PERBEDAAN KESTABILAN EMOSI MAHASIWA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku merokok nampaknya telah menjadi pemandangan sehari-hari,
hampir di setiap tempat dapat kita jumpai di berbagai aktivitas, kantor, pusat
perbelanjaan, jalan-jalan, bahkan dirumah sendiri. Umur tidak lagi jadi ukuran,
interaksi dan komunitas yang mulai menjamur diberbagai pelosok, kota maupun di
desa. Dalam pengertiannya perilaku merokok adalah suatu aktivitas atau kegiatan
menghisap rokok dan rokok merupakan gulungan tembakau (kira-kira sebesar
kelingking) yang dibungkus daun nipah, kertas, dan sebagainya.
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1991). Dalam satu batang rokok
terdapat 4000 zat kimia antara lain tar, karbon monoksida, ammonia, banzen,
nitrosamine, naftalaen (kapur barus), hydrogen sianida, radon, aseton (penghapus cat
kuku), toluene, methanol, arsenic, butan, cadminium (bahan aki mobil), DDT (bahan
racun serangga), vinil klorida (bahan pelastik) dan sebagainya (Cosmogirl, 2003).
Kelompok Smoking and Health (2000) memperkirakan sekitar enam ribu
remaja mencoba merokok pertamanya setiap hari dan tiga ribu diantaranya menjadi
perokok rutin. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama semakin
meningkat


sesuai

dengan

tahap

perkembangannya

yang

ditandai

dengan

meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mereka mengalami
ketergantungan nikotin. Clearly (dalam Prigasari, 2011).
Perilaku merokok juga merupakan fenomena sosial di lingkungan universitas,
dimana universitas merupakan tempat berkumpulnya individu dari berbagai daerah
dengan keunikan sendiri dan tipe kepribadian yang berbeda pula dan memiliki alasan

melakukan aktivitas merokok yang berbeda pula. Dan faktanya sejumlah alas an
signifikan bahwasanya merokok adalah salah satu kebiasaan favorit orang seduniadan orang Indonesia pun salah satu pemain utamanya.
Data survey Kesehatan Nasional tahun 2001 mendapatkan 54,5% laki-laki
dan 1,2% wanita Indonesia berusia lebih dari 10 tahun adalah perokok aktif. Global
Healty Professional Survey (GHPS) pada tahun 2006, mendapatkan mahasiswa laki1

2

laki dan mahasiswi berada ditingkatan kecanduan mencapai 33% atau dengan kata
lain 1 dari 3 perokok tergolong kecanduan dengan parameter30 menit selang dari
bangun tidur langsung merokok (Sukendro, 2007).
Berdasarkan penelitian mengenai pemetaan merokok anak di Medan,
ditemukan banyak anak sekolah di Medan yang merokok dengan alasan untuk
menghilangkan stress. Temuan tersebut berdasarkan hasil penelitian pada AgustusNovember 2008 terhadap anak laki-laki dan perempuan berusia 10-18 tahun yang
dilakukan Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak, Universitas Negeri Medan,
hari Selasa Alasan anak merokok juga beragam, yaitu sebanyak 32,12 persen anak
sekolah di Medan merokok dengan alasan untuk menghilangkan stres, 22,03 persen
terpengaruh teman, 13,87 persen ingin terlihat sebagai anak gaul, 10,22 persen ingin
terlihat keren, 4,38 persen ingin disebut macho dan sisanya sebanyak 13,87 persen
dengan alasan lain. Sedangkan 2,92 persen tidak memberikan alasan (Burhan, 2009).

