Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus: BRI Unit Cibungbulang, Bogor)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO

DAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES)

(Studi Kasus : BRI unit Cibungbulang, Bogor)

SKRIPSI

ALFIANTI SARI H34070116

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

ALFIANTI SARI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting. UMKM berperan dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia, khususnya dalam mengurangi pengangguran dengan menyediakan kesempatan kerja. Menurut Kementrian UMKM dan Koperasi 2010, pada tahun 2009 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 96.211.332 orang dan pada tahun 2008 sebesar 94.024.278 orang. UMKM juga berkontribusi dalam penciptaan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2009, peran UMKM terhadap penciptaan nilai PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 58,17 persen dari total PDB nasional. UMKM tersebut yang berkontribusi paling banyak adalah usaha mikro. Usaha mikro yang memiliki peran penting dalam peningkatan PDB dan mengurangi pengangguran sebagian besar terdapat pada sektor agribisnis (tidak hanya sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tetapi juga sebagian besar dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan).

Masalah utama dalam sektor agribisnis mikro terutama sektor pertanian yaitu kurangnya permodalan petani. Lembaga perbankan sangat berperan dalam hal ini, akan tetapi seperti yang kita ketahui petani sangat sulit meminjam modal di bank. Kekurangan-kekurangan ini dapat diatasi oleh lembaga keuangan yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang ada hingga pelosok kecamatan. BRI memiliki dua program kredit yaitu Kupedes merupakan kredit komersial untuk UMKM dan KUR Mikro yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Meskipun kedua program ini berasal dari lembaga keuangan yang sama, tetapi memiliki performa pengembalian yang berbeda.

Penelitian ini dilaksanakan pada BRI Unit Cibungbulang, Bogor. Data yang digunakan terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Cibungbulang dan didapat secara langsung dari responden yang menjadi sampel yaitu nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI Unit Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang.

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro adalah jangka waktu pengembalian dan tingkat pendidikan. Dari hasil output dapat dijelaskan bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka peluang kelancarannya semakin kecil karena arah yang dimiliki bertanda negatif. Hal ini dikarenakan variabel jangka waktu pengembalian KUR Mikro disesuaikan dengan perputaran uang yang dimiliki nasabah. Pada umumnya sektor perdagangan yang perputaran uangnya lebih cepat sehingga jangka waktu yang lebih singkat merupakan yang terbaik. Dari hasil output juga dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka peluang kelancaran


(3)

pengembalian kredit semakin kecil. hal tersebut dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka nasabah mengetahui bahwa KUR Mikro merupakan kredit pemerintah tetapi pengetahuan tersebut tidak dipahami secara mendalam.

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian Kupedes yaitu faktor jumlah tanggungan keluarga. Faktor jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap peluang kelancaran pengembalian kredit yaitu semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka peluang kelancaran pengembalian kredit semakin kecil. Variabel jumlah tanggungan keluarga proyeksi dari konsumsi rumah tangga. Pada umumnya usaha mikro merupakan

home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran rumah tangga maka pendapatan bersih rumah tanggapun semakin kecil. hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah tunggakan Kupedes.

Saran yang dapat diajukan bagi PT. BRI Unit Cibungbulang diantaranya : Pertama, pihak BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur KUR Mikro sebaiknya lebih memperhatikan tingkat pendidikan nasabah dan jangka waktu pengembaliannya. Kedua, pihak BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur Kupedes harus lebih memerhatikan faktor jumlah tanggungan keluarga. Ketiga, Sebaiknya diadakannya pendampingan usaha dan monitoring dari pihak BRI.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO

DAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES)

(Studi Kasus : BRI unit Cibungbulang, Bogor)

ALFIANTI SARI H34070116

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus: BRI Unit Cibungbulang, Bogor)

Nama : Alfianti Sari

NIM : H34070116

Disetujui, Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 19631227 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Istitut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

Alfianti Sari H34070116


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 maret 1989 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Asundih dan Ibu Ayatih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Islam Miftahul Falah Jakarta pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 142 Jakarta. Lalu penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 78 Jakarta.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007 dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis meraih juara I dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan DPW I POPMASEPI di Universitas Jambi. Penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA). Penulis pernah ikut serta dalam beberapa kepanitiaan di kampus seperti Agrination 2008 dan 2009, Olimpiade Mahasiswa IPB 2009. Penulis memperoleh beasiswa dari Bank Central Asia (BCA) cabang Bogor selama menempuh perkuliahan di IPB. Penulis juga berhasil didanai dalam Program Kretivitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan 2010 (PKM-K) dengan tulisan yang berjudul “fruitaro” (snack sehat dari talas dengan rasa buah asli).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus: BRI Unit Cibungbulang, Bogor)”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang, Bogor. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pihak-pihak yang terkait dan pembaca.

Bogor, Mei 2011


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada ;

1. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Nunung kusnadi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ngatari sebagai pemimpin cabang BRI cabang Bogor Dewi Sartika, Arie Djunianto sebagai Kepala Unit BRI Unit Cibungbulang, Ananta Pasdiah (Mantri 1), Yadi Setiadi (Mantri 2), Andita Hidayat (CS 1), Nia Herlina (CS 2), Reni Anggraeni (Teller 1), Gita Puspita (Teller 2), Tatang Sutisna, M. Nur, dan Murdoh atas waktu, kesempatan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.

5. Nasabah KUR Mikro dan Kupedes sektor Agribisnis PT. BRI Unit Cibungbulang, Bogor yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

6. Ibu dan Bapak tercinta serta adikku (Irfan dan Raffi) yang memberikan dukungan moril dan material, doa, serta kasih sayang yang tiada pernah putus. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik dan awal untuk membahagiakan kalian.

7. Zulfikri Kordova V Patzick yang telah mendukung moril, doa dan memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.


(10)

9. Siska Oktavianis sebagai pembahas, Citra Sari, Astri Yulita, Ana, Risa, Febi dan teman-teman AGB yang tidak saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat Nuri Evelina, Septia Magdalena, Sri Wahyuni, Fachri W atas bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Mei 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan ... 13

1.4. Manfaat ... 14

1.5. Ruang Lingkup ... 14

II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Karakteristik UMKM ... 15

2.2. Performance Kredit Usaha Rakyat BRI ... 16

2.3. Performance Kredit Umum Pedesaan ... 19

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1. Unsur-unsur Kredit... 24

3.1.2. Siklus Kredit ... 24

3.1.3. Pertimbangan Kredit ... 25

3.1.4. Kualitas Kredit ... 26

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1. Lokasi dan Waktu ... 33

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 33

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.4. Metode Pengolahan Data ... . 35

4.4.1. Analisis Kualitatif ... 35

4.4.2. Analisis Kuantitatif (Metode Regresi Logistik) ... 35

4.6 Definisi Operasional ... 38

V GAMBARAN UMUM BANK RAKYAT INDONESIA ... 40

5.1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia ... 40

5.2. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan Jangka Panjang BRI .. 41

5.3. Bidang Usaha BRI ... 42

5.4. Gambaran Umum BRI Cabang Bogor Dewi Sartika .. . 44

5.6 Gambaran Umum BRI Unit Cibungbulang ... 45

5.7 Persyaratan, Mekanisme Penyaluran dan Cara pembayaran KUR dan Kupedes……… 49


(12)

VI PEMANFAATAN KUR MIKRO DAN KUPEDES DI BRI

UNIT CIBUNGBULANG ... 53

6.1. Mekanisme Penyaluran KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang ... 53

6.2. Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang ... 54

6.3. Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang ... 55

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KUR MIKRO DAN kUPEDES ... 72

7.1. Penilaian Model KUR Mikro dan Kupedes ... 72

7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KUR Mikro dan Kupedes ... 77

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

8.1. Kesimpulan ... 91

8.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro, kecil, Menengah,

dan Besar Tahun 2008-2009………... 1

2. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 ... 2

3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 ... 3

4. Perkembangan jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 ... 4

5. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun2008-2009 Atas Harga Dasar Konstan Tahun 2000 ... 5

6. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 Atas harga Konstan 2000 ... 6

7. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional Menurut Sektor Ekonomi Per 31 Januari 2011 ... 8

8. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional Per 31 Januari 2011 ... 9

9. Nilai Tunggakan Riil (Non Performing Loan/NPL) KUR Mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulan Mei 2009 – Januari 2011……… ... 14

10. Jumlah Debitur KUR Nasional per Mei 2008 dan Per 31 Juli 2009……….. 16

11. Persyaratan KUR Mikro………. 49

12. Persyaratan Kupedes……….. 50

13. Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes……… 55

14. Sebaran Responden KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Jenis usaha……….. 57

15. Sebaran Responden Berdasarkan Ada atau Tidak Adanya Usaha Sampingan……….. 57

16. Sebaran Responden Berdasarkan Pemanfaatan KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang……… 58

17. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nasabah……….. 61

18. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ………. 63


(14)

19. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes

Berdasarkan Frekuensi peminjaman ……… 64 20. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes

Berdasarkan Omset Nasabah ………..………. 65 21. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes

