Analisis Sistem Pembiayaan Koperasi Hutan Rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung Tengah

ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN KOPERASI HUTAN
RAKYAT COMMUNITY LOGGING GIRI MUKTI
WANA TIRTA DI LAMPUNG TENGAH

JUANDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis pembiayaan
Koperasi hutan rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Febuari 2014
Juanda
NIM E1409003

ABSTRAK
JUANDA. Analisis Sistem Pembiayaan Koperasi Hutan Rakyat Community
Logging Giri Mukti Wana Tirta (GMWT) Di Lampung Tengah. Dibimbing
HARDJANTO.
Permasalahan utama Koperasi GMWT adalah masalah pembiayaan.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis kepuasan petani terhadap
pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan Koperasi GMWT, pembiayaan Koperasi
GMWT terhadap peningkatan pendapatan petani hutan rakyat, dan kefektifan
pelaksanaan pembiayaan yang diterapkan Koperasi GMWT. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah Uji Chi Kuadrat dan Fungsi produksi Cobb
Douglas. Berdasarkan Uji Chi Kuadrat, kepuasan petani hutan rakyat
menunjukkan perbedaan nyata. Pelaksanaan pembiayaan berupa syarat, prosedur,
dan perjanjian pembiayaan, petani menyatakan sangat puas dengan persentase
masing-masing sebesar 70.97 %, 70.97 % dan 64.52 %. Sedangkan untuk jumlah
pembiayaan petani menyatakan kecewa dengan persentase sebesar 87.10 %.

Berdasarkan Fungsi produksi Cobb Douglas diperoleh fungsi Ym = 0.984 C10.367
C20.276 C30.887. Fungsi tersebut menunjukkan terjadi peningkatan pendapatan
petani serta belum efektifnya pembiayaan.
Kata Kunci : Analisis, Pembiayaan, Hutan Rakyat, Koperasi GMWT
ABSTRACT
JUANDA. Analysis of Community Logging Forest Cooperative Financing
System Giri Tirta Wana Mukti (GMWT) in Central Lampung. Supervised by
HARDJANTO.
The main problem in GMWT coorporative is financing. The purposes of
this research are to analyze the farmers satisfaction implementation of financing is
done by GMWT Cooperative, Cooperative financing GMWT on increasing
farmers' income, and the effectiveness of the implementation of financing applied
GMWT Cooperative. The method used in this research is Chi Square test and
Cobb Douglas production function. Based on Chi Square test, satisfaction of
community forest farmers showed significant differences. Implementation of
financing are requirements , procedures , and financing agreements , farmers
expressed great satisfaction with their respective percentage are 70.97 % , 70.97
% and 64.52 % . Wheareas number of financing farmers expressed
disappointment with the percentage of 87.10 % . Based on the Cobb Douglas
production function obtained function Ym = 0.984 C10.367 C20.276 C30.887, and

obtained comparison between the value of the marginal product with input prices
more than one. The function shows an increase in the income of farmers and not
yet effective financing.
Keywords: Analysis, Financing, Community Forest, GMWT Cooperative

ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN KOPERASI HUTAN
RAKYAT COMMUNITY LOGGING GIRI MUKTI
WANA TIRTA DI LAMPUNG TENGAH

JUANDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Judul Skripsi : Analisis Sistem Pembiayaan Koperasi Hutan Rakyat Community
Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung Tengah
Nama
: Juanda
NIM
: E14090003

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hardjanto, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan.
Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Analisis Sistem Pembiayaan
Koperasi Hutan Rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung
Tengah”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS
dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda, Ayah serta seluruh keluarga atas
do’a dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
teman-teman yang telah memberi semangat dan dukungan sehingga proposal ini
dapat terselesaikan. Semoga penelitian ini bermanfaat dan terima kasih atas semua
saran, dukungan serta nasehat-nasehatnya.

Bogor, Febuari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

5

Tujuan

6

Manfaat Penelitian

6

METODE

7

Lokasi dan Waktu Penelitian

7


Alat dan Bahan

7

Macam dan Sumber Data

8

Penentuan Sample

7

Pengumpulan Data

8

Analisis Data

8


Model Persamaan Penduga

8

Definisi Operasional

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17


Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Perbedaan-perbedaan antara Koperasi dengan perusahaan konvensional
Lokasi dan luas lahan Koperasi GMWT
Persentase tingkat kepuasan petani terhadap syarat pembiayaan
Tingkat kepuasan petani terhadap prosedur pengajuan pembiayaan
Tingkat kepuasan petani terhadap jumlah pembiayaan
Tingkat kepuasan petani terhadap perjanjian pembiayaan
Hasil pendugaan fungsi pendapatan usaha hutan rakyat
Produk marginal input dan tes efisiensi alokatif usaha hutan rakyat
Nilai perbedaan kepuasaan petani terhadap pembiayaan Koperasi
Tingkat kepuasaan petani terhadap perjanjian pembiayaan Koperasi
Tingkat kepuasaan petani terhadap jumlah pembiayaan Koperasi
Tingkat kepuasaan petani terhadap prosedur pembiayaan Koperasi
Tingkat kepuasaan petani terhadap syarat pembiayaan Koperasi
Nilai perbedaan pendapatan petani hutan rakyat
Nilai ANOVA dari persamaan regrsi dari fungsi produks
Nilai R square dari persamaan regresi dari fungsi produksi
Daftar pertanyaan dan jawaban

3
13
13
14
15
15
16
18
21
21
21
21
22
22
22
22
23

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pembiayaan Koperasi

12

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Proses perhitungan tingkat kepuasan petani terhadap pembiayaan Koperasi
Proses perhitungan pendugaan fungsi produksi usaha hutan rakyat
Kuisoner untuk pengurus Koperasi GMWT
Kuisoner untuk responden (petani hutan rakyat)

