H, dan C-N. Bibit jamur yang berkualitas akan memiliki konstanta
pegas yang mendekati nilai literatur. Semakin tinggi tingkat sterilisasi (semakin
lama waktu perebusan pada suhu 102oC menyebabkan semakin tinggi
transmitansi, ini diduga karena perjadi penguapan senyawa-senyawa yang terdapat
dalam miselium. Miselium bibit tanam memiliki transmitansi yang lebih kecil dari
bibit sebar lebih kecil dari biakan murni, diduga karena bibit tanam memiliki
kerapatan (massa jenis yang lebih besar dari miselium bibit sebar lebih besar dari
miselium biakan murni. Kadar protein rata-rata dalam miselium jamur tiram F1
sebesar 5.64%.
Saran
Jumlah kontaminasi dapat dikurangi dengan mempertahankan suhu ruang
pada waktu inkubasi dan kesterilan laboratorium.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. PUSIDO Badan Standarisasi Nasional. Tempe:Persembahan Indonesia Untuk
Dunia. Jakarta : Badan Standaritasi Nasional, 2012.
2. Ginting, Alan Randal, Ninuk Herlina dan Setyono Y.T. Studi Pertumbuhan
Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Pada Media Tumbuh
Gergaji Kayu Sengon Dan Bagas Tebu. Vol. 1 No. 2. Hal. 17-24 (2013)
3. Winarni, Inggit dan Ucu Rahayu. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan
Bahan Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Vol. 3 No. 2 (2002)
4. A. D. Husin, Irzaman, Jajang J., T. Umrih, dan K.P Hendratno. Efisiensi
Energi Bahan Bakar Sekam Dan Kayu Pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh
Jamur Tiram Putih. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 17. No. 2. Hal 1-7
(2012)
5. Desna, R. D. Puspita, H. Darmasetiawan, H., Irzaman, dan Siswadi. Kajian
Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang
Dihasilkan. Berkala Fisika. Vol. 13. No. 2. Hal 45-48 (2010)
6. Irwansyah, Rey Fariz. Distribusi Temperatur Di Dalam Drum Untuk
Sterilisasi Jamur Tiram [Skripsi]. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2014.
7. Nofitri. Pembuatan bibit serta analisis ikatan molekul miselium jamur tiram
dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR) [Skripsi]. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2014.
8. Manunggal Ajie Putranto. Pengendalian Suhu Pada Kumbung Jamur Tiram
Dengan Karung Goni Sebagai Media Pendingin [Skripsi]. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2012.
9. R. D. Puspita, desna, A. D. Husin, Irzaman, H. Darmasetiawan, Siswati.
Tungku Sekam Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pada Sterilisasi Media Jamur
Tiram. Berkala Fisika. Vol. 13. No. 2. Hal C45-C48 (2010)
10. Susi Steviani. Pengaruh Penambahan Molase Dalam Berbagai Media Pada
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) [Skripsi]. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret, 2010.
11. Shifriyah, Afina, Kaswan Badami dan Sinar Suryawati. Pertumbuhan Dan
Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Penambahan Dua
Sumber Nutrisi. Vol. 5 No. 1. Hal. 8-13 (2012)
12. Hendratno, Khafit Pratama. Sebaran Kalor Tungku Berbahan Bakar Sekam
Padi Dan Cangkang Kelapa Sawit Menggunakan Pendekatan Metode Beda
Hingga Pada Sterilisasi Jamur Tiram Putih Dalam Drum [Skripsi]. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2013.

