Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI unit Ciampea Bogor

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGEMBALIAN KREDIT UMKM BRI UNIT CIAMPEA
BOGOR

WINDA ANGGRAINI HARAHAP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Winda Anggraini Harahap
NIM H34090018

4

ABSTRAK
WINDA ANGGRAINI HARAHAP. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengembalian Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Bogor. Dibimbing oleh
ANDRIYONO KILAT ADHI
Salah Sektor usaha yang sering ditemui dan memiliki andil yang besar di
Indonesia saat ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

khususnya di bidang agribisnis. Namun hal tersebut belum tentu mencerminkan
perkembangan sektor usaha ini sudah baik karena dipengaruhi beberapa faktor,
salah satunya adalah permasalahan kesulitan mengakses permodalan melalui
pinjaman dari lembaga keuangan karena dianggap sektor agribisnis memiliki
risiko yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik
debitur kredit UMKM secara umum pada sektor agribisnis yang melakukan
pembayaran lancar maupun mengalami kemacetan dan menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM. Metode regresi
logistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan ada
tidaknya agunan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran tingkat
pengembalian kredit UMKM di BRI unit Ciampea. Pihak bank juga perlu
memperhatikan karakteristik debitur melalui analisis yang tepat sasaran yang
memperhatikan karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit
untuk menekan angka kredit bermasalah.
Kata kunci: UMKM, kredit UMKM, Tingkat pengembalian kredit
ABSTRACT
WINDA ANGGRAINI HARAHAP. The Factors that Affecting UMKM Credit
repayment in agribusiness sector at BRI unit Ciampea, Bogor . Supervised by
ANDRIYONO KILAT ADHI
UMKM especially in agribusiness sector is one of business sector that

often be found and have a big contribution in Indonesia. However, it still can’t
reflect the sector's growth has been good because it is influenced by several
factors. One of that factor is how difficult to access capital through loans from
financial institutions because it is considered the agribusiness sector has a high
risk. This research identify the characteristic of UMKM credit debtors generally in
agribusiness sector that repay their debt or have arrear payment and analyze the
factors affecting UMKM credit repayment in agribusiness sector. Regression
logistic method show that repayment at BRI unit Ciampea is significantly
influenced by education level, number of dependent , and collateral value. Bank
as a creditor has to concentrate to analyze right on target the characteristic of the
debtors that notify the individual characteristic, business characteristic, and credit
characteristic to decrease the number of credit arrears.
Keywords: UMKM, UMKM Credit, Credit repayment

5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON
PERFORMING LOAN (NPL) KREDIT UMKM SEKTOR
AGRIBISNIS BRI UNIT CIAMPEA BOGOR


WINDA ANGGRAINI HARAHAP

Skripsi
Skripsi
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sebagai salah satu
syaratEkonomi
untuk memperoleh gelar
Sarjana
Sarjana
Ekonomi
pada
pada
Departemen
Agribisnis
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

7

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit
UMKM BRI unit Ciampea Bogor
Nama
: Winda Anggraini Harahap
NIM
: H34090018

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juli 2013
ini ialah Kredit UMKM, dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengembalian UMKM BRI unit Ciampea Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
selaku pembimbing. Disamping itu, ungkapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Bapak Agus Kurniawan, Bapak Teguh, dan Ibu Neneng dari BRI unit
Ciampea Bogor yang banyak membantu, memberi informasi dan wawasan serta
mendampingi selama melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada Papa, Mama, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih
sayangnya. Terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan skripsi
Agatha, Nanda, Masta dan teman-teman terdekat Mada, Adit, Bobi, Tyo,
Raymond, Nurma, dan Mega Pratiwi, Rekha, Qiqit, M. Taufik serta teman-teman
Agribisnis 46 atas dukungan doa dan motivasinya dalam penyusunan skripsi saya
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Winda Anggraini Harahap

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vi

vi
vi
1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penulisan

5


TINJAUAN PUSTAKA

5

Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

5

Penelitian Terdahulu

6

Perbedaan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu

7

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

8

8

Kerangka Pemikiran Operasional

11

Waktu dan Lokasi Penelitian

15

Jenis dan Sumber Data

15

Populasi dan Sampel

15

Metode dan Analisis Data


16

Definisi Operasional

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

19

Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea

19

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM

20

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

32

10

DAFTAR TABEL
1. Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha
tahun 2010- 2011
2. Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM
menurut skala usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000
3. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha
tahun 2010-2011
4. Penyedia kredit UMKM tahun 2011
5. Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit
6. Data jumlah sampel berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis (n=41)
7. Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table
8. Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Omnibus Tests of
Model Coefficeints dengan Metode Enter
9. Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Hosmer and
Lemeshow Test
10.Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Variables in the
Equation

1
2
2
3
7
16
21
21
21
22

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.

Trend Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM tahun 2010-2012
Unsur-unsur kredit
Prosedur penyaluran kredit
Kerangka pemikiran operasional

4
8
9
14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor usaha yang sering ditemui di Indonesia saat ini adalah sektor Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Hal ini dikarenakan menurut para pelaku usaha sektor ini
dianggap cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM juga memiliki andil yang
cukup besar dalam perekonomian Indonesia karena selain sebagai penggerak sektor
ekonomi di kalangan sebagian besar masyarakat Indonesia selain itu juga karena sektor
ini dianggap sektor yang mampu bertahan di saat terjadi krisis ekonomi global melanda
usaha-usaha berskala nasional maupun internasional. Peningkatan jumlah UMKM
sebesar 2.57%, yaitu dari 53 823 732 pada tahun 2010 menjadi 55 206 444 pada tahun
2011 merupakan bukti dari perkembangan sektor usaha ini. Perkembangan jumlah
usaha mikro, kecil, dan menegah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2010- 2011
Indikator
Usaha Mikro