Berdasarkan Jangka Waktu pengembalian Kredit ……… 67 22. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes

Berdasarkan Agunan yang diberikan ……… 69 23. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes

Berdasarkan Pendapatan Bersih Nasabah ……….……. 70 24. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Classification

Tabel……… 72

25. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Omnibus

Test Of Model Coefficient dengan Metode Enter………. 73 26. Dugaan parameter Regresi Logistik Berdasarkan Hosmer

and Lemeshow Test……… 73 27. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Variables

in the equation……… 74 28. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Classification

Tabel……… 75

29. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Omnibus

Test Of Model Coefficient dengan Metode Enter………. 76 30. Dugaan parameter Regresi Logistik Berdasarkan Hosmer

and Lemeshow Test……… 76 31. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Variables


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Perkembangan NPL KUR dan Kupedes BRI Unit

Cibungbulang pada Bulan Juni 2009 – Januari 2011 ... 12

2. Siklus Perkreditan ... 25

3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

4. Struktur organisasi BRI Unit Cibungbulang ... 47

5. Skema Penyaluran KUR Mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulang ... 51

6. Mekanisme Pembayaran Kredit ... 52

7. Diagram Karakteristik Tingkat Pengembalian KUR BRI Unit Cibungbulang ... 59

8. Diagram Karakteristik Tingkat Pengembalian Kupedes BRI Unit Cibungbulang ... 60


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 97 2. Output Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian

KUR BRI Unit Cibungbulang ... 114 3. Output Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengembalian

Kupedes BRI Unit Cibungbulang ... 116 4. Formulir KUR Mikro ... 118 5. Formulir Kupedes ... 121


(17)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting. Peran tersebut dapat dilihat pada saat krisis moneter tahun 1998, UMKM dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Begitupula peran UMKM pada saat krisis global tahun 2007, ketika perusahaan besar tidak mampu bertahan menghadapi krisis global tetapi usaha mikro, kecil dan menengah mampu menghadapi hal tersebut dan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan jumlah PDB dan penyerapan tenaga kerja1.

Kontribusi UMKM dapat dilihat berdasarkan perkembangan jumlah UMKM yang ada di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 2,64 persen yaitu dari 51.409.612 unit pada tahun 2008 menjadi 52.764.603 unit pada tahun 2009. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, menengah, dan besar tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar Tahun 2008-2009

No. Indikator

Jumlah (unit) Perkembangan Tahun

2008*)

Tahun

2009**) Unit %

1. Usaha Mikro 50.847.771 52.176.795 1.329.024 2,61

2. Usaha Kecil (UK) 522.124 546.675 24.551 4,70

3. Usaha Menengah (UM) 39.717 41.133 1.416 3,57

Total Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) 51.409.612 52.764.603 1.354.991 2,64

4. Usaha Besar (UB) 4.650 4.667 27 0,58

Jumlah 51.414.262 52.769.280 1.355.018 2,64

Keterangan :

*) angka sementara **) angka sangat sementara

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010)

       1

Nguyen T. 2009. Dampak Krisis Global dan Kenaikan BBM terhadap UKM di Indonesia. http://fl2n.wordpress.com/2009/06/19/dampak-krisis-global-dan-kenaikan-bbm-terhadap-ukm-di-Indonesia/ [8 April 2011]


(18)

Berdasarkan Tabel 1 persentase jumlah UMKM yang ada di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 99,99 persen dan pada tahun 2009 sebesar 99,99 persen dari total skala usaha yang ada di Indonesia. Jumlah pelaku usaha terbesar menurut skala usaha di Indonesia pada tahun 2008-2009 dimiliki oleh usaha mikro yaitu mencapai 98,90 persen pada tahun 2008 dan 98,88 persen pada tahun 2009 dari total pelaku usaha yang ada. Hal ini menunjukan betapa besarnya peran usaha mikro dalam pembangunan perekonomian Indonesia.

Perkembangan jumlah usaha mikro menurut sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit terbesar dalam pembangunan perekonomian pada tahun 2008-2009 tersebut adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tercatat sebesar 51,57 persen pada tahun 2008 dan 50,53 persen pada tahun 2009 diikuti oleh (2) Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,29 persen pada tahun 2008 dan 28,96 persen pada tahun 2009 lalu diikuti oleh (3) Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,27 persen pada tahun 2008 dan 6,49 persen pada tahun 2009 dan diikuti oleh (4) Sektor industri pengolahan sebesar 6,25 persen pada tahun 2008 dan 6,14 persen pada tahun 2009.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009

No. Sektor Ekonomi

Jumlah (unit) Perkembangan Tahun

2008*)

Tahun

2009**) Unit %

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 26.222.578 26.364.440 141.862 0,54 2. Pertambangan dan

penggalian 258.974 269.516 10.542 4,07

3. Industri Pengolahan 3.176.471 3.205.046 28.575 0.90

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.756 10.838 82 0,76

5. Bangunan 485.530 538.603 53.073 10,93

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 14.387.690 15.112.028 724.338 5,03

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 3.186.181 3.388.742 202.561 6,36

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 970.163 1.031.609 61.446 6,33

9. Jasa-Jasa 2.149.428 2.255.973 106.545 4,96

Jumlah 50.847.771 52.176.795 1.329.024 2,61

Keterangan :

*) angka sementara **) angka sangat sementara


(19)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sektor agribisnis memberikan peran yang cukup besar dalam perkembangan jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia. Sektor agribisnis disini tidak hanya dari sektor pertanian, peternakan. kehutanan dan perikanan saja, akan tetapi juga sebagian besar terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Perkembangan jumlah usaha mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

UMKM berperan dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia, khususnya dalam mengurangi pengangguran dengan menyediakan kesempatan kerja dan membuka lapangan kerja. Pada tahun 2009, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 96.211.332 orang dan pada tahun 2008 sebesar 94.024.278 orang. Jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UMKM tersebut meningkat sebesar 2,33 persen pada tahun 2009 atau 2.187.054 orang dibanding tahun 2008. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009

No. Indikator

Jumlah (orang) Perkembangan Tahun

2008*)

Tahun

2009**) orang %

1. Usaha Mikro 87.810.366 90.012.694 2.202.328 2,51

2. Usaha Kecil (UK) 3.519.843 3.521.073 1.230 0,03

3. Usaha Menengah (UM) 2.694.069 2.677.565 -16.504 -0,61

Total Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) 94.024.278 96.211.332 2.187.054 2,33

4. Usaha Besar (UB) 2.756.205 2.674.671 -81,534 -2,96

Jumlah 96.780.483 98.886.003 2.105.520 2,18

Keterangan :

*) angka sementara **) angka sangat sementara

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010)

Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar adalah usaha mikro yang mencapai 90,73 persen pada tahun 2008 dan 91.03 persen pada tahun 2009. Hal ini menunjukan betapa besarnya peran usaha mikro dalam mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja usaha mikro menurut sektor ekonomi yang memiliki proporsi terbesar dalam mengatasi pengangguran pada tahun 2008-2009


(20)

tersebut adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tercatat sebesar 47,51 persen pada tahun 2008 dan 46,71 persen pada tahun 2009 dan kemudian diikuti oleh (2) Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 22,11 persen pada tahun 2008 dan 22,79 persen pada tahun 2009 lalu diikuti oleh (3) Sektor industri pengolahan sebesar 9,65 persen pada tahun 2008 dan 9,81 persen pada tahun 2009. Proporsi tersebut membuktikan bahwa sektor agribisnis juga memberikan peranan yang cukup besar dalam mengatasi pengangguran. Adanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengangguran yang ada di Indonesia dapat diatasi. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009

No. Sektor Ekonomi

Jumlah (orang) Perkembangan Tahun

2008*)

Tahun

2009**) Orang %

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 41.720.781 42.041.978 321.197 0,77

2. Pertambangan dan

penggalian 913.150 985.077 71.928 7,88

3. Industri Pengolahan 8.471.573 8.833.784 362.211 4,28

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 82.463 74.576 -7.887 -9,56

5. Bangunan 3.515.263 3.449.378 -65.885 1,87

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 19.417.114 20.518.886 1.101.772 5,67

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 5.745.591 5.670.008 -75.583 -1,32

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 1.098.718 1.131.821 33.103 3,01

9. Jasa-Jasa 6.845.714 7.307.185 461.472 6,74

Jumlah 87.810.366 90.012.694 2.202.328 2,51

Keterangan :

*) angka sementara **) angka sangat sementara

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010)

Berdasarkan Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa perkembangan penyerapan jumlah tenaga kerja tahun 2009 pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami peningkatan sebesar 321.197 orang atau 0,77 persen dari tahun sebelumnya. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan sebesar 1.101.772 orang atau sebesar 5,67 persen dari tahun


(21)

sebelumnya serta sektor industri mengalami peningkatan sebesar 362.211 orang atau sebesar 4,28 persen dari tahun sebelumnya.

