PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

(1)

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR

MERANG

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

SERLY NURJANAH

A 420 120 136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR

MERANG

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

SERLY NURJANAH

A 420 120 136

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh

:

Dosen Pembimbing

Dra. Suparti, M.Si NIK. 131683035


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG

OLEH SERLY NURJANAH

A 420 120 136

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 12 April 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dra. Suparti, M.Si (……..……..) (Ketua Dewan Penguji)

1. Dra Aminah Asngad M,Si (………) (Anggota I Dewan Penguji)

2. Triastuti Rahayu, M.Si (……….) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka

akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 12 April 2016 Penulis

SERLY NURJANAH A 420 120 136


(5)

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR

MERANG

ABSTRAK

Ubi jalar ungu mengandung karbohidrat yang setara dengan kandungan karbohidrat yang terdapat dalam kentang. Ubi jalar ungu juga merupakan sumber vitamin dan mineral antara lain Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B, dan ribovlavin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media ubi jalar ungu

terhadap pertumbuhan misellium. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 2 faktorial yaitu konsentrasi ubi ungu dan jenis jamur. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way ANNOVA. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, rata-rata diameter pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang pada M1J1 adalah 6,3 cm, M2J1 7,2 cm, M3J1 5,3 cm, M1J2 6,8 cm, M2J2 7,3 cm, M3J2 3,3 cm. Maka dapat di simpulkan bahwa ubi jalar ungu dapat di gunakan sebagai media pertumbuhan F0 jamur tiram dan jamur merang dan

pertumbuhan paling baik pada konsentrasi 200 g dengan misellium berwarna putih dan menyebar.

Kata Kunci: ubi jalar ungu, diameter misellium, jamur tiram dan jamur merang.

ABSTRACT

Purple sweet potato contains carbohydrates equivalent to carbohydrate content contained in potatoes. Purple sweet potato is also a source of vitamins and minerals include Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B, and ribovlavin. This study aims to determine the growth of F0 seed oyster mushrooms and straw mushroom in the media on the growth of purple sweet potato mycelium. The method used was experimental research methods with completely randomized design (CRD) with two factorial is concentration purple yam and types of fungi. Data analysis technique used is the One Way ANOVA. Based on the results obtained, the average diameter of oyster mushroom mycelium growth and staw mushroom on M1J1 was 6.3 cm, M2J1 7.2 cm, 5.3 cm M3J1, M1J2 6.8 cm, 7.3 cm M2J2, M3J2 3.3 cm. So we can conclude that the purple sweet potato can be used as a growth medium F0 oyster mushrooms and staw mushroom and the best growth at concentrations of 200 grams with white mycelium and spread.

Keywords: purple sweet potato, the diameter of the mycelium, oyster mushrooms and staw mushroom.

PENDAHULUAN

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Nama jamur tiram diambil dari bentuk tudungnya yang melengkung, lonjong dan membulat menyerupai kerang atau cangkang tiram dengan bagian tepi yang bergelombang (Alex, 2011). Jamur ini banyak diminati karena cita rasanya yang lezat dan bisa dibuat menjadi berbagai macam olahan masakan.

Jamur merang telah dikenal dan dibudidayakan sebelum abad ke-18 di Cina, tetapi baru sekitar tahun 1932-1935, jamur merang ini diintroduksi oleh orang-orang Cina ke daerah Filipina, Malaysia dan Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia, jamur merang mulai dikembangkan sejak tahun 1955 (Sinaga, 2007). Tudung jamur merang mempunyai diameter 5-14 cm dengan bentuk bundar telur yang


(6)

mm, biasanya menjadi gemuk di bagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membrane, membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai. Volva berwarna putih kekuningan atau coklat kotor, sering kali bercuping ( Gunawan, 2004 ).

