Dominan kawasan hutan Japah

mulai tahun 2003 Gambar 10. Hal ini diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti mulai gencarnya otonomi daerah dengan adanya dana alokasi umum DAU, yang lebih bisa menciptakan penyerapan tenaga kerja terutama bidang konstruksi, berimbas ke perdagangan dan jasa. Rumahtangga pertanian yang melakukan kegiatan mengusahakan tanaman padi dan atau palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, ternakunggas, penangkaran satwa liar, ikanbiota lain di air tawar, atau ikanbiota lain di tambak air payau hasil Sensus Pertanian 2003, disebut rumahtangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,50 ha Gambar 11, disebut rumahtangga petani gurem yang jumlahnya cukup tinggi di daerah kajian. Jumlah rumahtangga petani gurem cukup tinggi Gambar 11, 12, 13, ada kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, mengindikasikan semakin banyaknya rumahtangga pertanian yang miskin. Sempitnya penguasaan lahan pertanian Gambar 11 akan membuat usahatani berproduksi menjadi tidak efisien, sehingga pendapatan petani menjadi terbatas. Petani gurem di wilayah kajian adalah petani miskin, mengusahakan tanaman pangan, sayuran, atau peternakan skala kecil. Petani gurem di wilayah Blora tidak mengusahakan tanaman hias, seperti anggrek, atau budidaya ikan koi, dengan lahan 0,5 ha sehingga dapat menghasilkan pendapatan besar, dan tidak digolongkan sebagai petani miskin. Gambar 11. Luas lahan yang dikuasai petani di 3 agroekosistem 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 Sawah Lahan kering Hutan Dominan KK 1.000 1 rbx 20 rb 20.000 Gambar 12. RT pengguna lahan dan petani gurem 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 Sawah Lahan kering Hutan Dominan KK Pengguna lahan Petani gurem Petani gurem di Kab. Blora umumnya memiliki bangunan rumah tidak permanen, berdasarkan kondisi tempat tinggal {1 luas lantai per kapita skor 1 = « 8 m2, 0 ≥ 8m2; 2 jenis lantai 1 = tanah, 0 = semenkeramik; 3 jenis dinding 1 = bambu kayu kualitas rendah, 0 = tembokkayu kualitas tinggi}, memiliki skor 2 – 3, sedangkan rumah permanen memiliki skor 0 – 1 Gambar 14. Kemiskinan lahan marjinal di Kabupaten Blora, lebih khusus di wilayah kecamatan kajian 34,36 – 47,32, atau desa-desa kajian 17,42 – 69,04 memiliki hubungan sangat erat dengan kepemilikan rumah tidak permanen di wilayah kecamatan kajian 52 x 90, atau desa-desa kajian 40 x 100. Artinya sebagian keluarga pertanian pengguna lahan, petani miskin, petani gurem dengan kepemilikan rumah tidak permanen Gambar 14. Gambar 13. RT petani, pengguna lahan, petani gurem, dan buruh tani 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 Sawah Lahan kering Hutan Dominan KK RT Petani Pengguna lahan Petani gurem Buruh tani Gambar 14. RT miskin dan rumah non permanen 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Sawah Lahan kering Hutan Dominan RT Miskin R non permanen Karakteristik Keluarga Contoh Jumlah anggota keluarga Keluarga petani miskin contoh sebagian besar 67,5 – 72,5 memiliki jumlah anggota 3 – 5 orang Tabel 9. Lebih dari empat per lima 83,3 merupakan keluarga inti, sisanya 16,7 merupakan keluarga luas. Keluarga inti atau keluarga batih merupakan kelompok sosial terkecil yang tinggal dalam satu rumah, terdiri dari ayahsuami, ibuistri, dan anak-anak yang belum menikah Soekanto, 2004. Keluarga luas merupakan kelompok sosial terkecil yang tinggal dalam satu rumah, terdiri dari keluarga inti dan anggota keluarga yang lain, pada penelitian ini terutama kakek, nenek, atau keponakan. Tabel 9. Sebaran keluarga contoh berdasarkan jumlah anggota pada 3 zona Jumlah anggo ta orang D.sawah, n=40 D. l. kering, n= 40 D. hutan, n= 40 Total n n n n 1 - 3 10 25 12 30 11 27.5 33 27.5 4 - 5 29 72.5 27 67.5 27 67.5 83 69.2 6 - 7 1 2.5 1 2.5 2 5 4 3.3 Uji-t p-value = 0,682 – 0,748, tidak berbeda nyata antara dominan sawah dengan lahan kering, sawah dengan hutan; lahan kering dengan hutan, juga ANOVA nilai p-value 0,05 antar ketiganya zona. Umur Keluarga contoh suami dan istri sebagian besar 95,83 persen berusia 25 – 50 tahun. Menurut Buhler dalam Baradja 2005, orang yang berusia pada selang tersebut berada pada puncak masa hidup. Dengan kata lain hampir seluruh keluarga contoh berada pada usia produktif, fase dengan semangat dan produktivitas yang tinggi. Uji-t p-value = 0,652 – 0,723, tidak berbeda nyata antar agroekosistem, juga ANOVA nilai p-value 0,05, antar ketiganya zona. Pendapatan Keluarga contoh memiliki struktur pendapatan riil terdiri dari sumber-sumber budidaya pertanian on farm, panen dan pasca panen pertanian, serta perburuhan pertanian off farm, dan luar pertanian non farm. Struktur tertinggi pada aspek pertanian, artinya ketergantungan terhadap pendapatan yang bersumber dari sektor pertanian. Keluarga contoh juga memiliki pendapatan tidak riil, misalnya meminjam beras, atau bahan pangan lain ke tetangga bulan Januari, sistem pembayaran dengan bekerja di lahannya pada bulan April. Atau sistem kerja bergantian pada usahatani tetapi dengan kepemilikan lahan yang berbeda-beda. Frekwensi dan nilai pendapatan tidak riil ini tidak mudah untuk digali kepada sebagian besar responden. Keluarga contoh sebagian besar berpendapatan riil pada selang kurang dari 500.000 rupiah Tabel 10. Hasil uji-t p-value = 0,762 – 0,848, tidak berbeda nyata antara dominan sawah dengan lahan kering, sawah dengan hutan; lahan kering dengan hutan. Hasil ANOVA p-value 0,05, tidak berbeda nyata antar ketiganya. [ Tabel 10. Sebaran keluarga contoh berdasarkan struktur pendapatan pada 3 zona Pendapatan Rp. 000 D. sawah, n = 40 D. l. kering, n = 40 D. hutan, n = 40 Total n n n n 100 - 199 8 20 10 25 12 30 30 25 200 - 299 11 27.5 11 27.5 8 20 30 25 300 - 399 11 27.5 9 22.5 11 27.5 31 25.8 400 - 499 6 15 7 17.5 7 17.5 20 16.7 ≥ 500 4 10 3 7.5 2 5 9 7.5 Keluarga petani miskin contoh memiliki jenis pengeluaran untuk pangan dan