21
22
23
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sumberdaya
hutan adalah benda hayati, non hayati dan jasa yang terdapat di dalam hutan yang
telah diketahui nilai pasar, kegunaan dan teknologi pemanfaatannya (UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999). Pengertian hutan rakyat menurut definisi
Undang-Undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, hutan rakyat atau disebut juga
hutan hak adalah merupakan hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik atas tanah.
Sejak tahun 80-an, Provinsi Lampung tidak lagi menjadi produsen kayu
karena semakin sedikitnya ketersediaan kayu alam dari hutan alam Provinsi
Lampung dan saat ini kayu rakyat merupakan pemasok utama kebutuhan sumber
bahan baku kayu masyarakat Provinsi Lampung sekitar kurang lebih sebesar 75%
(Data dan Informasi pemasaran hasil hutan kayu Provinsi Lampng tahun 2010).
Temuan hasil penelitian IPB tahun 1976 dan UGM tahun 1977 menyatakan
bahwa 70% konsumsi kayu pertukangan dan 90% konsumsi kayu bakar di Jawa
dipenuhi kayu rakyat (Hardjanto 2003). Hal ini telah menunjukkan bahwa hutan
rakyat juga memiliki potensi dalam percaturan pengelolaan hutan nasional, yang
ditunjukkan dengan dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan rakyat dalam
penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu. Hal tersebut semakin
bertambah sejak terjadinya penurunan potensi hutan negara secara pasti, baik yang
berasal dari hutan alam maupun tanaman.
Pengusahaan hutan rakyat adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan:
produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan kelembagaan (Darusman dan
Hardjanto 2006). Dalam pengelolaan hutan rakyat masih ada permasalahan seperti
kepemilikan lahan yang sempit, sehingga skala usaha tani setiap rumah tangga
juga kecil, belum adanya persatuan antar pemilik sehingga sulit diidentifikasi
perilaku kontinuitas produksinya dan memperlemah posisi tawar. Pada umumnya,
petani belum melakukan intensifikasi dalam usahanya. Dalam pengolahan masih
menggunakan alat sederhana, sehingga mutu kayu olahan masih rendah dan
banyak menghasilkan limbah, serta kelembagaan yang mengurus hutan rakyat
secara teknis baik lembaga bentukan pemerintah maupun masyarakat belum ada.
Dari permasalahan-permasalahan ini jelas bahwa kinerja usaha hutan rakyat
belum optimal, sehingga perlu dikembangkan (Hardjanto 2003). Berdasarkan
informasi di atas, selain menjadi pemasok utama kayu di Provinsi Lampung,
hutan rakyat juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
petani hutan rakyat. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai penelitian mengenai
hutan rakyat guna memaksimalkan potensi hutan rakyat.
Definisi organisasi koperasi yang diterima secara internasional yang
digunakan oleh Konferensi Buruh Internasional (International Labor
Organization = ILO, 1996) : “Suatu organisasi koperasi adalah suatu
perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara sukarela untuk mencapai

2
suatu tujuan yang sama melalui pembentukkan suatu organisasi yang diawasi
secara demokratis, melalui pembagian resiko serta manfaat yang wajar dari usaha,
dimana para anggotanya berperan secara aktif”. Fungsi yang terpenting dari
definisi ini adalah dapat membedakan secara jelas antara organisasi koperasi
dengan oerganisasi yang bukan organisasi koperasi seperti organisasi sosioekonomis yang lain. Jika definisi tersebut di atas ditinjau dari pola strukturalnya
dan diartikan menurut pengertian nominalis, maka terdapat 4 unsur yang
menunjukkan ciri khusus koperasi sebagai suatu bentuk organisasi yaitu :
1. Adanya sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok yang
memiliki sekurang-kurangnya satu kepentingan
2. Angan-angan individu dari kelompok koperasi antara lain bertekad
mewujudkan tujuannya untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosial
mereka melalui usaha bersama dan saling membantu (swadaya dari
kelompok koperasi)
3. Sebagai suatu instrumen (sarana) untuk mencapai tujuan itu yaitu
melalui pembentukan suatu perusahaan
4. Adanya sasaran utama dari perusahaan koperasi ini yaitu melaksanakan
kegiatan yang menunjang/memperbaiki situasi ekonomi para anggota
(memperbaiki situasi ekonomi perusahaan atau rumah tangga angota).
Di sini penekannya harus diberikan pada peningkatan motivasi untuk
menolong diri sendiri melalui kegiatan berkoperasi, berbeda dibanding dengan
bantuan pemerintah atau bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain. Swadaya memerlukan inisiatif, jika motivasi untuk menolong diri sendiri
merupakan ciri organisasi koperasi, maka para anggota koperasi harus
dipersiapkan untuk mengembangkan inisiatif, dan untuk berperan secara aktif
dalam usaha bersama. Pengalaman membuktikan bahwa kepentingan diri sendiri
merupakan motivasi yang paling tepat bagi seseorang untuk berperan serta dalam
suatu organisasi koperasi. Koperasi merupakan suatu alat yang ampuh bagi
pembangunan, oleh karena itu koperasi merupakan suatu wadah, dimana
kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok tergabung sedemikian rupa.
Sehingga melalui kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi
kekuatan pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok
tersebut. Hal tersebut bisa terjadi jika kelompok tersebut relatif homogen dan
setiap anggotannya mampu memberikan kontribusi yang nyata.Untuk
menghindari salah pengertian antara organisasi koperasi, maka dikemukakan
kriteria identifikasi koperasi yang merupakan prinsis identitas dimana pemilik dan
pemakai jasa unit usaha terdiri atas orang yang sama. Prinsip tersebut
membedakan organisasi koperasi dengan usaha lainnya. Kriteria tersebut sangat
penting, karena dapat diharapkan para anggota dapat mencapai pemenuhan dan
kebutuhan minatnya dengan lebih baik. Pelaku-pelaku ekonomi (economy agents)
yang pada saat bersamaan bertindak sebagai pemilik maupun pelanggan
(pemasok, karyawan, tergantung padaa jenis koperasinya), disebut anggota
masyarakat koperasi (coorperator). Karakteristik tersebut dinamakan prinsip
identitas.

3
Tabel 1 Perbedaan-perbedaan antara koperasi dengan perusahaan konvensional
Koperasi

Perusahaan

Anggota

Keanggotaan terbuka untuk
semua pemakai

Terbuka untuk para penanam modal

Modal

Jumlahnya kecil tidak
merupakan halangan bagi
para anggota. Pemasukan
modal sebanding dengan
pemanfaatnya atas
pelayanan koperasi

Penanam modal diperoleh dari
pembelian saham yang ditawarkan
dengan harga pasar. Menambah
jumlah anggota sebanyak jumlah
penanam modal sesuai yang
diperlukan.

Pemilik

Pemakai adalah pemilik

Penanam modal adalah Pemilik

Pengawasan Berada pada anggota atas
dasar adil dan sama

Penanam modal sebanding dengan
modal yang ditanamkan oleh tiaptiap penanam modal

Manfaat

Penanam modal memperoleh
bagian laba sebagai hasil dari
modal yang ditanamkannya
sebanding dengan modal yang
ditanamkannya.

Anggota memperoleh
manfaat sebanding atas jasa
yang diberikan baginya oleh
koperasi. Tingkat bunga
yang dibayarkan untuk
modalnya terbatas.

