Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM (Studi kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT OLEH UMKM

(Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

Oleh :

EKA NUR MUHAMMAMAH A14104068

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

EKA NUR MUHAMMAMAH. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor). (Di bawah bimbingan IMAN FIRMANSYAH).

UMKM merupakan unit-unit usaha yang menjadi mayoritas di Indonesia sehingga eksistensi dan aktivitasnya sangat menyokong perekonomian bangsa. Salah satu kelemahan UMKM ini adalah keterbatasan modal sebagai sumber pembiayaan maupun pengembangannya. Hal ini dapat dipecahkan dengan adanya bantuan kredit bank untuk membantu permodalan UMKM.

Permasalahan yang sering timbul dari penyaluran kredit ini adalah banyaknya kasus penunggakan pengembalian kredit yang dapat mengganggu likuiditas dan profitabilitas bank pemberi bantuan kredit. Masalah penunggakan tersebut khususnya terkait dengan debitur UMKM karena suatu kegiatan usaha bersifat dinamis dan terkadang sulit untuk diprediksi keberhasilannya. Hal ini juga terjadi di BRI unit Cigudeg, cabang Bogor. Besarnya nilai tunggakan kredit Umum Pedesaan (Kupedes) oleh debitur UMKM yang terjadi di BRI unit Cigudeg dirasa sebagai suatu masalah bagi pihak bank karena hal tersebut juga menjadi tolak ukur penilaian kinerja dari aparat BRI unit Cigudeg khususnya yang menangani bidang perkreditan.

Banyaknya kasus penunggakan kredit ini diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor khususnya dari sisi debitur yaitu karakteristik personal terdiri atas usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan dalam keluarga; karakteristik usaha terdiri atas omzet usaha dan lama usaha serta karakteristik kredit terdiri atas nilai plafond, jangka waktu pengembalian dan frekuensi peminjaman.

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik debitur yang berstatus lancar dan menunggak dalam pengembalian Kupedes dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes serta bagaimana pengaruh dan keterkaitan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik debitur yang berstatus lancar dan menunggak dalam pengembalian Kupedes dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes serta pengaruh dan keterkaitan tersebut.

Kupedes merupakan pinjaman kredit dari BRI yang difokuskan untuk masyarakat kecil yang ada di pedesaan dan membutuhkan bantuan modal baik untuk keperluan konsumtif maupun usaha (produktif) sehingga Kupedes hanya ada di tingkat unit. Sasaran penerima Kupedes ini digolongkan menjadi dua yaitu Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) dan komersil (UMKM).

Penelitian ini dilakukan pada debitur UMKM Kupedes BRI unit cigudeg. Pengambilan data dilakukan bulan Maret 2008 dengan menggunakan sampel purpossive sebanyak 65 debitur. Semua faktor yang diduga berpengaruh dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes oleh debitur UMKM dianalisis dengan menggunakan analisis Deskriptif, Regresi Logistik dan Korelasi. Sebagai variabel respon dalam analisis tersebut yaitu tingkat pengembalian kredit


(3)

(Y) dimana Y=1 jika lancar dan Y=0 jika menunggak. Variabel-variabel prediktornya terdiri atas X1=usia (tahun); X2=jenis kelamin (1=wanita; 0=pria); X3=tingkat pendidikan (tahun); X4=tanggungan keluarga (orang); X5=omzet usaha (ribu rupiah); X6=lama usaha (tahun); X7=nilai plafond (juta rupiah); X8=jangka waktu pengembalian (bulan) dan X9=frekuensi peminjaman (kali).

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, karakteristik sebagian besar debitur UMKM Kupedes yaitu (1) Sebagian besar debitur yang lancar dalam mengembalikan kredit memiliki usia 25 – 44 tahun, jenis kelamin pria, tingkat pendidikan SD, jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga hingga lima orang, kisaran omzet usaha ≤Rp 6 juta dan >Rp 30 juta per bulan dengan sebaran omzet yang relatif berimbang antara kelas omzet terendah (≤Rp 6 juta) dan kelas omzet tertinggi (>Rp 30 juta), lama usaha lebih dari sembilan tahun, nilai plafond >Rp 3 juta – Rp 15 juta, jangka waktu pengembalian 12 – 18 bulan dan frekuensi peminjaman sebanyak dua kali dan lebih dari lima kali. (2) Sebagian besar debitur yang menunggak dalam mengembalikan kredit memiliki usia 35 – 54 tahun, jenis kelamin pria, tingkat pendidikan SD – SMP, jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga hingga empat orang, kisaran omzet usaha ≤Rp 6 juta per bulan (sebaran omzet mengumpul pada kelas omzet terendah), lama usaha lebih dari satu hingga tiga tahun dan lebih dari sembilan tahun, nilai plafond >Rp 3 juta – Rp 15 juta, jangka waktu pengembalian 12 – 18 bulan dan frekuensi peminjaman sebanyak satu hingga tiga kali.

Berdasarkan analisis regresi logistik dan korelasi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat pengembalian Kupedes adalah omzet usaha dan frekuensi peminjaman dengan pengaruh yang positif. Artinya, semakin tinggi omzet usaha dan frekuensi peminjaman debitur maka semakin tinggi pula peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar dan sebaliknya. Sedangkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, nilai plafond dan jangka waktu pengembalian kredit tidak berpengaruh ataupun memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian kredit.

Pihak BRI unit Cigudeg disarankan agar lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan menerima pinjaman (Kupedes) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya omzet usaha yang dimiliki calon debitur dan frekuensi dalam memperoleh pinjaman kredit. Kondisi usaha calon debitur pada masa yang akan datang harus diprediksi karena ada kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang dan hal tersebut berpengaruh pada omzet usaha sebagai salah satu tolak ukur kemampuan pembayaran kredit. Sebaiknya pihak BRI memprioritaskan pemberian pinjaman kepada calon debitur yang memiliki catatan baik di masa lalu dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit. Sedangkan debitur yang belum pernah memperoleh pinjaman hendaknya lebih dicermati kembali kemampuan dan kesungguhannya dalam membayar angsuran kredit sebelum mengabulkan permohonan kredit.

Selain itu, diharapkan bagi penelitian lanjutan untuk dapat menemukan solusi agar UMKM penerima kredit dapat mengembalikan kreditnya dengan baik sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara UMKM dan lembaga pemberi pinjaman kredit (bank) agar terjalin kerjasama yang baik antara bank dan UMKM serta kedua belah pihak saling diuntungkan dengan adanya pinjaman kredit tersebut.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT OLEH UMKM

(Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

Oleh :

EKA NUR MUHAMMAMAH A14104068

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

Nama : Eka Nur Muhammamah

NRP : A14104068

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Drs. Iman Firmansyah, M.Si NIP. 131 760 851

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT OLEH UMKM” (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ATAUPUN BAGIAN DALAM SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

Eka Nur Muhammamah A14104068


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bangkalan pada tanggal 24 Nopember 1985 dan terlahir sebagai putri tunggal dari pasangan suami istri yaitu Bapak M. Syaiful Muluk dan Ibu Mas’odah.

Penulis memulai aktivitas belajar di lembaga pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita 02 Blega (1991–1992). Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 01 Blega (1992–1998). Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 01 Blega (1998–2001) dan dilanjutkan dengan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 01 Bangkalan (2001–2004).

Tahun 2004, penulis berhasil lulus dari SMA dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama masa perkuliahan, penulis sempat aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan lembaga lainnya seperti GASISMA (2004–2006), Rohis Kelas AGB (pengurus bidang Syiar, 2004–2006), KOPMA (staf Keuangan, 2006/2007), MISETA (pengurus bidang Pengabdian Masyarakat, 2007/2008), Lembaga Bimbingan Belajar MSC (staf pengajar, 2007/2008) dan PRIMAGAMA (staf pengajar, 2007/2008).


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan topik dalam skripsi ini pada awalnya didasarkan pada minat penulis di bidang perbankan dan rasa ingin tahu tentang bidang tersebut dan setelah melalui berbagai studi penjajagan ternyata masalah kredit macet di lembaga keuangan ini senantiasa menjadi permasalahan yang sering terjadi.

Banyaknya kasus penunggakan kredit yang terjadi di BRI unit Cigudeg menjadikan pentingnya penelitian tentang faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sehingga diharapkan agar hasil dari penelitian ini bisa memberikan masukan yang dapat berguna untuk menekan dan memecahkan masalah penunggakan kredit yang terjadi di BRI unit Cigudeg.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menghadapi berbagai kendala/hambatan di antaranya sulitnya data yang dapat diperoleh dan letak lokasi penelitian yang cukup jauh dan memakan waktu yang relatif lama untuk sampai di tempat tersebut, kesulitan memperoleh bahan referensi dan sebagainya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena penulis sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan koreksi untuk perbaikan di masa mendatang.

Bogor, Mei 2008


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Ahamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini yang tentunya berkat rahmat dan hidayah-Nya. Penulis menyadari bahwa semua ini dapat tercapai tidak terlepas dari bantuan segala pihak yang turut serta mendukung dan membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini. Sebab itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibunda dan Ayahanda (Eboe’, Ramah, Ema’ dan Bapa’) yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis dan sebagai motivasi terbesar bagi penulis serta terimakasih pula atas semua kasih sayang dan doa yang diberikan.

2. Semua keluarga dan kerabat dekat penulis atas kasih sayang dan perhatiannya.

3. Drs. Iman Firmansyah, M.Si yang telah setia membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini serta terimakasih atas kesediaan waktunya.

