Parameter Tanaman Sela .1 Pertumbuhan dan produksi jagung

47 Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa tajuk kelapa tersebut mampu menyimpan hujan untuk setiap kejadian hujan lebih banyak. Hal ini terjadi ditunjang oleh karakter tajuk antara lain luas daun, jumlah daun, dan jenis kelapa, yaitu Hibrida. Hibrida persilangan Dalam x Dalam yang terpilih pada penelitian ini memiliki daun lebih rapat dan lebih panjang dibandingkan kelapa Dalam. Porositas tajuk P c adalah sifat dari tajuk untuk bisa ditembus oleh air hujan. Porositas tajuk kelapa umur 5 tahun adalah yang tertinggi, dikarenakan bentuk shape tajuk seperti “sapu” artinya sebagian besar pelepah daun hampir tegak, sehingga meloloskan air lebih banyak dibanding tajuk kelapa lainnya pada penelitian ini. Kapasitas tajuk dengan nilai yang tinggi akan diikuti oleh sifat poro sitas yang rendah, artinya tajuk yang dapat menampung hujan lebih banyak , mempunyai sifat untuk meneruskan hujan sebagai curahan tajuk lebih sedikit, begitu juga sebaliknya. Nilai kapasitas batang dan koefisien input batang tidak memberikan gambaran atau pola yang jelas, karena nilai yang diperoleh terlalu minim. Hal ini terjadi karena data pengukuran aliran batang tidak mempunyai nilai korelasi yang kuat dengan besarnya curah hujan. Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa bentuk batang kelapa yang lebih panjang dengan permukaan yang kasar menjadi salah satu penyebabnya. Data analisis distribusi hujan selengk apnya disajikan pada Lampiran 8. 4.7 Parameter Tanaman Sela 4.7.1 Pertumbuhan dan produksi jagung Tanaman jagung yang digunakan pada dasarnya hanya sebagai tanaman indikator, untuk melihat seberapa besar perbedaan radiasi matahari, perbedaan profil suhu dan kelembaban serta distribusi hujan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sela di antara kelapa. Hasil pengamatan memperlihatkan perbedaan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung pada empat lokasi penanaman. 48 Analisis statistik menunjukkan n ilai variabel vegetatif tidak berbeda nyata, tapi jumlah daun dan tinggi tanaman jagung tertinggi didapatkan pada jagung yang ditanam pada lahan terbuka. Itulah sebabnya, jika dihubungkan dengan fungsi daun untuk mengintersep dan tempat terjadinya proses fotosint esa, maka logis jika produksi jagung tertinggi diperoleh pada lahan terbuka. Hasil analisis disajikan dalam Tabel 7 dan analisis ragam di Lampiran 9. Tabel 7 Parameter vegetatif jagung di pertanaman kelapa dan di lahan terbuka. Lokasi Jumlah daun Tinggi cm Kelapa 5 tahun Kelapa 20 tahun Kelapa 50 tahun Lahan terbuka 8.9b 8.5a 9.8b 10.1b 221.6a 155.3b 187.7b 252.9a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di tiap kolom tidak ber beda n yata pada taraf uji 5uji F Komponen vegetatif pada jagung yang ditanam pada pertanaman kelapa 20 tahun, terutama tinggi tanaman lebih rendah dibanding lokasi lainnya, gejala etiolasi pemanjangan tidak terjadi karena pertumbuhan jagung sangat tidak baik. Jumlah daun tidak berbeda, karena dianggap sifat genetis jagung sampai pada taraf naungan seperti ini tidak menyebabkan gangguan genetis yang parah, sehingga laju pembentukan daun tetap sama meskipun dengan karakter morfologi yang berbe da. Perbedaan radiasi matahari yang diterima akan berpengaruh pada keseluruhan proses metabolisme, sehingga