UMKM dalam memajukan perekonomian Indonesia juga dapat dilihat berdasarkan kontribusinya dalam penciptaan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2009, peran UMKM terhadap penciptaan nilai PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 1.214.725,3 milyar rupiah atau 58,17 persen dari total PDB nasional. Konstribusi UMKM tersebut meningkat sebesar 48.972,1 milyar rupiah atau 4,20 persen dibanding tahun sebelumnya. Diantara UMKM tersebut proporsi terbesar dimiliki oleh usaha mikro. Proporsi usaha Mikro dalam penciptaan nilai PDB pada tahun 2008 kurang lebih 32,82 persen dan pada tahun 2009 kurang lebih 32,68 persen. Perkembangan Nilai PDB menurut skala usaha tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No. Indikator

Jumlah (Milyar) Perkembangan Tahun

2008*)

Tahun

2009**) Milyar %

1. Usaha Mikro 655.703 682.462 26.758 4,08

2. Usaha Kecil (UK) 217.130 225.478 8.348 3,84

3. Usaha Menengah (UM) 292.919 306.784 13.865 4,73

Total Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) 1.165.753 1.214.725 48.972 4,20

4. Usaha Besar (UB) 832.184 873.567 41.382 4,97

Jumlah 1.997.938 2.088.292 90.354 4,52

Keterangan :

*) angka sementara **) angka sangat sementara

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010)

Usaha Mikro yang memiliki proporsi terbesar dalam penciptaan PDB tersebut adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tercatat sebesar 37,81 persen pada tahun 2008 dan 37,92 persen pada tahun 2009 dan diikuti oleh (2) Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 29,90 persen pada tahun 2008 dan 29,23 persen pada tahun 2009 dan lalu diikuti oleh (3) Sektor jasa-jasa sebesar 10,17 persen pada tahun 2008 dan 10,30 persen pada tahun 2009 serta diikuti oleh (4) Sektor industri pengolahan sebesar 9,35 persen pada tahun 2008 dan 9,49 persen pada tahun 2009.


(22)

Sektor agribisnis dapat dikatakan memiliki peran yang besar dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan Nilai PDB Usaha Mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 atas harga dasar konstan tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dan Tabel 4 dapat dinyatakan bahwa agribisnis walaupun sebagian besar dalam usaha mikro sangat berperan dalam perekonomian Indonesia terutama dalam hal peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja dan PDB. Sektor agribisnis dalam hal ini tidak hanya sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tetapi juga sebagian besar dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan.

Tabel 6. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000

No. Sektor Ekonomi

Jumlah (Milyar) Perkembangan Tahun

2008*)

Tahun

2009**) Milyar %

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 247.922,6 258.787,5 10.864,9 4,4

2. Pertambangan dan

penggalian 16.888,9 18.099,9 1.211,0 7,2

3. Industri Pengolahan 61.302,7 64.822,4 3.519,7 5,7

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 33,9 34,4 0,5 1,5

5. Bangunan 13.628,8 14.696,1 1.067,4 7,8

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 196.077,7 199.497,3 3.419,6 1,7

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 32.199,7 34.414,7 2.215,0 6,9

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 20.963,7 21.807,2 843,5 4,0

9. Jasa-Jasa 66.685,9 70.302,8 3.616,9 5,4

Nilai PDB Total 655.703,8 682.462,4 26.758,6 4,0

Keterangan :

*) angka sementara **) angka sangat sementara

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010)

Menurut Ashari (2009), masalah utama dalam sektor agribisnis (pertanian) yaitu kurangnya permodalan petani dan pelaku usaha pertanian. Perbankan sangat berperan aktif dalam memajukan pertanian di Indonesia khususnya dalam hal permodalan, akan tetapi seperti yang kita ketahui petani sangat sulit meminjam modal di bank. Hal tersebut terkait peraturan yang ditetapkan oleh bank (seperti jumlah agunan dan lamanya usaha yang telah berjalan), baik bank pemerintah


(23)

yang sudah berjalan dan yang terjadi di lapangan masih sangat kecil yaitu di bawah 6 persen.

Pada umumnya sistem perkreditan yang diterapkan oleh bank-bank yang ada di Indonesia menyulitkan petani dan UMKM. Sistem yang umumnya menyulitkan terletak pada syarat-syarat peminjaman yang harus dipenuhi. Syarat-syarat yang menyulitkan petani dan UMKM pada umumnya adalah jaminan yang tinggi, cicilan pembayarannya melebihi pendapatan rumah tangga setiap bulannya, lamanya pencairan dana, dan jangkauan yang sangat terbatas. Hal tersebut membuat petani dan UMKM sulit meminjam modal pada lembaga keuangan perbankan. Kekurangan-kekurangan yang pada umumnya dimiliki oleh perbankan dapat diatasi oleh lembaga keuangan ini yaitu Bank rakyat Indonesia (BRI). Jaringan BRI yang ada hingga pelosok Kecamatan (Bank Unit Desa) menyebabkan BRI masih menjadi leader dalam penyaluran kredit di sektor pertanian dan pedesaan. Bank rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan, melalui program Unit Desa. BRI Unit Desa ini dibentuk pada pertengahan 1970-an yang digunakan untuk menyalurkan kredit Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan pada tahun 1984 Bimas dihapuskan dan BRI menciptakan kredit umum pedesaan (Kupedes) dan sekaligus memperkenalkan Simpanan Pedesaan (Simpedes) (Ashari 2009).

Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) merupakan suatu kredit komersial yang dimiliki oleh BRI yang diperuntukan bagi UMKM untuk memperoleh modal tambahan usaha. Satu hal yang perlu diketahui adalah bagi nasabah yang ingin meminjam harus memiliki agunan (jaminan). Persyaratan harus memiliki agunan menyulitkan para petani dan UMKM yang usahanya layak untuk dijalankan tapi bermasalah dalam hal permodalan serta tidak mempunyai agunan sebagai jaminan kredit. Oleh karena itu, pemerintah bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada di Indonesia untuk mempermudah UMKM mendapatkan dana yaitu dengan dikeluarkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tanggal 5 November 2007. Bank BRI merupakan salah satu bank yang dipercaya untuk menyalurkan kredit ini (Retnadi, 2008). Adanya KUR Mikro dan Kupedes membuat BRI mempunyai dua program kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang


(24)

merupakan kredit komersial lembaga keuangan tersebut dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah.

Tabel 7. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional menurut Sektor Ekonomi Per 31 Januari 2011

NO. Sektor Ekonomi Plafon Kredit Jumlah Debitur Rp Juta (%) Debitur (%)

1. Pertanian 6.137.333 16,94 505.767 12,76

2. Pertambangan 24.465 0,07 366 0,009

3. Industri Pengolahan 842.055 2,32 54.256 1,37

4. Listrik Gas dan Air 12.092 0,03 121 0,003

5. Konstruksi 720.832 1,99 4.024 0,10

6. Perdagangan, Restoran dan

Hotel 23.185.570 64,01 3.112.467 78,52

7. Pengangkutan,Pergudangan,

Komunikasi 319.679 0,88 7.966 0,20

8. Jasa-jasa Dunia Usaha 1.631.989 4,51 65.299 1,65

9. Jasa-jasa Sosial/ Masyarakat 676.398 1,87 61.770 1,56

10. Lain-lain 2.671.206 7,37 151.664 3,83

Total 36.221.620 100,000 3.963.699 100,000

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011)

Pada Tabel 7. Terlihat bahwa sektor ekonomi yang paling banyak menyerap KUR adalah (1) Sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 64,01 persen dan diikuti oleh (2) Sektor pertanian yang tercatat sebesar 16,94 persen serta (3) Sektor lain-lain sebesar 7,37 persen lalu diikuti oleh (4) Jasa dunia usaha sebesar 4,51 persen dan (5) Industri pengolahan sebesar 2,32 persen.

KUR disalurkan oleh enam bank pelaksana yang disetujui oleh pemerintah yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Bukopin serta pada tahun 2010 direalisasikan oleh 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD). Ketiga belas bank tersebut adalah Bank DKI, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, Bank Jatim, BPD Yogyakarta, Bank Nagari, Bank NTB, Bank Sulut, Bank Kalbar, Bank Kalsel, Bank Kalteng, Bank Maluku, dan Bank Papua. Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) nasional per 31 Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 8.


(25)

Tabel 8. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional Per 31 Januari 2011

Bank

REALISASI PENYALURAN KUR Plafon

(Rp Juta)

Outstanding

(Rp Juta) Debitur

Rata-Rata Kredit (Rp/Debitur)

BNI 3.296.434 1.851.824 30.381 60,9

BRI KUR

Ritel 6.678.583 3.440.952 49.265 69,8

BRI KUR

Mikro 17.314.919 6.147.897 3.761.605 1,6

Mandiri 3.710.297 2.068.063 74.653 27,7

BTN 975.459 478.349 5.187 92,2

Bukopin 955.906 491.674 6.731 73,0

BSM 834.170 521.568 6.868 75,9

Bank Nagari 81.816 73.407 2.036 36,0

Bank DKI 56.158 45.894 581 78,9

Bank Jabar 864.245 731.503 8.594 85,1

Bank Jateng 303.902 261.766 5.197 50,3

BPD DIY 20.343 18.601 217 85,7

Bank Jatim 900.433 848.570 7.947 106,7

Bank NTB 27.030 22.915 362 63,3

Bank Kalbar 56.950 44.564 589 75,6

Bank Kalteng 24.605 22.100 549 40,2

Bank Kalsel 31.315 28.833 596 48,3

Bank Sulut 33.437 29.119 1.230 23,6

Bank Maluku 15.327 12.469 520 23,9

Bank Papua 40.268 34.216 591 57,8

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2011 (diolah)

Pada Tabel 8. Terlihat bahwa penyaluran dana KUR terbesar dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), khususnya penyaluran KUR Mikro yaitu dilihat dari jumlah plafond. BRI juga berhasil memiliki debitur KUR terbesar dibanding bank penyalur lainnya yaitu mencapai 3.761.605debitur. Keberhasilan BRI tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah BRI yang berpengalaman dalam membantu permodalan usaha mikro dan kecil.