4. Ir. Burhanuddin, M.M selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis atas segala koreksi, masukan dan sarannya.

5. Ir. Joko Purwono, M.S selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan (Komdik) pada ujian sidang penulis atas koreksi dan masukannya. Terimakasih pula atas bimbingannya selama ini sebagai pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan.

6. Ir. Harmini, M.S yang telah memberikan banyak masukan dan referensi serta bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi.

7. Bapak Hidayat Sofyan selaku Kepala BRI unit Cigudeg, cabang Bogor yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRI unit Cigudeg.

8. Bapak Beni, Mas Marcel, Mas Dery, Ibu Linda dan Bapak Edi selaku staf BRI unit Cigudeg yang telah banyak membantu penulis dalam mengakses data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(10)

9. Semua staf BRI unit Cigudeg lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

10. Bapak Elmi Empujang, Ibu Endah dan Mbak Sinta selaku personil BRI cabang Bogor yang telah memberikan izin penelitian di BRI unit Cigudeg dan membantu kelancaran penelitian ini.

11. Seseorang yang cukup spesial bagi penulis (Mas Yani) yang telah banyak memberikan perhatian, motivasi dan doa.

12. Teman seperjuangan penulis yaitu Melly Kusumawardhani yang selalu bersama selama ini dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Mbak Dini, Mbak Wulan, Mbak Puri dan Mbak Eka, Mas Eka, Mas Martin dan semua personil di Primagama atas segala masukan dan dukungannya.

14. Adik-adik penulis yang selama ini hidup bersama satu atap di podok indah ”Assalamah” yaitu Niken, Intan, Ventry dan Novi atas kebersamaannya selama ini dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis berdoa semoga kalian sukses.

15. Teman-teman penulis yaitu Nova, Sriwl, Cimay, Nana, Agung, Agus yang telah membantu penyelenggaraan seminar dan ujian sidang serta memberikan semangat bagi penulis.

16. Teh Ida, Mbak Dian dan Mbak Dewi selaku staf Departemen Agribisnis, IPB atas semua dukungannya.

17. Teman-teman ’sekampung’ (Irwan, Retno, Iink, Yayan, Yudi dan semuanya) atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini.

18. Semua teman-teman AGBers ’41 sebagai rekan seperjuangan penulis atas segala kebersamaannya selama ini, semoga silaturahmi tetap terjaga dan kita semua menjadi manusia yang sukses dan berguna, Amien....!!!

Bogor, Mei 2008


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT OLEH UMKM

(Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

Oleh :

EKA NUR MUHAMMAMAH A14104068

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

EKA NUR MUHAMMAMAH. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor). (Di bawah bimbingan IMAN FIRMANSYAH).

UMKM merupakan unit-unit usaha yang menjadi mayoritas di Indonesia sehingga eksistensi dan aktivitasnya sangat menyokong perekonomian bangsa. Salah satu kelemahan UMKM ini adalah keterbatasan modal sebagai sumber pembiayaan maupun pengembangannya. Hal ini dapat dipecahkan dengan adanya bantuan kredit bank untuk membantu permodalan UMKM.

Permasalahan yang sering timbul dari penyaluran kredit ini adalah banyaknya kasus penunggakan pengembalian kredit yang dapat mengganggu likuiditas dan profitabilitas bank pemberi bantuan kredit. Masalah penunggakan tersebut khususnya terkait dengan debitur UMKM karena suatu kegiatan usaha bersifat dinamis dan terkadang sulit untuk diprediksi keberhasilannya. Hal ini juga terjadi di BRI unit Cigudeg, cabang Bogor. Besarnya nilai tunggakan kredit Umum Pedesaan (Kupedes) oleh debitur UMKM yang terjadi di BRI unit Cigudeg dirasa sebagai suatu masalah bagi pihak bank karena hal tersebut juga menjadi tolak ukur penilaian kinerja dari aparat BRI unit Cigudeg khususnya yang menangani bidang perkreditan.

Banyaknya kasus penunggakan kredit ini diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor khususnya dari sisi debitur yaitu karakteristik personal terdiri atas usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan dalam keluarga; karakteristik usaha terdiri atas omzet usaha dan lama usaha serta karakteristik kredit terdiri atas nilai plafond, jangka waktu pengembalian dan frekuensi peminjaman.

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik debitur yang berstatus lancar dan menunggak dalam pengembalian Kupedes dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes serta bagaimana pengaruh dan keterkaitan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik debitur yang berstatus lancar dan menunggak dalam pengembalian Kupedes dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes serta pengaruh dan keterkaitan tersebut.

Kupedes merupakan pinjaman kredit dari BRI yang difokuskan untuk masyarakat kecil yang ada di pedesaan dan membutuhkan bantuan modal baik untuk keperluan konsumtif maupun usaha (produktif) sehingga Kupedes hanya ada di tingkat unit. Sasaran penerima Kupedes ini digolongkan menjadi dua yaitu Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) dan komersil (UMKM).

Penelitian ini dilakukan pada debitur UMKM Kupedes BRI unit cigudeg. Pengambilan data dilakukan bulan Maret 2008 dengan menggunakan sampel purpossive sebanyak 65 debitur. Semua faktor yang diduga berpengaruh dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes oleh debitur UMKM dianalisis dengan menggunakan analisis Deskriptif, Regresi Logistik dan Korelasi. Sebagai variabel respon dalam analisis tersebut yaitu tingkat pengembalian kredit


(13)

(Y) dimana Y=1 jika lancar dan Y=0 jika menunggak. Variabel-variabel prediktornya terdiri atas X1=usia (tahun); X2=jenis kelamin (1=wanita; 0=pria); X3=tingkat pendidikan (tahun); X4=tanggungan keluarga (orang); X5=omzet usaha (ribu rupiah); X6=lama usaha (tahun); X7=nilai plafond (juta rupiah); X8=jangka waktu pengembalian (bulan) dan X9=frekuensi peminjaman (kali).

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, karakteristik sebagian besar debitur UMKM Kupedes yaitu (1) Sebagian besar debitur yang lancar dalam mengembalikan kredit memiliki usia 25 – 44 tahun, jenis kelamin pria, tingkat pendidikan SD, jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga hingga lima orang, kisaran omzet usaha ≤Rp 6 juta dan >Rp 30 juta per bulan dengan sebaran omzet yang relatif berimbang antara kelas omzet terendah (≤Rp 6 juta) dan kelas omzet tertinggi (>Rp 30 juta), lama usaha lebih dari sembilan tahun, nilai plafond >Rp 3 juta – Rp 15 juta, jangka waktu pengembalian 12 – 18 bulan dan frekuensi peminjaman sebanyak dua kali dan lebih dari lima kali. (2) Sebagian besar debitur yang menunggak dalam mengembalikan kredit memiliki usia 35 – 54 tahun, jenis kelamin pria, tingkat pendidikan SD – SMP, jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga hingga empat orang, kisaran omzet usaha ≤Rp 6 juta per bulan (sebaran omzet mengumpul pada kelas omzet terendah), lama usaha lebih dari satu hingga tiga tahun dan lebih dari sembilan tahun, nilai plafond >Rp 3 juta – Rp 15 juta, jangka waktu pengembalian 12 – 18 bulan dan frekuensi peminjaman sebanyak satu hingga tiga kali.

Berdasarkan analisis regresi logistik dan korelasi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat pengembalian Kupedes adalah omzet usaha dan frekuensi peminjaman dengan pengaruh yang positif. Artinya, semakin tinggi omzet usaha dan frekuensi peminjaman debitur maka semakin tinggi pula peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar dan sebaliknya. Sedangkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, nilai plafond dan jangka waktu pengembalian kredit tidak berpengaruh ataupun memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian kredit.

Pihak BRI unit Cigudeg disarankan agar lebih selektif dalam memutuskan calon debitur yang akan menerima pinjaman (Kupedes) dengan mempertimbangkan berbagai hal khususnya omzet usaha yang dimiliki calon debitur dan frekuensi dalam memperoleh pinjaman kredit. Kondisi usaha calon debitur pada masa yang akan datang harus diprediksi karena ada kemungkinan keberhasilan atau kegagalan usaha di masa yang akan datang dan hal tersebut berpengaruh pada omzet usaha sebagai salah satu tolak ukur kemampuan pembayaran kredit. Sebaiknya pihak BRI memprioritaskan pemberian pinjaman kepada calon debitur yang memiliki catatan baik di masa lalu dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit. Sedangkan debitur yang belum pernah memperoleh pinjaman hendaknya lebih dicermati kembali kemampuan dan kesungguhannya dalam membayar angsuran kredit sebelum mengabulkan permohonan kredit.

Selain itu, diharapkan bagi penelitian lanjutan untuk dapat menemukan solusi agar UMKM penerima kredit dapat mengembalikan kreditnya dengan baik sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara UMKM dan lembaga pemberi pinjaman kredit (bank) agar terjalin kerjasama yang baik antara bank dan UMKM serta kedua belah pihak saling diuntungkan dengan adanya pinjaman kredit tersebut.


(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT OLEH UMKM

(Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

Oleh :

EKA NUR MUHAMMAMAH A14104068

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)

Nama : Eka Nur Muhammamah

NRP : A14104068

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Drs. Iman Firmansyah, M.Si NIP. 131 760 851

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT OLEH UMKM” (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ATAUPUN BAGIAN DALAM SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2008

Eka Nur Muhammamah A14104068


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bangkalan pada tanggal 24 Nopember 1985 dan terlahir sebagai putri tunggal dari pasangan suami istri yaitu Bapak M. Syaiful Muluk dan Ibu Mas’odah.