non pangan, dengan prioritas utama untuk pangan Tabel 11, selaras BPS 2006. Selaras Soekirman 1991 keluarga berpendapatan rendah di Indonesia membelanjakan sekitar 60-80 pendapatannya untuk pangan, dan 61.52 dari pengeluaran total. Menurut Mangkuprawira 1989, perilaku pengeluaran tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, lokasi tempat tinggal, dan musim. Sesuai hukum Engel Bryant, 1990, hubungan pendapatan dan pengeluaran, persen pengeluaran untuk pangan akan menurun apabila pendapatan semakin tinggi. Tabel 11. Pendapatan, serta pengeluaran makanan dan bukan makanan Pendapatan Rp. 000bulan Dominan persen Pengeluaran Sawah L. kering hutan Makanan Non makanan 100 - 299 47,5 52,5 50,0 65,9 34,1 300 - 499 42,5 50,0 45,0 63.1 36,9 ≥ 500 10,0 7,5 5,0 60,2 39,8 Rataan 63,1 36,9 Ket. n setiap agroekosistem : 40 responden Karakteristik Berdasarkan BLT 2005 Keluarga petani miskin contoh berdasarkan 11 kategori indikator keparahan kemiskinan hasil validasi, yaitu : a RT sangat miskin very poor, apabila jumlah skor : 11, b RT miskin poor, apabila jumlah skor : 9 – 10, c RT mendekati miskin near poor, apabila jumlah skor : 6 – 8, d RT tidak miskin terelimir oleh model, apabila jumlah skor 6 Gambar 15. Sedangkan kategori keparahan kemiskinan BLT 2005 jumlah skor : a RT sangat miskin 14, b RT miskin 12 – 13, c RT mendekati miskin 9 – 11, d RT tidak miskin terelimir oleh model 9. Keluarga contoh penerima BLT 2005 berdasarkan 14 indikator kemiskinan BPS dan Bappeda Blora, 2006, terbagi dalam 5 kelompok, yaitu kondisi tempat tinggal, pangan, sandang, kesehatan, aktivitas sosial dan aspek lain Tabel 12. Tabel 12. Keluarga miskin berdasarkan 14 indikator BLT 2005 Indikator Kriteria Sawah L. kering Hutan Kondisi rumah : Luas lantaikapita A » 8 – 25 m2 90,0 92,5 92,5 Jenis lantai B Tanah 90,0 97,5 97,5 Jenis dinding © Bukan tembok 100,0 100,0 100,0 Fasilitas jamban D Bersamatak ada 55,0 67,5 72,5 Sumber air minumE Hujansungaialam 35,0 47,5 75,0 Sumber penerangan F Listrik 100,0 100,0 100,0 Jenis bahan bakar G kayunon m. Tanah 77,5 97,5 97,5 Pangan : Konsumsi hewani H tidak pernah 92,5 92,5 87,5 Berapa kali makanhari I 2 – 3 kali 97,5 97,5 97,5 Sandang : Beli pakaian J » 1 stel 70,0 75,0 75,0 Kesehatan: mampu berobatK mampu 67,5 60,0 77,5 Pekerjaan : pertanian L Petani 100,0 100,0 100,0 Akti. Sosialaspek lain Pendidikan formal N « SDMI 90,0 92,5 92,5 Kepmilikan tabunganM1 tidak punya 100,0 100,0 100,0 Kepemilikan emas M2 tidak punya 100,0 100,0 100,0 Miliki TV berwarna M3 tidak punya 100,0 100,0 100,0 Kepemilikan ternak M4 Punya 20,0 40,0 45,0 Kepemilikan motor M5 tidak punya 100,0 100,0 100,0 Ket. n setiap zona = 40 responden 10 20 30 40 50 60 8 8 9 Dominan Gambar 15. Total skor indikator keluarga petani miskin Sawah L.kering Hutan Keluarga contoh yang diamati dan ditanyakan dengan empat belas indikator kemiskinan BLT 2005. Analisis Cohran dilakukan untuk melihat indikator-indikator yang menjadi perilaku kolektif signifikan dari 14 indikator kemiskinan BLT berdasarkan agroekosistem. Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator yang kolektif signifikan dari kemiskinan BLT adalah indikator 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13. Pada ketiga wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-4, 5, dimana nilai Q tabel 9,49 lebih besar dari Q hitung Tabel 13. H0 adalah semua item yang diuji memiliki proporsi jawaban ya. Tabel 13. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran terhadap 14 indikator ke- miskinan BLT 2005. T. Uji Indikator Q.hitung Keputusan X 2 α,db Sawah L. kering Hutan 1 Semua Indikator 46,67 105,92 109,15 Tolak Ho 18,31 3 Tanpa Ind. 14 22,20 17,05 17,20 Tolak Ho 12,59 4 Tanpa Ind. 6 13,21 8,93 2,21 11,07 5 Tanpa Ind. 3 4,23 9,49 Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden, terima Ho : Item berasosiasi indikator kemiskinan : 1, 2,3, 4,5, 7,8,9, 10, 11,12,13 : terima Ho : dominan sawah, Item berasosiasi indikator kemiskinan : 1, 2, 4,5, 7,8,9, 10, 11,12,13 2 = lantai, 3 = dinding, 4 = jamban, 5 = sumber minum, 7 = bahan bakar, 8 = beli daging, dll. 12 = berobat, 13 = Asset, 14 = pekerjaan Indikator kolektif signifikan dari indikator kemiskinan meliputi : 1 luas lantai, 2 jenis lantai tanah; 4 fasilitas tempat buang air besar; 5 sumber air minum, 7 bahan bakar 8 membeli dagingayamsusu tidak pernah; 9 frekwensi makan per hari dan sumber gizi, 10 membeli pakaian baru, 11 kemampuan berobat ke puskesmas 12 pendidikan di atas SDMI; 13 Asset kepemilikan tabungan, emas, televisi berwarna, ternak ruminansia, sepeda motor tidak ada asset. Artinya keluarga petani miskin di Kabupaten Blora berdasarkan indikator keparahan kemiskinan sesuai hasil validasi, yaitu 11 indikator kemiskinan BLT 2005. Keluarga contoh menyebar secara merata antar agroekosistem, pada nilai total skor nilai ≥ 8. Hasil uji-t, tidak berbeda nyata p-value = 0,689, 0,827, 0,674 antar agroekosistem. Hasil ANOVA p-value 0,05, tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Sikap Terhadap Lingkungan Tataran Meso dan Makro Sikap Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi dan Ekologi Meso Pengukuran sikap keluarga petani miskin contoh dilakukan secara langsung. Keluarga contoh diminta untuk memberikan penilaian sikap terhadap pernyataan- pernyataan dengan menyatakan 1 sangat tidak setuju, 2 tidak setuju, 3 setuju, 4 sangat setuju. Variabel sikap yang diukur adalah sikap keluarga contoh terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi meso, dan dukungan sosial ekonomi dan kebijakan makro. Lingkungan tataran meso, meliputi aspek : 1 potensi dan masalah sumber nafkah; 2 kerentanan sumberdaya; 3 keterdedahan budaya massa. Lingkungan tataran makro, meliputi aspek : 1 dukungan masyarakat dan lembaga sosial ekonomi, dan 2 bantuan pemerintah. Potensi dan masalah sumber nafkah Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai potensi dan masalah sumber nafkah terdiri dari 18 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 18 dan maksimal 72. