POLA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM INOVASI KURIKULUM (STUDI KASUS DI MAN 3 MALANG)

(1)

i

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

DALAM INOVASI KURIKULUM

(STUDI KASUS DI MAN 3 MALANG)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi sebagaian Persyaratan

dalam Mencapai Derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Ilmu Agama Islam

Disusun oleh:

MUJAINI NIM 08130002

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

DALAM INOVASI KURIKULUM

(STUDI KASUS DI MAN 3 MALANG)

Yang diajukan oleh::

MUJAINI

NIM : 08130002

Telah disetujui

Pada hari/tanggal, Senin / 5 November 2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ishomuddin, M. Si Drs. Abdul Haris, M. A

Ketua Program Studi

Direktur Pascasarjana Magister Agama Islam


(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Mujaini

NIM : 08130002

Program Studi : Magister Ilmu Agama Islam Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul " Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum (Studi Kasus di MAN 3 Malang)" Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 1 November 2012 Yang menyatakan


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas curahan rahmat, nikmat dan karuniaNya, sehingga penulisan Tesis berjudul Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum (studi kasus di MAN 3 Malang) ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul penyampai ilmu dan hikmah.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi, hingga penulisan Tesis berjudul Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum (studi kasus di MAN 3 Malang) ini dapat kami selesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, para Pembantu Rektor, Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang;

2. Ketua Program studi Magister Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang atas motivasi dan kemudahan pelayanan dalam proses studi;

3. Dosen Pembimbing tesis, atas bimbingan, saran, masukan dan koreksinya dalam proses penulisan tesis ini;

4. Semua staf pengajar atau dosen dan semua staf TU program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kontribusi besar dalam proses studi ini.


(5)

v

5. Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang, Komite Madrasah, Waka Madrasah, Ketua PMM, Kepala Tata Usaha, Ketua Program MAKBI dan Akselerasi dan para guru serta karyawan MAN 3 Malang.

Penulis berdo'a semoga karya ini senantiasa bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam bidang kepemimpinan kepala madrasah dan inovasi kurikulum di madrasah. Penulis menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan, penulis selalu berharap kritik, saran dan masukan dari semua pihak demi perbaikan karya ini dan karya penulis yang akan datang.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... xvi

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 15

C. Fokus Penelitian ... 20

D. Rumusan Masalah ... 20

E. Tujuan Penelitian ... 21

F. Manfaat Penelitian ... 21

G. Definisi Operasional... 21

H. Sistematika Penulisan... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 26

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 26

1. Definisi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 26


(7)

vii

3. Gaya Kepemimpinan ... 32

4. Jenis Kepemimpinan ... 35

5. Syarat – Syarat Kepemimpinan Pendidikan ... 37

6. Fungsi dan Peran Pemimpin ... 39

B. Inovasi ... 41

1. Pengertian Inovasi ... 41

2. Konsep Inovasi ... 44

3. Konsep Inovasi Kurikulum ... 55

4. Faktor – Faktor Inovasi Kurikulum ... 56

C. Kurikulum ... 59

1. Pengertian Kurikulum ... 59

2. Teori Kurikulum ... 63

3. Landasan Kurikulum ... 65

4. Organisasi Kurikulum ... 67

5. Komponen Kurikulum... 72

6. Pengembangan Kurikulum ... 73

7. Pengembangan Kuriulum Madrasah Aliyah ... 77

8. Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 87

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Inovasi Kurikulum ... 103

BAB III METODE PENELITIAN ... 109

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 109

B. Lokasi Penelitian ... 111

C. Metode Pengumpulan Data ... 111

D. Data dan Sumber Data ... 114

E. Analisis Data ... 115

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 115

BAB IV PAPARAN DATA PENELITIAN ... 119

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 119


(8)

viii

2. Mandat dan Keunggulan MAN 3 Malang ... 123

3. Visi Misi dan Tujuan Madrasah ... 124

4. Sumber Daya Manusia MAN 3 Malang ... 125

5. Kurikulum dan Pembelajaran MAN 3 Malang ... 128

6. Kegiatan Pengembangan Diri MAN 3 Malang ... 130

7. Prestasi Siswa MAN 3 Malang ... 131

B. PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN ... 139

1. PolaKepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum di MAN 3 Malang ... 139

a. Demokratis ... 140

b. Visioner ... 142

c. Motivator ... 144

d. Orientasi Pada Hubungan ... 146

2. Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum di MAN 3 Malang ... 148