Menurut para pengkonsumsi rokok (perokok), rokok merupakan suatu benda
yang dapat memberikan kenikmatan tersendiri bagi yang menghisapnya. Rokok pada
sebagian orang dijadikan sebagai alat untuk merasakan kesenangan, mengurangi
kecemasan atau perasaan tidak aman dan sebagainya.
Pada sebagian remaja rokok sering dianggap sebagai teman dalam mengatasi
konflik-konfliknya, sebatang rokok lebih mudah ditemukan dari pada seorang teman
untuk berbagi cerita. Merokok sering dianggap sebagai penghalau kesepian, sehingga
tak jarang mendengar seorang merokok mengatakan bahwa teman yang paling setia
adalah rokok (Danusanto, 1991).
Menurut Bangun (2003) keadaan yang kritis ketika seseorang yang sangat
ingin merokok :
1. Emosi negatif : marah, sedih, frustasi, tertekan, dan jengkel.
2. Tekanan social dari teman perokok dikantor, di pesta dan lain-lain.

Sekelompok perokok mengemukakan bahwa merokok dapat meningkatkan
kemampuan berkonsentrasi untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi,
misalnya seperti pemain catur dan bridgie yang merokok pada saat bertanding.
Sedang sekelompok lainnya mengemukakan bahwa merokok akan menghalau rasa

3


kantuk, misalnya pada sopir-sopir yang harus menempuh jarak jauh terutama pada
malam hari (Danusantoso, 1991).
Menurut Wilkinson (2002) alasan utama seseorang tetap merokok adalah
mengurangi stress. Begitu juga dengan pernyataan mahasiswa Ubaya, Irene Dian
Vebina Bartina dengan merokok seseorang bisa mengurangi stress dan meningkatkan
konsentrasi (jawa Pos, 18 januari 2006 )
Sudah menjadi perbincangan umum dalam perjalanannya, rokok ini selain
memberikan dampak positif, juga menimbulkan dampak negatif terutama pada
pengkonsumsinya. Sudah lama diketahui bahaya-bahaya yang di ciptakan bagi
kesehatan manusia. Karena pada dasarnya dalam rokok terdapat bermacam-macam
zat yang terkandung yang mana akan menyebabkan kerusakan pada kesehatan
manusia yang mengkonsumsinya.
Dari semua zat-zat kimia dan racun yang terkandung dalam rokok, dapat
menyebabkan kangker koroner, penyakit saluran pernafasan kronik dan sebagainya.
Pada kaum perempuan dapat menyebabkan menopause dini, ketidak suburan
(infertilitas), kangker rahim dan kelainan kehamilan (Cosmogirl, 2003). Sedangkan
dari psikis dapat menimbulkan perasaan takut, gemetar, risau, bimbang, resah,
melemahkan otak, mengurangi nafsu makan, menyepitkan pernafasan.
Semua orang mengetahui bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan manusia

tetapi semakin banyak orang yang merokok. Di Amerika Serikat kematian yang
diakibatkan oleh tembakau atau rokok adalah 450.000 kematian pertahun, dan 1.200
kematian perhari. Setiap menit terjadi 8 kematian (Bangun, 2003).
Nikotin yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi berbagai
bagian tubuh. Misalnya, nikotin mempercepat denyut jantung (kadang-kadang
sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit dari pada dalam keadaaan normal),
menurunkan suhu kulit sebanyak satu atau dua derajat karena penyempitan pembuluh
darah kulit, dan menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran darah. Merokok
mengganggu kerja paru-paru yang normal karena hemoglobin lebih mudah
membawa karbon dioksida dari pada membawa oksigen (Armstrong, 1991).
Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 8.000 orang, para peneliti
menemukan bahwa perokok ringan maupun perokok berat akan lebih mungkin
memiliki kandungan albumin dalam air seni-nya dibandingkan mereka yang tidak