Budidaya jamur merupakan usaha memperbanyak jamur dengan cara menanamnya pada media buatan yang sesuai dengan tempat hidup jamur tersebut. Secara umum proses budidaya jamur meliputi empat tahap yaitu pembuatan biakan murni, biakan induk, bibit induk dan bibit produksi (Gunawan, 2000). Biakan murni (f0) adalah asal mula bibit di peroleh dari pemilihan jamur yang baik. Jamur kemudian

diisolasi sporanya dalam keadaan steril. Isolasi ini di lakukan pada cawan petri berisi media PDA. Spora kemudian berkecambah dan membentuk hifa, hifa semakin kompleks kemudian membentuk miselium. Salah satu tahap yang paling penting dalam pembuatan biakan murni yaitu media biakan.

Media pertumbuhan bibit jamur biasanya menggunakan PDA ( Potato Dextrose Agar ), yang merupakan media padat dengan komposisi kentang, gula dan agar-agar. Ekstrak kentang merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media/tempat biakan yang baik, karena agar-agar mengandung cukup air sehingga baik untuk budidaya jamur tiram ( Winda, 2009 ). Kentang memiliki nilai jual yang cukup mahal, sehingga diperlukan bahan lain yang mempunyai nilai karbohidrat tinggi sebagai pengganti kentang salah satunya adalah ubi jalar ungu. . Ubi jalar ungu merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain Vitamin A, Vitamin C, thiamin (vitamin B1) dan ribovlavin. Sedangkan mineral dalam ubi jalar ungu diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca).

Berdasarkan penelitian dari Suprio Guntoro (2009 ), ubi jalar dapat di jadikan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri berdasarkan kandungan yang terdapat didalamnya. pertumbuhan tertinggi jumlah bakteri terdapat pada ubi jalar ungu pada fase logaritmik yaitu 3,95 x 109 cfu/ml. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut maka kandungan yang terdapat pada ubi jalar ungu merupakan bahan yang potensi untuk di manfaatkan sebagai media budidaya bibit jamur F0.

1. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Budidaya Jamur Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan Desember 2015 sampai bulan Februari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkapn( RAL ) dengan 2 faktor perlakua. Factor 1 yaitu media ubi jalar ungu dengan konsentrasi 100 g, 200 g dan 300 g, factor 2 adalah jenis jamir yaitu jamur tiram dan jamur merang masing-masing dilakukan 3 kali ulangan.

Alat yang digunakan adalah Alat pembuatan media pertumbuhan f0 diantaranya: cawan petri, panci stenlis, pisau, pengaduk, gelas ukur, kompor, baskom, penyari. Bahan yang digunakan dalam pembuatan media adalah: ubi ungu 600 g, agar-agar 60 g, gula pasir 60 g, air 3 L.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan sterilisasi alat yang digunakan dalam penelitian, selanjutnya pembuatan ekstrak ubi jalar ungu sebanyak 100 gram dalam 1 L aquades, kemudian dilanjutkan dengan membuat media dengan menambahkan gula 20 g dan agar-agar 20 g, melakukan hal yang sama untuk 200 g ubu jalar ungu dan 300 gram ubi jalar ungu, setelah itu media di sterilkan agar terbebas dari mikroba yang tidak diinginkan. Setelah itu menginokulasi jamur tiram dan jamur merang kedalam media dan diinkubasi pada suhu 260c 300c.

Untuk mengetahui hasil penelitian ini dianalisis menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan menjelaskan pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang ( waktu, warna dan diameter). Kemudian dianalisis dengan menggunakan One Way ANNOVA

.

2.HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang tentang Pemanfaatan Ubi Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0


(7)

Tabel 4.1 Diameter rata-rata pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang Media/Jamur Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

M1J1 4,6 6,6 7,8

M2J1 5,8 7,4 8,2

M3J1 3,7 5,9 6,2

M1J2 5,7 6,8 8,1

M2J2 6,1 7,4 8,3

M3J2 2,2 3,0 4,7

Keterangan:

M1 : Media dengan konsentrasi 10% M2 : Media dengan konsentrasi 20%. M3 : Media dengan konsentrasi 30% J1 : Jamur tiram.

J2 : Jamur merang.

Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata diameter terbesar pada minggu pertama adalah pada M2J2 yaitu 6,1 cm, sedangkan diameter terkecil pada M3J2 yaitu 2,2 cm. Pada minggu kedua rata-rata diameter terbesar pada M2J1 dan M2J2 yaitu 7,4 cm, sedangkan rata-rata terkecil pada M3J2 yaitu 3,0 cm. Sedangkan pada minggu ketiga rata-rata diameter terbesar pada M2J2 yaitu 8,3 cm, dan rata-rata terkecil pada M3J2 yaitu 4,7 cm. Dari data tersebut menunjukkan bahwa media dan jamur yang paling banyak berhasil yaitu pada media pada konsentrasi 20% untuk pertumbuhan jamur merang (M2J2).


(8)

Dari gamabar 4.3 menunjukan rata-rata diameter miselium terbesar adalah pada M1J2 yaitu 8,2 cm, pada ganbar 4.4 juga menunjukan diameter terbesar adalah pada perlakuan M2J2 yaitu 8,3 cm, sedangkan jika di lihat berdasarkan konsentrasi ubi jalar ungu pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang yang paling cepat adalah pada media dengan konsentrasi ubi jalar ungu 20%, kemudian 10% dan terakhir 30%. Miselium yang tumbuh dengan baik menyebar pada media dan berwarna putih, hal ini dipertegas berdasarkan penelitian dari Yuniasmara (1999) Miselium yang tumbuh dengan baik menyebar pada media dan berwarna putih, Khalil (2010) juga menyatakan Miselium tampak berwarna putih kapas, padat, tumbuh melekat dan sukar dilepaskan dari media tanam. jamur tiram putih dapat tumbuh optimum pada media ubi jalar ungu dalam suhu ruang (Gambar 4.4). pertumbuhan miselium paling rendah adalah pada media dengan konsentrasi 30%, sebab pada media tersebut terkontaminasi jamur, sesuai hasil penelitian Muliana (2000), bahwa Kontaminan yang biasanya menyerang media agar dapat berupa kapang, bakteri atau khamir.

Gambar 4.5 ketebalan miselium jamur tiram minggu pertama samapai ketiga.

Gambar 4.6 ketebalan miselium jamur merang minggu pertama sampai minggu ketiga.

Berdasarkan hasil pengamatan gambar 4.5 dan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan ketebalan miselium pada setiap jamur. Ketebalan miselium yang paling baik terlihat pada miselium jamur tiram, selain itu masing-masing media menunjukkan pertambahan diameter koloni dengan pertumbuhan miselium semakin membesar bahkan pada beberapa media menunjukkan sporulasi lebat (terbentuknya spora). Sporulasi terbaik yaitu media dengan konsentrasi 20%. Media pertumbuhan miselium jamur tiram yang baik yaitu media yang mampu mendorong pertumbuhan miselium dan sporulasi. Berdasarkan pertumbuhan miselium dan sporulasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada masing-masing media. Hal tersebut dipertegas oleh Sharma (2010) bahwa diameter koloni, karakteristik (tekstur, permukaan, dan pewarnaan sebaliknya, zonasi) dan sporulasi jamur uji sangat dipengaruhi oleh jenis medium pertumbuhan yang digunakan.

Sibuea (2014), menyatakan jenis umbi-umbian seperti umbi kelapa, gembili, keladi, talas, ganyong, garut dan suweg merupakan sumber makanan yang mempunyai karbohidrat yang terhitung tinggi sehingga bisa dijadikan sumber karbohirat alernatif pengganti beras.


(9)

3.PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan F0 Jamur Tiram dan Jamur merang, maka dapat di simpulkan bahwa ubi jalar ungu dapat di gunakan sebagai media pertumbuhan F0 jamur tiram dan jamur merang dan pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang paling baik adalah konsentrasi 20% dengan pertumbuhan menyebar dan misellium berwarna putih. Saran dari peneliti adalah dalam memilih indukan jamur sebaiknya jamur yang segar atau baru dipanen dan lebih memperhatikan kebersihan untuk mengurangi resiko kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Depok : Penebar Swadaya.

Aini. 2014. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Alex, M.S. 2001. Meraih Suksesn Dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang, Jamur Kuping. Jakarta : Penebar Swadaya.