Sumber : Soejoedono dan Partomo 2002

Menurut undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian di dalam pasal 3 dikemukakan mengenai pengertian koperasi yaitu
koperasi indonesia adalah suatu organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan
tata susunan ekonomi rakyat sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan. Sedangkan pada pasal 4 fungsi koperasi adalah sebagai berikut :
1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat
2. Alat pendemokrasian ekonomi sosial
3. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa indonesia
4. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian
rakyat.
Kekhususan dalam organisasi koperasi ialah bahwa setiap fungsi
manajemen harus selalu memperhatikan manfaatnya bagi anggota koperasi selaku
pemilik dan sekaligus pelanggan yang berbeda dari non-koperasi yang tidak
dipengaruhi identitas ganda dari pemiliknya. Perbedaan-perbedaan antara koperasi
dan perusahaan non-koperasi terlihat pada tabel 1 di atas.
Koperasi Community logging Giri Mukti Wana Tirta (Koperasi Comlog
GMWT) Lampung Tengah merupakan organisasi usaha yang dibangun pada
tahun 2007 bersama masyarakat pemilik kayu khususnya di lima Desa

4
(Pekandangan, Tawang Negri, Kota Batu, Payung dadi, Payung makmur)
Kecamatan Pubian. Luas areal hutan yang dikelola masyarakat seluruhnya adalah
275 ha. Sebelum Koperasi berdiri, masyarakat dirugikan oleh praktek tengkulak
yang membeli sengon dengan harga murah. Berangkat dari pengalaman itu petani
hutan bekerjasama dengan Yayasan Konservasi Way Seputih mendirikan
Koperasi untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada pelestarian
dan pemanfaatan sumber daya alam seperti cacao, lada, kopi dan budidaya
tanaman kayu seperti sengon dan cempaka (Multistakeholder Forestry
Programme, 2012).
Lokasi dari Koperasi GMWT terletak pada Kampung Payung Batu,
Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung tengah, Provinsi Lampung. Namun
untuk lokasi usaha hutan rakyat yang dikelola oleh koperasi GMWT terdapat lima
Desa di Kecamatan Pubian seperti yang tertera dalam deskripsi di atas. Sistem
kerjasama yang dilakukan berbasis sukarela dengan kepercayaan antara anggota
untuk mendirikan koperasi guna membantu meningkatkan kesejahteraan anggota.
Para anggota Koperasi GMWT yang memiliki hutan rakyat maupun belum
memiliki bekerjasama untuk mendirikan Koperasi agar hasil panen kayu dari
hutan rakyat mereka memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan menjual ke tengkulak kayu. Dengan adanya koperasi ini para anggota
akan menjual ke koperasi kemudian koperasi akan menjual langsung ke pabrik
penggergajian. Koperasi GMWT berdiri karena muncul kemauan dari masyarakat
bukan sebuah koperasi hasil pembentukan dari pemerintah yang biasanya tidak
akan survive lama.
Berdasarkan pengertian hutan rakyat di atas maka Koperasi GMWT ini
termasuk kedalam koperasi yang berbasis hutan rakyat karena pengelolaan hutan
dikelola pada lahan milik. Pada umumnya anggota Koperasi adalah petani gurem
yang menanam pohon di sela-sela tanaman pokok mereka. Mereka mendirikan
Koperasi dari awal dengan kerjasama yang dilandasi dengan saling percaya dan
tekad serta itikad yang baik.
Koperasi yang sudah berdiri tiga tahun masih terkendala suatu permasalahan
utama yang dihadapi dalam menjalankan koperasi ini adalah masalah pembiayaan.
Pembiayaan merupakan salah satu komponen strategis dalam revitalisasi
pertanian. Secara garis beras, kebijakan pembiayaan pertanian mencakup dua hal
yaitu : (1) kebijakan pembiayaan pembangunan pertanian yang memprioritaskan
anggaran untuk sektor pertanian dan sektor pendukungnya; dan (2) kebijakan
pembiayaan pertanian yang mudah di aksek masyarakat (Deptan 2005). Kedua
kebijakan di atas sebetulnya telah banyak dan sudah cukup lama dilakukan
Kementrian Pertanian melalui penerapan sejumlah program/proyek seperti Kredit
Usaha Tani (KUT), Proyek peningkatan Pendapatan Petani-nelayan Kecil (P4K),
Kredit Ketahanan Pangan (KKP), Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha
Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP), Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), dan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Peralihan atau pergantian dari satu
program/proyek lainnya disamping memperkaya khasanah pembiayaan pertanian,
beberapa diantaranya juga dimaksudkan sebagai kebijakan alternatif yang
diharapkan implementasinya lebih efektif dibandingkan sebelumnya. Salah satu
diantara kebijakan alternatif yang saat ini sedang direncanakan Kementrian
Pertanian adalah pengembangan sistem pembiayaan pertanian dengan pola Badan
Layanan Umum. Melalui pola ini, diharapkan pelayanan pembiayaan pertanian

5
dapat ditingkatkan sesuai dengan kaidah pengelolaan keuangan negara yang
secara akuntabilitas berorientasi pada hasil serta berbasis profesionalitas dan
transparansi. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas ( Iqbal dan Darwis 2006).
Karakter usaha pertanian yang mengandung banyak risiko menyebabkan
minat lembaga pembiayaan untuk mendanai usaha sektor pertanian ini relatif
rendah. Sistem pembiayaan pertanaian selama ini diintregasikan dengan
pembiayaan non-pertanian (terutama industri dan jasa) jika diterapkan untuk
usaha pertanian cenderung over estimate. Apabila dipaksakan hal ini akan
membuat usaha pertanian tidak akan mendapat dukungan kredit dalam jumlah
sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih menjamin rasa keadilan bagi pelaku bisnis
pertanian perlu dibuka wacana model pembiayaan alternatif yang sesuai dengan
karakteristik usaha di sektor pertanian. Salah satu model pembiayaan pertanian
yang sudah mulai dicoba juga diterapkan adalah dengan skim syariah (Ashari dan
Saptana 2005).
Selain itu, sampai saat ini masih banyak diterapkan apa yang disebut “daur
butuh”, yakni umur pohon yang dipanen ditentukan oleh kebutuhan pendapatan
(Darusman dan Hardjanto 2006). Oleh karena sistem hutan rakyat yang tebang
butuh, pada saat anggota Koperasi GMWT memerlukan biaya untuk keperluan
dan tidak dapat menebang pohon guna menjaga kelestarian produksi maka
koperasi akan meminjamkan uang untuk keperluan anggota tersebut tetapi jika
koperasi tidak dapat meminjamkan uang karena keterbatasan dana maka
masyarakat dapat menebang dan menjual kayu ke tengkulak dengan tetap menjaga
kelestarian produksi. Dana yang didapat oleh koperasi GMWT sejauh ini hanya
berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendorong koperasi ini
berjalan yaitu TELAPAK dan yayasan konservasi Way Seputih (YKWS).
Permasalahan pembiayaan ini menjadi permasalahan utama yang dialami oleh
Koperasi Comlog GMWT. Hal ini erat kaitannya dengan cara atau sistem
pembiayaan Koperasi Comlog GMWT terhadap anggota yang masih swadaya
tanpa adanya pinjaman dari bank atau pihak lainnya. Dengan permodalan yang
masih kurang mencukupi ini sistem pembiayaan menjadi sangat penting untuk
tetap melangsungkan kegiatan yang ada di koperasi ini.
Dengan melihat permasalahan dan potensi yang ada pada koperasi tersebut,
perlu adanya penelitian di Koperasi GMWT mengenai pembiayaan serta potensi –
potensi yang ada pada Koperasi ini. Penelitian ini penting karena akan dapat
mengidentifikasi potensi-potensi Koperasi yang sudah ada maupun yang dapat
dikembangkan dengan hal baru guna mendukung serta mengatasi permasalahan
pembiayaan yang ada di koperasi.