1.2. Perumusan Masalah

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan melalui program unit desanya. BRI adalah suatu bank yang dikenal sebagai bank rakyat karena kedekatannya dan keramahannya dengan rakyat kecil. BRI mempunyai kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Mudahnya akses dan persyaratan peminjaman membuat pihak UMKM lebih memilih meminjam modal kepada BRI daripada ke


(26)

bank lainnya. Kupedes adalah kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga bersaing yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak (feasible). Kupedes mikro dapat diberikan dalam jumlah sampai dengan Rp100 juta. Jangka waktu kredit ini berkisar dari tiga bulan hingga 60 bulan. Produk Kupedes bersifat multiguna, yaitu dapat untuk membiayai seluruh usaha yang ada di masyarakat2

Kupedes yang ada di BRI Unit merupakan kredit yang diperuntukan untuk usaha mikro dengan persyaratan yang tidak sulit, tetapi adanya agunan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi nasabah untuk pencairan pinjaman. Hal tersebut membuat UMKM yang tidak mempunyai harta yang dapat dijadikan agunan tidak bisa memperoleh kredit ini. Oleh karena itu pada tahun 2007 pemerintah bekerjasama dengan bank-bank yang ada di Indonesia yang salah satunya dipercaya untuk menyalurkan kredit ini adalah BRI mengeluarkan kredit untuk UMKM tanpa agunan dan melihat prospek usahanya yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). BRI merupakan penyalur kredit terbesar yang dapat dilihat dari jumlah plafond dan debitur terbanyak bibanding dengan bank pelaksana lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Adanya kerjasama penyaluran KUR antara BRI dengan pemerintah membuat BRI mempunyai dua program kredit untuk UMKM yaitu Kupedes yang merupakan kredit komersial BRI dan KUR yang merupakan program kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Meskipun kedua program tersebut sama-sama program kredit untuk UMKM dan dijalankan oleh lembaga keuangan yang sama yaitu BRI, akan tetapi program tersebut memiliki tingkat pengembalian yang berbeda.

NPL (Non Performing Loan) Kupedes BRI unit Cibungbulang per 31 Januari 2011 adalah sebesar 3,03 persen (BRI Unit Cibungbulang 2011). Hal ini berarti Kupedes memiliki pengembalian yang yang cukup rendah karena tingkat NPL di atas tiga persen. NPL dapat dijadikan tolak ukur besarnya tunggakan kredit dan ketetapan Bank Indonesia jika suatu bank memiliki tingkat NPL di atas

      

2 

Bank Rakyat Indonesia. 2008. Kupedes.


(27)

5 persen maka dikatakan bank tersebut tidak sehat3. Sedangakan KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang dalam pelaksanaannya memiliki tingkat NPL yang cukup rendah yaitu sebesar 1,32 persen per 31 januari 2011 (BRI Unit Cibungbulang 2011). Grafik NPL KUR dan Kupedes dapat dilihat pada Gambar 1.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

32

34

36

Ju

n

09

Sep

09

D

es

09

Ma

r

10

Ju

n

10

Se

p

10

D

es

10

NPL

 

KUR

NPL

 

Kupedes

Gambar 1. Grafik Perkembangan NPL KUR dan Kupedes BRI Unit Cibungbulang pada Bulan Juni 2009-Januari2011

Berdasarkan Gambar 1 pada tahun 2009 tingkat NPL KUR Mikro mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Pada bulan Juni 2009 NPL KUR sangat tinggi yaitu sebesar 33,69 persen lalu turun secara perlahan-lahan dan drastis pada bulan Desember 2009 yaitu nilai NPL mencapai 1,18 persen. Lalu tetap di bawah 3 persen dari bulan Januari 2010 sampai Januari 2011.

Berdasarkan grafik tersebut, maka timbul pertanyaan mengapa nilai NPL KUR Mikro dari Juni 2009 ke Desember 2009 turun secara drastis dan selama tahun 2010 dan Januari 2011 nilai NPL bisa tetap di bawah 3 persen. Berdasarkan Gambar 1 juga dapat dilihat pada tahun 2010 Nilai NPL KUR Mikro berfluktuatif, tapi masih di dalam tingkat pengembalian yang bagus yaitu nilai NPL di bawah 3 persen sehingga dapat dikatakan jumlah tunggakan yang termasuk ke dalam

      

3 


(28)

kurang lancar, diragukan, dan macet tidak terlalu banyak. Pada tahun 2010 sampai januari 2011 dapat dilihat nilai NPL KUR Mikro per bulannya sebagian besar berada di bawah NPL Kupedes.

Nilai NPL Kupedes pada bulan januari 2011 cukup tinggi yaitu di atas 3 persen. Hal tersebut dapat dikatakan jumlah baki debet debitur (sisa kredit) yang pembayarannya termasuk ke dalam kurang lancar, diragukan dan macet cukup besar. Sesuai ketetapan BRI jika BRI Unit memiliki NPL di atas 3 persen maka putusan kredit diputuskan oleh Asisten Manajer Bisnis Mikro (AMBM) hingga NPL di bawah 3 persen. Dari pernyataan tersebut timbullah pertanyaan mengapa NPL Kupedes BRI Unit Cibungbulang lebih tinggi daripada NPL KUR Mikro. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah tunggakan pada Kupedes lebih besar daripada KUR Mikro atau pengembalian Kupedes lebih rendah daripada pengembalian KUR Mikro. Perbedaan tunggakan ini diakibatkan kemampuan pengembalian yang berbeda pada masing-masing nasabah. Persyaratan untuk mendapatkan Kupedes harus memiliki agunan dan kedua kredit tersebut sama-sama dikeluarkan oleh lembaga keuangan yang sama-sama. Apakah hal tersebut diakibatkan oleh mekanisme dan persyaratan peminjaman antara KUR Mikro dan Kupedes yang berbeda atau perbedaan karakteristik nasabah KUR Mikro dan Kupedes.

Dari perbedaan pengembalian nasabah antara kedua program tersebut, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit di BRI unit Cibungbulang dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing nasabah dalam mengembalikan kredit. Kemampuan masing-masing nasabah dalam mengembalikan kredit dapat terlihat dari nilai NPL yang ada di bank karena NPL adalah banyaknya tunggakan kredit yang termasuk ke dalam kurang lancar, diragukan dan macet. Faktor-faktor ini diturunkan dari 5 prinsip yaitu Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Hasil dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kedua kredit tersebut diharapkan dapat menjadi saran bagi pihak BRI untuk memilih nasabah yang kemungkinan pengembaliannya besar.


(29)

Tabel 9. Nilai Tunggakan Riil (Non Performing Loan/NPL) KUR Mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulan Mei 2009 – Januari 2011

Tahun Bulan

Kurang

Lancar+Diragukan+Macet NPL (%) KUR Mikro

(Rp)

Kupedes (Rp)

KUR

Mikro Kupedes

2009

Jun 55.750.760 148.061.052 33,69 2,5

Jul 32.778.950 130.132.087 28,01 2,27

Agust 17.889.200 164.780.452 22,52 2,73

Sept 13.583.600 178.794.300 18,22 2,33

Okt 12.041.575 131.923.400 17,07 2,03

Nov 5.569.325 187.000.000 6,18 2,71

Des 1.305.575 187.479.500 1,18 2,68

2010

Jan 972.000 213.947.000 0,73 2,93

Feb 3.890.000 242.894.000 2,60 3,23

Mar 3.890.000 239.880.000 2,07 3,13

Apr 3.334.000 201.921.000 1,78 2,59

Mei 2.640.000 186.013.000 1,39 2,31

Jun 5.000.000 195.290.000 2,49 2,38

Jul 3.583.000 189.947.000 1,57 2,21

Agus 6.579.000 188.186.000 2,57 2,09

Sept 6.125.000 204.709.000 2,32 2,31

Okt 7.110.000 180.158.000 2,01 2,07

Nov 6.417.000 214.817.000 0,95 2,55

Des 10.028.000 192.484.000 1,41 2,25

2011 Jan 10.304.000 247.402.000 1,32 3,03

Dengan demikian BRI tidak hanya dapat menentukan nasabah yang tepat untuk menerima KUR Mikro dan Kupedes tetapi juga sekaligus dapat menentukan nasabah yang memiliki kemampuan dalam pengembalian kredit dan dapat menanggulangi masalah kredit macet.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengapa pengembalian KUR Mikro dan Kupedes memiliki performance

yang berbeda?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro dan Kupedes tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :


(30)

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan kegunaan juga informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi BRI unit Cibungbulang yaitu mengetahui faktor-faktor yang paling

berpengaruh terhadap tingkat pengembalian di kedua program tersebut sehingga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan saran untuk menentukan kebijakan yang bisa mencegah adanya kasus penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah).