Cappuccino, James G. Sherma, Natalie. 2013. Manual Laboratorium Biologi. Jakarta: EGC.

Difco and BBL Team. 2009. Manual of Microbiological Culture Media Second Edition. New York: Becton, Dickinson and Company.

Djarjiah N.M. dan Djarjiah A.S. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Yogyakarta: Djambatan.

Gandjar, Indrawati. 2006. Mikrologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Martyniuk, Stefan And Oron, Jadwiga. 2011. Use Of Potato Extract Broth for Culturing Root-Nodule Bacteria. Polish Journal of Microbiology, 60 (4): 323-327.

Mufarrihah, L. 2009. Pengaruh Penambahan Bekatul Dan Ampas Tahu Pada Media Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang. Richana, Nur. 2012. Araceae & Dioscorea “Manfaat umbi-Umbian Indonesia”. Bandung: Nuansa. Sinaga, Meity Suradji. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suharnowo, L.S. Budipramana dan Isnawati. 2012. Pertumbuhan Miselium Dan Produksi Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Memanfaatkan Kulit Ari Biji Kedelai Sebagai Campuran pada Media Tanam. Lentera Biologi ( 1): 125–130.

Sukendro L. Agustin W.G dan Okky S.D. 2001. Pengaruh Pengomposan Limbah Kapas Terhadap Produksi Jamur Merang. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 6 (1): 19-22.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogjakarta: UGM Press. Widyastuti S.M. Sumardi. Irfan dan Harjono. 2002. Aktivitas Penghambat Trichoderma sp.


(1)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka

akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 12 April 2016

Penulis

SERLY NURJANAH


(2)

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR

MERANG

ABSTRAK

Ubi jalar ungu mengandung karbohidrat yang setara dengan kandungan karbohidrat yang terdapat dalam kentang. Ubi jalar ungu juga merupakan sumber vitamin dan mineral antara lain Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B, dan ribovlavin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media ubi jalar ungu

terhadap pertumbuhan misellium. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 2 faktorial yaitu konsentrasi ubi ungu dan jenis jamur. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way ANNOVA. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, rata-rata diameter pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang pada M1J1 adalah 6,3 cm, M2J1 7,2 cm, M3J1 5,3 cm, M1J2 6,8 cm, M2J2 7,3 cm, M3J2 3,3 cm. Maka dapat di simpulkan bahwa ubi jalar ungu dapat di gunakan sebagai media pertumbuhan F0 jamur tiram dan jamur merang dan

pertumbuhan paling baik pada konsentrasi 200 g dengan misellium berwarna putih dan menyebar.

Kata Kunci: ubi jalar ungu, diameter misellium, jamur tiram dan jamur merang.

ABSTRACT

Purple sweet potato contains carbohydrates equivalent to carbohydrate content contained in potatoes. Purple sweet potato is also a source of vitamins and minerals include Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B, and ribovlavin. This study aims to determine the growth of F0 seed oyster mushrooms and straw mushroom in the media on the growth of purple sweet potato mycelium. The method used was experimental research methods with completely randomized design (CRD) with two factorial is concentration purple yam and types of fungi. Data analysis technique used is the One Way ANOVA. Based on the results obtained, the average diameter of oyster mushroom mycelium growth and staw mushroom on M1J1 was 6.3 cm, M2J1 7.2 cm, 5.3 cm M3J1, M1J2 6.8 cm, 7.3 cm M2J2, M3J2 3.3 cm. So we can conclude that the purple sweet potato can be used as a growth medium F0 oyster mushrooms and staw mushroom and the best growth at concentrations of 200 grams with white mycelium and spread.

Keywords: purple sweet potato, the diameter of the mycelium, oyster mushrooms and staw mushroom.

PENDAHULUAN

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Nama jamur tiram diambil dari bentuk tudungnya yang melengkung, lonjong dan membulat menyerupai kerang atau cangkang tiram dengan bagian tepi yang bergelombang (Alex, 2011). Jamur ini banyak diminati karena cita rasanya yang lezat dan bisa dibuat menjadi berbagai macam olahan masakan.