18
13. Umam, Rofiqul. Optimasi Sebaran Panas Pada Sterilisasi Jamur Tiram Putih
Menggunakan Satu Pipa Konveksi [Skripsi]. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2014.
14. Frendi Riyanto. Pembibitan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Di Balai
Pengembangan Dan Promosi Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPPTPH)
Ngipiksari Sleman, Yogyakarta [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret, 2010.
15. Martawijaya,H. Elang llik dan Mochamad Yadi Nurjayadi. Bisnis Jamur
Tiram di Rumah Sendiri. Bogor: IPB Press, 2010.
16. Ratna Juwita. Sintesis Hidroksiapatit Berpori Berbasis Kalsium dari
Cangkang Telur dan Porogen Lilin Sarang Lebah [Skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2012.
17. Robinson, James W. Undergraduate Instrumental Analysis Sixth Edition.
New York: The Taylor & Francis e-Library, 2005.
18. Bassler. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik edisi keempat. Jakarta :
Erlangga, 1986.
19. Sastrohamidjojo H . Spektroskopi Yogyakarta : Liberty, 2001.
20. Jatmiko, E. S, K. Sofjan F. Rancang Bangun Spektroskopi FTIR (Fourier
Transform Infra Red) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi. Vol. 11. Hal. 2323 (2008)
21. Bruice, P. Y. Organic Chemistry, Prentice Hall International, Inc., New
Jersey, 2001.
22. Banwell, C.N. and E.M. McCash. Fundamental of Molecular Spectroscopy.
London : McGraw-Hill Book Company, 1994.
23. Ella Rahmadhani. Kajian efisiensi energi pada proses sterilisasi media
tumbuh jamur tiram putih berbahan bakar kayu sengon [Skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2013.
24. Desna. Kajian Lamanya Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap
Mutu Bibit Yang Dihasilkan [Skripsi]. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2010.
25. Asegab, Muad. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang, dan Jamur
Kuping. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka, 2011.
26. Umrih, Touwil. Analisis Efisiensi Bahan Bakar Sekam Dan Kayu Sengon
Pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih [Skripsi]. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, 2012.
27. Thomas N, Sorrell. Interpreting Spectra of Organic Molecules. University of
North Carolina at Chapel Hill : University Science Books Mill Valley
California, 1988.
28. Sari, Mayang. Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform Infrared
(FTIR) [Skripsi]. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia, 2011.
29. Safithri, Mega, Farah Fahma, dan Paramitha Wirdani Ningsih Marlina.
Analisis Proksimat dan Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirih Merah yang
Berpotensi Sebagai Antidiabetes. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 7. No. 1. Hal.
43-48 (2012)

19
Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Bibit Jamur Tiram
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.

3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
5.

Pembuatan media Potato Dekstros Agar (PDA)
Sediakan bahan yang akan digunakan, yaitu 200 gram kentang, 20 gram
dekstros, 15 gram atau 2 bungkus agar putih swallow, 1 liter aquades, dan
1 clorang penicolt.
Kentang dikupas dan dicuci. Kemudian kentang dipotong dadu dan direbus
dalam panci sampai diperoleh air rebusan yang berwarna kekuningkuningan.
Air rebusan kentang disaring dan ditambahkan dengan aquades sampai
menjadi 1 liter.
Masukkan gula pasir, agar, dan clorang penicolt selanjutnya masak hingga
larut dan mendidih.
Masukkan larutan yang telah masak tersebut dalam 3 erlenmeyer 250 ml.
Kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
Perebusan PDA
Media disterilisasi dengan cara direbus dengan waktu 100 menit, yaitu 20
menit kenaikan suhu hingga air mendidih, dan ditahan selama 80 menit.
Setelah disterilisasi, tuang PDA ke dalam tabung reaksi. Sebelum menuang,
pastikan keadaan sekeliling dan alat yang akan digunakan harus steril.
Penuangan PDA harus dilakukan didekat api yang berasal dari bunsen yang
menyala. Bunsen harus menyala 15 menit sebelum digunakan agar kondisi
kotak sterilisasi hangat.
Ulangi percobaan 2 untuk erlenmeyer tingkat 2 dan tingkat 3 pada hari
kedua, dan erlenmeyer tingkat 3 pada hari ketiga.
Isolasi dengan Kultur Jaringan
Siapkan tubuh buah jamur yang sehat dan baik.
Sterilisasi kotak inokulasi dengan alkohol.
Nyalakan lampu bunsen dalam kotak inokulasi selama 30 menit sebelum
digunakan.
Sterilisasikan alat-alat yang akan digunakan seperti scapel, pisau, spatula,
dan lain-lain dengan alkohol.
Siapkan media PDA yang telah dibuat sehari sebelumnya.
Bakal induk jamur (eksplan) disiapkan secara aseptik.
Tanam eksplan dalam media PDA.
Inkubasi media yang telah ditanami jamur pada suhu kamar.
Hasil inkubasi diamati. Isolasi dianggap berhasil apabila di sekitar eksplan
tumbuh miselia jamur berwarna putih secara merata.
Biakan murni siap digunakan untuk pembibitan bibit sebar
Pembuatan bibit sebar
Cuci jagung pecah hingga bersih dan tidak bernas.
Siram jarung pecah dengan air mendidih dan diamkan selama 10 menit.
Tiriskan dan dinginkan jagung pecah yang telah direndam dengan air
mendidih.
Masukkan jagung kedalam botol yang sudah dicuci bersih.
Sterilisasi media dengan cara direbus selama 20 menit.