2. Bagi mahasiswa, dapat memberi masukan dan menjadi bahan pustaka serta referensi bagi penelitian terkait.

3. Bagi peneliti yaitu menerapkan disiplin ilmu yang didapat diperkuliahan, implementasi teori, berpikir kritis dan sistematis.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro dan Kupedes. Karakteristik debitur KUR Mikro dan Kupedes, khususnya debitur yang bergerak dalam bidang agribisnis di wilayah Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibungbulang, Bogor.


(31)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut Rafinaldy (2006), UMKM mempunyai karakteristik yang berupa sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Seperti yang kita ketahui berdasarkan skala usahanya jenis usaha dibedakan menjadi tiga yaitu usaha mikro, kecil dan menengah.

Usaha Mikro memiliki karakteristik yaitu : (1) Jeniskomoditinya berubah-ubah dan sewaktu-waktu dapat berganti produk/usaha.(2) Tempat usahanya tidak selalu menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah. (3) Belum adanya pencatatan keuanganusaha secara baik. (4) Sumber daya manusianya rata-rata sangat rendah yakni SD-SMP. (5) Pada umumnya belum mengenal perbankan dan lebih sering berhubungan dengan tengkulak atau rentenir. (6) Umumnya usaha ini tidak memilki izin usaha.

Usaha Kecil memiliki karakteristik yaitu : (1) Jenis barang atau komoditinya tidak mudah berubah. (2) Mempunyai kekayaan maksimal 200 juta dan dapat menerima kredit maksimal 500 juta. (3) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap. (4) Sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhana artinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah. (5) Memiliki legalitas usaha atau perizinan lainnya. (6) Sumber daya manusianya sudah lumayan baik, dari aspek tingkat pendidikan yakni rata tingkat SMU. (7) Sudah mulai mengenal perbankan.

Usaha Menengah memiliki karakteristik yaitu : (1) Kekayaan 200 juta sampai 10 milyar, dan dapat menerima kredit antara 500 juta sampai 5 milyar. (2) Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan pembagian yang lebih jelas antar bagian/unit. (3) Telah memiliki sistem manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing termasuk oleh pihak auditor publik. (4) Telah melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah dibidang ketenagakerjaan, Jamsostek dan lain-lain. (5) Memiliki persyaratan legal secara lengkap. (6) Sering bermitra dengan perbankan dan


(32)

pelaku usaha lainnya, dan (7) Sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal pada level Manajer dan Supervisor.

2.2. Performance Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI

Pertumbuhan KUR yang hampir satu triliun per bulan sejak diluncurkan pada tahun 2007 merupakan prestasi yang luar biasa jika dibanding dengan jenis kredit lain. Sejak diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, jumlah KUR telah mencapai 6,8 triliun dengan enam ratus tujuh puluh dua ribu debitur. Awal diluncurkan, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan

plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta. Namun pada tanggal 7 Mei 2008 diluncurkan kredit dengan plafond maksimal Rp 5 juta untuk nasabah mikro.

Tabel 10. Jumlah Debitur KUR Nasional per Mei 2008 dan Per 31 Juli 2009 Bank Total Debitur

Mei 2008 Juli 2009

BNI 7.413 8.630

BRI KUR Ritel 14.502 28.941

BRI KUR Mikro 610.581 2.000.073

Mandiri 33.232 37.364

BTN 470 1.615

Bukopin 1.686 2.862

BSM 4.400 4.265

Total 672.284 2.083.750

Sumber : Kantor Menteri Koordinator Perekonomian dalam Retnadi (2008) dan Kementerian Kordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (2009)

Dapat dilihat dari Tabel 9 bahwa jumlah debitur per Mei 2008 dan Juli 2009 meningkat. Bahkan untuk BRI KUR Mikro peningkatan jumlah debitur sangat besar. Meskipun jumlah debitur KUR mengalami kenaikan setiap tahunnya akan tetapi ditemukan kendala-kendala dalam penyaluran kredit. Retnadi (2008) menyatakan bahwa dari keadaan yang ditemukan dilapangan ditemukan kendala-kendala dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Beberapa kendala-kendala penyaluran KUR antara lain:

1. Belum adanya pemahaman yang seragam terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun masyarakat, sehingga mungkin saja masih ada beberapa penyimpangan dan persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, sumber dana KUR, beroperasinya para calo KUR Mikro dan sebaginya.


(33)

2. Pemenuhan tenaga pemasaran KUR tidak bisa dilakukan seketika oleh perbankan namun harus dilakukan secara bertahap. Hal ini terjadi karena pemberian KUR harus dilaksanakan sesuai prinsip kehati-hatian dalam perbankan sehingga diperlukan kompetensi tenaga kerja yang sesuai.

3. Adanya perubahan kondisi makro-ekonomi, misalnya: kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga yang menyebabkan permintaan kredit menurun.

Retnadi (2008) menyatakan bahwa keadaan yang terjadi di lapangan adalah calon nasabah KUR masih diminta agunan tambahan senilai 30 persen dari nilai kredit. Seperti yang kita ketahui, kesepakatan antara pemerintah dan pihak bank bahwa nasabah KUR tidak perlu memenuhi persyaratan berupa adanya agunan karena risiko kegagalan pengembalian dijamin 70 persen oleh PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT. Sarana Pengembangan Usaha (SPU).

Kejadian tersebut disebabkan adanya kepentingan yang berbeda antara pemerintah, perusahaan penjaminan kredit, perbankan, dan nasabah. Dari sisi pemerintah, tentu saja penyaluran KUR sebanyak mungkin adalah indikator kunci keberhasilan pemerintah. Dari sisi perusahan penjaminan kredit, penyaluran KUR yang maksimum akan dapat memberikan penerimaan premi penjaminan semakin besar, juga jumlah Non Performing Loan (NPL) yang kecil merupakan indikator kesuksesan program penjaminan. Bagi perbankan, penyaluran KUR yang besar dengan NPL rendah merupakan bisnis yang menguntungkan. Sedangkan dari sisi debitur, memperoleh kredit dengan mudah dan (kalau perlu) tanpa agunan adalah impian para UMKM.

Kejadian penyelewengan penyaluran KUR yang berupa debitur harus menyediakan agunan sebesar 30 persen dari jumlah kredit merupakan solusi untuk menyatukan kepentingan para pihak. Hal tersebut disepakati karena pihak bank masih menanggung risiko 30 persen dari penyaluran KUR ketika terjadi kredit macet. Oleh karena itu hal tersebut sesuai apabila pihak bank meminta agunan sebesar 30 persen dari jumlah kredit kepada calon nasabah KUR yang mendekati Rp 500 juta. Sehingga dengan melakukan hal tersebut pihak perbankan masih dapat menyalurkan KUR. Kondisi seperti ini jauh lebih baik daripada pihak bank tidak menyalurkan KUR terkait dengan kondisi dan keseriusan debitur.


(34)

2.3. Performance Kredit Umum Pedesaan (Kupedes)

Pada tahun 1984 BRI Unit mulai menyalurkan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk UMKM. Kupedes merupakan kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible). Pada tahun 2002, BRI mengeluarkan kebijakan tentang peningkatan plafond maksimum Kupedes dari maksimum Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta. Pada tahun 2005, plafond Kupedes ditingkatkan sampai dengan 100 juta rupiah.

Naftalia (2009) menyatakan bahwa pada tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli penyaluran kupedes di BRI Unit Klaten Kota mengalami peningkatan yaitu sebesar 97 persen dengan plafond minimal Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 60.000.000 yang mayoritas untuk kepentingan produktif. Hal tersebut di karenakan mekanisme penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dimulai dari tahap pendaftaran, pemeriksaan, putusan sampai dengan pencairan melalui struktur organisasi yang sederhana menjadikan para pengusaha kecil tertarik untuk mengajukan permohonan kredit di BRI Unit Klaten Kota.

Dalam surat harian suara merdeka yang dipublikasi bulan Maret tahun 2010, Selama tahun 2009 Bank BRI Cabang Kudus berhasil menyalurkan pinjaman Kredit Umum Pedesaan sebesar Rp. 176.767.061.000 dengan jumlah debitur 17.252 orang. Jumlah tersebut meningkat cukup besar dibanding tahun sebelumnya yang terealisasi Rp.142.414.631.000 dengan jumlah debitur 17.252 orang4. Maka dapat dikataka bahwa penyaluran Kupedes di Klaten Kota mengalami peningkatan baik dalam jumlah plafond maupun debitur dan daerah kudus mengalami peningkatan dalam jumlah plafond. Akan tetapi dalam penyaluran Kupedes sering dihadapi kredit bermasalah. Pihak bank harus mempunyai cara-cara untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut agar penyaluran dan pengembalian Kupedes lancar.