Jumlah (unit)
2010

Perkembangan

2011

Unit

Persentase

5 207 500

54 559 969

1 352 470

2.54

573 601

602 195

28 594

4.98

42 631

44 280

1 649

3.87

53 823 732

55 206 444

1 382 713

2.57

4 838

4952

114

2.35

Jumlah
53 828 569
55 221 396
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)

1 382 827

2.57

Usaha Kecil
Usaha Menengah
Total Usaha Mikro Kecil
Menengah Besar (UMKM)
Usaha Besar (UB)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa menurut Kementerian Negara Koperasi dan
UMKM jumlah UMKM sangat besar di Indonesia tahun 2010-2011 yaitu 99.99% dari
total jumlah usaha yang ada di Indonesia. Sektor usaha mikro yang sangat banyak yaitu
sebesar 53 207 500 unit pada tahun 2010 dan 54 559 969 unit pada tahun 2011 dan
mencakup 98.80% dari jumlah total usaha yang ada. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya sektor UMKM ini sebagai penggerak ekonomi Indonesia.
Peran penting lainnya UMKM terhadap perekonomian Indonesia adalah sebagai
salah satu sektor yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan sektor
usaha yang menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia. Pada tahun 2011 kontribusi
UMKM terhadap PDB nasional menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar 1 369
326 Milyar rupiah atau sebesar 57.60% dari total PDB nasional. Kontribusi ini terus
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 6.76% yang artinya jika sektor UMKM ini
terus dieksplorasi akan memberikan pengaruh signifikan terhadap PDB nasional.
Perkembangan Nilai PDB menurut skala usaha tahun 2010-2011 dapat dilihat pada
Tabel 2.

2

Tabel 2 Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM menurut skala
usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000
Jumlah (Milyar)

Perkembangan

Indikator
2010

2011

Usaha Mikro

719 070

761 228

42 158

5.86

Usaha Kecil

239 111

261 315

22 204

9.29

Usaha Menengah

324 390

346 781

22 391

6.9

1 282 571

1 369 326

886 754

6.76

935 375

1 007 784

72 408

7.74

Jumlah
2 217 947
2 377 110
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)

159 163

7.18

Total Usah Mikro Kecil
Menengah (UMKM)
Usaha Besar (UB)

Milyar

%

Jumlah UMKM yang besar dapat menunjukkan bahwa sektor ini merupakan salah
satu solusi dalam mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia. Pengembangan UMKM
akan mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia di negara ini. Perkembangan jumlah
penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro menurut skala usaha tahun 2010-2011 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun
2010-2011
Indikator

Jumlah (Orang)
Tahun 2010

Tahun 2011

Perkembangan
Orang

%

Usaha Mikro

93 014 759

94 957 797

1.943.038

2.09

Usaha Kecil

3 627 164

3 919 992

292.828

8.07

Usaha Menengah

2 759 852

2 844 669

84.816

3.07

Total

99 401 775

101 722 458

2.320.683

2.33

Usaha Besar (UB)

2 839 711

2.891 224

51.513

1.81

Jumlah
102 241 486
104 613 681
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)

2.372.196

2.32

Tabel 3 menunjukkan pengembangan usaha sektor mikro dapat mengatasi
permasalahan pengangguran di Indonesia Penyerapan tenaga kerja yang besar oleh
sektor mikro ini dikarenakan banyaknya jumlah usaha mikro yang ada yaitu sebesar
Berdasarkan 93 014 759 orang pada tahun 2010 dan 94 957 797 pada tahun 2011 yaitu
sebesar 90.96% pada 2010 dan 90.78% pada 2011 dari total penyerapan tenaga kerja
yang ada.. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia sangat besar berada
pada sektor agribisnis. Hal ini dikarenakan faktor Indonesia yang merupakan negara
agraris yang kaya akan sumberdaya alamnya. Sehingga para pelaku usaha banyak
bergerak di bidang agribisnis.
Besarnya kontribusi UMKM pada perekonomian Indonesia yang dapat dilihat
pada beberapa aspek yang telah dijabarkan diatas belum tentu mencerminkan
perkembangan sektor usaha ini sudah baik. Hal ini terjadi karena dipengaruhi beberapa
faktor, salah satunya adalah permasalahan permodalan yang dialami pelaku usaha sektor
ini. Permodalan sangat dibutuhkan oleh UMKM sebagai modal kerja, biaya investasi,

3

serta biaya operasional. Peran lembaga keuangan sangat dibutuhkan dalam penyelesaian
permasalahan permodalan ini. Permasalahan pendanaan yang sering terjadi adalah
sulitnya para pelaku usaha UMKM untuk mengakses pinjaman uang dari bank
dikarenakan banyaknya syarat dan ketentuan peminjaman yang tidak dapat dipenuhi
oleh mereka. Peraturan-peraturan yang sering dianggap sulit bagi pelaku usaha utuk
dipenuhi adalah jumlah agunan, cicilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan per bulan, dan lama usaha berjalan.
Penyaluran kredit untuk pertanian perbankan nasional di Indonesia masih
tergolong kecil yaitu di bawah 6% (Deptan 2012). Hal ini dikarenakan sektor pertanian
masih dianggap berisiko tinggi. BRI sebagai salah satu bank nasional yang dikenal
berpihak kepada UMKM khususnya sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari misi
BRI yaitu melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan
pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan
ekonomi masyarakat. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional
dengan melaksanakan praktek good corporate governance1. Misi ini dianggap cukup
terealisasi karena BRI telah melakukan penyaluran kredit untuk UMKM yang mencapai
67.58% dan merupakan bank penyalur kredit untuk UMKM yang paling besar di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Penyedia kredit UMKM tahun 2011
Nama Bank

Total Kredit
(Rp juta)

Jumlah Kredit
UMKM (Rp juta)

BRI

233 668 009

157 916 823

67.58

BNI

126 073 612

79 963 723

63.42

MANDIRI

229 989 109

29 802 423

12.95

CIMB NIAGA

96 291 494

23 140 382

24.03

DANAMON

72 850 105

22 818 042

31.32

Persentase Kredit UMKM (%)