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap potensi dan masalah sumber nafkah, hampir seluruhnya 99,2 berada pada kategori tinggi Tabel 14. Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah 97,5, lahan kering 100,0, hutan 100,0, atau ketiganya 99,2. Tabel 14. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap sumber nafkah pada 3 agroekosistem Kategori Zona dominan persen Total n = 40 Sawah n=40 L. kering n=40 Hutan n=40 n n n n Rendah Sedang 1 2.5 1 0.8 Tinggi 39 97.5 40 100 40 100 119 99.2 Total 40 100 40 100 40 100 120 100 Keterangan : Skor : Rendah : 18-42, Sedang: 43-58, Tinggi: 59-72 Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap potensi dan masalah sumber nafkah, menunjukkan bahwa kekuatan modal manusia, fisik, finansial, alam, dan modal sosial menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Kekuatan modal manusia menjadi hal yang penting dalam rangka penerapan berbagai strategi nafkah. Kekuatan modal manusia tersebut, diantaranya berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja keluarga dalam jumlah besar akan mempengaruhi strategi nafkah dan peningkatan pendapatan. Selain itu, pendidikan dan keterampilan anggota keluarga akan hubungan dengan pengelolaan sumber nafkah dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Kreatifitas atau inisiatif baik dan pengalaman anggota keluarga erat kaitannya dengan pengelolaan nafkah, untuk peningkatan pendapatan keluarga. Faktor kesehatan jasmani anggota keluarga juga mendukung pencarian sumber nafkah, atau pemenuhan kebutuhan pokok keluarga; Kekuatan modal fisik menjadi hal yang penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Keluarga harus dan untuk dapat berbagi dengan keluarga lain. Kekuatan modal fisik tersebut, diantaranya berkaitan dengan asset cadangan makanan, ternak, perkakas keluarga, merupakan sumber pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, jalan raya, sarana transfortasi yang baik, dan adanya pasar desa, sebagai faktor pendukung strategi nafkah, untuk peningkatan pendapatan keluarga. Sarana sanitasi dan fasilitas air bersih akan mempengaruhi kesehatan, salah satu pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Prasarana pertanian, seperti irigasi sebagai sarana pendukung dalam peningkatan pendapatan keluarga, untuk pemenuhan pangan dan gizi keluarga. Kekuatan modal finansial menjadi hal yang penting dalam rangka keluarga agar bisa berhemat coping, atau mendapatkan bantuan. Kekuatan modal finansial tersebut, diantaranya hidup hemat uang, tabungan merupakan simpanan pendapatan, sumber pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, pinjaman, kredit yang tidak terkontrol akan mempengaruhi pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Dana BLT sangat membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Kekuatan modal alam menjadi hal yang penting dalam rangka agar keluarga dapat meningkatkan pendapatan. Kekuatan modal alam, diantaranya luasan kepemilikan lahan pertanian akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, ketersediaan air untuk pertanian faktor pendukung peningkatan pendapatan. Lingkungan sekitar, seperti lahan hutan adalah sumber nafkah, mempengaruhi peningkatan pendapatan, pemenuhan pokok. Kekuatan modal sosial menjadi hal yang penting dalam rangka keluarga agar bisa menjalin kepercayaan, hubungan, dan kualitas hubungan. Kekuatan modal sosial, diantaranya jaringan kerja pertemanan yang luas akan mempengaruhi strategi nafkah dan pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, aturan norma dan nilai budaya harus dijunjung tinggi dalam mengatur strategi nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Tingkat kepercayaan trust yang tinggi sebagai sarana pendukung pencarian nafkah, pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Hubungan timbal balik yang baik akan mempengaruhi strategi nafkah, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap potensi dan masalah sumber nafkah, tidak berbeda nyata p-value = 0,782; 0,804; 0,832 antar agroekosistem. Hasil ANOVA p-value = 0.806, tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan interseksi himpunan A dominan sawah dan himpunan B dominan lahan kering = A п B = X : x є A dan x є B, A dan B tidak saling lepas, peristiwa bersamaan Hasan, 2003. Menurut Samovar 1981, kesamaan budaya responden memberikan sikap terhadap suatu objek yang hampir sama pula homofili Gambar 16, terjadi interseksi dan operasi irisan besar homofili. Gambar 16. Interseksi sikap : potensi sumber nafkah antar agroekosistem Terjadi operasi irisan interseksi antar ketiga agroekosistem, di mana himpunan A sikap : dominan sawah, himpunan B sikap : dominan lahan kering, dan C sikap : dominan hutan = A п B п C = X : x є A, x є B, x є C, A, B, C tidak saling lepas homofili, seperti pada Gambar 17. Kerentanan sumberdaya Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai kerentanan sumberdaya terdiri dari 16 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 16, dan maksimal 64. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap kerentanan sumberdaya, sebagian besar 81,8 pada kategori tinggi Tabel 15. . Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah 100,0, lahan kering 75,0, hutan 67,5, atau ketiganya 81,8. Dominan sawah Dominan hutan Dominan sawah Dominan lahan kering Dominan lahan kering Dominan hutan terjadi opersi irisan interseksi 98,5 persen : homofili Dominan Sawah Dominan Lahan kering Operasi irisan interseksi : 97,5 persen : HOMOFILI Dominan Hutan Gambar 17. Interseksi sikap : potensi sum- ber nafkah antar 3 zona agroekosistem Tabel 15. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap kerentanan sumberdaya pada 3 zona agroekosistem Kategori Zona dominan persen Total n = 120 Sawah n = 40 L. kering n=40 Hutan n=40 n n n n Rendah Sedang 10 25 13 32.5 23 19.2 Tinggi 40 100 30 75 27 67.5 97 81.8 Total 40 100 40 100 40 100 120 100 Keterangan : Skor : Rendah : 16-38, Sedang: 39-51, Tinggi: 52-64 Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap kerentanan sumberdaya, menunjukkan bahwa marginal lahan, kekeringan berkepanjangan, krisis ekonomi dan pangan, fluktuasi harga kebutuhan pokok, dan perkembangan teknologi pertanian menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Tipe dan marginal lahan menjadi hal yang penting dalam hal kualitas dan produktivitas lahan. Tipe dan marginal lahan, diantaranya lahan sawah, lahan kering, dan marginalnya lahan, berpengaruh terhadap produktivitas, pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, pengelolaan lahan marginal membutuhkan biaya tinggi, berpengaruh terhadap pengeluaran, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Penurunan produktivitas lahan harus diatasi agar pendapatan tidak menurun, dan tidak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Kekeringan berpanjangan menjadi hal yang penting mencakup hari hujan dan curah hujantahun. Kekeringan berpanjangan, diantaranya hari, curah hujan rendah kekeringan lahan yang berpanjangan akan menurunkan produksi usahatani, akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Selain itu, tingkat kekeringan lahan berpanjangan, membutuhkan biaya tinggi, berdampak pada pemenuhan kebutuhan pokok. Tingkat kekeringan lahan berpanjangan, masalah yang harus diatasi karena berpengaruh pada pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Krisis ekonomi dan pangan menjadi hal yang penting tentang nilai rupiah dan harga pangan tinggi. Krisis ekonomi dan pangan, diantaranya krisis ekonomi akan menurunkan pendapatan, dibutuhkan strategi coping, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Selain itu, krisis ekonomi dan pangan berkepanjangan menurunkan daya beli, perlu strategi coping jitu, agar pemenuhan kebutuhan pokok keluarga terpenuhi. Krisis ekonomi dan pangan di desa sebagai suatu masalah, perlu diatasi karena sumber pemenuhan kebutuhan pangan keluarga dan masyarakat. Fluktuasi harga kebutuhan pokok menjadi hal yang penting dalam hal harga pangan dan non pangan pokok, dan obat. Fluktuasi harga kebutuhan pokok, diantaranya harga pangan berfluktuasi - tinggi harus diimbangi dengan nafkah ganda, atau strategi coping yang baik, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Selain itu, tingginya harga obat pabrik berkorelasi dengan pengeluaran, butuh strategi coping baik, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Tingginya biaya pengobatan berpengaruh pada pengeluaran, gunakan bahan obat murah di desa strategi coping keluarga. Tingginya biaya pendidikan berpengaruh pengeluaran, perlu strategi nafkah dan coping keluarga yang memadai dan kreatif. Perkembangan teknologi pertanian menjadi hal yang penting dalam pertanian tradisional ke semi intensif dan intensif. Perkembangan teknologi pertanian, diantara-nya perkembangan teknologi moderen perlu input produksi tinggi, butuh strategi coping baik agar produktivitas tetap tinggi, agar memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, teknologi dengan input produksi tinggi harus diimbangi dengan strategi nafkah dan coping keluarga yang memadai dan kreatif, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Teknologi pertanian yang tidak ramah lingkungan sebagai suatu masalah karena dalam jangka panjang akan mempengaruhi pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan pokok. Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap kerentanan sumberdaya, tidak berbeda nyata p-value = 0,824; 0,832; 0,858 antar agroekosistem. Hasil ANOVA p-value = 0.838, tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan interseksi yang besar 60,0 – 70,5 homofili, tidak saling lepas, peristiwa bersamaan. Keterdedahan budaya massa Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai keterdedahan budaya massa terdiri dari 19 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 19, dan maksimal 76. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap keterdedahan budaya massa, sebagian besar 71,8 pada kategori tinggi Tabel 16. Tabel 16. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap keterde- dahan budaya massa 3 agroekosistem Kategori Zona dominan persen Total Sawah n=40 L. kering n = 40 Hutan n = 40 n n n n Rendah Sedang 12 30 10 25 13 32.5 35 29.2 Tinggi 28 70 30 75 27 67.5 85 71.8 Total 40 100 40 100 40 100 120 100 Keterangan : Skor : Rendah : 19-46, Sedang: 47-61, Tinggi: 62-76 Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah 70,0, lahan kering 75,0, hutan 67,5, atau ketiganya 71,8. Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap keterdedahan budaya massa, menunjukkan bahwa akses dan keterdedahan pada televisi, radio, akses pada telepon selluler, motor, dan pola hidup konsumtif menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Akses dan keterdedahan pada televisi menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, dan pola hidup. Akses dan keterdedahan pada televisi, diantaranya akses keterdedahan pada acara televisi secara kontinu berpengaruh terhadap pola hidup konsumtif, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, akses acara iklan kebutuhan pokok di televisi secara berulang dan kontinu salah satu faktor pendukung pola hidup konsumtif, dan pengeluaran keluarga. Akses acara sinetron di televisi secara kontinu akan mempengaruhi gaya hidup ke pola hidup konsumtif, peningkatan pengeluaran keluarga. Waktu menonton acara televisi cukup lama 6 jamhari dan kontinu secara tidak langsung akan meningkatkan pengeluaran, merubah strategi nafkah keluarga. Kepemilikan televisi di masyarakat sebagai budaya massa berkorelasi dengan pengeluaran dan pola hidup konsumtif keluarga dan masyarakat; Akses dan keterdedahan pada radio menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, dan