       4

Admin. 2010. Kupedes BRI Capai Rp 176 Miliar. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/22/102909/Kupedes-BRI-Capai-Rp-176-Miliar [22 maret 2010]


(35)

Menurut Pamungkas (2007), menyatakan bahwa Prosedur penanganan kupedes bermasalah pada PT. BRI Unit Sendang Mulyo meliputi :

1. Melakukan pendekatan penanganan Kupedes bermasalah 2. Melakukan penetapan strategi penanganan Kupedes bermasalah

3. Melakukan penyelamatan kredit bermasalah yaitu dengan melakukan rencana tindak lanjut dengan melakukan 3R yaitu rescedulling, reconditioning, restructuring, dan barang jaminan yang dijual.

4. Melakukan penyelesaian Kupedes bermasalah yaitu dengan cara damai dan melalui saluran hukum.

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Tingkat pengembalian kredit lancar atau tidak lancar dapat dianalisis berdasarkan karakteristik individu debitur, karaktesitik usaha debitur, dan karakteristik dari kredit itu sendiri. Haloho (2010) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian KMU adalah variabel usia, tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Sedangkan variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian KMU adalah jenis kelamin, status nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omset usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga.

Handoyo (2009) melakukan penelitian untuk menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah untuk UMKM yang Bergerak dalam Sektor Agrbisnis pada KMBT Wihdatul Ummah Kota Bogor. Hasil analisis regresi logistik menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan adalah tingkat pendidikan dan pengalaman usaha. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin berpengalaman debitur maka peluang pengembalian pembiayaan semakin lancar.

Triwibowo (2009) menganalisis tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah oleh Nasabah di Sektor Perdagangan Agribisnis (Kasus pada BPR Rama Ganda Bogor). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit pada sektor


(36)

perdagangan agribisnis yang mengalami kredit bermasalah adalah jumlah tanggungan keluarga, pengalaman pengambilan kredit, omset usaha, dan beban bunga.

Haerudin (2007) Menganalisis Kinerja Keuangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Swamitra-Kowapi, (Kasus USP Swamitra-Kowapi, Cikini-Jakarta Pusat). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit dalam model adalah faktor tingkat rata-rata pendapatan dan pengalaman ambil kredit artinya semakin tinggi tingkat rata-rata pendapatan dan semakin tinggi pengalaman nasabah dalam mengambil kredit maka semakin besar peluang dalam pengembalian kredit. Sedangkan faktor umur, jenis kelamin, faktor tingkat pendidikan, faktor pengalaman usaha, faktor jumlah tanggungan keluarga, faktor jarak dari rumah ke bank, dan faktor biaya/ongkos transportasi ke bank tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman pengambilan kredit. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat pendidikan debitur maka semakin besar peluang kelancaran dari pengembalian kredit. Untuk pengalaman pengambilan kredit yaitu semakin besar pengalaman pengambilan kredit oleh debitur maka semakin besar peluang kelancaran pengembalian kredit.

Agustania (2009) Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis baik responden debitur lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka sebagian besar mengakses kredit dengan masa pengembalian 12 bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis, besarnya jumlah pinjaman, serta besarnya omset usaha. Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah


(37)

omset usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1).

Lubis (2009) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat di BRI Unit Cibungbulang. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit diturunkan dari tiga jenis karakteristik nasabah yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan jarak tempat tinggal), karakteristik usaha (nilai RPC per bulan, jenis usaha dan lama menetap di lokasi usaha) serta karakteristik kredit (nilai plafond kredit, jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit, nilai agunan, dan kewajiban per bulan).

Berdasarkan analisis regresi logistik faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian KUR-Kupedes (lancar atau menunggak) adalah jenis kelamin dan kewajiban per bulan. Debitur wanita berpeluang lebih kecil dalam mengembalikan kredit dengan lancar dibandingkan debitur pria dan tidak ada perbedaan yang berarti terhadap perubahan peluang kelancaran pengembalian kredit jika peningkatan kewajiban per bulan tidak cukup besar.

Hasibuan (2010) melakukan penelitian untuk Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis di BRI Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk mengembalikan tunggakan Kupedes (kredit macet) adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik maka variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) adalah usia, tingkat pendidikan, agunan yaitu semakin tinggi variabel tersebut menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes.

Muhammad (2008) Mengidentifikasikan Karakteristik Debitur yang Berstatus Lancar dan Menunggak dalam Pengembalian Kupedes serta Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM melalui Studi Kasus pada Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero), Unit Cigudeg, Cabang Bogor. Hasil analisis


(38)

menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat pengembalian Kupedes adalah omset usaha dan frekuensi peminjaman dengan pengaruh yang positif. Sedangkan faktor-faktor lainnya, tidak berpengaruh ataupun memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian kredit.

Hermawan (2007) Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Kasus: BRI Unit Leuwiliang). Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengembalian kredit terdiri dari tiga faktor utama, yaitu: 1). Karakteristik Individu, yang terdiri dari umur dan jarak tempat tinggal nasabah dengan bank. 2). Karakteristik Usaha, meliputi pengalaman usaha, omset, pengalaman kredit nasabah, dan besarnya plafond pinjaman, serta jangka waktu pinjaman. 3). Agunan, faktor ini ditambahkan karena ikut mempengaruhi permintaan pinjaman. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan Kupedes terdiri dari jarak tempat tinggal nasabah yang merupakan karakteristik individu. Dari karakteristik usaha yang berpengaruh nyata yaitu omset, pengalaman kredit dan jangka waktu pinjaman. Sedangkan agunan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes.

Alamsyah (2007) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank rakyat Indonesia, Tbk Unit Ciomas, Kota Bogor, jawa Barat). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik individu debitur Kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI Unit Ciomas, dan memiliki rumah yang berjarak sekitar dua sampai empat kilometer dengan BRI Unit Ciomas. Adapun berdasarkan karakteristik usaha yaitu pengalaman usaha 3-6 tahun, memiliki jangka waktu pengembalian kredit 24 bulan, menyatakan tidak keberatan dengan beban bunga, dan memiliki omset per bulan Rp 1.000.000 sampai Rp 2.000.000. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor


(39)

yang berpengaruh nyata yaitu jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dan omset usaha.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kupedes sebagian besar yang berpengaruh nyata adalah omset usaha dan jarak tempat tinggal debitur. Hal tersebut berarti semakin tinggi omset usaha debitur maka semakin besar peluang kelancaran dari pengembalian kredit. Untuk jarak tempat tinggal debitur yaitu semakin dekat jarak tempat tinggal debitur maka semakin besar peluang kelancaran pengembalian kredit.

Penelitian yang akan dilakukan berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini meneliti kedua program kredit yang dikeluarkan oleh BRI yaitu antara Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dengan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) serta apa saja yang menjadi perbedaan dalam tingkat pengembalian kedua jenis kredit tersebut.


(40)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Unsur-unsur Kredit

Menurut Kasmir (2002) Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b. Kesepakatan, yaitu kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima

kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

c. Jangka waktu, yaitu masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Risiko, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

e. Balas Jasa, yaitu keuntungan atau pendapatan yang diterima bank atas pemberian suatu kredit. Dalam bank konvensional balas jasa yang kita kenal dengan nama bunga. Selain balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan sistem bagi hasil.

3.1.2. Siklus Kredit

Siklus perkreditan dimulai sejak pengajuan kredit hingga realisasi kredit yang telah disetujui berdasarkan berbagai pertimbangan, kemudian berlanjut pada


(41)

proses pencairan dan pengawasan kredit. Bagan siklus perkreditan dapat dilihat pada Gambar 2.

Permohonan Kredit

Kredit Bermasalah Tambahan Kredit

Analisis Kredit Pelunasan

Kredit Persetujuan

Kredit Pengawasan

Kredit Perjanjian Kredit

Pencairan Kredit

Gambar 2. Siklus Perkreditan

Sumber : Dendawijaya (2001) 3.1.3. Pertimbangan Kredit

Risiko yang sering terjadi dalam usaha perbankan pada umumnya adalah risiko kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Faktor penyebab risiko kredit macet antara lain karena kesalahan penggunaan kredit, manajemen penggunaan kredit yang buruk, serta kondisi perekonomian yang memengaruhi iklim usaha dalam negeri.

Keyakinan bank diperoleh berdasarkan analisis yang mendalam atau iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya. Harun (2010) dalam memberikan kredit kapada calon debitur ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi bank dalam menilai permohonan kredit diantaranya:

1. Karakter (character), yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan di kemudian hari.

2. Kapasitas (capacity), yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan melihat prospek usahanya.

7c 

7b 

7a 

5  4 

3  2  1 


(42)

3. Modal (capital), yaitu modal usaha yang telah ada pada bank sehingga fungsi bank sebenarnya dalam penyediaan modal hanyalah sebagai pemberi modal tambahan saja.