Sumber : Biro Riset Infobank 2011

Terdapat beberapa kredit untuk sektor agribisnis yang disediakan oleh BRI, salah
satunya Kredit UMKM. Kredit UMKM merupakan kredit komersial dengan bunga
bersaing oleh BRI unit dan teras BRI yang bertujuan untuk pengembangan usaha kecil
dengan dua jenis kredit yaitu untuk modal kerja dan investasi. Kredit UMKM dianggap
cocok sebagai fasilitas pendanaan bagi UMKM dengan plafond Rp1 000 000 hingga
maksimum Rp100 000 000. Spesifikasi-spesifikasi kredit Kredit UMKM dari BRI ini
bertujuan agar memudahkan pelaku usaha UMKM untuk mengakses sumber pedanaan
dan tidak sulit dalam pengembalian kreditnya.

1

Bank Rakyat Indonesia. 2013. Visi dan Misi BRI. BRI [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada:
http://www.bri.co.id/articles/10

4

Perumusan Masalah
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank nasional yang
menyediakan jasa penyaluran kredit bagi pelaku usaha UMKM dimana bank ini
merupakan bank nasional yang dianggap berpihak kepada sektor agribisnis. Sampai
dengan Desember 2012, outstanding kredit BRI mencapai Rp4.5 triliun, meningkat
sebesar Rp0.7 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumya yang
mencapai Rp3.8 triliun (BRI 2013). Pertumbuhan kredit BRI tetap dimotori oleh
segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang merupakan fokus utama
pengembangan bisnis.
BRI memiliki kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan dan KUR
(Kredit UMKM). Kemudahan yang diberikan BRI dalam mengakses peminjaman dana
melalui kredit UMKM ini membuat para pelaku UMKM memilih BRI dibandingkan
bank lain. Keistimewaan dari penggunaan jasa kredit UMKM adalah:
1.
Suku Bunga Bersaing
2.
Diberikan IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) sebesar ¼ bagian dari suku
bunga bagi nasabah yang membayar angsuran pinjaman secara tepat waktu selama
periode tertentu,
3.
Fasilitas asuransi jiwa, kecelakaan, dan meninggal dunia
4.
Agunan tidak bersertifikat
5.
Pola angsuran beragam
Namun adanya agunan yang menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
menjadikan ini sulit untuk nasabah. Masih banyak UMKM yang tidak memiliki harta
benda yang dapat dijadikan agunan untuk memperoleh Kredit UMKM sehingga
Pemerintah menetapkan untuk mengadat kredit tanpa agunan yaitu KUR pada beberapa
bank nasional dan salah satunya adalah BRI sebagai bank penyelenggara KUR.
Tren Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM BRI unit Ciampea yang terjadi
di tahun 2010-2012 menunjukkan angka yang membaik yaitu terjadi penurunan 2.13%
di tahun 2010 ke angka 1.25% di tahun 2012. NPL Kupedes di BRI unit Ciampea
mengalami hal yang sama yaitu penurunan yaitu 2.40% di tahun 2010 dan 1% di tahun
2012, namun berbeda dengan NPL pada KUR yang mengalami peningkatan 4.52% di
tahun 2010 dan 5.24% di tahun 2012. NPL KUR di tahun 2012 ini angkanya sudah
dapat dikatakan tidak sehat. Tren NPL UMKM BRI Unit Ciampea bisa dilihat pada
Gambar 1

Gambar 1 Trend Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM tahun 2010-2012
Sumber : BRI Unit Ciampea, Bogor

Non Performing Loan Kredit UMKM BRI unit Ciampea, Bogor per 31 Desember
2012 sebesar 1.25% dengan dua jenis kreditnya Kupedes memiliki NPL sebesar 1% dari

5

total realisasi sebesar Rp759 000 00 dan NPL KUR 5.24% dari total realisasi Rp113
000 000. NPL ini menunjukkan tingkat pengembalian kredit cukup tinggi untuk
Kupedes dan sangat rendah untuk KUR. Bank Indonesia telah menetapkan bahwa suatu
bank hanya boleh memiliki maksimal NPL sebesar 5% karena jika diatasnya bank
tersebut berarti tidak sehat 2. Tingkat NPL menunjukkan kemampuan nasabah dalam
mengembalikan kredit sehingga NPL dapat menunjukkan jumlah tunggakan kredit pada
suatu bank.
BRI Unit Ciampea menghadapi beberapa kendala dalam penyaluran kredit
UMKM. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah banyaknya nasabah yang terlambat
untuk melunasi tunggakan dari peminjaman kreditnya sehingga menyebabkan kinerja
penyaluran kredit dinilai kurang baik, walaupun terdapat beberapa usaha yang telah
dilakukan BRI untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti sistem
bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh nasabah.
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana sistem penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea saat ini?
2.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM
pada BRI Unit Ciampea, Bogor?

Tujuan Penelitian
1.
2.

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai yaitu:
Mengidentifikasi sistem penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea, Bogor
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit
UMKM di BRI unit Ciampea, Bogor.

Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaaat dan kegunaan juga
informasi serta masukan bagi pihak yang berkepentingan yaitu :
1.
Bagi BRI unit Ciampea, Bogor yaitu mengetahui faktor-faktor yang paling
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit UMKM sehingga diharapkan
dapat dijadikan bahan evaluasi dan saran untuk menentukan kebijakan untuk
menghindari kredit bermasalah
2.
Bagi mahasiswa yaitu sebagai bahan pustaka serta referensi bagi penelitian terkait.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Rafinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan
Karakteristik UMKM Bagi pertumbuhan Usaha Baru, UMKM memiliki karakteristik
2

Bank Indonesia. 2013. Non Performing Loan. BI [Internet]. [diunduh Februari 2013].
Tersedia pada: http://www.bi.go.id/

6

yang merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat baik dari aktifitas usaha
maupun perilaku pelaku usaha tersebut. Karakterisitik ini dijadikan pembeda antar
pelaku usaha berdasarkan aspek manajemen dan komoditasnya menurut skala usahanya
yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah.
Karakteristik usaha mikro antara lain: (1) Jenis komoditinya berubah-ubah dan
sewaktu waktu dapat berganti produk/usaha, (2) tempat usahanya tidak selalu menetap
atau sewaktu-waktu dapat pindah 3) belum adanya pencatatan keuangan usaha secara
baik, 4) sumber daya manusianya rata-rata sangat rendah yakni SD-SMP, 5) pada
umumnya belummengenal perbankan dan lebih sering berhubunngan dengan tengkulak
ataurentenir, 6) umumnya usaha ini tidakmemilki ijin usaha.
Usaha Kecil memiliki karakteristik yaitu : (1) Jenis barang atau komoditinya tidak
gampang berubah, (2) mempunyai kekayaan maksimal 200 Juta dan dapat menerima
kredit maksimal 500 Juta, (3) lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap, (4)
sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhanaartinya pencatatan administrasi
keuangan perusahaan sudah mulai dipisah, (5) memiliki legalitas usaha atau perijinan
lainnya, (6) sumber daya manusianya sudah lumayan baik, dari aspek tingkat
pendidikan yakni rata tingkat SMU, ( 7) sudah mulai mengenal perbankan.
Karakteristik Usaha Menengah dapat ditandai dengan (1) kekayaan 200 Juta
sampai 10 Milyar, dan dapat menerima kredit antara 500 Juta sampai 5 Milyar. (2)
memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan pembagian
tugas Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006 yang lebih jelas antar bagian/unit, (3) telah
memiliki sistem manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing
termasuk oleh pihak auditor publik, (4) telah melakukan penyesuaian terhadap peraturan
pemerintah dibidang ketenagakerjaan, Jamsostek dan lain-lain. (5) memiliki persyaratan
legal secara lengkap, (6) sering bermitra dengan perbankan dan pelaku usaha lainnya,
dan (7) Sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal pada level manajer dan
supervisor.
Kredit UMKM merupakan kredit yang disalurkan oleh BRI pada tahun 1984.
Kredit UMKM hanya terdapat di seluruh BRI unit dan Teras BRI dengan plafond
maksimum Rp 100 juta. Kredit dengan bunga bersaing yang bertujuan untuk
mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible) ini bersifat umum dan individual.

Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang terkait dengan pengembalian kredit telah banyak
dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Berikut adalah beberapa penelitian yang
memiliki beberapa kesamaan dan keterkaitan dengan penelitian ini :

7

Tabel 5 Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit
Nama
Eka
Nur
Muhammamah

Rusdani
Hasibuan

Astri
Yulita
Auditiya

Riski Irawati

Fince Andriyani
Simanjuntak

Judul

Tahun

Alat Analisis

Faktor-faktor yang
berpengaruh signifikan
Omset
usaha
dan
pengalaman
dalam
pengambilan kredit

Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi
tingkat pengembalian
kredit oleh UMKM
(Studi Kasus Nasabah
Kupedes PT. BRI Unit
Cigedug, Kab.Bogor)
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
pengembalian
kredit macet pada kredit
usaha
pedesaan
(Kupedes) yang terkait
sektor agribisnis kasus
PT.
Bank
Rakyat
Indonesia, Tbk Unit
Cijeruk,
Kabupaten
Bogor, Jawa Barat
Analisis Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pengembalian
KUR
Mikro di BRI Unit
Lalabata Rilau, Soppeng
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Realisasi
dan Pengembalian KUR
pada
BRI
Unit
Cibungbulang

2008

Analisis
regresi logistik
dan
analisis
korelasi

2010

Analisis
regresi logistik
dan
analisis
korelasi

usia, tingkat pendidikan,
dan agunan

2011

Model logit

variable jarak tempat
tinggal dengan BRI dan
omset usaha

2011

Regresi linear
berganda,
Regresi
logistik,
analisis
korelasi

Analisis Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat Pengembalian
Kredit Usaha Terkait
sektor Agribisnis (Studi
Kasus pada PT. BPR
Gracia Mandiri Kota
Bekasi)

2012

Regresi
logistik,
analisis
korelasi

Usia, tingkat pendidikan,
waktu tempuh responden
ke BRI, omzet usaha per
bulan,
frekuensi
peminjaman
kredit,
agunan, kewajiban per
bulan,
dan
jangka
pengembalian
lama usaha, omset usaha,
plafond
kredit,
dan
jangka waktu pelunasan
kredit

Perbedaan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu belum
pernah ada yang meneliti terkait dengan faktor yang berpengaruh terhadap
pengembalian Kupedes di BRI unit Ciampea, Bogor adalah nasabah yang diteliti
merupakan nasabah yang aktif melakukan pinjaman kredit UMKM (Kupedes dan KUR)
sektor agribisnis. Selain itu variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian yang digunakan lebih beragam dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya.

8

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kredit
Kredit menurut undang–undang nomor 7 tahun 1992 pasal 1 ayat 12 adalah
penyedian uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga
tertentu (Mahmoeddin, 2010). Sedangkan Kredit menurut Drs. OP. Simorangkir adalah
pemberian prestasi dengan balas prestasi yang kan terjadi pada waktu yang akan datang.
Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit dengan
saling menanggung risiko.
Unsur-unsur kredit
Dilihat dari pengertian kredit diatas dapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa
unsur yang terdapat dalam kredit yaitu kepercayaan, waktu, risiko, serta prestasi. Unsurunsur kredit ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Kepercayaan

Waktu

Unsur Kredit

Risiko

Prestasi

Gambar 2 Unsur-unsur kredit
Sumber : Untung, 2000

Gambar 2 Menjelaskan unsur-unsur yang terdapat pada kredit menurut Budi
Untung (2000) adalah :
1.
Kepercayaan, yaitu keyakinan yang dimiliki si pemilik kredit bahwa prestasi
yang diberikannya (uang, barang, atau jasa) akan diterima kembali dalam jangka
waktu tertentu di masa yang akan datang
2.
Waktu, yaitu waktu yang memisahka antara pemebrian prestasi dengang
kontraprsetasi yang akan diterima pada masa yang akan datang
3.
Risiko, yaitu risiko akibat adanya jangka waktu yang telah ditentukan yang akan
dihadapi oleh pihak terkait. Semakin panjang jangka waktuyang diberikan maka
semakin tinggi risiko yang ada. Karena unsur risiko ini maka diperlukan jaminan
dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam
bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang dan jasa. Namun karena
kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang
menyangkut uang yang paling sering ditemui.