Jamur merang telah dikenal dan dibudidayakan sebelum abad ke-18 di Cina, tetapi baru sekitar tahun 1932-1935, jamur merang ini diintroduksi oleh orang-orang Cina ke daerah Filipina, Malaysia dan Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia, jamur merang mulai dikembangkan sejak tahun 1955 (Sinaga, 2007). Tudung jamur merang mempunyai diameter 5-14 cm dengan bentuk bundar telur yang kemudian cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang mendekati rata, permukaan kering, warna coklat sampai coklat ke abu-abuan, kadang bergaris-garis. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9


(3)

mm, biasanya menjadi gemuk di bagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membrane, membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai. Volva berwarna putih kekuningan atau coklat kotor, sering kali bercuping ( Gunawan, 2004 ).

Budidaya jamur merupakan usaha memperbanyak jamur dengan cara menanamnya pada media buatan yang sesuai dengan tempat hidup jamur tersebut. Secara umum proses budidaya jamur meliputi empat tahap yaitu pembuatan biakan murni, biakan induk, bibit induk dan bibit produksi (Gunawan, 2000). Biakan murni (f0) adalah asal mula bibit di peroleh dari pemilihan jamur yang baik. Jamur kemudian

diisolasi sporanya dalam keadaan steril. Isolasi ini di lakukan pada cawan petri berisi media PDA. Spora kemudian berkecambah dan membentuk hifa, hifa semakin kompleks kemudian membentuk miselium. Salah satu tahap yang paling penting dalam pembuatan biakan murni yaitu media biakan.

Media pertumbuhan bibit jamur biasanya menggunakan PDA ( Potato Dextrose Agar ), yang merupakan media padat dengan komposisi kentang, gula dan agar-agar. Ekstrak kentang merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media/tempat biakan yang baik, karena agar-agar mengandung cukup air sehingga baik untuk budidaya jamur tiram ( Winda, 2009 ). Kentang memiliki nilai jual yang cukup mahal, sehingga diperlukan bahan lain yang mempunyai nilai karbohidrat tinggi sebagai pengganti kentang salah satunya adalah ubi jalar ungu. . Ubi jalar ungu merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain Vitamin A, Vitamin C, thiamin (vitamin B1) dan ribovlavin. Sedangkan mineral dalam ubi jalar ungu diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca).

Berdasarkan penelitian dari Suprio Guntoro (2009 ), ubi jalar dapat di jadikan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri berdasarkan kandungan yang terdapat didalamnya. pertumbuhan tertinggi jumlah bakteri terdapat pada ubi jalar ungu pada fase logaritmik yaitu 3,95 x 109 cfu/ml. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut maka kandungan yang terdapat pada ubi jalar ungu merupakan bahan yang potensi untuk di manfaatkan sebagai media budidaya bibit jamur F0.

1. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Budidaya Jamur Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan Desember 2015 sampai bulan Februari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkapn( RAL ) dengan 2 faktor perlakua. Factor 1 yaitu media ubi jalar ungu dengan konsentrasi 100 g, 200 g dan 300 g, factor 2 adalah jenis jamir yaitu jamur tiram dan jamur merang masing-masing dilakukan 3 kali ulangan.

Alat yang digunakan adalah Alat pembuatan media pertumbuhan f0 diantaranya: cawan petri, panci stenlis, pisau, pengaduk, gelas ukur, kompor, baskom, penyari. Bahan yang digunakan dalam pembuatan media adalah: ubi ungu 600 g, agar-agar 60 g, gula pasir 60 g, air 3 L.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan sterilisasi alat yang digunakan dalam penelitian, selanjutnya pembuatan ekstrak ubi jalar ungu sebanyak 100 gram dalam 1 L aquades, kemudian dilanjutkan dengan membuat media dengan menambahkan gula 20 g dan agar-agar 20 g, melakukan hal yang sama untuk 200 g ubu jalar ungu dan 300 gram ubi jalar ungu, setelah itu media di sterilkan agar terbebas dari mikroba yang tidak diinginkan. Setelah itu menginokulasi jamur tiram dan jamur merang kedalam media dan diinkubasi pada suhu 260c – 300c.