4. Agunan (collateral), yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan.

5. Kondisi Ekonomi (condition of economy) yaitu prospek usaha nasabah debitur. Bila bank tidak melihat adanya prospek dari usaha ini, maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit yang diberikan.

3.1.4. Kualitas Kredit

Kredit macet merupakan beban bagi bank karena akan mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan bank. Semakin besar jumlah persentase kredit macet pada bank maka semakin menyulitkan bank tersebut dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan SE BI No. 31/10/UPPB tanggal 12 November 1998, kualitas kredit digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu :

1. Lancar, yaitu Kredit yang tidak ada tunggakan bunga maupun angsuran pokok (jika ada).

2. Perhatian Khusus, yaitu kredit yang menunjukan adanya kelemahan pada kondisi keuangan ataupun kelayakan kredit debitur atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari.

3. Kurang Lancar, yaitu kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang melampaui 90 hari.

4. Diragukan, yaitu kredit yang pengembalian seluruh pinjaman mulai diragukan sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi bank, hanya saja belum ditentukan besar maupun saatnya atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

5. Macet, yaitu kredit yang dinilai sudah tidak bisa ditagih kembali atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.


(43)

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah suatu lembaga keuangan yang dikenal fokus terhadap penyaluran kredit di bidang agribisnis dan UMKM. Hal tersebut dikarenakan BRI dikenal lebih dekat dengan rakyat yaitu dengan adanya BRI unit dengan bunga bersaing dan persyaratan yang mudah sehingga membuat masyarakat kecil percaya terhadap BRI dan lebih memilih meminjam dana pada BRI dibanding dengan lembaga keuangan lainnya5.

Program kredit yang dikeluarkan oleh BRI untuk UMKM diantaranya adalah Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Umum Pedesaan merupakan program kredit di BRI yang sudah berdiri sejak tahun 1984. Kupedes merupakan kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga bersaing yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible). Plafond maksimum Kupedes di BRI dalam sektor mikro sampai mencapai Rp 100 juta. Kredit ini merupakan kredit untuk UMKM dengan persyaratan yang tergolong mudah.

Kredit perbankan biasanya menggunakan agunan sebagai jaminannya begitupun Kupedes. Hal tersebut dapat menyulitkan pihak UMKM yang mempunyai masalah dalam hal permodalan dan tidak punya harta untuk dijadikan agunan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kredit tanpa agunan yang diberi nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). BRI merupakan salah satu bank yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan kredit tersebut. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro yang dikeluarkan oleh BRI Unit sebesar lima juta rupiah dan pada tahun 2010 dikeluarkan addendum baru untuk meningkatkan menjadi dua puluh juta rupiah (Menteri Perekonomian 2010).

Adanya kerjasama tersebut mengakibatkan BRI mempunyai dua program kredit yaitu Kupedes yang merupakan kredit komersial BRI dan KUR Mikro yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Kupedes dan KUR merupakan program yang berasal dari BRI dan kredit tersebut diperuntukan untuk UMKM, akan tetapi kedua program tersebut memiliki tingkat pengembalian (NPL) yang berbeda. Kupedes memiliki NPL sebesar 3,03 persen pada akhir

      

5 

BRI. 2008. Kupedes. http://www.bri.co.id/tentang kami/Kupedes/tabid/61/default.aspx [10 februari 2011] 


(44)

Januari 2011 (BRI Unit Cibungbulang 2011). Sedangkan tingkat NPL KUR Mikro cukup rendah yaitu sebesar 1,32 persen. NPL ini dapat mengindikatorkan banyaknya tunggakan kredit karena NPL merupakan jumlah sisa kredit yang termasuk ke dalam Kurang lancar, diragukan dan macet. NPL juga dapat mencerminkan bahwa tingkat pengembalian KUR Mikro yang cukup besar karena tingkat NPL di bawah 3 persen sedangkan NPL Kupedes kurang baik karena di atas 3 persen. Kupedes yang merupakan kredit komersial dari BRI dan dalam persyaratan peminjaman harus memiliki agunan berupa harta keluarga tetapi mengapa memiliki tunggakan yang lebih besar dari KUR Mikro. Sedangkan seperti yang diketahui jika nasabah ingin menambah jumlah pinjaman, jumlah agunan juga harus disesuaikan dengan jumlah pinjaman tersebut. Tunggakan yang berbeda tersebut dapat disebabkan oleh tingkat pengembalian yang berbeda antara nasabah di kedua program tersebut.

Perbankan dalam memilih debiturnya melakukan lima prinsip yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu Character (Karakter), Capacity (Kapasitas), Capital

(Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit. Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, kelompok debitur dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu terdiri faktor tingkat pendidikan (hanya untuk program KUR Mikro), jumlah tanggungan dalam keluarga dan pendapatan bersih rumah tangga merupakan karakteristik rumah tangga. Alasan pemilihan karakteristik rumah tangga dalam penelitian ini adalah objek penelitian ini yaitu KUR Mikro dan Kupedes yang merupakan kredit untuk usaha mikro. Seperti yang diketahui bahwa usaha mikro belum mempunyai pencatatan keuangan usaha secara baik sehingga antara asset rumah tangga dengan asset usaha belum bisa dipisahkan dan pada umumnya usaha mikro ini merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Alasan tersebut membuat karakteristik rumah tangga ini perlu untuk diteliti. Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit meliputi faktor omset. Pemilihan variabel ini dikarenakan omset sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha. Variabel ini sangat penting untuk diteliti karena kredit yang diberikan harus melihat prospek usaha


(45)

nasabahnya sehingga tunggakan kredit dapat dihindari. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit dan nilai agunan juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Variabel yang termasuk dalam karakteristik kredit ditentukan oleh pihak bank yaitu berapa lama nasabah tersebut dapat mengambil kredit, berapa kali dan harus menyerahkan agunan berapa besar. Walaupun variabel tersebut ditentukan oleh pihak bank, akan tetapi nasabah tetap mengetahuinya dan variabel ini juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit.

Faktor tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan bersih rumah tangga dan frekuensi peminjaman merupakan faktor-faktor penilaian yang termasuk ke dalam prinsip character (karakter). Faktor omset termasuk ke dalam penilaian prinsip capacity (kapasitas), capital (kapital) dan condition of economy

(kondisi ekonomi). Faktor nilai agunan termasuk ke dalam penilaian prinsip

collateral (agunan). Variabel jangka waktu pengembalian merupakan proyeksi dari jenis usaha sehingga variabel jenis usaha termasuk ke dalam capacity

(kapasitas)

Pemilihan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit berdasarkan hasil diskusi dengan pimpinan BRI Unit Cibungbulang, AMBM (Asisten Manajemen Bisnis Mikro), dan Mantri BRI Unit Cibungbulang serta disesuaikan dengan kondisi nasabah BRI Unit Cibungbulang yang merupakan usaha mikro. Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik rumah tangga adalah Faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki tentang KUR, bahwa KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi 20 persen kerugian tetap ditanggung pihak bank. Oleh karena itu diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka debitur semakin memahami bahwa meskipun KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi BRI tetap menanggung kerugian akibat penunggakan pembayaran kredit. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan nasabah maka semakin memahami dengan benar tentang KUR dan semakin lancar dalam pengembalian kredit. Faktor jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal


(46)

tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Faktor pendapatan bersih rumah tangga berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan risiko-risiko atau pengeluaran-pengeluaran keluarga dan biaya-biaya tak terduga serta yang telah ditambah dengan pendapatan sampingan. Semakin tinggi tingkat pendapatan bersih rumah tangga maka semakin besar kelancaran pengembalian kredit.

Pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit yang termasuk kedalam karakteristik usaha berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan usaha yang akan dijalankan. Faktor omset berkaitan dengan jumlah pendapatan kotor yang diterima dari menjalankan usaha. Omset tersebut sangat mempengaruhi pengembalian kredit sehingga diduga semakin tinggi omset maka akan semakin lancar dalam pengembalian kredit.

Pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit yang termasuk kedalam karakteristik kredit adalah faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan karakter dari nasabah terhadap lamanya pengembalian kredit dan beban bunga yang akan ditanggung. Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit pada umumnya tingkat bunga yang ditanggung akan semakin besar dan semakin besar risiko-risiko yang tidak terduga yang ditanggung bank. Oleh karena itu diduga bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Faktor frekuensi peminjaman kredit berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin tinggi frekuensi peminjaman kredit maka semakin tinggi tingkat kelancaran pengembalian kredit karena tingkat kepercayaan bank terhadap nasabah tinggi. Faktor nilai agunan berkaitan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Semakin tinggi benda berharga yang dikorbankan (agunan) maka nasabah akan semakin lancar dalam pengembalian kredit karena nasabah tidak ingin kehilangan benda berharga tersebut.


(47)

Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro dan Kupedes sehingga pihak BRI perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis faktor-faktor dari semua karakteristik nasabah yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit tersebut akan menghasilkan tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes serta karakteristik nasabah yang layak diberikan kredit.

Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi saran bagi BRI Unit Cibungbulang untuk mengatasi penunggakan pengembalian kredit dan hasil tersebut juga menjadi saran bagi pihak BRI agar lebih hati-hati dalam pemilihan debitur sehingga lancar dalam mengembalikannya. Kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 3.


(48)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Lancar Menunggak: 1. DPK

2. Kurang Lancar 3. Diragukan 4. Macet Pengembalian Kredit (NPL) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Mikro

dan Kupedes Collateral (Agunan): Agunan Condition of Ekonomi (Kondisi Ekonomi): Omset Capacity (Kapasitas): Omset, Jangka Waktu Pengemba-lian Capital (Modal): Omset Charakter (Karakter): Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan keluarga, Pendapatan Bersih Rumah Tangga, Frekuensi Pengambi-lan Kredit


(49)

IV METODE PENELITIAN

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibungbulang, Cabang Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) dengan pertimbangan tingkat NPL KUR Mikro di BRI unit Cibungbulang pada tahun 2009 sangat besar yaitu 35,61 persen dan saran dari penelitian terdahulu (Lubis 2009) untuk membandingkan KUR Mikro dan Kupedes Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Februari 2011 sampai Maret 2011 sedangkan upaya persiapan (prapenelitian) dan penjajakan dilakukan sejak bulan Oktober 2010.

4.2.Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis yang masih aktif sampai bulan Januari 2011. Jumlah nasabah KUR Mikro yang masih aktif sampai januari 2011 sebanyak 177 orang dan yang termasuk ke dalam sektor agribisnis sebanyak 142 orang. Jumlah nasabah Kupedes yang masih aktif sampai Januari 2011 sebanyak 662 orang dan yang termasuk ke dalam sektor agribisnis sebanyak 530 orang. Tingkat pengembalian kredit dibedakan menjadi dua kategori atau strata yaitu pengembalian lancar dan tidak lancar. Metode penentuan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan metode berimbang (Proposionate) untuk mentratifikasi populasi dengan ketentuan: a) Strata I adalah nasabah dengan kredit lancar (Kolektibilitas I); b) Strata II adalah nasabah dengan kredit tidak lancar (menunggak) terdiri atas nasabah dengan pembiayaan kredit dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar, diragukan, dan macet. Nasabah yang pengembaliannya lancar merupakan nasabah KUR dan Kupedes yang mengembalikan pinjaman sesuai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman atau bayar lewat dari tanggal jatuh tempo tetapi masih dalam bulan wajib bayar. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia, nasabah yang tidak lancar (menunggak) adalah nasabah yang tergolong ke dalam DPK (dalam Perhatian Khusus), kurang lancar, diragukan, dan macet.


(50)

Besarnya jumlah sampel yang diambil mengacu pendapat Gay dalam buku metodologi penelitian ekonomi islam yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima minimal 30 subjek. Oleh karena itu pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil berjumlah 66 sampel, yaitu 33 untuk sampel KUR dan 33 untuk sampel Kupedes. Masing-masing dilebihkan 10 persen dari 30. Tahap selanjutnya, menentukan jumlah subsampel tiap strata dengan perhitungan menggunakan rumus Sugiyono (sampel berstrata)6.

Keterangan :

N = Jumlah populasi seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut strantum n = Jumlah sampel keseluruhan

ni = jumlah sampel pada menurut strantum

Jumlah nasabah KUR Mikro yang lancar sebanyak 100 orang dan yang tidak lancar sebanyak 42 orang. Sehingga berdasarkan rumus Sugiyono jumlah sampel nasabah KUR Mikro sebanyak 9 orang menunggak dan 24 orang lancar sudah memenuhi kriteria tersebut. Jumlah nasabah Kupedes yang lancar sebanyak 433 orang dan nasabah yang menunggak sebanyak 97 orang. Sehingga Jumlah sampel nasabah Kupedes sebanyak 6 orang menunggak dan 27 lancar sudah memenuhi kriteria tersebut.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden yaitu pengusaha disistem agribisnis yang lancar dan tidak lancar dalam hal pengembalian kredit. Sistem wawancara ini menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran 1). Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan kepada responden seputar variabel-variabel yang akan diteliti. Penentuan nasabah yang akan diwawancarai dilakukan dengan metode random.

       6

Admin. 2010. Pengertian populasi dan sampel. www.pasca-unpak.ac.id/Download/Populasi%20dan%20Sampel.ppt [4 Januari 2011]


(1)

(2)

120 


(3)

121 

Lampiran 5. Formulir Kupedes

Model 70 a KUPEDES

(Untuk Pinjaman Sampai dengan Rp 10.000.000)

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO Tbk)

Cabang :

Unit : .

LAPORAN PENILAIAN SEHUBUNGAN DENGAN PERMOHONAN KREDIT UMUM PEDESAAN ( KUPEDES ) SERTA

HASIL PEMERIKSAAN DI LAPANGAN

. .

No. SKKP : Nama pemohon :

Tanggal : Alamat :

NIP/CIF : Sattus Nasabah : Baru/Lama

I. INFORMASI DASAR

1. a. Berapa besarnya pinjaman yang diminta a.

b. Berapa lama jangka waktu pinjaman, b. tenggang waktu dan cara pembayaran

angsuran kreditnya yang diminta

2. Sebutkan pekerjaan / bidang usaha ymp.

a. Usaha pokok dan alamat usaha a.

b.Usaha Sampingan b.

3. a. Riwayat pinjaman serta angsuran yang lalu (tulis 3 periode pinjaman terakhir)

b.Sebutkan rekening tabungan di BRI b. dan saldo tabungan yang terakhir

c. Besarnya pinjaman isteri atau suami c. Yang sedang berjalan saat ini di BRI/

Bank lain No. Rek Pokok Pinj. Jk. Wakt u Tgl real Tgl Lunas ket


(4)

122 

Lampiran 5.

Lanjutan

4. Uraikan keadaan usaha ymp. saat ini

a. Alat-alat yang dimiliki dan a. kondisi teknisnya

b. Omset penjualan produksi / barang b. Dagangan per bulan.

c. Biaya-biaya yang diperlukan per bulan c. d. Pendapatan bersih per bulan d.

5. a. Surat-surat yang harus dilampirkan a. berkaitan dengan usaha ymp.

b. informasi tentang karakter ymp. b.

II. PENILAIAN MANTRI

1. Hitung proyeksi pendapatan setelah Penerimaan

Menerima kredit per bulan - Omset penjualan Rp……. Pengeluaran

-HPP Rp………

-Upah TK Rp………

-Listrik,tlp,air Rp………

-Pajak/Retribusi Rp……… -Bi. Rumah Tgga Rp…….... -……….. Rp……… -………. Rp……… -lain-lain Rp……… Jumlah Pengeluaran Rp…(-) Pendapatn bersih Rp…… Pendapatan sampingan Rp…(+)

Total pendapatan Rp…(a)

Repayment capacity : 75%xa

2. Berdasarkan perhitungan repayment Capacity ymp., maka kredit dapat Dilunasi dalam jangka waktu berapa Bulan.

3. a. Sebutkan daerah pemasaran bagi hasil a. produksi/ barang/jasa yang dihasilkan


(5)

123 

b. Bagaimanakah kemungkinan b. perluasan pemasaran hasil produksi/

barang/jasa tersebut.

c.Bagaimanakah cara/sistem pemasaran c. terhadap produksi/barang/jasa tersebut.

4. a. Sebutkan daerah tempat pembelian a. bahan baku barang dagangan ymp.

b. apakah terjamin kontinunitas penyedia b. annya.

5. Jenis dan Nilai Agunan Jenis Agunan Nilai Likuidasi ... Rp……… ……… Rp……… Jumlah (a) Rp………

……… Rp……… ……… Rp……… Jumlah (b) Rp……… Jumlah seluruh agunan (a+b) Rp….

III. USUL DAN KEPUTUSAN

USULAN PUTUSAN : PUTUSAN :

1. Usul flat Rp……… 1. Flat Rp………

2. Peminjam : 2. Peminjam :

3. Keperluan pinjaman : 3. Keperluan Pinjaman : 4. Sektor Usaha : 4. Sektor Usaha: 5. Jangka Waktu :……… bulan 5. Jangka Waktu:……. Bualan

6. Diangsur secara : Bulanan / Musiman / GP 6. Diangsur secara : Bulanan / musiman / Gp Satu kali lunas* satu kali lunas*


(6)

124 

Lampiran 5.

Lanjutan

8. Besarnya angsuran 8. Besarnya angsuran

Pokok Rp……… Pokok Rp………

Bunga Rp……… Bunga Rp………

Jumlah Rp………. Jumlah Rp……….

9. Syarat-syarat lainnya 9. Syarat-syarat lainnya

Tanggal,……….. Tanggal,……….

Pemrakarsa Pemutus

No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. ……… ……….. ………..

2. ………. ……….. ………. Nama:………

3. ……….. ……….. ………. Jabatan:……….

Catatan : * coret yang tidak perlu

** disamping itu ditambah simpanan wajib tidak berbunga yang sekaligus merupakan cadangan penalty 0,5 % per bulan dengan pengaturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Kupedes