20
6.
7.

Media yang telah ditubuhi jamur (PDA) diambil menggunakan spatula yang
telah disterilisasi, kemudian dipindahkan ke dalam botol yang telah berisi
bibit jagung.
Inokulasi dianggap berhasil apabila bibit jamur tumbuh dalam waktu 2-3
minggu.
Pembuatan bibit tanam

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Siapkan 1000 gram serbuk gergaji, 100 gram dedak, 100 gram tepung
jagung, 20 gram kaptan, 20 gram dekstros, dan 60 % air bersih.
Campurkan semua bahan hingga merata dan tambahkan air.
Tutup bahan dengan plastik atau dikomposkan selama 1 hari.
Masukkan bahan ke dalam botol atau plastik baglog ukuran 17x25x0.3.
Sterilisai media dengan cara direbus selama 3 jam.
Masukkan bibit sebar ke dalam media yang telah disterilisasi sehari
sebelumnya.
Inkubasi media selama 3 minggu hingga bibit siap dipakai.

21
Lampiran 2 Ikatan diatomik molekul

1
1
m2 v22  m1v12
2
2
1
V  k ( x2  x1 ) 2
2
1
1
1
L  T  V  m2 v22  m1v12  k ( x2  x1 ) 2
2
2
2
T

d L
L
(
)
dt v2
x2
d
(m2 v2 )  k ( x2  x1 )(1)
dt
m2 a2  kx2  kx1
m2 a2  kx2  kx1  0

d L
L
( )
dt v1
x1
d
(m1v1 )  k ( x2  x1 )(1)
dt
m1a1  kx2  kx1
m1a1  kx2  kx1  0
x1 = A sin ωt
v1 = A ωcos ωt
a1 = -Aω2 sin (ωt)
a1 = -ω2x1
a2 = -ω2x2

22
m1a1  kx2  kx1  0
m2 a2  kx2  kx1  0
 m1 2 x1  kx2  kx1  0
 m2 2 x2  kx2  kx1  0
(k  m1 2 ) x1  kx2  0
(k  m2 2 ) x2  kx1  0

k

k  m1 2

 k



k  m2 
2

 x1   0 
    
 x2   0 

(k  m1 2 )(k  m2 2 )  k 2  0
k 2  m2 2 k  m1 2 k  m1m2 4  k 2  0

 2 (m1m2 2  (k (m1  m2 ))  0
12  0
m1m2 2  k (m1  m2 )  0
m1m2 2  k (m1  m2 )

22 

k (m1  m2 )
m1m2

misalkan  

m1m2
m1  m2

2 

k



sehingga  

k


k

2f 

f 

1
2


k



keterangan :
f : frekuensi
k : konstanta pegas
μ : massa tereduksi
Lampiran 3 Analisis nilai bilangan pada osilasi sederhana