Perumusan Masalah
Pengelolaan hutan rakyat yang tebang butuh dan sistem pembiayaan
swadaya yang dilakukan oleh koperasi GMWT kepada anggotanya ini menjadikan
koperasi sulit untuk mengembangkan koperasinya. Koperasi sulit meminjamkan

6
dana kepada anggota Koperasi yang membutuhkan, sehingga anggota yang
membutuhkan dana menebang pohon dan menjualnya kepada tengkulak. Koperasi
yang baru berdiri selama tiga tahun ini belum mampu melakukan simpan pinjam
kepada anggotanya karena keterbatasan dana. Pada umumnya petani hutan rakyat
di lokasi ini adalah petani gurem yang hanya memiliki lahan sempit sehingga
menanam pohon yang umumnya jenis sengon di sela-sela kebun atau ladang
mereka untuk mengoptimalkan hasil lahan mereka. Pembiayaan swadaya yang
dilakukan tanpa adanya pinjaman dari bank ini menjadikan permodalan di
koperasi ini sangat kurang. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sistem
pembiayaan serta keberhasilan dari penerapan sistem pembiayaan swadaya
Koperasi ini. Untuk mengetahui hal-hal tersebut diperlukan informasi mengenai
kondisi umum Koperasi, gambaran umum masyarakat anggota Koperasi, pola
tanam hutan rakyat yang dimiliki Koperasi serta kondisi permodalan Koperasi
GMWT.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan Koperasi GMWT dapat
memuaskan anggotanya?
2. Apakah pembiayaan Koperasi GMWT ini berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan petani hutan rakyat ?
3. Apakah pelaksanaan pembiyaan yang diterapkan Koperasi GMWT sudah
efektif ?
Tujuan
1. Menganalisis pelaksanaan pembiayaan
Koperasi GMWT terhadap
anggotanya.
2. Menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan
petani hutan rakyat.
3. Menganalisis efisiensi usaha hutan rakyat yang dibiayai oleh pembiayaan
Koperasi.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Koperasi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan
acuan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan program sistem
pembiayaan swadaya yang diterapkan di koperasi GMWT. Dengan hasil
penelitian ini pihak Koperasi akan mengetahui kekurangan serta kelebihan
sistem pembiayaan yang telah diterapkan serta dapat mengetahui potensipotensi Koperasi yang dapat dikembangkan guna memajukan
perkembangan Koperasi.
2. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini akan menambah bahan pembelajaran dan
memperkaya referensi materi mengenenai sistem pembiayaan dalam
koperasi terutama dalam bidang hutan rakyat.
3. Bagi praktek pengelolaan hutan dengan basis Koperasi

7
Hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan atau contoh dalam
praktek pengelolaan hutan dengan basis Koperasi baik di bidang
kehutanan secara umum maupun hutan rakyat secara khusus.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Payung Batu, Kecamatan Pubian,
Lampung Tengah selama 2 bulan, yang terdiri dari 2 tahap, yaitu: tahap
pengambilan data pada bulan Agustus 2013 dan tahap analisis data pada bulan
September 2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisoner untuk
pengambilan data primer, kamera untuk dokumentasi, kalkulator, Software
Microsoft word, Statistical Product and Service Solutions (SPSS), dan Microsoft
exel guna pengolahan data.

Macam dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan dari wawancara dengan pihak (pengurus) Koperasi dan anggota
koperasi. Data primer diperoleh dari pihak Koperasi berupa data Jumlah anggota
total, jumlah anggota yang dibiayai, besar pembiayaan, perjanjian pembiayaan,
serta syarat dan prosedur pembiayaan. Data primer lainnya dikumpulkan dari
anggota Koperasi (petani hutan rakyat) yang mendapatkan pembiayaan yaitu
berupa data identitas responden, jumlah pembiayaan yang diterima, luas lahan,
produksi, pendapatan, kebutuhan input, harga pohon, harga input, dan pendapatan
setelah mendapat pembiayaan. Sedangkan data sekunder akan dikumpulkan dari
instansi-instansi terkait yaitu Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Tengah.
Penentuan Sampel
Penelitian pada bidang usaha hutan rakyat yang dibiayai oleh Koperasi
sendiri ini dilakukan secara purposive. Responden (petani hutan rakyat) yang
dipilih adalah petani yang mendapatkan pembiayaan oleh koperasi. Penelitian
terhadap usaha hutan rakyat dilakukan dengan metode survey. Jumlah petani yang
mendapatkan pembiayaan sangat terbatas maka jumlah tersebut akan diteliti
secara keseluruhan (sensus).

8
Pengumpulan Data
Data primer dari Koperasi diperoleh dengan cara meminta keterangan
(wawancara dan memberi daftar pertanyaan) kepada pengurus-pengurus yang
mempunyai kewenangan. Pengumpulan data dari petani hutan rakyat dilakukan
dengan wawancara yang didasarkan pada daftar pertanyaan yang telah disusun.

Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, metode kajian pada garis besarnya
dilakukan dengan : (1) Analisis statistik non parametrik dengan Uji Chi Kuadrat
(uji kecocokan) untuk tujuan yang pertama. (2) Analisis ekonometrika dengan
menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas untuk tujuan penelitian kedua dan
ketiga. Menurut Andi Supangat 2010 maksud dan tujuan dari pengujian dengan
menggunakan model Uji Chi Square ( kai kuadrat) adalah membandingkan antara
fakta yang diperoleh dari hasil observasi dan fakta yang didasarkan secara teoritis
(yang diharapkan). Hal ini sejalan dengan konsep kenyataan yang sering terjadi,
bahwa hasil observasi biasanya selalu tidak tepat dengan yang diharapkan (tidak
sesuai) dengan yang direncanakan berdasarkan dari teorinya (sesuai dengan
aturan-aturan teori kemungkinan atau probabilitasnya). Fungsi Cobb-Douglas
untuk konteks memberikan beberapa kemudahan. Keuntungannya adalah: (a)
bentuk Cobb-Douglas dapat dengan mudah dipindah-wujudkan menjadi
persamaan linier dalam logaritma variabelnya. Kelinieran ini khususnya
memudahkan estimasi yang diperlukan; (b) memungkinkan estimasi hasil
balik skala dan elastisitas output dari tiap-tiap faktor produksi yang
diperhitungkan di dalam model; (c) fungsi ongkosnya (sebagai alternatif
fungsi suplai) relatif mudah diinterpretasikan karena tetap berbentuk ftrngsi
doublelogarithmic sehingga berbagai sifat yang serupa dengan sifat fungsi
produksi Cobb-Douglas yang lebih umum (fungsi ongkos merupakan keadaan
khusus
dari fungsi
produksi)
dapat
segera diidentifisikan kembali
(Tarocpratjeka dan Widiarto 1984).
Model Persamaan Penduga
Mengacu pada penelitian Widyanto (1996) mengenai analisis pembiayaan
sistem bagi hasil (Mudharabah) pada bank islam dan dampaknya terhadap
pendapatan usaha tambak udang, untuk menganalisis pengaruh faktor modal
(yang bersumber dari pembiayaan Koperasi) terhadap pendapatan petani hutan
rakyat, serta untuk menganalisis efisiensi alokatif usaha petani hutan rakyat akan
digunakan model umum fungsi produksi Cobb Douglas yang dimodifikasi dalam
bentuk logaritma natural. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1)
seluruh modal dari pembiayaan koperasi digunakan untuk keperluan produksi
kayu (2) jenis dan kualitas bibit pohon sama (3) teknologi yang digunakan sama.
Pendapatan petani hutan rakyat (Y) merupakan fungsi dari beberapa faktor
produksi (C).
Y = AC1 a1C2 a2C3 a3C..............................................................................(1)
Dalam bentuk logaritma natural :
Ln Ym1 = ln A + a ln X1 + a1 ln C1 + a2 ln C2 + a3 ln C3......................(2)

9
Keterangan :
Ym1 = Nilai Produksi hutan rakyat ( Rp ).
A = Intersep
C1 = Biaya Pemeliharaan (Rp)
C2 = Biaya Penanaman ( Rp )
C3 = Biaya untuk penyediaan bibit ( Rp )
ai = Koefisien regresi.
u = Galat.
Nilai koefisien regresi harapan :
a, a1, a2, a3 > 0
Untuk melakukan analisis efisiensi usaha, model pada persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
ln Qm = ln A + a1 ln X1 + a2 ln X2 + a3 ln X3.......................................(3)
Keterangan :
Qm = Produksi kayu ( m3 )
A = Intersep
X1 = Jumlah hari pemeliharaan ( HOK )
X2 = Jumlah hari penanaman ( HOK )
X3 = Jumlah bibit (batang)
ai = Koefisien regresi.
u = Galat.
Nilai koefisien regresi harapan :
a, a1, a2, a3, > 0
Untuk pengujian perbedaan kepuasan petani hutan rakyat terhadap
pelaksanaan pembiayaan Koperasi digunakan metode Uji Chi Kuadrat (X2) .
.....................................................................( 4)
Keterangan :
Oi = Nilai pengamatan yang diperoleh pada kategori ke-i
Ei = Nilai harapan pada yang ke-i
Ho = Kecocokan baik
Ha = Kecocokan tidak baik
Tolak Ho dan terima Ha jika X2 >Xt2 df = k-1
Terima Ho dan tolak Ha jika X2 < Xt2 df = k-1
Uji tunggal untuk setiap koefisien regresi (Uji-t)
Ho : ai = 0
Ho : ai ≠ 0
................................................................................( 5)
Keterangan :
th = Nilai t hitung
ai = Nilai dugaan dari koefisien regresi suatu variabel
Sai = Nilai simpangan baku dari koefisien regresi suatu variabel
Uji efisiensi alokatif

10
Ho : NPM / Px = 1
Ha : NPM / Px ≠ 1
.....................................................................( 6)
Keterangan :
NPM
PM
PQ
Px
S ( MP )

= Nilai produk maginal.
= Produk marginal = ai ( Q / X ).
= Harga output.
= Harga input.
= standar deviasi dari produk marginal.
= Sa ( Q/X )
Ki
= Mpi ( PQ/Px )
Ho ditolak dan Ha diterima jika th > ttab
Ho diterima dan Ha ditolak jika th > ttab
Efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dapat dilihat dari perbandingan
antara nilai produk marginal dengan harga masukan (masing-masing faktor
produksi). Nilai produk marginal diperoleh dengan cara mengalikan besarnya
produk marginal dengan harga hasil produksi. Sedangkan besarnya produk
marginal (PM) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
...................................................................... 7
Keterangan :
PMi
: Produk marginal faktor produksi ke-i
Bi
: Elastisitas produksi faktor produksi ke-i
Q*
: Rata-rata geometrik hasil produksi
Xi*
: Rata-rata geometrik faktor produksi ke-i
Rata-rata hasil produksi dan rata-rata faktor produksi yang digunakan adalah
rata-rata geometrik karena menurut Chong dan Lizarondo (1982) penggunaan
rata-rata hitung akan memberikan produk marginal yang bias (Widiyanto 1996).
Definisi Operasional
1. Tingkat kepuasan responden (petani hutan rakyat) terhadap pelaksanaan
pembiayaan adalah suatu keadaan perasaan setelah membandingkan hasil
pelaksanaan pembiayaan dengan keinginan semula (harapan) dari para
responden terhadap pelaksanaan tersebut.
Sangat puas
( 3 ) : hasil pelaksanaan > harapan.
Puas
( 2 ) : hasil pelaksanan = harapan.
Kecewa
( 1) : hasil pelaksanaan < harapan.
2. Pelaksanaan pembiayaan menyangkut pelaksanaan syarat dan prosedur
pembiayaan, perjanjian pembiayaan, dan jumlah anggota yang dibiayai.
3. Pengawasan pembiayaan adalah pengawasan yang dilakukan pihak
Koperasi terhadap realisasi pembiayaan terhadap perjanjian.

11
4. Pembinaan teknis atau usaha adalah upaya – upaya yang dilakukan pihak
Koperasi berupa penyuluhan agar pembiayaan dapat dimanfaatkan secara
baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembiayaan Koperasi
Koperasi GMWT memiliki anggota aktif sebanyak 185 orang. Pelaksanaan
pembiayaan koperasi kepada anggotanya berupa pembiayaan pemberiaan bibit
pohon serta pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan. Pelatihan dan penyuluhan
dilakukan koperasi kepada anggotanya dengan bantuan dari beberapa LSM yaitu
TELAPAK, YKWS dan berbagai LSM luar negeri dari Jepang, Belanda dan
lainnya. Dana yang dimiliki GMWT saat ini bersumber dari dana hasil bantuan
LSM-LSM yang bersimpati kepada koperasi GMWT yang bekerja sama dengan
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Berikut ini adalah kerangka pembiayaan
Koperasi GMWT.