9

Prosedur Penyaluran kredit
Permohononan kredit hingga realisasi kredit memerlukan prosedur yang harus
dijalani oleh debitur. Adapun prosedur yang harus dilakukan dapat dilihat pada Gambar
3.
Permohonan Kredit

Pencairan Kredit

Pelunasan kredit

Pemenuhan
Persyaratan Kredit

Pengisian Formulir
Permohonan Kredit

Keputusan atas
Permohonan Kredit

Penilaian dan analisis
Permohonan kredit

Pengawasan Kredit

Gambar 3 Prosedur penyaluran kredit
Sumber: Urusan kredit Bank Indonesia 2000

Analisis Kredit
Pemberian kredit mengandung risiko yang disebabkan adanya kemungkinan tidak
dilunasi kredit oleh debitur pada masajatuh tempo kredit tersebut. Sehingga dalam
menentukan kesanggupan pengembalian kredit seorang debitur diperlukan analisis
kredit terhadap debitur tersebut. Analisis kredit dalam arti luas adalah proses menilai
risiko pemberian pinjaman kepada perusahaan atau kepada perorangan.
Menurut Harun (2010), analisis kredit dapat dimulai melalui pengumpulan
informasi yang berkenaan dengan prinsip 5C yaitu :
1.
Character, yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran
dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan.
2.
Capacity, yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan
melihat prospek usahanya
3.
Capital, yaitu modal usaha yang telah ada pada bank sehingga fungsi bank
sebenarnya dalam penyedian modal hanyalah sebagai pemberi modal tambahan
saja
4.
Collateral, yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah
sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan
5.
Condition of economy, yaitu prospek usaha nasabah debitur. Bila bank tidak
melihat adanya prospek dari usaha ini maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak
memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit
Fungsi dan Jenis Kredit
Menurut Abdullah dan Tantri (2012) pemberian kredit oleh bank kepada debitur
mempunyai manfaat-manfaat yang akan dirasakan berbagai pihak. Adapun manfaat
yang dirasakan dari penyaluran kredit menurut antara lain :
1.
Mencari keuntungan yaitu mendapatkan keuntungan melalui balas jasa yang
dibayarkan oleh debitur dalam bentuk bunga dari kredit yang mereka pinjam.
2.
Membantu usaha nasabah dalam rangka menjalankan dan mengembangkan
usahanya melalui peminjaman kredit untuk menambah modal kerja ataupun modal

10

3.

investasi.
Membantu pemerintah dengan semakin meningkatnya realisasi kredit akan
semakin berdampak baik bagi pemerintah. Keuntungan-keuntungan ini didapatkan
melalui peningkatan kredit akan meningkatkan pendapatan pajak, meningkatkan
pembangunan nasional di berbagai sektor, memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan devisa negara, dsb.

Kredit yang diberikan oleh perbankan nasional terdiri dari berbagai jenis, secara
umum jenis-jenis kredit dapat dibedakan dari berbagai aspek. Adapun jenis-jenis kredit
menurut aspek tertentu anatara lain :
1.
Aspek Kegunaan
a.
Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk membangun proyek
baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi adalah untuk
membangun pabrik dan membeli mesin-mesin
b.
Kredit modal kerja adalah kreidt yang berfungsi untuk meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit ini adalah untuk membeli
bahan baku, membayar gaji karyawan, biaya lainnya yang berhubungan
dengan produksi.
2.
Aspek Tujuan Kredit
a.
Kredit Produktif adlah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi dan investasi. Contoh dari kredit ini adalah untuk membangun
pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian, kredit
pertambangan, kredit industri, dll.
b.
Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk konsumsi secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan. Contoh kredit perumahan, kredit mobil pribadi, dll
c.
Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan untuk perdagangan.
Kredit ini dibayar dengan hasil dari imbalan perdagangan yang dilakukan.
Contoh dari kredit ini adalah kredit ekspor impor.
3.
Aspek Jangka Waktu
a.
Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang
dari satu tahun atau paling lama satu taundan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja. Contoh kredit ini adalah Kredit peternakan ayam
atau pertanian
b.
Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling
panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun
atau lima tahun. Biasnya kredit ini untuk invesata si jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur.
4.
Aspek Jaminan
a.
Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan dengan jaminan.
Jaminan dapat berberntuk barang berwujud, bukan berwujud, atau jaminan
orang.
b.
Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang atau orang tertentu. Kredit ini dilihat melalui prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.
5.
Aspek Sektor Usaha
a.
Kredit pertanian
b.
Kredit peternakan

11

c.
d.
e.
f.