Penulis memulai aktivitas belajar di lembaga pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita 02 Blega (1991–1992). Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 01 Blega (1992–1998). Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 01 Blega (1998–2001) dan dilanjutkan dengan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 01 Bangkalan (2001–2004).

Tahun 2004, penulis berhasil lulus dari SMA dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama masa perkuliahan, penulis sempat aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan lembaga lainnya seperti GASISMA (2004–2006), Rohis Kelas AGB (pengurus bidang Syiar, 2004–2006), KOPMA (staf Keuangan, 2006/2007), MISETA (pengurus bidang Pengabdian Masyarakat, 2007/2008), Lembaga Bimbingan Belajar MSC (staf pengajar, 2007/2008) dan PRIMAGAMA (staf pengajar, 2007/2008).


(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan topik dalam skripsi ini pada awalnya didasarkan pada minat penulis di bidang perbankan dan rasa ingin tahu tentang bidang tersebut dan setelah melalui berbagai studi penjajagan ternyata masalah kredit macet di lembaga keuangan ini senantiasa menjadi permasalahan yang sering terjadi.

Banyaknya kasus penunggakan kredit yang terjadi di BRI unit Cigudeg menjadikan pentingnya penelitian tentang faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sehingga diharapkan agar hasil dari penelitian ini bisa memberikan masukan yang dapat berguna untuk menekan dan memecahkan masalah penunggakan kredit yang terjadi di BRI unit Cigudeg.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menghadapi berbagai kendala/hambatan di antaranya sulitnya data yang dapat diperoleh dan letak lokasi penelitian yang cukup jauh dan memakan waktu yang relatif lama untuk sampai di tempat tersebut, kesulitan memperoleh bahan referensi dan sebagainya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena penulis sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan koreksi untuk perbaikan di masa mendatang.

Bogor, Mei 2008


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Ahamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini yang tentunya berkat rahmat dan hidayah-Nya. Penulis menyadari bahwa semua ini dapat tercapai tidak terlepas dari bantuan segala pihak yang turut serta mendukung dan membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini. Sebab itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibunda dan Ayahanda (Eboe’, Ramah, Ema’ dan Bapa’) yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis dan sebagai motivasi terbesar bagi penulis serta terimakasih pula atas semua kasih sayang dan doa yang diberikan.

2. Semua keluarga dan kerabat dekat penulis atas kasih sayang dan perhatiannya.

3. Drs. Iman Firmansyah, M.Si yang telah setia membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini serta terimakasih atas kesediaan waktunya.

4. Ir. Burhanuddin, M.M selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis atas segala koreksi, masukan dan sarannya.

5. Ir. Joko Purwono, M.S selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan (Komdik) pada ujian sidang penulis atas koreksi dan masukannya. Terimakasih pula atas bimbingannya selama ini sebagai pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan.

6. Ir. Harmini, M.S yang telah memberikan banyak masukan dan referensi serta bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi.

7. Bapak Hidayat Sofyan selaku Kepala BRI unit Cigudeg, cabang Bogor yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRI unit Cigudeg.

8. Bapak Beni, Mas Marcel, Mas Dery, Ibu Linda dan Bapak Edi selaku staf BRI unit Cigudeg yang telah banyak membantu penulis dalam mengakses data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(20)

9. Semua staf BRI unit Cigudeg lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

10. Bapak Elmi Empujang, Ibu Endah dan Mbak Sinta selaku personil BRI cabang Bogor yang telah memberikan izin penelitian di BRI unit Cigudeg dan membantu kelancaran penelitian ini.

11. Seseorang yang cukup spesial bagi penulis (Mas Yani) yang telah banyak memberikan perhatian, motivasi dan doa.

12. Teman seperjuangan penulis yaitu Melly Kusumawardhani yang selalu bersama selama ini dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Mbak Dini, Mbak Wulan, Mbak Puri dan Mbak Eka, Mas Eka, Mas Martin dan semua personil di Primagama atas segala masukan dan dukungannya.

14. Adik-adik penulis yang selama ini hidup bersama satu atap di podok indah ”Assalamah” yaitu Niken, Intan, Ventry dan Novi atas kebersamaannya selama ini dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis berdoa semoga kalian sukses.

15. Teman-teman penulis yaitu Nova, Sriwl, Cimay, Nana, Agung, Agus yang telah membantu penyelenggaraan seminar dan ujian sidang serta memberikan semangat bagi penulis.

16. Teh Ida, Mbak Dian dan Mbak Dewi selaku staf Departemen Agribisnis, IPB atas semua dukungannya.

17. Teman-teman ’sekampung’ (Irwan, Retno, Iink, Yayan, Yudi dan semuanya) atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini.

18. Semua teman-teman AGBers ’41 sebagai rekan seperjuangan penulis atas segala kebersamaannya selama ini, semoga silaturahmi tetap terjaga dan kita semua menjadi manusia yang sukses dan berguna, Amien....!!!

Bogor, Mei 2008


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 11

2.2. Definisi dan Unsur-Unsur Kredit ... 13

2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 15

2.4. Jenis-Jenis Kredit ... 16

2.5. Permohonan Kredit ... 19

2.6. Pertimbangan Kredit ... 21

2.7. Pencairan Kredit ... 23

2.8. Pengawasan Kredit ... 23

2.9. Pelunasan Kredit ... 24

2.10. Penambahan Kredit ... 24

2.11. Lembaga Keuangan Bank ... 25

2.11.1. Jenis-Jenis dan Produk Bank ... 26

2.11.2. Bank Umum dan Aktivitasnya ... 29

2.12. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu ... 30

2.12.1. Penelitian Mengenai Kredit ... 30

2.12.2. Penelitian Mengenai Bank Rakyat Indonesia (BRI) ... 32

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual... 37

3.1.1. Kekuatan dan Kelemahan UMKM ... 37

3.1.2. Peran Kredit bagi UMKM ... 39

3.1.3. Siklus Kredit ... 39

3.1.4. Kredit Bermasalah ... 40

3.1.5. Bank Rakyat Indonesia (BRI) ... 43

3.1.5.1. Sejarah BRI ... 43

3.1.5.2. Produk-Produk Unggulan BRI ... 44

3.1.6. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) ... 45

3.1.6.1. Sasaran Kupedes ... 45

3.1.6.2. Jenis Kupedes ... 46


(22)

3.1.6.4. Jangka Waktu dan Pola Angsuran Kupedes ... 47 3.1.6.5. Keistimewaan Kupedes ... 47 3.1.6.6. Pembinaan Nasabah Kupedes ... 47 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 48 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 55 4.3. Populasi ... 55 4.4. Metode Penentuan Sampel ... 56 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 57

4.5.1. Analisis Kualitatif ... 57 4.5.2. Analisis Kuantitatif ... 57

4.5.2.1. Analisis Regresi Logistik ... 58 4.5.2.2. Analisis Korelasi ... 61 4.6. Definisi Operasional ... 63

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.I. Gambaran Umum BRI Unit Cigudeg ... 65 5.1.1. Sejarah dan Letak BRI Unit Cigudeg ... 65 5.1.2. Struktur Organisasi BRI Unit Cigudeg ... 65 5.1.3. Produk-Produk BRI Unit Cigudeg ... 66 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian

Kredit ... 69 5.2.1. Perbandingan Karakteristik Personal Responden ... 70

5.2.2. Perbandingan Karakteristik Usaha Responden ... 75 5.2.3. Perbandingan Karakteristik Kredit Responden ... 77 5.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian

Kredit ... 82 5.3.1. Analisis Pengaruh Karakteristik Personal terhadap

Tingkat Pengembalian Kredit ... 83 5.3.2. Analisis Pengaruh Karakteristik Usaha terhadap

Tingkat Pengembalian Kredit ... 89 5.3.3. Analisis Pengaruh Karakteristik Kredit terhadap

Tingkat Pengembalian Kredit ... 92 5.4. Analisis Korelasi Antara Karakteristik Personal, Karakteristik Usaha

dan Karakteristik Kredit dengan Tingkat Pengembalian Kredit ... 96 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 99 6.2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN ... 105


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun

2005 – 2006 ... 1 2. Perbandingan Sebaran Usia Responden per Kategori ... 70 3. Perbandingan Sebaran Jenis Kelamin Responden per Kategori ... 71 4. Perbandingan Sebaran Tingkat Pendidikan Responden per Kategori ... 72 5. Perbandingan Sebaran Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Responden per Kategori ... 74 6. Perbandingan Sebaran Omzet Usaha Responden per Kategori ... 75 7. Perbandingan Sebaran Lama Usaha Responden per Kategori ... 77 8. Perbandingan Sebaran Nilai Plafond Kredit Responden per Kategori ... 78 9. Perbandingan Sebaran Jangka Waktu Pengembalian Kredit

Responden per Kategori ... 79 10. Perbandingan Sebaran Frekuensi Peminjaman Kredit Respoden per

Kategori ... 81 11. Nilai-Nilai Statistik Variabel Prediktor ... 96 12. P-Value dan Nilai Koefisien Korelasi Masing-Masing Variabel ... 98


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Proporsi Nilai Pinjaman Kupedes per Sektor di BRI Unit Cigudeg

Tahun 2006 – 2008 ... 5 2. Nilai Tunggakan Riil Kupedes oleh UMKM di BRI Unit Cigudeg

Tahun 2006 – 2008 ... 7 3. Aktivitas Utama Bank Umum ... 29 4. Siklus Perkreditan ... 40 5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 54 6. Struktur Organisasi BRI Unit Cigudeg ... 66


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuesioner Wawancara terhadap Debitur Responden ... 106 2. Data Debitur Responden Berdasarkan Variabel-Variabel Observasi ... 107 3. Output Analisis Regresi Logitik (Minitab) ... 109 4. Output Analisis Korelasi (Minitab) ... 110 5. Data Pinjaman Kupedes Masing-Masing BRI Unit, Cabang Bogor

Bulan Desember 2007 ... 111 6. Dokumentasi Kantor BRI Unit Cigudeg ... 112 7. Dokumentasi Wawancara terhadap Debitur Responden ... 113 8. Dokumentasi Beberapa Jenis Usaha Debitur Responden ... 114


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan dan mengelola usaha menyebabkan kegiatan usaha yang menjadi mayoritas di negara ini berskala mikro, kecil dan menengah yang sering disingkat dengan UMKM. Eksistensi dan peran usaha kecil dan menengah ini pada tahun 2006 mencapai 48,93 juta unit usaha dan merupakan 99,9 persen dari pelaku usaha nasional (Departemen Koperasi, 2007). Meskipun terdapat pula sejumlah usaha berskala besar, namun proporsinya tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada tersebut.