Dinas Kehutanan
Provinsi

Lembaga Swadaya Masyarakat
Dalam/Luar negeri Negeri

Dana Koperasi

Pembiayaan
Anggota

Pemberian Bibit
Pohon

Pengelolaan
Koperasi

Pelatihan dan
Pennyuluhan

Produksi Kayu
Gambar 1 Kerangka pembiayaan Koperasi
Setiap bulan rata-rata terdapat pelatihan dan penyuluhan dari berbagai
instansi di atas dengan berbagai kegiatan yang dilakukan. Saat ini Koperasi
GMWT juga melakukan usaha bio-gas serta persemaian guna meningkatkan
keuangan koperasi untuk mengembangkan koperasi. Pembiayaan berupa

12
pemberian bibit pohon sebanyak 31 orang di desa pekandangan dengan jumlah
bibit 3 500 bibit pada tahun 2007. Namun pada tahun ini akan dibagikan sebanyak
50 000 bibit kepada anggota (payung batu, payung makmur dan kota batu).
Sedangkan untuk jumlah orang yang mendapatkan pembiayaan berupa
penyuluhan dan pelatihan sebanyak 31 orang dari anggota perwakilan koperasi
yang dipilih dari Desa Pekandangan.
Syarat untuk mendapatkan pembiayaan dari koperasi diatas adalah menjadi
anggota aktif GMWT, memiliki lahan yang legal serta terdapat bukti pembayaran
pajak, dan memiliki KTP, sedangkan prosedur untuk mendapatkan pembiayaan
diatas adalah mendaftar menjadi anggota dengan cara menyerahkan berkas berupa
fotokopi KTP, surat tanah, bukti pembayaran pajak dan membayar uang
pendaftaran sebesar Rp150 000 yang dapat dibayarkan setelah panen kayu hutan
rakyatnya. Perjanjian pembiayaan Koperasi kepada anggota yaitu anggota harus
menanam dari apa yang telah diberikan dari koperasi. Cara pembagian
pembiayaaan yang dilakukan Koperasi yaitu dengan cara survey kepada anggota
yang membutuhkan bibit dan siap lahan dan untuk peserta pelatihan Koperasi
memilih perwakilan sub koperasi yang berkompeten. Pengawasan dan
pengendalian Koperasi adalah dengan cara memilih koordinator pemantau pada
setiap sub Koperasi (setiap Kecamatan yang terdapat lahan Koperasi).
Tabel 2 Lokasi dan luas lahan Koperasi GMWT
Desa
Pekandangan
Kota Batu
Payung Makmur
Gedung Aji
Rawa Betik
Bandar Mataram
Total

Kecamatan
Pubian
Pubian
Pubian
Selagai Lingga
Seputih Surabaya
Bandar Mataram

Luas
Lahan (ha)
51.2659
17.3167
52.7164
18.5922
9.507
61.3379
210.7362

Jumlah
anggota
(orang)
62
42
43
13
22
3
185

Tabel 2 menunjukkan bahwa lokasi lahan hutan rakyat yang menjadi
anggota dari Koperasi GMWT tidak hanya di Kecamatan Pubian tetapi juga
berada di Kecamatan Selanggai Lingga, Seputih Surabaya dan Bandar Mataram.
Namun pusat kegiatan Koperasi biasanya berada di Kecamatan Pubian, Lampung
Tengah.
Syarat Pengajuan Pembiayaan Koperasi
Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar petani hutan rakyat (70.97%) menilai
terhadap persyaratan pembiayaan adalah sangat puas, yang berarti menyatakan
bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 25.81%
menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan
serta hanya 3.23% menyatakan kecewa yang menunjukkan bahwa persyaratan
tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan).

13

Tabel 3 Persentase tingkat kepuasan petani terhadap syarat pembiayaan
Jumlah
Tingkat Kepuasan Petani
Sangat Puas
Puas
Kecewa
Jumlah

Petani (Orang)

Persen (%)

22
8
1
31

70.97
25.81
3.23
100

Menurut Andi Supangat 2010, penarikan kesimpulan untuk menyatakan ada
beda atau tidak yaitu jika X2 hitung > X2 tabel maka dapat diartikan ada
perbedaan yang nyata dan jika X2 hitung ≤ X2 tabel maka dapat diartikan tidak
ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu
persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan
secara signifikan diantara para petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan ketentuan
persyaratan pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan
tersebut menunjukkan bahwa persyaratan pembiayaan lebih sangat ringan
daripada harapan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 3 yang menunjukkan
persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki
persentase terbesar. Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan
sangat puas memiliki persentase terbesar disebabkan karena kemudahan
persyaratan pembiayaan.

Prosedur Pengajuan Pembiayaan
Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar petani hutan rakyat (70.97%) menilai
terhadap persyaratan pembiayaan adalah sangat puas, yang berarti menyatakan
bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 19.35%
menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan
serta hanya 9.68 % menyatakan kecewa yang menunjukkan bahwa persyaratan
tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan).
Tabel 4 Tingkat kepuasan petani terhadap prosedur pengajuan pembiayaan
TingkatKepuasan
Petani
Sangat Puas
Puas
Kecewa
Jumlah

Jumlah
Petani (Orang)
22
6
3
31

Persen (%)
70.97
19.35
9.68
100

14
Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu
persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan
secara signifikan diantara para petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan prosedur
pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan tersebut
menunjukkan bahwa prosedur pembiayaan lebih sangat ringan daripada harapan.
Hal ini dapat terlihat pada Tabel 4 yang menunjukkan persentase tingkat
kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar.
Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki
persentase terbesar disebabkan karena kemudahan prosedur pembiayaan.

Jumlah Pembiayaan
Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar petani hutan rakyat (87.10%) menilai
terhadap jumlah pembiayaan adalah kecewa, yang berarti menyatakan bahwa
persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 3.23% menyatakan
puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan serta hanya
9.68% menyatakan sangat puas yang menunjukkan bahwa persyaratan tidak
sesuai (kurang dari yang diharapkan).
Tabel 5 Tingkat kepuasan petani terhadap jumlah pembiayaan
Tingkat Kepuasan Petani
Sangat Puas
Puas
Kecewa
Jumlah

Jumlah
Petani (Orang)

Persen (%)

3
1
27
31

9.68
3.23
87.10
100

Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu
persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan
secara signifikan diantara para petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan jumlah
pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan tersebut
menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan lebih kecil daripada harapan. Hal ini
dapat terlihat pada Tabel 5 yang menunjukkan persentase tingkat kepuasaan
responden yang menyatakan kecewa memiliki persentase terbesar. Persentase
tingkat kepuasaan responden yang menyatakan kecewa memiliki persentase
terbesar disebabkan karena kecilnya jumlah pembiayaan.