terjadi perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan. Pertumbuhan yang terganggu menyebabkan produksi tanaman tidak mencapai angka potensial. Squire 1990 mengemukakan bahwa produksi bahan kering tanaman berbanding lurus dengan besarnya intersepsi radiasi matahari oleh tanaman. Tanaman jagung yang tergolong kelompok C4 merupakan contoh tanaman yang memerlukan energi radiasi yang besar. Hal itu terbukti pada jagung yang di 49 pertanaman kelapa umur 20 tahun, karena transmisi radiasi hanya 22 . Akibatnya pertumbuhan tanaman tidak sebaik jagung di pertanaman kelapa umur 5 dan 50 tahun atau di lahan terbuka. Rukmana 1997 mengemukakan bahwa jagung yang mendapat naungan berat akan terhambat pertumbuhannya, batang menjadi kurus dan tongkolnya ringan bahkan tidak terbentuk buah sehingga produksinya cenderung menurun. Hasil penelitian Musa 2007 mendapatkan nilai parameter vegetatif lebih baik pada jagung di lahan terbuka dan di tanaman kelapa berumur lebih dari 15 tahun dibandingkan dengan nilai pada pertanaman kelapa berumur kurang dari 15 tahun. Jika dinamika suhu dihubungkan dengan produksi bahan kering, maka secara umum dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan suhu 10 C produksi bahan kering akan meningkat sebesar dua kali Q 10 , dengan catatan tanaman tumbuh dalam kisaran suhu optimum Chang 1974. Suhu udara sangat menentukan pembentukan jaringan baru melalui pengaruhnya terhadap pembelahan dan pemanjangan jaringan meristem. Suhu berperanan pada metabolisme tanaman ditunjukkan dengan pengaruhnya yang besar terhadap proses respirasi Baharsyah 1982. Pada penelitian ini, rata-rata suhu udara pada berbagai umur tanaman kelapa tidak berbeda dan tidak juga melampaui kebutuhan dasar suhu tanaman jagung, sehingga unsur iklim mikro ini bukan penyebab utama perbedaan produksi bahan kering, tapi lebih dominan karena perbedaan penerimaan radiasi matahari. Pada tanaman semusim, produksi adalah indikator baik tidaknya masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman selama fase vegetatif. Produksi tanaman jagung yang diperoleh pada penelitian ini membuktikan hal tersebut. Tanaman jagung dengan parameter vegetatif yang tidak baik pada pertanaman kelapa umur 20 tahun menghasilkan jagung lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam pada pertanaman kelapa 5, 50 tahun, dan lahan terbuka. 50 Secara umum, produksi jagung yang ditanam di bawah kelapa lebih rendah dibanding dengan produksi jagung pada lahan terbuka perlakuan kontrol. Produksi jagung di lahan terbuka 5.4 t.ha -1 di pertanaman kelapa umur 5, 20, dan 50 tahun berturut -turut 3.2, 1.9, dan 3.9 t.ha -1 . Rochette et al. 1996 mendapatkan bahwa efisiensi penggunaan radiasi matahari oleh tanaman pada saat berawan bisa berkurang 66 dibanding saat cuaca cerah. Selanjutnya Braconnier 1998 dengan membuat empat level naungan buatan dengan tingkat transmisi sebesar 31, 41, 72, dan 100 x mendapatkan hubungan linear positif antara besarnya tingkat naungan buatan dengan produksi pipilan kering Y yang digambarkan dengan persamaan empiris Y=0.0837x + 0.2921 R 2 =0.99.Berdasarkan model tersebut bisa disimpulkan bahwa produksi jagung akan bertambah sejalan dengan meningkatnya penerimaan radiasi radiasi atau akan makin rendah dengan semakin meningkatnya tingkat naungan. Pada penelitian