Demikian banyaknya UMKM ini sehingga cukup mendukung pertumbuhan pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja yang mampu meredam meningkatnya angka pengangguran akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi (meskipun angka pengangguran tetap tinggi). Hal ini dapat ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2005 – 2006

Skala Usaha Jumlah Tenaga Kerja (orang)

2005 2006 Usaha Kecil dan Menengah

o Usaha Kecil o Usaha Menengah

83.233.793 78.994.872

4.238.921

85.416.493 80.933.384

4.438.109

Usaha Besar 3.212.033 3.388.462

Total 86.445.826 88.804.955


(27)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usaha kecil merupakan unit usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan penyerapan tenaga kerja tersebut meningkat dari tahun 2005 hingga 2006 sebesar 2,5 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha skala ini semakin berkembang. Penyerapan tenaga kerja terbesar kedua adalah oleh usaha dengan skala menengah, namun jumlah penyerapannya masih di bawah usaha kecil. Pada tahun 2005 persentase penyerapan tenaga kerja oleh usaha kecil dan menengah sebesar 96,3 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada dan sebesar 96,2 persen pada tahun 2006 dan sisanya diserap oleh usaha skala besar.

Usaha dengan skala sangat terbatas ini mencakup berbagai sektor usaha, baik sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, jasa dan sebagainya sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan UMKM berkontribusi dalam pertumbuhan berbagai sektor tersebut. Sebab itu, unit usaha ini perlu mendapat perhatian khusus dalam perkembangan dan kemajuannya karena perannya sangat penting bagi perekonomian.

Perkembangan dan kemajuan UMKM sangat ditentukan oleh stakeholder UMKM sendiri, tapi dukungan dari pihak eksternal tetap berperan penting karena adanya keterbatasan kapasitas kemampuan dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap eksistensi dan keberlangsungannya.

Berbagai keterbatasan yang menjadi kendala bagi UMKM untuk melangsungkan aktivitas dan perkembangannya diantaranya adalah lemahnya permodalan, kurangnya kewirausahaan, teknik produksi masih sederhana, serta kemampuan manajemen dan pemasaran masih sangat terbatas. Lemahnya kemampuan modal sebagai salah satu dari sekian banyak faktor penghambat


(28)

kemajuan UMKM yang seharusnya dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan lembaga keuangan disamping upaya dari pelaku UMKM sendiri. Pemerintah dan lembaga keuangan berperan penting dalam memberikan solusi praktis agar permodalan tidak lagi menjadi masalah bagi kegiatan usaha ini. Wujud solusi ini adalah pemberian kredit bagi UMKM sebagai sumber modal dalam menjalankan aktivitas usaha maupun pengembangannya.

Salah satu lembaga keuangan yang dapat melakukan peran tersebut adalah bank. Tugas bank adalah semudah mungkin menciptakan kredit (Macleod dalam Simorangkir, 2004). Sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, bank diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan permodalan khususnya bagi kegiatan produktif. Hal ini harus didukung dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah.

Bantuan bank dalam permodalan UMKM dapat menyokong kegiatan produktif yang dilakukannya. Bantuan modal dalam bentuk kredit ini tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan produktivitas UMKM. Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan kredit yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu indikator peningkatan produktivitas ini adalah adanya peningkatan pendapatan yang diterima UMKM. Peningkatan pendapatan ini dapat menjadi tolak ukur seberapa besar peranan dan kontribusi kredit terhadap pendapatan UMKM.


(29)

Sebuah bank pemerintah tertua dan menjadi pelopor dalam pemberian kredit adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI sebagai bank ’rakyat’ tentunya dituntut untuk mewujudkan keberpihakannya terhadap rakyat kecil. Hal tersebut ditunjukkan oleh BRI dengan menyelenggarakan bantuan kredit kepada UMKM sebagai unit usaha masyarakat golongan ekonomi lemah. Pemberian kredit ini dinamakan Kupedes, kepanjangan dari Kredit Umum Pedesaan. Hingga akhir tahun 2004 BRI telah berhasil menyalurkan Kupedes sebesar Rp 19,188 trilyun di seluruh Indonesia (Hermawan, 2007).

Namun, masalah tidak selesai sampai di sini. Permasalahan kemudian timbul dalam penyaluran kredit (Kupedes) oleh BRI seperti halnya yang dialami lembaga perkreditan lainnya yaitu pengembalian kredit dari debitur (sebagai penerima kredit) tidak selalu lancar. Banyak terjadi kasus terhambatnya pengembalian kredit seperti penunggakan bahkan kemacetan pembayaran angsuran kredit. Hal ini sangat bertentangan dengan orientasi sebuah bank dimana bank berorientasi untuk memperoleh hasil atau laba dari uang yang dipinjamkannya.

Selain itu, terhambatnya pengembalian kredit yang diberikan bank dapat menurunkan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas bank itu sendiri yang pada akhirnya menyebabkan lemahnya kemampuan bank dalam membayar kewajibannya untuk memenuhi penarikan dari deposan (penabung) dan menghambat sirkulasi uang yang dapat menurunkan profitabilitas bank.


(30)

1.2. Rumusan Masalah

BRI unit Cigudeg cabang Bogor sebagai salah satu dari sekian banyak kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya dalam memberikan bantuan kredit (Kupedes) baik bagi sektor UMKM maupun golongan berpenghasilan tetap (GBT). Diantara unit-unit BRI cabang Bogor, BRI unit Cigudeg juga memiliki peluang penyaluran Kupedes yang besar terhadap sektor komersil (UMKM) karena banyaknya unit kegiatan usaha di daerah ini yang pada umumnya berskala mikro, kecil dan menengah serta letak kantor BRI unit Cigudeg yang bersebelahan dengan pasar tradisional sebagai salah satu pusat perdagangan semakin mendukung penyaluran Kupedes bagi sektor tersebut. Hal ini semakin terlihat jelas dengan besarnya proporsi penyaluran Kupedes terhadap sektor UMKM dibandingkan GBT. Kondisi tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 1. Proporsi Nilai Pinjaman Kupedes per Sektor di BRI Unit Cigudeg Tahun 2006 – 2008

Sumber: BRI Unit Cigudeg, 2008 (diolah) 0 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000 3,500,000,000 4,000,000,000 4,500,000,000 N il ai ( rupi ah) Feb '06 Mei '06 Agt '06 Nop '06 Feb '07 Mei '07 Agt '07 Nop '07 Feb '08 Bulan UMKM GBT


(31)

Berdasarkan diagram di atas, dari waktu ke waktu selama dua tahun terakhir proporsi terbesar nilai pinjaman Kupedes diakses oleh UMKM yang mencerminkan banyaknya unit-unit usaha rakyat di wilayah kerja BRI unit Cigudeg. Bahkan proporsi nilai pinjaman oleh GBT tidak sampai mencapai setengah kali dari nilai pinjaman oleh UMKM. Nilai pinjaman tersebut semakin meningkat hingga Agustus 2007 sebesar Rp 4.260.028.050,- dan sedikit mengalami penurunan hingga Februari 2008 menjadi Rp 3.760.073.300,-.

Pemanfaatan Kupedes oleh UMKM juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka sehingga pihak BRI juga merasa puas karena sasarannya dalam membantu peningkatan produktivitas UMKM bisa tercapai.

Besarnya peluang penyaluran Kupedes ini khususnya bagi UMKM tentunya juga memperbesar peluang pengembalian kredit yang tidak lancar (tunggakan) karena kegiatan usaha bersifat dinamis dan tidak dapat dipastikan kemungkinan untung atau rugi. Adakalanya suatu usaha mengalami keuntungan dan adakalanya mengalami kerugian bahkan kepailitan. Selain itu, adanya penyimpangan dalam pemanfaatan kredit dapat menjadi faktor penyebab tidak lancarnya pengembalian kredit.