4

merokok. Albumin merupakan suatu protein yang menunjukkan fungsi ginjal yang
buruk (Armstrong, 1991).
Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui menjadi
penyebab kanker (karsinogen). Bahan seperti benzopyrene yaitu sejenis policyclic

aromatic hydrocarbon (PAH) telah lama disahkan sebagai penyebab kanker. Nikotin,
amfetamin dan kokain, bertindak di dalam otak dan menjadi penyebab utama
ketagihan. Nikotin turut menjadi puncak utama risiko serangan penyakit jantung dan
strok. Hampir satu perempat pasien penyakit jantung adalah karena kebiasaan
merokok. Karbon Monoksida pula adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan
oleh knalpot kendaraan. Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia, akan
membawa kerusakkan pada setiap organ yang dilaluinya, bermula dari hidung,
mulut, tenggorokan, saluran pernafasan, paru-paru, saluran darah, jantung, organ
reproduksi, sehingga ke saluran kencing dan kandung kemih, yaitu apabila sebagian
dari racun-racun itu dikeluarkan dari badan dalam bentuk air seni (Armstrong, 1991).
Pada dasarnya nikotin yang terkandung dalam batang rokok memberi
pengaruh yang menenangkan atau membuat lebih waspada dan perasaan inilah yang
dicari-cari kaum perokok. Namun, nikotin adalah obat dan seperti bermacam-macam
obat lain yang bersifat adiksi atau menyebabkan kecanduan. Hal ini berarti bahwa
tubuh mulai membutuhkannya sedemikian rupa sehingga tanpa nikotin tubuh akan
terasa tidak enak karena membuat ketagihan.
Menurut Sayu (2011), dampak-dampak lain dari pada seorang perokok itu
antara lain bisa berdampak kepada emosi yang tidak stabil. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa merokok tidak hanya mempengaruhi tubuh secara fisik,
tetapi lebih jauh lagi ia juga mempengaruhi kestabilan emosi. Contoh yang paling

mudah terlihat apabila seorang perokok apalagi perokok berat tidak memiliki rokok
pada saat dia sangat menginginkannya, saat itulah dapat dilihat bagaimana perasaan
tidak enak dan kestabilan emosinya diuji.
Tidak hanya itu seringkali kebiasaan merokok merupakan permasalahan yang
khas, terutama jika dilihat dari interaksi sosial yang hendak dibangunnya di dalam
masyarakat. Pandangan negatif sebagian masyarakat terhadap seorang perokok
mengakibatkan mereka sulit berinteraksi sosial apalagi saat ini sudah ada daerah
larangan merokok sehingga perokok saat ini kurang mendapat tempat di masyarakat.

5

Hambatan-hambatan di atas yang dengan emosional, secara tidak langsung
berhubungan dengan kondisi kestabilan emosi yang dimiliki oleh seseorang perokok.
Karena kestabilan emosi pada dasarnya merupakan suatu proses kemampuan
individu menempatkan segala perasaannya dengan tepat dan benar.
Banyak perokok tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat adiktif yang
menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain dan lain sebagainya. Masalah
pokok yang dihadapi oleh beberapa orang adalah hubungan sosial yang terganggu
akibat dari masalah emosi. Dalam keadaan emosi, pribadi seseorang telah
dipengaruhi sedemikian rupa hingga pada umumnya individu kurang dapat

menguasai diri lagi. Perilakunya tidak lagi memperhatikan suatu peraturan dalam
masyarakat yang ada, tetapi telah memperlihatkan adanya hambatan dalam diri
individu.

Seseorang

yang

mengalami

emosi

pada

umumnya

tidak

lagi


memperhatikan sekitarnya. Suatu aktivitas yang tidak dilakukan seseorang dalam
keadaan normal, tetapi adanya kemungkinan dikerjakan oleh yang bersangkutan
apabila sedang mengalami gangguan emosi atau tidak stabilnya emosi.
Dari fakta-fakta yang ada dan pendapat orang-orang tentang pengaruh
perilaku merokok yang sangat kuat tersebut mendorong penulis mencoba untuk
meneliti sejauh mana rokok itu berpengaruh terhadap kestabilan emosi seseorang.