Perjanjian Pembiayaan
Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar petani hutan rakyat (64.52%) menilai
terhadap perjanjian pembiayaan adalah sangat puas, yang berarti menyatakan
bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 19.35%
menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan

15
serta hanya 16.13% menyatakan kecewa yang menunjukkan bahwa persyaratan
tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan).
Tabel 6 Tingkat kepuasan petani terhadap perjanjian pembiayaan
Tingkat Kepuasan
Petani

Jumlah
Petani (Orang)

Persen (%)

Sangat Puas
20
64.52
Puas
6
19.35
Kecewa
5
16.13
Jumlah
31
100
Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu
persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan
secara signifikan diantara para petani tambak udang terhadap pelaksanaan
perjanjian pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan
tersebut menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan lebih kecil daripada harapan.
Hal ini dapat terlihat pada Tabel 6 yang menunjukkan persentase tingkat
kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar.
Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki
persentase terbesar disebabkan karena kemudahan perjanjian pembiayaan.

Pengaruh Pembiayaan Koperasi Terhadap Pendapatan
Hubungan antara biaya yang bersumber dari pembiayaan dengan tingkat
pendapatan petani hutan rakyat dinyatakan dengan model fungsi Cobb Douglas.
Faktor yang diamati dalam analisis ini adalah peubah modal kerja saja karena
faktor jumlah tenaga kerja tidak ada dalam pengelolaan hutan rakyat di Koperasi
ini. Faktor modal kerja diperinci menjadi biaya penyediaan bibit, biaya
penanaman, biaya pemeliharaan, biaya alat-alat, biaya pelatihan dan biaya
pemanenan. Hubungan antara pendapatan dengan peubah-peubah tersebut
dinyatakan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Hasil pendugaan fungsi pendapatan usaha hutan rakyat.
Model
(Constant)
lnpemeliharaan
lntanam
lnbibit

Unstandarized Coefisients
B
Standart
error
0.984
1.473
0.367
0.061
0.276
0.175
0.887
0.136

t
sig
0.668
6.016
1.575
6.515

0.510
0.000
0.127
0.000

Keterangan : nilai t tabel yaitu 2,46

Koefisien determinasi adalah merupakan ukuran (besaran) untuk
menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%) (Supangat 2010)

16
. Berdasarkan model fungsi pendapatan dugaan usaha hutan rakyat diperoleh nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0.927 yang berarti bahwa 92.7 persen dari
keragaman pendapatan usaha hutan rakyat dapat dijelaskan oleh peubah-peubah
yang diamati yaitu biaya penanaman, biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan
bibit. Untuk peubah-peubah seperti biaya pelatihan, biaya alat-alat dan biaya
pemanenan tidak berpengaruh terhadap pendapatan karena biaya tersebut tidak
beragam atau konstan.
Berdasarkan hasil perhitungan peubah yang menghasilkan nilai R2 terbesar
adalah peubah biaya penyediaan bibit yaitu sebesar 0.826 yang berarti bahwa 82.6
persen keragaman pendapatan usaha hutan rakyat dapat dijelaskan oleh peubah
penyediaan bibit. Sedangkan untuk peubah biaya pemeliharaan dan biaya
penanaman masing-masing menghasilkan nilai R2 yaitu 0.107 dan 0.577.
Jika nilai F hitung sama atau lebih besar dari nilai F tabel taraf 5 % atau
1% artinya hipotesis diterima (Nurgiyantoro 2004). Hasil uji F menunjukkan
nyata pada taraf nyata satu persen, yang bearti bahwa model fungsi pendapatan
dugaan dapat digunakan untuk meramal hubungan antara peubah yang diamati
dengan pendapatan petani hutan rakyat. Walaupun secara keseluruhan terdapat
perbedaan yang signifikan melalui Uji F mungkin saja ada pasanga-pasangan
tertentu yang berbeda secara signifikan dan ada pula yang sebaliknya
(Nurgiyantoro 2010). Dari hasil Uji t, peubah biaya pemeliharaan dan biaya
penyediaan bibit berpengaruh nyata pada taraf satu persen. Sedangkan peubah
biaya penanaman tidak berpengaruh nyata pada taraf satu persen, hal ini diduga
karena biaya penanaman rata-rata sangat kecil. Dengan menggunakan fungsi
Cobb Douglas, fungsi pendapatan dugaan usaha hutan rakyat dapat dituliskan
sebagai berikut :
Ym = 0.984 C10.367 C20.276 C30.887
Dalam analisis jangka pendek, faktor produksi berupa biaya pemeliharaan
memberikan nilai elastisitas pendapatan sebesar 0.367 yang berarti bahwa
penambahan biaya pemeliharaan sebesar satu persen akan mengakibatkan
peningkatan pendapatan sebesar 0.367%. Biaya penanaman memberikan nilai
elastisitas pendapatan sebesar 0.276 yang berarti bahwa penambahan biaya
penanaman sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan pendapatan
sebesar 0.276%. Biaya penyediaan bibit memberikan nilai elastisitas pendapatan
petani sebesar 0.887 yang berarti bahwa peningkatan biaya penyediaan bibit
sebesar satu persen akan meningkatkan pendapatan sebesar 0.887%.

Analisis Efisensi Alokatif Faktor Produksi
Berdasarkan pada model fungsi produksi dugaan usaha hutan rakyat
dapat dilakukan analisis efisiensi alokatif seperti pada T tabel 8. Dari T tabel 8
nampak bahwa nilai ki (atau ratio antara nilai produk marginal dengan harga
input) dari penggunaan input tidak ada yang menunjukkan angka satu, hal ini
tidak bearti bahwa semua alokasi penggunaan input tidak efisien. Masih perlu
dilakukan pengujian secara statistik dengan menggunakan uji t. Berdasarkan uji t
ternyata hanya biaya penanaman yang menunjukkan efisien, hal ini tidak berarti

17
biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan bibit tidak efisien. Menurut Prakoso
2012 jika nilai ki > 1, maka penggunaan input x belum efisien sehingga dan perlu
menambah jumlah penggunaan input. Nilai ki semua input pada penelitian ini
lebih dari satu yang berarti bahwa penggunaan input masih belum optimal,
sehingga perlu perlu adanya penambahan input agar tercapai hasil optimal.
Tabel 8 Produk marginal input dan tes efisiensi alokatif usaha hutan rakyat