Permasalahan pengembalian kredit yang tidak lancar di BRI unit Cigudeg juga menjadi persoalan yang perlu dipecahkan karena pihak manajemen memiliki harapan dan target untuk menekan bahkan menghilangkan permasalahan ini. Perkembangan kasus penunggakan Kupedes pada sektor komersil/UMKM masih cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini:


(32)

Gambar 2. Nilai Tunggakan Riil Kupedes oleh UMKM di BRI Unit Cigudeg Tahun 2006 – 2008

Sumber: BRI Unit Cigudeg, 2008 (diolah)

Berdasarkan grafik tersebut, nilai tunggakan riil (biasa disebut dengan Non Performing Loan/NPL) Kupedes oleh UMKM di BRI unit Cigudeg berkisar Rp 160 juta hingga lebih dari Rp 250 juta. Perkembangan nilai tunggakan ini cenderung fluktuatif, sejak Februari 2006 hingga Mei 2007 cukup mengalami penurunan, namun mulai meningkat kembali hingga Agustus 2007. Penurunan nilai tunggakan kembali terjadi hingga Nopember 2007. Dalam beberapa bulan terakhir ini nilai tunggakan tersebut kembali meningkat hingga bulan Februari 2008. Inilah yang harus diantisipasi oleh pihak bank agar peningkatan tidak berlanjut bahkan diharapkan dapat menurun kembali.

Besar NPL Kupedes oleh UMKM pada Februari 2008 senilai Rp 182.036.550,- atau sebesar 4,8 persen dari nilai sisa pinjaman. Sedangkan jumlah debitur UMKM penunggak sebanyak 94 nasabah atau sebesar 18,5 persen dari debitur Kupedes sektor UMKM. Persentase NPL tersebut masih dinilai cukup besar oleh pihak BRI unit Cigudeg sehingga mereka berharap dan berupaya menekan kembali nilai tersebut di masa yang akan datang.

0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000

Feb '06 Mei '06 Agt '06 Nop '06 Feb '07 Mei '07 Agt '07 Nop '07 Feb '08 Bulan N ila i T u n g g a k a n ( ru p ia h )


(33)

Nilai tunggakan tersebut masih belum memperhitungkan nilai tunggakan kredit yang berstatus dalam pengawasan khusus (DPK) dan daftar hitam (DH). Kupedes yang berstatus DPK juga tergolong tidak lancar dalam pengembaliannya tapi dengan waktu penunggakan yang lebih pendek dibandingkan status tunggakan lainnya. Sedangkan Kupedes dalam DH merupakan golongan debitur penunggak yang sudah melakukan penunggakan lebih dari 270 hari yang benar-benar sulit untuk diharapkan pengembaliannya.

Kondisi ini tentunya menjadi dilematis bagi pihak bank, di satu sisi BRI ingin membantu masyarakat lemah yang membutuhkan modal dalam menjalankan usahanya, sedangkan di sisi lain BRI juga berharap adanya keuntungan dari pemberian kredit ini untuk membiayai keberlangsungan usaha BRI itu sendiri.

Banyaknya kasus pengembalian kredit bermasalah ini tentunya dipengaruhi faktor-faktor tertentu dari sisi nasabah (debitur). Hal tersebut menyebabkan perlunya penelitian untuk mengetahui sebab-sebab tidak lancarnya pengembalian kredit Kupedes BRI sehingga diharapkan dapat menyusun strategi yang lebih baik lagi dalam menyeleksi calon debitur agar angka kredit bermasalah dapat ditekan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yaitu:

1. Karakteristik Personal terdiri atas usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan dalam keluarga.

2. Karakteristik Usaha terdiri atas omzet usaha dan lama usaha.

3. Karakteristik Kredit terdiri atas nilai plafond, jangka waktu pengembalian dan frekuensi peminjaman.


(34)

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang dirumuskan dan akan dianalisis dalam penelitian ini terfokus pada UMKM sebagai debitur Kupedes BRI unit Cigudeg yaitu:

1. Bagaimana karakteristik debitur yang berstatus lancar dan menunggak dalam pengembalian Kupedes?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes dan bagaimana pengaruh dan keterkaitan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dideskripsikan di atas, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik debitur yang lancar dan menunggak dalam pengembalian Kupedes.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian Kupedes serta pengaruh dan keterkaitan tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi pihak BRI unit Cigudeg, bagi pembaca maupun bagi penulis yaitu:

1. Bagi pihak BRI, diharapakan dapat menjadi bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan rencana penyaluran


(35)

kredit agar dapat mengurangi bahkan mencegah adanya kasus penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah).

2. Bagi pembaca, mudah-mudahan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan referensi dalam melakukan kajian dan penelitian terkait.

3. Bagi penulis, semoga dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan, sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja serta pengalaman berharga dalam konvergensi teori-teori ilmiah dengan fenomena di lapangan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan ruang lingkup yaitu debitur Kupedes BRI unit Cigudeg yang akan diteliti adalah UMKM (sebagai salah satu golongan penerima Kupedes) yang masih aktif sebagai nasabah hingga bulan Februari 2008 dan telah menerima kredit minimal enam bulan ke belakang sejak Februari 2008.


(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

UMKM merupakan suatu unit usaha yang banyak memiliki keterbatasan dibandingkan perusahaan besar. Keterbatasan ini paling tampak dalam hal skala usaha sesuai dengan namanya yaitu usaha ”mikro, kecil dan menengah” yang sangat jelas mencerminkan ruang lingkup usahanya yang cukup terbatas.

Pada umumnya usaha ini belum memiliki legalitas usaha yang sah sehingga sektor usaha ini sering disebut dengan sektor informal. Definisi mengenai sektor informal ini pun bermacam-macam, salah satunya adalah definisi menurut S.V. Sethuraman dalam Wibowo, 2002 yaitu ”Sektor informal terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi dirinya masing-masing dan dalam usahanya sangat dibatasi faktor modal dan keterampilan”.

Ciri-ciri dari sektor informal antara lain tidak mempunyai badan hukum, tidak tercatat dalam daftar resmi, menciptakan kegiatan sendiri, tidak mempunyai jenis organisasi yang formal, jenis dan tempat usaha tidak permanen, untuk melakukan kegiatan usaha tidak memerlukan keahlian dan keterampilan berdasarkan pendidikan formal dan lain sebagainya.

Batasan atau ruang lingkup UMKM sangat beragam bergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan. Ditinjau dari batasan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia menyangkut usaha yang dapat dikategorikan kecil yaitu:


(37)

ƒ Pengusaha/perusahaan yang memiliki kekayaan bersih di bawah Rp 40 juta untuk bidang usaha perdagangan dan jasa serta bidang-bidang lain di luar industri dan konstruksi, dimana dalam kekayaan tersebut tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.

ƒ Pengusaha/perusahaan yang memiliki kekayaan bersih di bawah Rp 100 juta untuk bidang usaha industri dan konstruksi, tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.

ƒ Nilai penjualan hasil usahanya rata-rata dalam satu bulan tidak melebihi Rp 15 juta.

Sedangkan batasan usaha menurut lembaga-lembaga lainnya adalah Departemen Perindustrian menetapkan batasan mengenai industri kecil yaitu industri dengan investasi modal mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dan investasi per tenaga keja sebesar Rp 625 ribu ke bawah.

Departemen Pertanian menetapkan sebagai kriteria usaha golongan ekonomi lemah yaitu usaha perorangan yang dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan dan perdagangan. Mengenai bidang perikanan ditetapkan modal yang dimiliki sebesar Rp 20 juta dan modal kerjanya sebesar Rp 5 juta dengan mesin kapal sebesar lebih kurang 22 PK ke bawah dan tenaga kerja antara enam hingga 60 orang.

Departemen Perdagangan menganggap suatu perusahaan dapat dianggap kecil jika modal kekayaan bersihnya di bawah Rp 25 juta, tidak berbadan hukum, dikelola sendiri atau bersama dengan keluarganya dan keuntungannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


(38)

Departemen Keuangan menetapkan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha dengan modal sebesar Rp 10 juta. Sedangkan untuk keperluan perpajakan ditetapkan bahwa usaha kecil adalah usaha yang memiliki omzet kurang dari Rp 60 juta per tahun.

Berbeda lagi menurut Departemen Koperasi yang menetapkan batasan yaitu usaha mikro adalah usaha dengan total kekayaan maksimum sebesar Rp 100 juta; usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan total Rp 200 juta dengan pendapatan per tahun maksimum sebesar Rp 1 milyar; dan usaha menengah adalah usaha dengan total kekayaan lebih besar dari Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar (Departemen Koperasi dalam Sari, 2007).

2.2. Definisi dan Unsur-Unsur Kredit

Kredit merupakan salah satu solusi dari pemecahan masalah yang banyak dihadapi oleh UMKM khususnya dalam membantu pembiayaan perusahaan tersebut. Kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan.

Kepercayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah kepercayaan antara pemberi kredit yang biasa disebut kreditur dengan penerima kredit atau debitur. Seseorang atau lembaga yang memberikan kredit mengabulkan permintaan kredit dengan dasar keyakinan bahwa penerima kredit mampu dan akan membayar sejumlah pinjaman yang diberikan sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati kedua belah pihak (Simorangkir, 2004).

Dalam kegiatan ekonomi, kredit diartikan sebagai lalu lintas pembayaran dan penukaran barang dan jasa dimana pihak yang satu (pemberi kredit/kreditur) memberikan prestasi baik berupa uang, barang, jasa atau prestasi lainnya pada


(39)

pihak lain (penerima kredit/debitur), sedangkan imbangan prestasi (kontraprestasi) akan diterima kemudian.

Kredit sebagai alat yang ampuh bagi perkembangan ekonomi karena dapat memproduktifkan modal yang beku untuk selanjutnya disalurkan pada sektor perniagaan dalam arti luas. Laba yang diperoleh perusahaan karena adanya kredit menghasilkan peningkatan daya beli dalam masyarakat sehingga terjadi peningkatan produksi dan konsumsi dalam masyarakat.

Dalam kamus Ensiklopedia, Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Pokok-Pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga.