Kredit Industri
Kredit Pertambangan
Kredit Profesi
Kredit perumahan

Kerangka Pemikiran Operasional
Salah satu bank nasional yang sangat berpihak terhadap sektor UMKM di bidang
agribisnis adalah BRI. BRI telah banyak menyalurkan kredit bagi UMKM melalui
beberapa jenis kredit yang dimilikinya yaitu Kredit Umum Pedesaan dan KUR yang
bisa didapatkan di BRI unit.
Akses dalam mendapatkan kredit UMKM di BRI dapat dikatakan mudah apalagi
dengan adanya kebijakan untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti
sistem bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh
nasabah. Namun dalam pemberian kredit BRI tetap melakukan analisis terhadap calon
debitur dengan menggunakan prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral,
Conditition of economy . Analisis ini dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya
penunggakan kredit oleh calon debitur.
Pengembalian kredit UMKM dapat digolongkan lancar apabila pembayaran
angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami
penundaan berdasarkan perjanjian. Debitur dengan pelunasan tepat waktu akan
mendapatkan reward berupa bonus yang dinamakan IPTW sebesar ¼ bagian dari suku
bunga. Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam
pengembaliannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari
waktu yang diperjanjikan digolongkan lagi ke dalam lima tingkatan oleh BRI yaitu (1)
DPK (dalam pengawasan khusus), status ini diberikan pada debitur yang menunda
pembayaran angsuran kredit UMKM selama satu minggu hingga 60 hari dari tanggal
yang ditentukan. (2) Kurang lancar, yaitu pembayaran angsuran oleh debitur sedikit
terhambat karena ada kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun
tingkat kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek
usaha saja. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak pembayaran angsuran
Kupedes selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari. (3) Meragukan, terhambatnya
pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang tajam dalam usahanya dan
biasanya permasalahan yang terjadi mencakup berbagai aspek usaha. Status ini
diberikan pada debitur yang menunggak selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari. (4)
Macet, status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan
bunga kredit dalam jangka waktu yang lama antara lebih dari 120 hari hingga 270 hari.
(5) Pengembalian kredit yang termasuk dalam datar hitam (DH) yaitu debitur yang
benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena usahanya sudah
bangkrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan ataut idak ada sama sekali dan
batasan seorang nasabah dimasukkan ke dalam daftar hitam (DH) adalah ketika
pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari 270 hari.
Beberapa faktor diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh debitur
mengapa terdapat debitur yang digolongkan lancar atau menunggak. Faktor-faktor ini
dibedakan atas tiga karakteristik (Haloho, 2010) yaitu karakteristik individu,
karakteristik usaha, serta karakteristik kredit. Dimana faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi tingkat pengembalian kredit ini adalah berdasarkan karakteristik

12

individu terdapat jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah
tanggungan dan status dalam keluarga. Kedua adalah karakteristik usaha yaitu omset
usaha, pengalaman usaha, pendapatan bersih. Karakteristik kredit juga diduga
berpengaruh dengan faktor-faktor plafond pinjaman, jangka waktu pengembalian,
frekuensi pengembalian, dan agunan. Semua faktor atau variabel diambil berdasarkan
referensi dari berbagai sumber dan penelitian terdahulu:
1.
Karakterisitik Individu
Jenis kelamin, wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan
lancar lebih besar daripada pria karena diduga bahwa wanita memiliki loyalitas
yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank
dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit UMKM dibandingkan pria.
Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Semakin tinggi usia debitur maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam
bertindak semakin baik dan kemampuan pengelolaan usaha semakin baik pula
sehingga peluang penunggakan pengembalian kredit semakin kecil, dengan kata
lain pengembalian kredit diharapkan lebih lancar.
Tingkat pendidikan diduga bepengaruh negatif terhadap kelancaran
pengembalian kredit karena berdasarkan penuturan dari pihak manajemen yang
menangani kredit di BRI unit Ciampea, semakin tinggi tingkat pendidikan
debiturmaka mereka akan semakin berani dalam melakukan penunggakan
pengembalian kredit.
Status pernikahan dalam hal ini dibedakan atas dua yaitu menikah dan
belum menikah. Debitur yang sudah menikah dianggap lebih berpeluang untuk
melakukan penunggakan karena dianggap dengan menikah artinya tanggungan
diri debitur semakin bertambah
Status dalam keluarga terbagi atas dua yaitu menjadi kepala keluarga
ataupun menjadi anggota keluarga. Seseorang yang berada sebagai kepala kelurga
lebih besar risikonya melakukan penunggakan karena dianggap sebagai orang
yang memegang kendali keuangan keluarga dengan tanggungan yang ada.
Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam
kelancaran pengembalian kredit. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam
keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi
pendapatannya. Hal ini menyebabkan adanya peluang ketidakmampuan debitur
yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam pengembalian kredit.
2.

Karakteristik Usaha
Omset usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan usaha maka kemampuan
membayar angsuran dan beban bunga semakin besar sehingga peluang
pengembalian kredit secara lancar juga semakin besar pengembalian kredit.
Pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian kredit karena semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan
kemampuan dalam mengelola usaha. Kemampuan yang meningkat akan
mendorong keberhasilan usaha yang akan meningkatkan pendapatan. Tingginya
pendapatan akan berpengaruh atas kelancaran pembayar angsuran dan bunga
kredit.

13

Pendapatan bersih juga memiliki peluang berpengaruh positif karena
tingginya pendapatan bersih akan menimbulkan peluang terjadinya penunggakan
kredit oleh debitur semakin kecil.
3.

Karakteristik kredit
Nilai plafon kredit diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran
pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond kredit yang diterima
maka angsuran dan bunga yang harus dibayar oleh debitur semakin tinggi
sehingga akan memperbesar peluang debitur melakukan penunggakan
pengembalian pinjaman.
Jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian kredit, asumsinya semakin lama jangka waktu
pengembalian kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban
debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka
waktu yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama. Jadi semakin panjang
jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi nasabah untuk
mengembalikan kredit dengan baik/lancar.
Frekuensi peminjaman juga diduga berpengaruh positif dalam kelancaran
pengembalian kredit karena debitur yang frekuensi peminjaman kreditnya lebih
besar atau dengan kata lain semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit
sebelumnya menunjukkan bahwa kredibilitas debitur lebih baik ddalam
pengembalian angsuran kredit sehingga pihak bank juga lebih percaya dalam
memberikan pinjaman kembali.
Agunan dianggap sebagai salah satu faktor yang mampu memperkecil
kemungkinan nasabah untuk melakukan penunggakan. Diasumsikan dengan
adanya agunan maka nasabah akan berpikir untuk segera melakukan
pengembalian kredit agar agunan dapat kembali ke tangan debitur tersebut.
Sehingga adaya agunan akan meningkatkan keinginan debitur untuk
mengembalikan kredit lebih baik.