Untuk mengetahui hasil penelitian ini dianalisis menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan menjelaskan pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang ( waktu, warna dan diameter). Kemudian dianalisis dengan menggunakan One Way ANNOVA

.

2. HASILDANPEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang tentang Pemanfaatan Ubi Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0


(4)

Tabel 4.1 Diameter rata-rata pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang

Media/Jamur Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

M1J1 4,6 6,6 7,8

M2J1 5,8 7,4 8,2

M3J1 3,7 5,9 6,2

M1J2 5,7 6,8 8,1

M2J2 6,1 7,4 8,3

M3J2 2,2 3,0 4,7

Keterangan:

M1 : Media dengan konsentrasi 10% M2 : Media dengan konsentrasi 20%. M3 : Media dengan konsentrasi 30% J1 : Jamur tiram.

J2 : Jamur merang.

Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata diameter terbesar pada minggu pertama adalah pada M2J2 yaitu 6,1 cm, sedangkan diameter terkecil pada M3J2 yaitu 2,2 cm. Pada minggu kedua rata-rata diameter terbesar pada M2J1 dan M2J2 yaitu 7,4 cm, sedangkan rata-rata terkecil pada M3J2 yaitu 3,0 cm. Sedangkan pada minggu ketiga rata-rata diameter terbesar pada M2J2 yaitu 8,3 cm, dan rata-rata terkecil pada M3J2 yaitu 4,7 cm. Dari data tersebut menunjukkan bahwa media dan jamur yang paling banyak berhasil yaitu pada media pada konsentrasi 20% untuk pertumbuhan jamur merang (M2J2).

Gambar 4.3 Diagram diameter pertumbuhan miselium jamur tiram.


(5)

Dari gamabar 4.3 menunjukan rata-rata diameter miselium terbesar adalah pada M1J2 yaitu 8,2 cm, pada ganbar 4.4 juga menunjukan diameter terbesar adalah pada perlakuan M2J2 yaitu 8,3 cm, sedangkan jika di lihat berdasarkan konsentrasi ubi jalar ungu pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang yang paling cepat adalah pada media dengan konsentrasi ubi jalar ungu 20%, kemudian 10% dan terakhir 30%. Miselium yang tumbuh dengan baik menyebar pada media dan berwarna putih, hal ini dipertegas berdasarkan penelitian dari Yuniasmara (1999) Miselium yang tumbuh dengan baik menyebar pada media dan berwarna putih, Khalil (2010) juga menyatakan Miselium tampak berwarna putih kapas, padat, tumbuh melekat dan sukar dilepaskan dari media tanam. jamur tiram putih dapat tumbuh optimum pada media ubi jalar ungu dalam suhu ruang (Gambar 4.4). pertumbuhan miselium paling rendah adalah pada media dengan konsentrasi 30%, sebab pada media tersebut terkontaminasi jamur, sesuai hasil penelitian Muliana (2000), bahwa Kontaminan yang biasanya menyerang media agar dapat berupa kapang, bakteri atau khamir.

Gambar 4.5 ketebalan miselium jamur tiram minggu pertama samapai ketiga.

Gambar 4.6 ketebalan miselium jamur merang minggu pertama sampai minggu ketiga.

Berdasarkan hasil pengamatan gambar 4.5 dan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan ketebalan miselium pada setiap jamur. Ketebalan miselium yang paling baik terlihat pada miselium jamur tiram, selain itu masing-masing media menunjukkan pertambahan diameter koloni dengan pertumbuhan miselium semakin membesar bahkan pada beberapa media menunjukkan sporulasi lebat (terbentuknya spora). Sporulasi terbaik yaitu media dengan konsentrasi 20%. Media pertumbuhan miselium jamur tiram yang baik yaitu media yang mampu mendorong pertumbuhan miselium dan sporulasi. Berdasarkan pertumbuhan miselium dan sporulasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada masing-masing media. Hal tersebut dipertegas oleh Sharma (2010) bahwa diameter koloni, karakteristik (tekstur, permukaan, dan pewarnaan sebaliknya, zonasi) dan sporulasi jamur uji sangat dipengaruhi oleh jenis medium pertumbuhan yang digunakan.