Seseorang akan dikenakan beban bunga apabila ia menggunakan jasa kredit. Jadi, kredit merupakan bentuk kegiatan yang bermotif saling mendapatkan keuntungan antara kedua belah pihak (kreditur dan debitur) dimana pihak kreditur akan mendapat keuntungan dari penagihan bunga periodik kepada debitur, sedangkan debitur mendapat keuntungan dari manfaat modal yang diperoleh dari kredit.

Selain saling menguntungkan, kredit juga memberikan konsekuensi penanggungan resiko bersama baik oleh kreditur maupun debitur. Resiko yang mungkin ditanggung oleh kreditur adalah apabila jasa kredit yang diberikan


(40)

mempunyai masalah dalam pengembaliannya, sedangkan resiko yang mungkin ditanggung oleh debitur adalah jika ia tidak mampu membayar lunas kredit yang ia terima sesuai dengan perjanjian jatuh tempo maka debitur dapat dituntut dan akan kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu:

1. Kepercayaan, keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan, baik dalam bentuk uang, barang, ataupun jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalm jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam hal ini terkandung nilai waktu dari uang yang mencerminkan sejumlah uang dengan nominal tertentu nilainya akan lebih besar pada waktu sekarang dibandingkan dengan nilai pada waktu yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Semakin lama jarak waktu tersebut maka tingkat resikonya semakin tinggi. Adanya resiko inilah yang menimbulkan perlunya jaminan dalam pemberian kredit.

2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian kredit khususnya oleh bank sebagai lembaga keuangan formal memiliki tujuan dan fungsi. Tujuan pemberian kredit yaitu (Simorangkir, 2004):


(41)

1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.

2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

Tujuan di atas mencerminkan bahwa peranan kredit tidak semata-mata menguntungkan pihak kreditur maupun debitur, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas.

Adapun fungsi kredit perbankan dalam perekonomian dan perdagangan di antaranya:

ƒ Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.

ƒ Meningkatkan lalu lintas peredaran uang.

ƒ Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.

ƒ Kredit sebagai salah satu instrumen stabilitas ekonomi.

ƒ Meningkatkan kegairahan usaha.

ƒ Meningkatkan pemerataan pendapatan.

ƒ Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

2.4. Jenis-Jenis Kredit

Adapun jenis-jenis kredit dibedakan berdasarkan kriteria dan macamnya yaitu menurut tujuan dan jangka waktunya. Menurut tujuannya, kredit digolongkan menjadi kredit konsumtif dan kredit produktif.


(42)

Kredit konsumtif adalah kredit yang tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sedangkan kredit produktif adalah kredit yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan produksi. Hal ini menjelaskan bahwa kredit konsumtif lebih ditujukan pada penggunaan manfaat suatu barang atau jasa sedangkan kredit produktif lebih menekankan pada penciptaan manfaat dari suatu barang atau jasa.

Menurut waktunya, kredit dibedakan menjadi kredit jangka pendek, kredit jangka menengah dan kredit jangka panjang. Perbedaan jenis kredit ini pada jangka waktu pengembalian kredit (jatuh tempo).

Simorangkir dalam Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan NonBank, 2004 mengklasifikasikan jenis-jenis kredit yaitu:

1. Kredit Rekening Koran Bebas. Pemberian kredit kepada nasabah (debitur) dimana nasabah dapat menariknya sesuai keinginan dan tidak melebihi fasilitas kredit yang diberikan. Fasilitas kredit dalam hal ini adalah jumlah maksimum kredit yang disediakan oleh bank bagi nasabah sebagaimana tercantum dalam akad kredit yang bersangkutan.

2. Kredit Rekening Koran Terbatas. Kredit ini diberikan kepada nasabah dengan dibatasi sejumlah tertentu dalam menarik uang melalui rekeningnya. Nasabah tidak diizinkan untuk menarik fasilitas kredit sekaligus, tapi bertahap sesuai dengan kebutuhannya.

3. Revolving Credit. Disebut juga kredit berputar dimana penarikan kredit jenis ini sama dngan penarikan jenis kredit rekening koran bertahap. Jika jumlah kredit pada suatu saat berkurang maka secara otomatis jumlah kredit pada saat berikutnya ditambah dengan sejumlah kredit yang berkurang sehingga jumlah


(43)

kredit seluruhnya menjadi sama besarnya dengan jumlah sesuai dengan perjanjian yangh seharusnya pada saat itu.

4. Kredit Kelayakan. Pengertian jenis kredit ini tercantum dalam Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 12/72/Kep/DIR/UPK Tanggal 03 Nopember 1979 Pasal 1 yaitu : ”Yang dimaksud dengan pemberian kredit atas dasar kelayakan dengan keringanan jaminan dan bagian pembiyaan nasabah menurut surat keputusan ini ialah pemberian kredit yang lebih ditekankan pada pertimbangan kelayakan usaha dan tidak dititikberatkan pada tersedianya tambahan jaminan”. Suatu usaha/proyek dikatakan layak jika:

ƒ Memberikan manfaat kepada masyarakat dan sesuai dengan kebijakan prioritas pemerintah.

ƒ Mampu untuk hidup dan berkembang.

ƒ Mampu memberikan keuntungan yang wajar, mengembalikan utang pokok dan membayar bunga serta biaya-biaya lain dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

5. Kredit Investasi. Kredit ini sebagai fasilitas pinjaman yang diberikan dalam jangka pendek, menengah dan panjang untuk membiayai capital goods, seperti pendirian pabrik, perluasan, perbaikan perusahaan dan pembelian mesin. 6. Kredit Antisipasi kepada Emiten. Kredit ini berupa uang muka yang diberikan

oleh bank komersial kepada emiten. Pelunasan uang muka tersebut diperoleh dari hasil penjualan saham atau obligasi.

7. Kredit Ekspor. Merupakan pembiayaan dari bank kepada nasabah untuk membiayai kebutuhan modal kerja dalam rangka memproduksi barang-barang yang akan diekspor.


(44)

8. Kredit Sindikasi. Kredit yang diberikan oleh dua atau lebih bank dengan persyaratan tersendiri kepada pihak ketiga, yang dilaksanakan dengan menunjuk seorang manajer atau kelompok dari co manager dari bank-bank yang terlibat.

2.5.Permohonan Kredit

Seorang nasabah yang ingin memperoleh bantuan kredit harus mengajukan permohonan kredit yang kemudian akan diseleksi oleh petugas bank apakah kredit yang diajukan dapat dikabulkan atas pertimbangan banyak hal. Seleksi untuk menerima atau menolak pengajuan kredit ini disebut dengan analisis pendahuluan (Simorangkir, 2004). Proses seleksi ini membutuhkan waktu yang relatif lama, namun pada bank yang relatif kecil dengan jumlah nasabah yang tidak banyak, proses tersebut lebih cepat. Analisis pendahuluan ini mencakup:

a) Kondisi perusahaan terkait dengan manajemen, pengurus dan kejadian suatu perkara.

b) Permohonan kredit yang diajukan sejalan atau tidak dengan peraturan/kebijakan bank.

c) Ketersediaan dana bank untuk memenuhi kredit yang diajukan, jangka waktu yang dapat disetujui, ketersediaan jaminan yang sesuai dari calon debitur dan sebagainya.

Jika calon debitur digolongkan layak dalam analisis pendahuluan, maka akan diseleksi ke tahap berikutnya yaitu pengisian formulir permohonan kredit yang dilengkapi dengan wawancara. Informasi yang ingin diketahui dalam


(45)

pengisian formulir pengajuan kredit diantaranya jenis usaha, produksi, pemasaran, laporan keuangan, jaminan dan sebagainya.

Apabila bank menilai baik atas permohonan kredit tersebut maka permohonan tersebut akan dikabulkan dengan mengeluarkan surat persetujuan prinsip yang berisi berbagai syarat. Dalam surat persetujuan ini umumnya mencakup:

ƒ Tingkat bunga dan cara pembayarannya.

ƒ Laporan-laporan yang diminta.

ƒ Besarnya pinjaman dan cara pembayarannya kembali.

ƒ Barang jaminan yang diminta dan cara pengikatnya.

ƒ Syarat-syarat lain seperti pembatasan pinjaman dan pembatasan investasi. Tahap selanjutnya adalah bank melakukan analisis terinci terkait aspek yuridis seperti akta usaha, izin usaha dan lain-lain. Hasil analisis terinci (detail) tersebut kemudian diberikan kepada pejabat yang berwenang untuk memutuskan pemberian kredit. Pada bank besar, keputusan ini sering diserahkan pada kepada beberapa pejabat bank yang disebut dengan panitia pinjaman (loan commitee). Kemudian pemohon menerima perjanjian kredit tersebut dengan ketentuan syarat yang ditetapkan oleh bank untuk selanjutnya dibuatkan akta oleh notaris mengenai kesahan pinjaman secara hukum. Setelah semua dokumen lengkap, bank mengeluarkan surat perintah pembayaran yang disebut disbursement instruction.

2.6.Pertimbangan Kredit

Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan


(46)

dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit) yaitu prinsip ’6C’ dan prinsip ’6A’. Prinsip ’6C’ (Dendawijaya, 2001) meliputi:

1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit (willingness to pay) yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.

2. Capital (modal), merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah (pengusaha) dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dinilai melalui debt to equity ratio. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.

3. Capacity (kemampuan), terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjamannya disertai bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan/omzet usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan profitabilitas usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar.

4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang tentunya berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. Contohnya, sektor usaha


(47)

yang sedang booming akan berprospek bagus dalam pemberian kredit demikian sebaliknya.