14
BRI Unit Ciampea, Bogor, Jawa
Barat

Kredit UMKM

Permasalahan :
1. Tingkat NPL yang tinggi
2. Besarnya tunggakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengembalian Kredit UMKM

Character

 Jenis
kelamin
 Usia
 Tingkat
pendidikan
 Status dalam

keluarga

Capacity

Capital

 Jumlah
tanggungan
 Omzet usaha
 Pendapatan
bersih
 Pengalaman
Usaha

 Plafond
pinjaman
 Frekuensi
pengembalian
 Jangka Waktu
pengembalian

Collateral
 Agunan




Evaluasi

Gambar 4 Kerangka operasional penelitian.

Condition
of
Economy

15

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BRI Unit Ciampea, Kabupaten Bogor dan nasabah
Kredit UMKM BRI unit Ciampea yang menjadi responden. Penentuan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) karena BRI Unit Ciampea, Bogor merupakan salah satu
lembaga keuangan perbankan yang aktif dalam menyalurkan Kredit UMKM kepada
UMKM di bidang agribisnis. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Maret
2013 sampai dengan Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan daam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini merupakan para nasabah Kredit
UMKM sektor agribisnis BRI unit Ciampea, Bogor yang masih aktif melakukan
pinjaman hingga tahun 2012. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 41 orang
responden dari keseluruhan populasi sebesar 406 orang. Data primer lainnya diperoleh
dari hasil diskusi dengan para karyawan di BRI unit.
Data sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki BRI unit Ciampea, 2012
terkait data mengenai pinjaman yang dilakukan oleh anggota. Data-data pendukung
lainnya diperoleh dari lembaga terkait seperti Kementerian Koperasi dan UMKM,
Kementerian Pertanian, dan Bank Indonesia. Proses penelitian ini dimulai dengan
penelusuran sumber data dari berbagai referensi yang relevan, dilanjutkan dengan
pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dan sampel menjadi langkah awal dalam melakukan
penelitian. Dalam menentukan sampel, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui
populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang
digunakan adalah nasabah BRI unit Ciampea, Bogor yang melakukan masih aktif
melakukan peminjaman hingga tahun 2012. Jumlah populasi tersebut berjumlah 406
orang akan dijadikan sampel yang dianggap mewakili nasabah Kredit UMKM BRI dan
telah memenuhi sebaran normal.
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen (unit dan individu) sejenis dan
dapat dibedakan berdasarkan obyek penelitian. Populasi pada penelitian ini merupakan
nasabah yang masih aktif sebagai penerima kredit UMKM yang ada pada BRI Unit
Ciampea khususnya Kupedes Modal Kerja (Eksploitasi), Kupedes Investasi, dan KUR
Mikro melakukan usaha dalam sektor agribinis (pertanian, perdagangan, dan industri
rumah tangga) yang berjumlah 406 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 41
orang. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Gay
(1976) dalam Sevilla et al (1993) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai
cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10 % dari total populasi (10% x
406 = 40,6  41).

16

Metode penentuan sampel dilakukan secara stratifikasi acak (stratified random
sampling) karena populasi yang tidak homogen. Untuk dapat menggambarkan populasi
yang heterogen, maka harus dibuat lapisan (strata) yang seragam
untuk
mengklasifikasikan populasi sehingga dapat diambil sampel secara acak dari setiap
strata tersebut.. Klasifikasi strata dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Data jumlah sampel berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis (n=41)
Klasifikasi Sektor Agribisnis
Jumlah Populasi
Jumlah Sampel
Sektor Pertanian
56
56 x 41 / 406  6
Sektor Industri Rumah Tangga
20
20 x 41 / 406  2
Sektor Perdagangan
330
330 x 41/ 406  33
Total
406
41
Dari hasil klasifikasi sampel yang akan digunakan sebanyak 6 orang termasuk
kedalam strata I dan 2 orang termasuk kedalam strata II dan 33 orang untuk strata III.
Penentuan strata mengacu pada sektor usaha agribisnis debitur yang masih aktif
melakukan peminjaman hingga 2012. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
penentuan subsample pada setiap strata dengan perhitungan sebagai berikut (Nazir
2009):
nᵢ =

Ni  n
N

Keterangan:
N = Jumlah satuan elementer dalam populasi
Nᵢ = Jumlah satuan elementer dalam strata ke-i
฀
n = Jumlah sampel keseluruhan
nᵢ = jumlah subsampel strata ke-i

Metode dan Analisis Data
Pengolahan data dalam analisis ini menggunakan perangkat digital komputer
dengan aplikasi program software Microsoft Ecxel 2008 dan SPSS 18. Analisis data
dilakukan dengan kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Analisis deskriptif pada
penelitian ini akan menggambarkan bagaimana prosedur penyaluran Kredit Mikro BRI
unit Ciampea, serta menjelaskan bagaimanakah karakteristik dari para nasabah
(peminjam) BRI Unit Ciampea. Untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembalian pembiayaan akan dikaji menggunakan model analisis Regresi Logistik
(LOGIT) sehingga dapat diketahui variable-variabel prediktor (jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, status dalam keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga,
pengalaman usaha, omzet, plafon kredit, frekuensi pinjaman kredit, jangka waktu
pengembalian, Agunan, pendapatan bersih) yang secara nyata berpengaruh atau tidak
terhadap keberhasilan pengembalian kredit UMKM BRI unit Ciampea sebagai variable
respon.
Estimasi Model Regresi Logistik
Pada model logit yang digunakan dalam penelitian ini, mengambil nilai 1 dan 0
untuk nilai variable dependen/respon (Y), yaitu sebagai berikut:

17

Y = 0 ; untuk pembiayaan lancar
Y = 1 ; untuk pembiayaan tidak lancar
Estimasi model regresi logistic menurut Sharma (1996):
Logity = o
.
Keterangan:
Logity = variable respon, dimana:
p
: peluang terjadinya Y = 1
p-1
: peluang terjadinya Y = 0
= konstanta atau intersep model garis regresi

= Koefisien variabel prediktor ke I (1,2,3, .,11)
X
= Usia (tahun)
X
= Jenis kelamin, variable dummy (0 = pria 1 = Wanita)
X
= Tingkat Pendidikan (tahun) (1= SD, 2 = SMP, 0 = SMA )
X
= Status dalam keluarga, Variabel dummy (0= Kepala keluarga, 1=
Bukan kepala keluarga)
X
= Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang)
X
= Jenis usaha (1= Pertanian, 2= Industri Rumah Tangga, 0 =
Perdagangan)
X
= Pengalaman Usaha (tahun)
X
= Omzet (Rp)
X
= Pendapatan bersih per bulan (Rp)
X
= Plafond kredit (Rp)
X
= Jangka waktu pengembalian (bulan)
X
= Frekuensi peminjaman kredit (kali)
X
= Agunan ( 1= Ada, 0= Tidak ada)
Uji Kelayakan Model
Pengujian terhadap kelayakan menggunakan statistik G yang merupakan nisbah
kemungkinan makasimum untuk mengetahui peran variable-variabel prediktor dalam
model secara simultan atau bersama-sama. Rumus uji G adalah sebagai berikut:
l0 
 
l1 
Keterangan:
l0
= fungsi kemungkinan maksimum tanpa peubah penjelas
l1
= fungsi kemungkinan maksimum dengan peubah penjelas
฀

฀

฀

Hipotesis:
H0
= ß1 = ß2= …… = ßk = 0
= paling sedikit ada satu nilai ßi
Kriteria uji yang digunakan adalah:
2

Terima

G=


2

Tolak

… ₅

18

2
Jika nilai G
atau p-value dari statistic G lebih kecil dari taraf nyata (  =
0,10)
maka keputusannya adalah menolak
, artinya setidak-tidaknya ada
satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

Uji Signifikansi Variabel Prediktor
Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variable prediktor secara individu
dilakukan dengan uji Wald (W), dengan menggunakan rumus:
W=
Keterangan:


SE( )


฀
฀

฀

Hipotesis:


SE( )

= penduga 
= penduga galat baku (standard error) dari 
฀
= koefisien variable prediktor ke-k

฀

฀
:  = 0
: 
dengan k = 1,2,3, , n
Jika nilai W
atau two tailed p-value, dari statistik W lebih kecil dari
, artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel
respon.฀
฀
Definisi Operasional
1.

2.
3.
4.

5.
6.

7.
8.

9.

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penilitian ini nasabah
yang dimaksud adalah nasabah dengan jenis usaha di bidang agribisnis
pengguna Kredit UMKM di BRI unit Ciampea
Usia yaitu umur nasabah (responden) sejak lahir hingga proses wawancara
dilakukan.
Jenis kelamin yaitu jenis kelamin nasabah penerima pembiayaan (1=wanita,
0=pria)
Tingkat Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal terakhir yang diperoleh
debitur, diukur berdasarkan lamanya pendidikan yang dijalani dalam satuan
tahun.
Status dalam keluarga yaitu posisi nasabah dalam keluarga ( kepala keluarga = 1,
anggota keluarga = 1)
Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya orang yang masih dibiayai
hidupnya oleh debitur dalam keluarganya (termasuk debitur sendiri), dihitung
dalam satuan orang.
Pengalaman usaha yaitu lama usaha yang digeluti nasabah, diukur dalam satuan
tahun.
Omset usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan dari hasil usaha
debitur yang tercatat dalam dokumen permohonan kredit, dihitung dalam satuan
rupiah.
Plafond kredit yaitu nominal pinjaman kredit UMKM yang diterima oleh
debitur, diukur dalam satuan rupiah

19

10.
11.
12.
13.

Frekuensi peminjaman kredit yaitu berapa kali debitur telah memperoleh
pinjaman kredit UMKM di BRI unit Ciampea
Jangka waktu pengembalian yaitu berapa lama pengembalian kredit yang telah
disepakati dalam perjanjian, di ukur dalam satuan bulan.
Nilai Agunan adalah kekayaan atau surat berharga lainnya yang diserahkan ke
bank sebgai jaminan kredit, diukur dalam satuan rupiah
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang dihasilkan oleh nasabah dari hasil
usaha setelah dikurangi biaya usaha diukur dalam satuan rupiah

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea
Persyaratan Awal
Calon nasabah yang ingin mengajukan kredit bisa mendatangi BRI unit yang
diinginkan dengan membawa beberapa kelengkapan identitas diri, yaitu :
1.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (suami-istri bila sudah menukah)
2.
Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
3.
Pas Foto (4X6) sebanyak 1 lembar
4.
Surat keterangan usaha dari kecamatan dan kelurahan
5.
Agunan (KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup
kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan ringan)
6.
Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama 6 bulan, dan
7.
Foto usaha yang ingin diberikan pinjaman oleh bank
Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu penge,balian kredit
UMKM sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur kredit yang berlaku.
Pendaftaran
Kelengkapan yang diminta bila sudah dipenuhi, maka akan dilakukan proses
pendaftaran. Apabila nasabah merupakan calon peminjam kredit, Customer Service
bertugas melengkapi form pengajuan kredit yang dibutuhkan sebelum proses penilaian
Mantri. Customer Service juga akan memeriksa apakah calon nasabah tersebut belum
atau sudah pernah melakukan pinjaman di tempat lain (baik pinja