ini telah dibuat model empiris yang menghubungkan besarnya transmisi radiasi matahari R t dengan produksi tanaman sela. Asumsi yang dibuat untuk membangun model empiris adalah 1 air dan hara tersedia selama masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman, 2 suhu dan kelembaban antar blok kelapa tidak berbeda ekstrim sesuai hasil penelitian, 3 gangguan hama dan penyakit minimal, dan 4 pengelolaan dan pemeliharaan dilakukan sesuai standar untuk tiap jenis tanaman sela. Asumsi-asumsi tersebut yang digunakan sebagai unsur pendukung model empiris yang diperolah. Adapun model empiris untuk jagung yaitu Y jgg =2.28lnR t -5.42, [R 2 =0.99], analisis selengkapnya disajikan pada Lampiran 10. Jika dihubungkan dengan variabel iklim mikro lainnya seperti s uhu, maka kebutuhan suhu optimal untuk masa pertumbuhan tanaman jagung antara 27-30 C Irfan 1999 diacu dalam Musa 2007. Rataan suhu harian antar lokasi tidak berfluktuasi secara ekstrim dan masih memenuhi kebutuhan optimum bagi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. 51 Dengan demikian, dapat dianggap bahwa bervariasinya pertumbuhan dan produksi jagung pada percobaan ini lebih ditentukan oleh keragaman penerimaan radiasi matahari karena perbedaan umur tanaman dan sistem tanam kelapa.

4.7.2 Pertumbuhan dan produksi padi

Tanaman indikator kedua yang dicobakan pada penelitian ini adalah padi gogo varietas Limboto yang dipesan langsung dari Bala i Penelitian Padi Balit Padi Badan Litbang Pertanian-Sukamandi, Jawa Barat. Meskipun padi jenis ini dilaporkan resisten terhadap naungan, namun indikator vegetatif dan produksinya memberikan gamba ran bahwa perbedaan penerimaan radiasi matahari yang ditransmisikan akibat perbedaan umur tanaman tetap menyebabkan perbedaan nyata pada parameter yang diamati. Hasil pengamatan karakter vegetatif dan produksi tanaman padi yang ditanam pada tiga umur kelap a dan lahan terbuka disajikan dalam Tabel 8 dan analisis di Lampiran 9. Tabel 8 Parameter vegetatif dan pro duksi padi di pertanaman kelapa dan lahan terbuka. Lokasi Tinggi padi cm Anakan padi Per rumpun Produksi t.ha -1 Kelapa 5 thn Kelapa 20 thn Kelapa 50 thn Lahan terbuka 80.9a 87.8b 81.2a 79.8a 8.4a 7.5a 10.5b 11.3b 2.9a 1.4b 3.5c 4.7d Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di tiap kolom tidak ber beda nyata pada taraf uji 5 uji F Tanaman padi gogo yang paling tinggi ditemukan pada pertanaman kelapa umur 20 tahun, hal ini terjadi karena adanya proses etiolasi. Jumlah radiasi matahari yang mencapai tanaman padi hanya 22 dari total yang diterima di lahan terbuka atau di atas tajuk kelapa sehingga tidak cukup juga bagi pembentukan jumlah anakan yang rata - rata hanya 7 per rumpun. Akibatnya, produksi padi Gabah Kering Giling GKG di lokasi ini paling rendah dibanding padi gogo yang ditanam di pertanaman kelapa umur 5, 50, dan lahan terbuka. 52 Potensi produksi padi ini tidak tercapai pada penelitian ini, tapi dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa penanaman padi gogo dipertanaman kelapa dengan tingkat transmisi radiasi hanya 38 kelapa umur 5 tahun atau 49 umur 50 tahun masih memungkinkan untuk dilakukan. Hubungan antara besarnya transmisi radiasi matahari R t dengan produksi padi gogo Y pa di dimodelkan dengan Y pa di =2.17lnR t - 4.85 [R 2 =0.98] selengkapnya di Lampiran 10.