5. Collateral (agunan), berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman (kredit) karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit yang macet.

6. Constarints (keterbatasan), merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat atau pembatas berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek/usaha tidak memungkinkan untuk dijalankan.

Sedangkan prinsip ’6A’ mencakup:

1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit

2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang kompetitif.

3. Aspek teknik, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity.

4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.


(48)

5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya.

6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makroekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

2.7. Pencairan Kredit

Pencairan kredit akan dilakukan oleh pihak bank setelah debitur memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaris. Pencairan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke rekening debitur ataupun dikirim ke rekening perusahaan yang menjadi rekan nasabah.

2.8. Pengawasan Kredit

Pengawasan (monitoring) setelah pencairan kredit akan dilakukan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya menghindari kredit bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

ƒ Adanya administrasi kredit yang memadai.

ƒ Kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan.

ƒ Kewajiban bagi pihak bank (wira kredit/account officer) untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan/proyek yang dibiayai oleh kredit.

ƒ Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur.


(49)

2.9. Pelunasan Kredit

Bank sebagai kreditur tentunya mengharapkan kondisi ideal dalam penyaluran kreditnya yaitu semua nasabah (debitur) selalu dapat melunasi kredit dan kewajibannya sesuai dengan perjanjian sehingga tidak terjadi kemacetan dalam pengembalian kredit (kredit bermasalah). Apabila debitur sudah melunasi kewajibannya sesuai perjanjian maka bank harus mengembalikan agunan yang semula dikuasakan ke bank sebagai jaminan.

2.11. Penambahan Kredit

Seorang debitur yang berhasil dalam menjalankan usahanya dan mampu melunasi kewajiban pengembalian kredit dengan baik sesuai dengan perjanjian maka akan memiliki peluang untuk mendapatkan kredit lagi karena pihak bank selaku kreditur sudah mempercayainya dan integritas debitur tidak diragukan lagi. Proses analisis dalam kelayakan pemberian kredit ini akan diulang lagi seperti seleksi permohonan kredit yang pertama. Biasanya kredit tambahan yang diberikan berupa adendum yang dilekatkan pada perjanjian kredit yang pertama.

Pengajuan tambahan kredit ini juga menggembirakan pihak bank karena merupakan bukti bahwa proyeksi kredit yang pertama berjalan dengan baik dan sukses, sebagai kesempatan bagi pihak bank untuk memperoleh tambahan income dari bunga kredit yang diberikan, dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi pihak bank yang dapat digunakan untuk tujuan promosi kepada masyarakat dalam memasarkan produk-produk perbankannya.


(50)

2.11. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan layanan menyangkut keuangan termasuk di dalamnya pemberian jasa bantuan permodalan atau pembiayaan. Lembaga keuangan ini dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan nonbank.

Bank merupakan salah satu institusi yang menyediakan jasa keuangan. Kata ’bank’ berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang artinya adalah uang. Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Biasanya bank menghasilkan untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Simpanan merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Prof. G.M. Verryn Stuart dalam Dendawijaya, 2001 mendefinisikan bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang berupa uang giral.


(51)

Bank sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, melayani penyimpanan uang dalam benruk tabungan, perantara pembayaran dari statu transaksi dan sebagainya.

2.11.1. Jenis-Jenis dan Produk Bank

Jenis-jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan formalitas undang-undang, kepemilikan, penekanan kegiatan usaha, dan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha (Dendawijaya dalam Manajemen Perbankan, 2001).

Jenis bank berdasarkan formalitas undang-undang dilandaskan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu ada dua jenis bank: bank umum dan bank perkreditan rakyat. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan menjadi lima jenis yaitu bank milik negara (BUMN), bank milik pemerintah daerah (BUMD), bank milik swasta nasional, bank milik swasta campuran (nasional dan asing) dan bank milik asing (cabang atau perwakilan).

Penggolongan jenis bank berdasarkan penekanan kegiatan usahanya yaitu bank retail, bank korporasi, bank komersial, bank pedesaan, bank pembangunan dan lain-lain. Sedangkan jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha dibedakan menjadi bank konvensional yang menetapkan bunga sebagai biaya modal dalam penyetoran simpanan serta penyaluran kredit dan bank berdasarkan prinsip syariah yang menerapkan konsep bagi hasil dalam penyetoran simpanan serta pemberian kredit.


(52)

Produk bank merupakan bentuk kegiatan jasa yang dihasilkan oleh bank. Produk bank dipisahkan ke dalam dua sisi, yaitu sisi pasiva dan sisi aktiva. Produk-produk bank dari sisi pasiva meliputi:

1. Giro. Merupakan simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pebayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

2. Tabungan. Adalah simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut ketentuan atau syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

3. Deposito. Merupakan simpanan dari nasabah kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan bank yang bersangkutan.

Produk-produk bank dari sisi pasiva ini biasa dikenal dengan sebutan kredit pasif. Produk-produk bank dari sisi aktiva atau yang biasa disebut kredit aktif meliputi : 1. Kredit modal kerja. Pemberian kredit dari bank (kreditur) kepada nasabah

(debitur) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur.

2. Kredit investasi. Kredit yang digunakan untuk membeli barang modal (investasi).

3. Kredit off shore. Fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur domestik dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan melalui cabang bank yang bersangkutan di luar negeri.


(53)

4. Kredit on shore. Fasilitas kredit yang diberikan oleh unit kredit dalam negeri (kantor wilayah, cabang, atau divisi korporasi) yang diberikan kepada debitur dalam negeri dalam bentuk valuta asing.

5. Kredit cash collateral. Merupakan kredit khusus yang diberikan kepada pemegang deposito berjangka bank yang bersangkutan, bank pemerintah, atau bank asing/swasta nasional yang bonafid dan pemegang tabungan bank yang bersangkutan.

6. Kredit profesi. Kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membantu para profesional (dokter, akuntan publik, pengacara, konsultan dan sebagainya) untuk mengembangkan profesinya.

7. Kredit konsumsi. Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk keperluan membeli barang-barang konsumsi yang dibutuhkannya.

8. Kredit sindikasi. Kredit yang diberikan bank kepada debitur (biasanya nasabah korporasi atau perusahaan) secara bersama-sama dengan bank lain berdasarkan kesepakatan bersama atas beberapa ketentuan, seperti porsi volume kredit dan agunan masing-masing bank, tingkat suku bunga, dan lain-lain.

9. Kredit-kredit program. Berbagai jenis kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka memenuhi ketentuan untuk mengikuti suatu program pemerintah seperti kredit candak kulak, kredit uasaha kecil (KUK) dan sebagainya.

Selain berbagai jenis produk yang dihasilkan bank di atas, bank juga memberikan berbagai layanan jasa yang mencakup jasa perbankan dalam negeri dan luar negeri seperti transfer (pemindahbukuan), surat keterangan bank, delegasi kredit dan lain sebagainya.


(54)

2.11.2. Bank Umum dan Aktivitasnya

Bank umum merupakan jenis bank yang melaksanakan kegiatan perbankan secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adanya layanan jasa dalam arus pembayaran serta beberapa bentuk kredit pasif inilah yang membedakan bank umum dengan bank perkreditan rakyat.

Aktivitas bank umum pada dasarnya digolongkan dalam enam macam seperti digambarkan dalam bagan di bawah ini:

Gambar 3. Aktivitas Utama Bank Umum Sumber: Dendawijaya, 2001

Keterangan:

ƒ Perkreditan merupakan rangkaian kegiatan utama bank umum yang berupa pemberian dana pinjaman kepada nasabah (debitur) dengan jangka waktu dan syarat-syarat tertentu.

ƒ Marketing (pemasaran) yang dilakukan oleh bank umum lebih diarahkan pada penghimpunan dana (kredit pasif) karena produk bank dari sisi aktiva (kredit aktif) sangat tergantung dari ketersediaan dana yang mampu dihimpun oleh bank.

Bank Umum

Audit Operations

Perkreditan

Marketing

MSDM Treasurry


(55)

ƒ Treasurry (pendanaan) oleh bank umum lebih diutamakan pada pengelolaan dana oleh para ekskutif bank. Hal tersebut dimaksudkan agar kinerja bank menjadi optimal dalam memperoleh dana serta memaksimalkan alokasi dana pada aktiva produktif.

ƒ Operations merupakan kegiatan unit-unit dalam bank yang bersifat membantu kegiatan unit utama bank lainnya.

ƒ MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) merupakan segala bentuk pengelolaan yang menyangkut sumber daya manusia sebagai pelaku bank.

ƒ Audit (pengawasan) ditujukan untuk mengevaluasi dan mengontrol kinerja bank yang dilakukan secara intern oleh bank itu sendiri, secara ekstern oleh akuntan publik dan audit yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

2.12. Kajian terhadap Penelitian Terdahulu 2.12.1. Penelitian Mengenai Kredit

Penelitian-penelitian menyangkut kredit telah banyak dilakukan di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Asih (2007) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada pengembalian kredit pengusaha kecil dalam program kemitraan Corporate Social Responsibility (studi kasus pada PT. Telkom Divre II Jakarta). Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih usaha, pengalaman usaha, usia, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, bencana, dan penghasilan lain di luar usaha.

Dengan menggunakan teknik analisis model binary (probit) diperoleh hasil penelitian bahwa hanya ada dua faktor yang berpengaruh positif terhadap


(56)

pengembalian kredit yaitu jumlah pinjaman dan penghasilan bersih usaha. Sedangkan yang terbukti berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit adalah tingkat suku bunga, bencana dan penghasilan di luar usaha.