pola hidup. Akses dan keterdedahan pada radio, diantaranya keterdedahan acara siaran radio kurang berpengaruh terhadap pola hidup konsumtif, pengeluaran, kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, akses acara iklan kebutuhan pokok di radio secara berulang kurang erat hubungannya dengan pola hidup konsumtif, pemenuhan kebutuhan pokok. Akses acara hiburan di radio secara kontinu bukan faktor pendukung pola hidup konsumtif, dan peningkatan pengeluaran keluarga. Mendengarkan acara radio cukup lama 6 jamhari dan kontinu kurang berdampak terhadap pola hidup konsumtif, dan pengeluaran keluarga. Kepemilikan radio di masyarakat sebagai budaya massa kurang berkorelasi dengan pengeluaran, dan pola hidup konsumtif keluarga dan masyarakat. Akses pada telepon selluler menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, pola hidup khusus anak mudaremaja. Akses pada telepon selluler, diantaranya kepemilikan telepon selluler, untuk kegiatan non produktif, sebagai budaya massa berkorelasi positif dengan pola hidup konsumtif keluarga. Selain itu, kepemilikan dan penggunaan telepon selluler tidak terkontrol berpengaruh terhadap pengeluaran, pola hidup konsumtif keluarga dan masyarakat. Akses telepon selluler dari tetangga, kerabatfamili erat hubungannya dengan peningkatan pengeluaran, dan pola hidup konsumtif keluarga. Akses pada motor menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, pola hidup khusus anak mudaremaja. Akses pada motor, diantaranya kepemilikan motor untuk kegiatan non produktif sebagai budaya massa, faktor pendukung terhadap pola hidup konsumtif keluarga. Selain itu, kepemilikan motor di keluarga untuk kegiatan non produktif akan mempengaruhi pengeluaran, pola hidup konsum- tif, pinjamankredit keluarga. Akses motor dari tetangga, kerabatfamili untuk kegiatan non produktif berkorelasi dengan pengeluaran, dan pola hidup konsumtif keluarga. Akses pada pola hidup konsumtif menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, pola hidup. Akses pada pola hidup konsumtif, diantaranya akses dan berpola hidup konsumtif di masyarakat sebagai budaya massa berkorelasi dengan pengeluaran, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, akses dan berpola hidup konsumtif di keluarga faktor pendukung besar pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Akses berpola hidup konsumtif dari tetangga, famili cenderung akan mempengaruhi tingkat pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap keterdedahan budaya massa, tidak berbeda nyata p-value = 0,512; 0,480; 0,454 antar agroekosistem. Hasil ANOVA p-value = 0.687, tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan interseksi yang besar 62,0 – 72,0 homofili, tidak saling lepas, peristiwa bersamaan. Sikap Terhadap Dukungan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Makro - Dukungan masyarakat dan lembaga sosek tingkat desa Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai dukungan masyarakat dan lembaga sosial ekonomi tingkat desa terdiri dari 24 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 24, dan maksimal 96. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap dukungan masyarakat dan lembaga sosial ekonomi tingkat desa, sebagian besar 71,6 pada kategori sedang Tabel 17. Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori sedang, baik pada wilayah dominan sawah 82,5, lahan kering 85,0, hutan 57,5, atau ketiganya 71,6. Tabel 17. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap dukungan masyarakat dan lembaga sosek desa pada 3 zona agroekosistem Kategori Zona dominan persen Total Sawah n=40 L. kering n = 40 Hutan n = 40 n n n n Rendah Sedang 33 82.5 30 85 23 57.5 86 71.6 Tinggi 7 17.5 10 15 17 42.5 34 28.4 Total 40 100 40 100 40 100 120 100 Keterangan : Skor : Rendah : 24-58, Sedang: 59-77, Tinggi: 78-96, Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap dukungan masyarakat dan lembaga sosial ekonomi tingkat desa, menunjukkan bahwa dukungan finansial, non finansial, lembaga ekonomi formal, informal, lembaga sosial formal, informal menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Dukungan finansial uang menjadi hal yang penting untuk pangan, obat-obatan. Dukungan finansial, diantaranya dukungan finansial dari desamasyarakat secara kontinu cenderung dapat meningkatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, dukungan finansial dari desamasyarakat walaupun tidak kontinu cenderung akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Dukungan finansial tetangga, kerabatfamili secara kontinu cenderung dapat meningkatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Dukungan finansial tetangga, kerabatfamili tidak secara kontinu cenderung kurang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Dukungan non finansial menjadi hal yang penting, seperti support, pelatihan untuk keterampilan. Dukungan non finansial, diantaranya dukungan non finansial dari desamasyarakat secara kontinu cenderung berkorelasi dengan strategi nafkah dan coping keluarga. Selain itu, dukungan non finansial dari desamasyarakat tidak kontinu cenderung kurang berpengaruh terhadap strategi nafkah dan strategi coping keluarga. Dukungan non finansial tetangga atau famili secara kontinu cenderung berpengaruh terhadap strategi nafkah, atau strategi coping keluarga. Dukungan non finansial tetangga atau famili tidak kontinu cenderung tidak berkorelasi dengan strategi nafkah dan strategi coping keluarga; Dukungan lembaga ekonomi formal LEF, menjadi hal yang penting, seperti koperasiKUD, BRI desa. Dukungan lembaga ekonomi formal LEF, diantaranya dukungan finansial LEF di desa, atau dari luar desa, cenderung berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, dukungan non finansial LEF di desa, atau dari luar desa, cenderung tidak berkorelasi dengan strategi coping keluarga, dalam pemenuhan kebutuhan pokok Dukungan lembaga ekonomi non formal