4.7.3 Pertumbuhan dan produksi kacang tanah

Kacang tanah memberikan respon yang tidak terpola terhadap perbedaan transmisi radiasi matahari dibanding tanaman jagung dan kacang tanah. Berdasarkan analisis ragam, produksi bahan kering antar lokasi berbeda nyata, dan produksi terbesar diperoleh pada lahan terbuka dan terendah pada kelapa berumur 20 tahun. Produksi polong total dan polong berisi terbanyak juga diperoleh dari lahan terbuka dan terendah di kelapa umur 20 tahun. Informasi selengkapnya disajikan dalam Tabel 9 analisis di Lamp iran 9. Tabel 9 Parameter vegetatif dan produksi kacang tanah di pertanaman kelapa dan lahan terbuka. Lokasi Berat kering g.tan -1 Total polong polong.tan -1 Polong berisi polong.tan -1 Kelapa 5 thn Kelapa 20 thn Kelapa 50 thn Lahan terbuka 26.5a 25.6a 28.5b 30.0c 9.4a 9.1b 9.5c 9.6c 6.4a 6.0b 6.4a 6.5a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di tiap kolom tidak ber beda n yata pada taraf uji 5 uji F Produksi kacang tanah sangat dipengaruhi oleh selain kondisi tanah dan pemeliharaan, juga ketersediaan faktor lingkungan fisik lainnya seperti air, radiasi matahari, suhu. Melalui indikator curah hujan, maka jumlah yang optimal untuk kacang tanah antara 800-1 300 mm per tahun, kondisi ini terpenuhi selama masa tanam. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban udara di lokasi penelitian menunjukkan angka yang tidak menjadi penghalang tanaman bertumbuh dan berproduksi dengan 53 baik. Jadi adanya perbedaan produksi kemungkinan besar lebih diakibatkan oleh level radiasi yang tidak sesuai, karena kacang tanah umumnya memerlukan cahaya penuh Anonim 2010. Produksi kacang tanah tertinggi diperoleh di lahan terbuka yaitu 1.9 t.ha -1 . Produksi kacang tanah yang ditanam di bawah kelapa umumnya lebih rendah dibanding lahan terbuka kontrol. Rata -rata produksi kacang tanah pada pertanaman kelapa umur 5, 20 dan 50 tahun berturut-turut 1.6, 0.9, dan 1.6 t.ha -1 . Rataan Potensi produksi kacang tanah varietas Kelinci menurut deskripsi yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanaman Pangan adalah 1 -2 ton.ha -1 [Puslibangtan 2012. Persentase produksi yang ditanam di bawah kelapa dibanding potensi produksi kacang tanah berkisar antara 59.33-88.30, sedangkan pada lahan terbuka presentase produksi 94 dari potensi produksi tertinggi. Konversi rata-rata produksi kacang tanah dalam penelitian ini tidak mencapai potensi produksi yang lebih dari 2 t.ha -1 . Apalagi pada tanaman kelapa yang berumur 20 tahun produk kacang tanah sangat kurang dibanding lokasi lainnya. Tanpa menyebutkan berapa persentasi tingkat naungan Suparman Abdurahman 2003 mendapatkan bahwa produksi 14 galur kacang tanah di pertanaman kelapa rata 1.4 t.ha -1 dan di lahan terbuka 2.7 t.ha -1 . Hal ini menunjukkan bahwa memang kacang tanah lebih sesuai diusahakan di lahan terbuka, namun dengan tingkat naungan yang rendah kacang tanah masih dapat berproduksi dengan baik, sebagaimana diperlihatkan hasil kacang tanah pada pertanaman kelapa umur lebih dari 5 dan 50 tahun. Hubungan antara transmisi radiasi matahari R t dengan keragaman produksi kacang tanah Y k cg telah digunakan untuk membuat model empiris produksi kacang tanah. Model empiris mempunyai pola logaritmik dengan persamaan matematik Y k cg =0.63lnR t -2.01, [R 2 =0.84] Lampiran 10.

4.8. Produktivitas Lahan