(1)

23
Massa Tereduksi
1. C-O




mC.mO
19.92 x1027 kgx26.552 x1027 kg

mC  mO 19.92 x1027 kg  26.552 x1027 kg
528.916 x1054 kg 2
 11.381x1027 kg
 27
46.472 x10 kg

2. O-H

mO.mH
26.552 x1027 kgx1.673x1027 kg


mO  mH 26.552 x1027 kg  1.673x1027 kg


44.421x1054 kg 2
 1.574 x1027 kg
28.225 x1027 kg

Nilai Bilangan Gelombang
1. C-O
Substitusikan persamaan (4) dan (5)

1  (1  2 xe )e
2  2(1  3xe )e
1  2xe
933

1412 2(1  3x e )
933x 2(1  3xe )  1412(1  2 xe )
1866  5598 xe  1412  2824 xe

1866  1412  5598xe  2824 xe

454  2774 xe
xe 

454
 0.163
2774

1  (1  2 xe )e
933  (1  2(0.163))e

e 

933
 1387.5cm 1
0.672
f  c.e  3x1010 cm.s 1 x1378.5cm 1  4.163x1013 Hz

24

k  4 2 f 2 
 4(3.14) 2 (4.163x1013 Hz) 2 (11.381x1027 kg)
 777.8 Nm 1

2. O-H
1  2 xe
2361

3402 2(1  3xe )

2361x 2(1  3xe )  3402(1  2 xe )
4722  14166 xe  3402  6804 xe
4722  3402  14166 xe  6804 xe
xe 

1320
 0.179
7362

1  (1  2 xe )e
2361  (1  2(0.179))e

e 

2361
 3681cm 1
0.642

f  c.e  3x1010 cms 1 x3677.5cm 1  11,03x1013 Hz

k  4 2 f 2 
 4(3.14) 2 (11.03x1013 Hz) 2 (1.574 x1027 kg)
 757 Nm 1

25
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian

Bibit F0

Bibit F2

Bibit F1

Bibit F2 Kontaminasi

26
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Lampung pada tanggal 21 April 1994 dari pasangan Bapak
Munir dan Ibu Satiyem. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SDN 3 Sendangasih pada tahun
1999-2005, dilanjutkan di SMP GUPPI Sendangagung dan lulus pada tahun 2008.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di MAN 1 (MODEL) Bandar
Lampung dan lulus pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA
penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) lewat jalur
SNMPTN-Undangan sebagai mahasiswi di Departemen Fisika. Selama menjalani
pendidikan penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan, diantaranya sebagai
anggota Departemen Sainstek HIMAFI tahun 2013, anggota Departemen PSDM
HIMAFI pada tahun 2014, panitia Physics Expo, panitia Kompetisi Fisika, panitia
Bina Desa, panitia Physics Goes to School, panitia temu alumni, dan The 7th
Journalistic Fair IPB. Selain itu, penulis juga aktif sebagai Asisten Praktikum
Fisika Dasar.

Dokumen yang terkait

Efisiensi Energi Pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram Serta Karakterisasi Dari Miselium Dan Jamur Tiram Menggunakan Ftir

0 7 35

Pemanfaatan Umbi Talas sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang

0 3 4

PEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR Pemanfaatan Umbi Talas Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 2 9

PEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG Pemanfaatan Umbi Talas Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 2 15

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

1 10 9

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 7 15

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA MEDIA KARDUS DAN MEDIA BIJI JAGUNG Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram Dan Jamur Merang Pada Media Kardus Dan Media Biji Jagung.

0 2 10

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA MEDIA KARDUS DAN MEDIA BIJI JAGUNG Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram Dan Jamur Merang Pada Media Kardus Dan Media Biji Jagung.

0 2 15

PENDAHULUAN Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram Dan Jamur Merang Pada Media Kardus Dan Media Biji Jagung.

0 2 5

Pembuatan Bibit Jamur Tiram Putih 0

0 0 5