B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang tersaji, didapatkan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “bagaimanakah perbedaan kesetabilan emosi pada mahasiswa
yang merokok dengan mahasiswa yang tidak merokok”
C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kesetabilan emosi pada mahasiswa perokok dan mahasiswa yang tidak merokok.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis, penelitian ini sumbangan ilmu terutama keilmuan dibidang

psikologi klinis tentang stabilitas emosi pada perokok. Secara praktis, hasil penelitian
ini nantinya sebagai suatu bentuk pengetahuan baru, memberi pemahaman tentang

6

dampak merokok pada kestabilan emosi seseorang, sekaligus memberikan gambaran
yang benar tentang dampak atau manfaat dari perilaku merokok yang sebenarnya,
sekaligus tindak pencegahan untuk perilaku merokok khususnya pada individu itu
sendiri, maupun masyarakat pada umumnya.

PERBEDAAN KESTABILAN EMOSI MAHASIWA PEROKOK DAN
BUKAN PEROKOK

SKRIPSI

Oleh :
BQ Hilmiatun
07810125

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERBEDAAN KESTABILAN EMOSI MAHASIWA PEROKOK DAN
BUKAN PEROKOK

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S1)

Oleh :
BQ Hilmiatun
07810125

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Perbedaan Kestabilan Emosi Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Cahyaning Suyaningrum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Latipun, M.kes, dan M Salis Yuniardi, M.Psi, selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan
memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang telah bersedia menjadi
subyek penelitian ini.
5. Keluarga besar H. Azhari dan Lalu Anom, terutama guru terbaik saya yaitu
Ayah dan ibu tercinta “H. Lalu Abd Aziz” dan “Hj. Marsidah” yang selalu
memberikan dukungan, do’a, kasih sayang tiada hentinya, dan arahan pada
setiap langkah yang tak bisa saya tentukan awal atau pun akhirnya sendiri.
Tak terkecuali dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Paman tercinta, bapak “Hamdun“ yang selalu menjadi orang tua kedua saya,
yang selalu memberikan contoh, masukan bagi kami (keponakannya) dan
memberikan semua yang bisa menjadikan kami sebagai orang berguna.

7. Teman yang baik hati “M. Alwi Parhan” dalam perwujudan awal mendorong
proses pengerjaan skripsi ini dalam dukungan do’a dan arahannya,
"khamsamida, oppa”.
8. Sahabat terbaik (Rade, Dania, Vina, Resty, Atiq, Grandyz, mbak Luluk)
“terimakasih atas cinta kalian”. Teman-teman kost BCT Blok8/124 dan
anak-anak angkatan 2007 khususnya Kelas C yang telah memberikan
semangat, hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis

menyadari

bahwa

penulisan

skripsi

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan. Sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Meski demikian, saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 4 Mei 2012

BQ Hilmiatun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….....

i

INTISARI …………………………………………………………………....

ii

ABSTRACT ………………………………………………………………….

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………

iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………

v

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………

vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………..……………………………....

1

B. Rumusan Masalah ….………………………..………………..

5

C. Tujuan Penelitian …………………………………………..…

6

D. Manfaat Penelitian ………………………….…………….......

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kestabilan Emosi ...………...…………………………………

7

1. Pengertian ………….....…..…………………………….....

7

2. Faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi……..….…...

8

3. Karakteristik emosi stabil dan tidak stabil………..…….....

10

B. Perilaku Merokok ……………..……………...…………….....

12

1. Pengertian…………. ……………..…………………….....

12

2. Tipe-tipe perokok ……………..…..………………………

13

3. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok ……………..…

15

C. Perbedaan Kestabilan Emosi Perokok dan Bukan Perokok …..

17

D. Kerangka Penelitian …...…….……..…………………………

20

E. Hipotesa ……………….……………………………………...

21

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ………………….……………….........

22

B. Variabel Penelitian ……………………..……………………

22

C. Definisi Operasional ……………..………………………….

23

D. Populasi dan Sampel …………………………………………

24

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian …………………….…..