Subkhi (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbaikan Mutu Kredit Program Usaha Kecil dan Menengah (studi kasus pada PT. Bank Bukopin Pondok Gede, Bekasi). Alat analisis yang digunakan adalah Quality Function Deployment (QFD) dan Matriks House of Quality (HOQ) dan diperoleh kesimpulan bahwa perbaikan kinerja dalam persyaratan konsumen bank Bukopin yang membutuhkan usaha besar adalah proses pencairan kredit dengan cepat. Sedangkan usaha yang paling kecil dalam memperbaiki kinerja adalah penetapan denda yang kecil, adanya jaminan keamanan rahasia keuangan usaha debitur, kebersihan dan kerapian petugas dalam berpenampilan.

Selain itu diperoleh hasil bahwa semua persyaratan konsumen bersifat menolong dalam penjualan produk kecuali persyaratan adanya jaminan keamanan rahasia keuangan usaha debitur oleh bank. Prioritas perbaikan persyaratan teknik yang ingin diperbaiki adalah evaluasi terhadap resiko pengembalian kredit dan perbaikan teknologi dan jaringan. Sedangkan persyaratan teknik yang masih dipertahankan adalah evaluasi terhadap biaya.

Mirdianingsih (2006) melakukan penelitian mengenai penyaluran dan pengembalian kredit dana bergulir raksa desa sebagai model pendanaan usaha mikro di wilayah pembangunan Bogor Barat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa persentase perguliran dana dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan jauh dari harapan pemerintah. Faktor yang diduga berpengaruh


(57)

terhadap keberlanjutan program ini di antaranya sosialisasi (penyuluhan), MSDM dan seleksi penerima kredit.

Sebagian responden mengemukakan adanya masalah yang sering terjadi adalah fasilitator pendampingan yang tidak selalu hadir ketika dibutuhkan oleh anggota peminjam (debitur). Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit dana bergulir adalah umur, pengalaman usaha, pendapatan usaha, besar kredit yang diperoleh dan jangka waktu pencairan kredit (realisasi kredit). Hanya sedikit dari responden yang berhasil mengakses kredit tersebut dari lembaga keuangan formal karena dinilai tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak bank.

2.12.2. Penelitian Mengenai Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Penelitian yang mengambil kasus di BRI juga banyak dilakukan di ataranya oleh Wicaksono (2007) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pertanian oleh Bank BRI di Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut (berdasarkan data tahun 2002-2006) menyimpulkan bahwa proporsi kredit pertanian terhadap total kredit yang disalurkan BRI tumbuh secara fluktuatif dengan trend yang semakin menurun dibandingkan dengan kredit nonpertanian.

Selain itu ditemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit oleh BRI adalah produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian dan pengembalian kredit bermasalah dalam sektor pertanian di BRI. Secara tidak langsung kesimpulan ini menunjukkan bahwa PDB sektor pertanian semakin menurun dan kredit bermasalah/macet di sektor pertanian. semakin banyak pula.


(58)

Sari (2007) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Kupedes di wilayah pedesaan dan perkotaan (kasus di BRI unit Ciampea dan Citereup). Ia menganalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda terhadap 120 responden dan diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata dan positif terhadap permintaan Kupedes adalah pendapatan, aset keluarga, pengalaman kredit, agunan dan modal usaha. Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan Kupedes adalah aset usaha.

Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap permintaan kredit yaitu jarak rumah debitur dengan kantor BRI dan lama usaha tidak berperan dalam menentukan besarnya permintaan kredit.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit serta penilaian kredit bank yang ideal pernah dilakukan oleh Gani (2007). Ia menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan kredit oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat adalah tingkat suku bunga dan agunan. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit sedangkan ketersediaan agunan berpengaruh positif terhadap permintaan kredit.

Atribut kredit bank yang ideal bagi perusahaan tersebut adalah tingkat suku bunga rendah, prosedur yang cepat dan mudah, syarat agunan yang mudah, hari buka bank yang sering, sistem pelayanan dan kinerja karyawan baik, periode angsuran sedang, lokasi strategis dan teknologi yang canggih. Selain itu bank BRI


(1)

Lampiran 3. Output Analisis Regresi Logistik (

Minitab

)

Binary Logistic Regression: KOLEKT versus USIA, PENDD, ...

Link Function: Logit Response Information Variable Value Count

KOLEKT 1 39 (Event) 0 26

Total 65 Factor Information Factor Levels Values JN KLM 2 0, 1 Logistic Regression Table

Odds 95% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper Constant 0.324785 2.03629 0.16 0.873

USIA -0.0367310 0.0344204 -1.07 0.286 0.96 0.90 1.03 PENDD -0.164962 0.123198 -1.34 0.181 0.85 0.67 1.08 TANGG 0.241221 0.201498 1.20 0.231 1.27 0.86 1.89 OMZET 0.0022714 0.0010436 2.18 0.030 1.00 1.00 1.00 LM USH -0.0131662 0.0405224 -0.32 0.745 0.99 0.91 1.07 PLAFON -0.0495324 0.0359096 -1.38 0.168 0.95 0.89 1.02 JK WKT 0.0254639 0.0760689 0.33 0.738 1.03 0.88 1.19 FREK 0.396885 0.200902 1.98 0.048 1.49 1.00 2.20 JN KLM

1 0.0860259 0.670582 0.13 0.898 1.09 0.29 4.06 Log-Likelihood = -33.909

Test that all slopes are zero: G = 19.673, DF = 9, P-Value = 0.020 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 57.2975 55 0.390 Deviance 67.8185 55 0.115 Hosmer-Lemeshow 10.1839 8 0.252 Brown:

General Alternative 2.0334 2 0.362 Symmetric Alternative 0.5266 1 0.468 Table of Observed and Expected Frequencies:

(See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic) Group

Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1

Obs 0 3 2 6 2 5 4 4 6 7 39 Exp 1.1 2.1 2.4 3.4 3.2 4.6 4.4 5.6 5.4 6.9

0

Obs 6 4 4 1 4 2 2 3 0 0 26 Exp 4.9 4.9 3.6 3.6 2.8 2.4 1.6 1.4 0.6 0.1

Total 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 65 Measures of Association:

(Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Number Percent Summary Measures

Concordant 800 78.9 Somers' D 0.58 Discordant 211 20.8 Goodman-Kruskal Gamma 0.58 Ties 3 0.3 Kendall's Tau-a 0.28 Total 1014 100.0


(2)

Lampiarn 4. Output Analisis Korelasi (

Minitab

)

Correlations: KOLEKT, JN KLM, USIA, PENDD, TANGG, OMZET, LM USH,

PLAFON,….

KOLEKT JN KLM USIA PENDD TANGG OMZET LM USH PLAFON JK WKT JN KLM -0.053

0.678

USIA -0.079 -0.225 0.532 0.071

PENDD -0.110 0.059 -0.134 0.385 0.642 0.286

TANGG 0.180 -0.127 0.310 -0.182 0.150 0.314 0.012 0.147

OMZET 0.326 -0.129 0.034 0.228 0.125 0.008 0.305 0.791 0.068 0.320

LM USH 0.176 -0.269 0.298 -0.161 0.241 0.436 0.160 0.030 0.016 0.200 0.054 0.000

PLAFON 0.121 -0.120 0.045 0.220 -0.065 0.469 0.174 0.337 0.343 0.723 0.078 0.610 0.000 0.166

JK WKT -0.009 0.104 0.075 0.288 -0.143 0.133 0.026 0.269 0.946 0.410 0.552 0.020 0.257 0.291 0.840 0.030

FREK 0.314 -0.140 0.170 0.038 0.146 0.414 0.394 0.585 0.230 0.011 0.266 0.175 0.763 0.246 0.001 0.001 0.000 0.065


(3)

Lampiran 5. Data Pinjaman Kupedes Masing-Masing BRI Unit, Cabang Bogor

Bulan Desember 2007

NILAI PINJAMAN BULAN DESEMBER 2007

BRI UNIT KANTOR CABANG BOGOR

NO

BRI UNIT

JML PINJAMAN (Rp) JML DEBITUR

1 CIBINONG

28.302.956.315

2.276

2 SEMPLAK

18.054.762.865

1.626

3 HARJASARI

15.646.410.895

1.261

4 CIOMAS

12.288.347.886

1.399

5 KEDUNGHALANG

12.108.720.423

1.544

6 GUNUNG

PUTRI

11.047.012.157

1.206

7 PARUNG

10.045.114.500

1.148

8 CILEUNGSI

9.199.441.060

1.406

9 PURBASARI

9.095.769.971

1.131

10 CIAMPEA

8.182.300.349

811

11 LEUWILIANG

8.166.930.503

1.130

12 WARUNG

JAMBU

7.882.346.282

795

13 CIPAYUNG

7.519.078.689

987

14 CITEUREUP

7.414.865.981

881

15 CIJERUK

7.227.314.954

973

16 CISARUA

6.953.798.151

1.019

17 JONGGOL

6.948.761.960

815

18 BOJONG

GEDE

6.621.266.935

855

19 CARIU

5.934.703.400

994

20 CIBUNGBULANG

5.909.028.950

780

21 SAWANGAN

5.302.093.169

681

22

CIGUDEG 4.762.963.400

725

23 JASINGA

4.709.906.250

654

24 CIGOMBONG

3.474.784.000

235

25 CIMANGGU

3.160.429.900

214

26 TLAJUNG

UDIK

1.567.015.400

163

TOTAL 227.526.124.345

25.679


(4)

(5)

(6)