Input (Rp)
Pemeliharaan
Tanam
Bibit

Rata rata
geometri

Rata-rata
geometri
Output

S error

S(PM)

Ki

3 83 826.35

57 156 839.10

0.061

9.08 1 53 023

104 449.67

57 156 839.10

0.175

95.8

5 286.1

24 740.36

57 156 839.10

0.136

314

71 722

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan petani terhadap pembiayaan
Koperasi ini dapat diambil kesimpulan yaitu tingkat kepuasan petani untuk syarat
pengajuan pembiayaan, prosedur pengajuan pembiayaan dan perjanjian
pembiayaan sangat puas yang berarti melebihi harapan petani, sedangkan untuk
jumlah pembiayaan petani merasa kecewa yang berarti kurang sesuai dari harapan
petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan
petani yaitu biaya penanaman, biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan bibit.
Faktor-faktor produksi tersebut belum optimal sehingga perlu penambahan untuk
mengoptimalkan atau mengefisiensikan hasil produksi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan kepada Koperasi untuk
meningkatkan pembiayaan agar menghasilkan produksi yang lebih optimal. Selain
itu saran untuk peneliti selanjutnya adalah dalam menyiapkan kuisoner dengan
baik guna kelengkapan data.

18

DAFTAR PUSTAKA
Ashari Saptana. 2005. Prospek pembiayaan syariah untuk sektor pertanian. Forum
penelitian agro ekonomi. Volume 23 No. 2, Desember 2005 : 132-147
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2010. Data dan informasi pemasaran hasil
hutan kayu provinsi lampung 2010. hlm 1-4
Dudung Darusman dan Hardjanto, 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Di
dalam : Dudung Darusman dan Hardjanto, editor. PROSIDING Seminar Hasil
Penelitian Hasil Hutan 2006 : 4-13; Bogor, Indonesia. Bogor (ID) : hlm 7-9.
Hardjanto. 2000. Beberapa Ciri Pengusahaan Hutan Rakyat di Jawa. Di dalam:
Didik Suharjito, editor. Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian
Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat
(P3KM) Fakultas Kehutanan IPB. hlm 7-11.
Iqbal, M. dan Darwis, V. 2006. Kebijakan pengembangan sistem pembiayaan
pertanian dengan pola Badan Layanan Umum (BLU). Analisis kebijakan
pertanian. Volume 4 No. 4, Desember 2006 : 268-280
M. Mochtar R. Pengembangan penyaluran kredit melalui Koperasi dengan pola
swamitra untuk Peningkatan ekonomi daerah dan Masyarakat di kota
pekanbaru. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Multistakeholder Forestry Programme, 2012. Lima Hutan Rakyat Bersertifikat.
(edisi) [internet] ([diunduh 2012 Juli 23])
Nurfatriani F, Elvida YS. 2002. Pengelolaan Hutan Rakyat di Era Otonomi
Daerah. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 3 (2): 117-130.
Nurgiyanto, dkk. 2004. Statistik Terapan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Partomo T.S, Soejoedono A.R. 2002. Ekonomi skala kecil/menengah & koperasi
Ghalia Indonesia, Bogor. 136 hlm.
Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat: Kreasi Budaya Bangsa. Di dalam: Didik
Suharjito, editor. Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian Desa.
Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM)
Fakultas Kehutanan IPB. hlm 1-6.
Supangat, Andi. 2010. Statistika : Dalam Kajian Deskriptif, inferensi, dan
Nonparametik. Jakarta (ID) : Kencana Prenada Media Group.
Tarocpratjeka dan Widiarto, 1984. Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Pada Analisis Sistem Produksi Citronella Di Jawa Barat. Di dalam :
Tarocpratjeka dan Widiarto, editor. PROSIDING ITB Vol.17 No.2.1984;
Bandung, Indonesia. Bandung (ID) : hlm 15.
Widiyanto. 1996. Analasis pembiayaan sistem bagi hasil (mudharabah) pada bank
islam dan dampaknya terhadap pendapatan usaha tambak udang. [Tesis].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

19
Lampiran 1 Proses perhitungan tingkat kepuasan petani terhadap pembiayaan
Koperasi
Test Statistics
Tabel 9 Nilai perbedaan kepuasaan petani terhadap pembiayaan Koperasi

Chi-square
df
Asymp. Sig.

Syarat
22.129a
2
.000

Prosedur
20.194a
2
.000

Jumlah
40.516a
2
.000

Perjanjian
13.613a
2
.001

0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is
10,3.

Perjanjian
Tabel 10 Tingkat kepuasaan petani terhadap perjanjian pembiayaan Koperasi
Tingkat Kepuasan
Kecewa
Puas
Sangat puas
Total

Observed N
5
6
20
31

Expected N
10.3
10.3
10.3

Residual
-5.3
-4.3

Dokumen yang terkait

Studi Kinerja PDAM Tirta Daroy Banda Aceh – Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Berdasarkan Kualitas Air Olahan Secara Fisika, Kimia, Bakteriologi Dan Sarana Yang Tersedia

0 36 105

Analisis Metode Pengaturan Hasil Di Areal Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Wana Lestari Menoreh Kulon Progo

0 2 31

Modal sosial Petani dalam pengelolaan hutan rakyat Koperasi Wana Lestari Menoreh (Desa Pagerharjo, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta)

0 5 39

PERLINDUNGAN HUKUM KUALITAS HUTAN TERHADAP KEGIATAN ILLEGAL LOGGING DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT KALIMANTAN TENGAH.

0 3 12

ANALISIS EFISIENSI FUNGSI INTERMEDIASIBANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN DATA Analisis Efisiensi Fungsi Intermediasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Bprs) Di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Data Evelopment Analys

0 4 18

SERTIFIKASI HUTAN RAKYAT (Studi Evaluasi Dampak Sertifikasi Hutan Rakyat Terhadap Petani Hutan Rakyat di Kelurahan Selopuro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah).

0 0 20

PERAN KOPERASI WANA LESTARI MENOREH (KWLM) DALAM SERTIFIKASI KAYU HUTAN RAKYAT DI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI DESA BANJARARUM KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA.

2 3 18

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DI GIRI TIRTA CIKALANG

0 1 6

ANALISIS USAHATANI KOPI DI KELOMPOKT TANI HUTAN GIRI SENANG DESA GIRI MEKAR KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS OF COFFEE FARMING in Group Farms Hutan Giri Senang, Giri Mekar, Bandung District

0 0 6

81 PENGEMBANGAN POTENSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU OLEH KELOMPOK SADAR HUTAN LESTARI WANA AGUNG DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (THE DEVELOPMENT PLAN OF NON-TIMBER FOREST PRODUCTS POTENTIAL BY SADAR HUTAN LESTARI WANA AGUNG GROUPS AT REGISTER

0 0 11