24

F. Prosedur Penelitian ……...…………………………….……

28

G. Validitas dan Realibilitas ………………………………..…..

29

H. Metode Analisa………………………………………………

32

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ……………………………………...………..

35

B. Hasil Penelitian …………………………………….………...

36

C. Pembahasan ………………………………….……………….

36

PENUTUP
A. Kesimpulan ……..…………………………………………….

40

B. Saran ……...…………………………………………………...

40

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

41

LAMPIRAN ………………………………………………………………….

43

BAB V

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel
Tabel 3.1
: Skor Jawaban …………….………...………………….

Halaman
25

Tabel 3.2

: Blue Kestabilan Emosi ……….…………………………

27

Tabel 3.3

: Uji Validitas Variabel Kestabilan Emosi ……….………

30

Tabel 3.4

: Hasil Uji Reliabilitas Kestabilan Emosi …...…………...

32

Tabel 4.1

: Sebaran T-Skor Kestabilan Emosi …………………..…..

35

Tabel 4.2

: Uji Beda t-test …………...……………………………...

36

DAFTAR LAMPIRAN

I.

Daftar skala

II.

Lembar skor jawaban mahasiswa perokok

III.

Lembar skor jawaban mahasiswa bukan perokok

IV.

Validitas dan Reabilitas

V.

Tabulasi mean per-aspek

VI.

Tabulasi mean per-item

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan peraktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Armstrong, S. (1991). Pengaruh rokok terhadap kesehatan. Jakarta: Arcan.
Azwar, S. (1998). Sikap manusia teori dan pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Bangun, A. P. (2003). Panduan untuk perokok: solusi tuntas untuk mengurangi
rokok dan berhenti merokok. Jakarta: Milenia Populer.
Burhan, R. (2009). Penelitian: Banyak anak merokok untuk hilangkan stres. Diakses
tanggal
20
agustus
2011
dari
http://www.antaranews.com/berita/149080/penelitian-banyak-anak-merokokuntuk-hilangkan-stres
Cherniss, C. (2009). Emotional intelligence and the good community. Journal of
Psychology , 02. 1-3.
Danusantoso, H. (1991). Rokok dan perokok. Jakarta: Arcan.
Ekman, P. (2003). Membaca emosi orang. Jakarta: Diva Press.
Goleman, D. (2001). Emotional intellegence : kecerdasan emosional, mengapa IE
lebih penting dari pada IQ. Jakarta: Gramedia pustaka.
Kerlinger. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Alih bahasa: Landung R.
Simatupang. Yogyakarta: UGM Press.
Kontroversi Tembakau: Obat dan Racun. (2006, 18 Januari). Jawa pos, hal. 5.
Kusrini, T . (2003, Mei). Merokok dan Gaya Hidup. Cosmogirl, 96.
Istiqomah, U. (2003). Upaya menuju generasi tanpa merokok. Surakarta: Seti-Aji.
Mutadin, Z. (2002). Remaja dan rokok. Diakses tanggal 12 juli 2011 dari
http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=379
Prigasari, W. (2011). Perbedaan stabilitas stress pada mahasiswa perokok ditinjau
dari
kepribadiannya.
(Skripsi,
Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Ruth, D. (1995). Pengaruh stabilitas emosi terhadap kecemasan sosial remaja.
(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta).
Santrock, J. W. (2003). Adolesence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sayu, Y. U. (2011). keadaan seorang perokok berat . Diakses pada tanggal 3
september 2011 dari http://yoyon12.wordpress.com/2011/04/keadaanseorang-perokok-berat/
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukerndro, S. (2007). Filosofi merokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1997). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam penelitian. Malang: Umm Press.
Yuana, Y. (2002). Hubungan antara stabilitas emosi dengan somatisasi pada
mahasiswa yang mengikuti perguruan seni bela diri tapak suci di umm.
(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur).
Zulkifli. (2010). Kontroversi rokok. Yogyakarta: GRHA Pustaka.
.