LE-nonF, menjadi hal yang penting, seperti kelompok arisan, P4A. Dukungan lembaga ekonomi non formal LE- nonF, diantaranya dukungan finansial LE-nonF di desa, atau dari luar desa, cenderung akan berhubungan dengan peningkatan pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, dukungan non finansial LE-nonF di desa, atau dari luar desa, cenderung kurang berhubungan dengan strategi coping keluarga, dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Dukungan lembaga sosial formal LSF menjadi hal yang penting, seperti panti asuhan, panti werda, yayasan sosial. Dukungan lembaga sosial formal LSF, diantaranya dukungan finansial LSF di desa, atau dari luar desa, cenderung tidak berkorelasi dengan strategi coping dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, dukungan non finansial LSF di desa, atau dari luar desa, cenderung tidak berkorelasi dengan pendapatan dan strategi coping keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Dukungan lembaga sosial non formal LS-nonF menjadi hal yang penting, seperti pengajian, serikat tolong menolong. Dukungan lembaga sosial non formal LS-nonF, diantaranya dukungan finansial LS-nonF di desa, atau dari luar desa, cenderung tidak berkorelasi dengan pendapatan, nafkah, coping keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, dukungan non finansial LS-nonF di desa, atau dari luar desa, cenderung tidak berkorelasi dengan strategi nafkah, dan coping keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokok; Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap dukungan masyarakat dan lembaga sosial ekonomi desa, tidak berbeda nyata p-value = 0,228; 0,223; 0,209 antar agroekosistem. Hasil ANOVA p-value = 0.220, tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan interseksi yang besar 60,0 – 69,5 homofili, tidak saling lepas, peristiwa bersamaan. Dukungan bantuan pemerintah Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai dukungan bantuan pemerintah terdiri dari 24 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 24, dan maksimal 96. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap dukungan bantuan pemerintah, sebagian besar 81,7 pada kategori tinggi Tabel 18. Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah 82,5, lahan kering 80,0, hutan 82,5, atau ketiganya 81,7. Tabel 18. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap bantuan pemerintah 3 zona agroekosistem Kategori Zona dominan persen Total Sawah n = 40 L. kering n=40 Hutan n = 40 n n n n Rendah Sedang 7 17.5 8 20 7 17.5 22 18.3 Tinggi 33 82.5 42 80 33 82.5 98 81.7 Total 40 100 40 100 40 100 120 100 Keterangan : Skor : Rendah : 24-58, Sedang: 59-77, Tinggi: 78-96 Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap dukunganbantuan pemerintah, menunjukkan bahwa Raskin; Askeskin, SKTM, JPS kesehatan; BLT, BLM; BOS, JPS pendidikan; program P4MI, PPK, PKK, lain menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Bantuan beras keluarga miskin Raskin menjadi hal yang penting. Bantuan beras keluarga miskin, diantaranya tujuan Raskin bagi keluarga memberi manfaat terhadap pemenuhan pangan. Selain itu, manfaat Raskin bagi keluarga miskin akan mengurangi pengeluaran keluarga, pemenuhan kebutuhan pangan. Tujuan, atau manfaat Raskin bagi masyarakat miskin berkorelasi dengan pemenuhan pangan, sehingga mempengaruhi pengeluarannya. Bantuan biaya pengobatan keluarga miskin menjadi hal yang penting, seperti Askeskin, SKTM, JPS kesehatan. Bantuan biaya pengobatan keluarga miskin, diantaranya Askeskin, SKTM, JPS kesehatan bertujuan, atau bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga miskin, sehingga mempengaruhi pengeluarannya berkorelasi. Selain itu, Askeskin, SKTM, JPS kesehatan bertujuan, atau bermanfaat bagi masyarakat miskin, sehingga terpenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat miskin, dapat mengurangi pengeluaran. Bantuan langsung tunai BLT atau masyarakat BLM menjadi hal yang penting. BLT, diantaranya tujuan BLT, atau manfaat BLT bagi keluarga miskin, yaitu peningkatan pendapatan secara instan guna pemenuhan kebutuhan pokok keluarga miskin. Selain itu, tujuan BLM bagi masyarakat miskin berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat miskin melalui peningkatan pendapatan. Manfaat BLM bagi masyarakat miskin dapat meningkatkan produktivitas kerja, pendapatan, pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat; Bantuan biaya pendidikan keluarga miskin menjadi hal yang penting, seperti BOS, JPS pendidikan. BOS, JPS pendidikan, diantaranya tujuan BOS, JPS pendidikan guna mendukung pemenuhan kebutuhan pendidikan, dan merubah pola pikir keluarga miskin. Selain itu, manfaat BOS, JPS pendidikan dapat mengurangi pengeluaran, dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan dasar. Tujuan BOS, JPS pendidikan bagi masyarakat pemenuhan kebutuhan pendidikan dasar dan peningkatan kualitas masyarakat. Manfaat BOS, JPS pendidikan bagi masyarakat miskin berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan, pengeluaran. Bantuan program P4MI Poor farmer menjadi hal yang penting, seperti investasi desa : infrastruktur, demplot, pelatihan. Bantuan program P4MI, diantaranya tujuan, atau manfaat program P4MI bagi keluarga miskin adalah peningkatan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok, serta pemberdayaan keluarga miskin. Selain itu, tujuan, atau manfaat program P4MI bagi masyarakat miskin peningkatan pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok, peran gender masyarakat. Bantuan program PPK, PKK, lain menjadi hal yang penting, seperti PNPM Mandiri, PUAP infrastruktur, tingkatan SDM. Bantuan program PPK, PKK, lain, diantaranya tujuan, atau manfaat program PPK, PKK, lain bagi keluarga miskin guna mendukung peningkatan pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, tujuan, atau manfaat program PPK, PKK, lain bagi masyarakat miskin untuk peningkatan pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap dukungan bantuan pemerintah, tidak berbeda nyata p-value = 0,794; 0,826; 0,825 antar agro ekosistem. Hasil ANOVA p-value = 0.815, tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan interseksi yang besar 78,5 – 81,5 homofili, tidak saling lepas, peristiwa bersamaan. Kriteria untuk menyusun pernyataan untuk mengetahui kontruksi sikap, telah mengacu pada pendapat Wang1932; Thurstone and Chave 1929, Likert 1932, Bird 1940, Edwards and Kilpatrick 1948 dalam Edwards 1957, yaitu : 1. Menghindari pernyataan yang berbentuk waktu masa lalu, 2. Menghindari pernyataan yang interpretasinya memerlukan kecakapan, 3. Menghindari pernyataan yang bisa menimbulkan pengertian lebih dari satu, 4. Menghindari pernyataan yang tidak relevan dengan pertimbangan objek psikologis, 5. Menghindari pernyataan yang mungkin dibenarkan oleh setiap orang atau sebaliknya, 6. Memilih pernyataan yang diyakini mencakup seluruh lingkup minat affective, 7. Menggunakan bahasa pernyataan yang sederhana, jelas, dan langsung, 8. Menggunakan pernyataan yang singkat, tidak lebih dari 20 kata, 9. Setiap pernyataan mengandung hanya satu topik yang lengkap, 10. Menghindari pernyataan yang bermakna universal, seperti kata semua, selalu, tidak atau tanpa yang dapat menimbulkan dua pengertian, 11. Kata-kata hanya, masih dan lain-lain yang serupa seharusnya digunakan dengan hati-hati dengan penulisan pernyataan yang tidak berlebihan, 12. Sedapat mungkin pernyataan dibuat dalam bentuk kalimat sederhana dan tidak kalimat kompleks, 13. Menghindari kata-kata yang tidak dimegerti oleh responden, 14. Menghindari penggunaan pernyataan negatif ganda, Strategi Coping Keluarga melakukan strategi coping untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasakan menekan, menantang, membebani dan melebihi sumber daya yang dimiliki. Atau mempertahankan berbagai tujuan, seperti pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan. Strategi coping dapat juga merupakan seperangkat pilihan tindakan dari berbagai alternatif yang ada. Pilihan tersebut dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya ekonomi, sosial untuk memenuhi kebutuhan pokok, atau keberlangsungan hidup. Aspek ekonomi Keluarga melakukan strategi coping aspek akonomi, diantaranya dengan adaptasi. Tindakan yang diambil sebagai respon terhadap keterbatasan ekonomi. Menurut Conger dan Elder 1994, kondisi ekonomi yang tidak baik pendapatan per kapita rendah, pekerjaan tidak tetap, rasio hutang dan aset yang tidak seimbang, dan kehilangan pendapatan, berhubungan secara signifikan dengan tekanan ekonomi. Keluarga contoh melakukan strategi coping aspek ekonomi, untuk efisiensi usahatani; penghematan pengeluaran pangan, pendidikan, kesehatan, lain- lain, serta peningkatan pendapatan.

a. Usahatani

Keluarga contoh melakukan coping untuk efisiensi usahatani pada musim tidak panen. Terdapat sebelas perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh untuk menggali strategi coping yang dilakukan untuk efisiensi usahatani. Analisis Cohran dilakukan untuk melihat perilaku-perilaku yang menjadi tindakan kolektif signifikan dari strategi coping yang dilakukan oleh keluarga contoh berdasarkan agroekosistem. Hasil analisis menunjukkan perilaku yang menjadi tindakan kolektif signifikan dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8. Pada ke-3 wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-5, dimana nilai Q tabel 12,59 lebih besar dari Q hitung Tabel 19. H0 adalah semua butir yang diuji memiliki proporsi jawaban ya yang sama. Tabel 19. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek usahatani pada 3 agroekosistem musim tidak panen T. uji Item-item yang diuji X 2 α,db Sawah L. kering Hutan Simpulan Q hit Q hit Q hit 1 Semua item 18,31 124,01 108,84 90,04 Tolak Ho 2 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11 16,92 58,62 75,61 59,25 Tolak Ho 5 1,2,3,4,6,7,8 12,59 2,23 7,77 10,53 Terima Ho Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden 1. input prod. yarnen, 2. kurangi 1, 3. olah tanahiuran yarnen, 4. optimal lahan, 5. IP 300, 6. kurang air kacang, 7. limbah – masak, 8. limbah – pakan, 9. penggarap, 10. pesanggem, 11. Ijon, Tindakan kolektif signifikan dari strategi coping musim tidak panen tersebut adalah input produksi biaya pembelian pupuk, pestisida, insektisida bayar panen yarnen 1. Jika 1 tidak dapat dilakukan, maka dengan pengurangan takaran, jenis input produksi 2. Bayar panen yarnen untuk pengolahan tanah dan iuran air 3. Optimalisasi pemanfaatan lahan 4. Saat musim kemarau kurang air lahan ditanami dengan komoditas tahan kekeringan, seperti kacang putih 6. Pemanfaatan limbah pertanian batang, tongkol jagung untuk memasak 7. Pemanfaatan limbah pertanian jagung, padi, kacang-kacangan untuk pakan ternak 8. Hasil analisis Cochran pada seluruh wilayah, menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif signifikan dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4, 7. Selain itu, keputusan terima Ho pada pengujian ke-7, dimana nilai Q tabel 9,49 lebih besar dari Q hitung 3,19. Sedangkan pada musim panen, keluarga contoh tidak melakukan coping untuk efisiensi usahatani. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif dari strategi coping tidak ada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek usahatani pada 3 agroekosistem musim panen T. uji Item-item yang diuji X 2 α,db Sawah L.kering Hutan Simpulan Q hit Q hit Q hit 1 Semua item 18,31 232,40 298,17 298,17 Tolak Ho 2 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 3,84 6,87 8,14 8,14 Tolak Ho Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden Keluarga contoh melakukan strategi coping yang bertujuan efisiensi usaha tani, menghasilkan 2 alternatif dampak, yaitu bersifat positif, atau negatif. Contoh perilaku coping yang berdampak negatif, diantaranya input produksi bayar panen. Jika bayar panen dengan bunga tinggi, akan menimbulkan masalah baru yang terus bergulir sepanjang waktu. Selain itu, apabila pada musim panen petani belum, atau tidak mampu melunasinya. Takaran, jenis input produksi yang dikurangi akan berdampak terhadap produktivitas usahatani, atau tanaman menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Perilaku coping memanfaatkan limbah pertanian untuk pakan ternak, atau bahan bakar memasak, bersifat positif dan sekaligus telah penerapan sistem usahatani ramah lingkungan yang berkelanjutan. Keluarga contoh melakukan pemanfaatan lahan seoptimal mungkin melalui : a sistem tumpang sari di areal lahan keringdarat kacang tanah – jagung pinggiran areal ubi kayu, b menanam sayuran cabai, terong, kacang panjang, dll. pada galengan antar petakan, c pemanfatan lahan pekarangan yang sempit untuk menanam sayuran, tanaman obat keluarga. Pada area lahan dengan irigasi cukup baik dekat Sungai Bengawan Solo, dalam setahun berpola tanam padi – padi – padi. IP padi 300 tersebut memiliki resiko serangan hama penyakit lebih dominan, input produksi tinggi dibandingkan IP padi 200. IP padi 200 berpola padi – padi – jagungkacang tanah, atau padi – padi – sayuran. Pada areal lahan sulit air, pada musim kemarau, atau kurang air ditanami dengan komoditas kacang koro Canavalia eusiformis yang toleran kekeringan. Keluarga contoh yang memanfaatkan limbah batang jagung, tongkol jagung untuk bahan bakar memasak. Limbah tersebut berasal dari lahan sendiri, buruh pemilik lahan sedang, luas. Sedangkan pemanfaatan limbah pertanian jerami padi, jagung, kacangan untuk pakan ternak berbentuk segar, atau dikeringkan, silase. Limbah untuk pakan sapi hanya oleh sebagian petani miskin pemelihara sistem bagi hasil, stok musim kemarau. Hasil penelitian sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori, berbeda sangat nyata p-value 0,01 antara musim panen dan tidak panen. Pada musim panen, seluruhnya 100,0 berada pada kategori rendah Tabel 21. Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki kategori rendah 100,0, baik wilayah dominan sawah, lahan kering, hutan. Sebaliknya, pada musim tidak panen sebagian besar kategori sedang. Tabel 21. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori aspek usahatani pada saat panen dan tidak panen 3 agroekosistem Kategori Zona dominan : persen Sawah n = 40 Lahan kering n = 40 Hutan n = 40 Non panen Panen Non panen Panen Non panen Panen Rendah 100,0 100,0 100,0 Sedang 100,0 92,5 75,0 Tinggi 7,5 25,0 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Keterangan : Rendah: 0-3 Sedang: 4-7 Tinggi: 8-11 Artinya keluarga contoh melakukan strategi coping dari berbagai aspek pada musim tidak panen. Hal ini akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, tetapi tetap tidak terjadi efisiensi usahatani. Bahkan, sebagian dapat menimbulkan masalah baru, atau masalah yang tanpa berujung dengan penyelesaian coping yang bersifat negatif. Hasil uji-t, berbeda sangat nyata p-value = 0,000 antara agroekosistem sawah dengan lahan kering, atau hutan. Antara lahan kering dengan hutan tidak berbeda nyata p 0,05. Hasil ANOVA p-value = 0.000, berbeda sangat nyata antar ketiga agroekosistem. Hasil yang berbeda ini terjadi karena perbedaan karakteristik, potensi, dan sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap agroekosistem. Lahan sawah sumber bercocok tanam usahatani tanaman pangan padi, jagung, atau pangan lain kacang-kacangan, memiliki luasan tanam, indeks pertanaman IP, produktivitas lebih tinggi dari lahan kering, hutan, karena faktor utama ketersedian air. Hal ini terjadi, apabila dalam setahun dengan pola tanam yang sama komoditas pangan tersebut di tanam pada 3 zona agroekosistem. Selain itu, akan berpengaruh terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan pangan selama musim panen, atau tidak panen . Kemampuan efisiensi usahatani akan menguntungkan bagi kehidupan keluarga, dan lebih lanjut berpotensi mengatasi kerawanan pangan. b. Pangan Keluarga contoh melakukan coping untuk penghematan pengeluaran pangan pada musim tidak panen. Terdapat tujuh belas perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh untuk menggali strategi coping, penghematan pengeluaran pangan. Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif signifikan, selaras dengan kata asosiasi dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 16, 17. Pada ketiga wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-4, 5, dimana nilai Q tabel 14,7 lebih besar dari Q hitung Tabel 22. Tabel 22. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek pangan pada 3 zona agroekosistem musim tidak panen T. uji Item yang diuji Sawah Item yang diuji L.kering Item yang diuji Hutan X 2 α,db Sim- pulan Q hit Q hit Q hit 1 Semua asosiasi 143,54 Semua asosiasi 121,42 Semua asosiasi 105,09 23,69 Tolak H0 4 Aso:2,3,4,5,6, 7,9, 10,14,16,17 28,32 Aso:1,2,3,4,5, 6,9, 10,14,16,17 15,57 A: 1,2,3,4,5, 6, 9,10,13,14,16,17 15,06 15,51 Tolak H0 Terima H0 5 Aso:2,4,5,6,7, 9,10,14,16,17 13,30 Aso: 1,2,3,4,5, 6,9,10,16,17 6,79 14,07 Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden 1. kurangi konsumsi beras, 2. diversifikasi k.hidrat, 3. beras – pangan murah, 4. stok pangan, 5. tak konsumsi daging, 6. kurangi lauk lain, 7. makan – sayur, 8. olah mak.; kurangi beli : 9. pangan, 10. kopiteh, 11. frek makan; cari pangan di : 12. sungai, 13. hutan, 14. pinjam beras, 15. minta sayuran, 16. bawa bekal, 17. sisa makan – stok Tindakan kolektif strategi coping musim tidak panen tersebut adalah mengu- rangi konsumsi beras 1, diantaranya mengurangi jumlahtakaran, dan pengolahan yang maksimal, menanak nasi menjadi bubur. Asosiasi diversifikasi sumber karbohidrat 2, penggantian beras dengan bahan pangan lebih murah 3, antara lain mengganti sebagian takaran beras dengan pangan pokok yang lebih murah beras jagung, ubi kayu, mengurangi konsumsi beras, menambah sumber