Sibuea (2014), menyatakan jenis umbi-umbian seperti umbi kelapa, gembili, keladi, talas, ganyong, garut dan suweg merupakan sumber makanan yang mempunyai karbohidrat yang terhitung tinggi sehingga bisa dijadikan sumber karbohirat alernatif pengganti beras.


(6)

3. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan F0 Jamur Tiram dan Jamur merang, maka dapat di simpulkan bahwa ubi jalar ungu dapat di gunakan sebagai media pertumbuhan F0 jamur tiram dan jamur merang dan pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang paling baik adalah konsentrasi 20% dengan pertumbuhan menyebar dan misellium berwarna putih. Saran dari peneliti adalah dalam memilih indukan jamur sebaiknya jamur yang segar atau baru dipanen dan lebih memperhatikan kebersihan untuk mengurangi resiko kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Depok : Penebar Swadaya.

Aini. 2014. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Alex, M.S. 2001. Meraih Suksesn Dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang, Jamur Kuping. Jakarta : Penebar Swadaya.

Cappuccino, James G. Sherma, Natalie. 2013. Manual Laboratorium Biologi. Jakarta: EGC.

Difco and BBL Team. 2009. Manual of Microbiological Culture Media Second Edition. New York: Becton, Dickinson and Company.

Djarjiah N.M. dan Djarjiah A.S. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Yogyakarta: Djambatan.

Gandjar, Indrawati. 2006. Mikrologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Martyniuk, Stefan And Oron, Jadwiga. 2011. Use Of Potato Extract Broth for Culturing Root-Nodule Bacteria. Polish Journal of Microbiology, 60 (4): 323-327.

Mufarrihah, L. 2009. Pengaruh Penambahan Bekatul Dan Ampas Tahu Pada Media Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang. Richana, Nur. 2012. Araceae & Dioscorea “Manfaat umbi-Umbian Indonesia”. Bandung: Nuansa. Sinaga, Meity Suradji. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suharnowo, L.S. Budipramana dan Isnawati. 2012. Pertumbuhan Miselium Dan Produksi Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dengan Memanfaatkan Kulit Ari Biji Kedelai Sebagai Campuran pada Media Tanam. Lentera Biologi ( 1): 125–130.

Sukendro L. Agustin W.G dan Okky S.D. 2001. Pengaruh Pengomposan Limbah Kapas Terhadap Produksi Jamur Merang. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. 6 (1): 19-22.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogjakarta: UGM Press. Widyastuti S.M. Sumardi. Irfan dan Harjono. 2002. Aktivitas Penghambat Trichoderma sp.


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Umbi Talas sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang

0 3 4

PEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR Pemanfaatan Umbi Talas Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 2 9

PEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG Pemanfaatan Umbi Talas Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 2 15

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 7 15

PENDAHULUAN Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Sebagai Media Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang.

0 2 4

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM PUTIH DAN JAMUR MERANG PADA MEDIA KARDUS DAN ARANG Pertumbuhan Miselium Bibit F1 Jamur Tiram Putih dan Jamur Merang pada Media Kardus dan Arang Sekam Dengan Bekatul sebagai Campuran Media.

0 2 10

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA MEDIA KARDUS DAN MEDIA BIJI JAGUNG Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram Dan Jamur Merang Pada Media Kardus Dan Media Biji Jagung.

0 2 10

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM DAN JAMUR MERANG PADA MEDIA KARDUS DAN MEDIA BIJI JAGUNG Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram Dan Jamur Merang Pada Media Kardus Dan Media Biji Jagung.

0 2 15

PERTUMBUHAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea) PADA MEDIA UMBI TALAS PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA

0 0 9

Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang Pada Media Alternatif Tepung Biji Jewawut dengan Konsentrasi yang Berbeda

1 1 9