3. Bentuk-bentuk Inovasi Kurikulum Di MAN 3 Malang ... 155

a.Program Akslerasi ... 155

b. Program MAKBI ... 163

BAB V TEMUAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN ... 168

A. Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang ... 168

1. Kepemimpinan yang Visioner dalam Bidang Kurikulum ... 180

2. Pemberian Motivasi dalam Pembelajaran ... 182

3. Meningkatkan Kemampuan Kerja ... 184

4. Membangun Hubungan dalam Inovasi Kurikulum ... 189

B.Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum di MAN 3 Malang ... 199

C. Bentuk-bentuk Inovasi Kurikulum di MAN 3 Malang ... 203

1.Program Akselerasi ... 203


(9)

ix

3. Pendampingan Pakar bagi Rumpun Bidang Studi...218 4. Gerakan Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang sebagai

Etalase Madrasah di Indonesia (GEMMASEMI)...218 5. Mengembangkan kurikulum yang berorientasi ke Perguruan Tinggi...219

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Inovasi Kurikulum

di MAN 3 Malang ... 220

BAB VI PENUTUP ... 231

A. Kesimpulan ... 231

B. Saran-Saran ... 236


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN 1: STRUKTUR ORGANISASI MAN 3 MALANG... 246 LAMPIRAN 2: STRUKTUR DAN TUGAS STAF KURIKULUM ... 247 LAMPIRAN 3: SURAT IJIN PENELITIAN DARI KAMPUS UMM ... 248 LAMPIRAN 4: SURAT IJIN PENELITIAN DARI KEMENAG

KOTA MALANG ... 249 LAMPIRAN 5: SURAT KETERANGAN IJIN PENELITIAN


(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ed. 1999. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Jakarta: Gaya Media.

Ahmad, Rusli. 1989. Perencanaan dan Desain Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Al-Qur’an dan Terjemahnya

Arifin, Imron, 1996. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada.

Arsyad, Azhar. 2002. Pokok-Pokok Manajemen: Pengetahuan Praktis bagi Pimpinan dan Eksekutif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azra, Azyumardi. 1996. “Pembaharuan Pendidikan Islam” dalam Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Amisco.

---. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas.

Bakri, Masykuri (Ed.). 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif; Tinjauan Teoritis dan Praktis. Malang: Unisma Visipress.

Banghart, Frank W. and Trull, Albert. 1973. Educational Planning. New York: The Macmillan Company.

Beauchamp, George. 1981. Curriculum Theory. Itasca, Illinois: FE. Peacock Publisher.

BSNP. 2006, Panduan Penyusunan KTSP untuk Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

Bogdan, Robert, C., & Sari Knopp Biklen. 1982. Qualitative Research for Education; an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Brookover, Wilbur B. 1982. Creating Effective schools: An In Sercive Program for Enchaning School Learning Climate and Achievement. Florida: Learning Publications, Inc.

Dakir. 2004. Dasar-dasar Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.


(12)

xii

Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.Jakarta: Kencana.

Day, C.P. Whitaker, and D. Wren. 1987. Appraisal and Professional Development in the Primary Schools. Philadelphia: Open University Press.

Departemen Agama RI. 1994. Panduan Kurikulum 1994 Madrasah. Jakarta: Departemen Agama RI.

---. 1998. Manajemen Madrasah Aliyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Pembinaan Perguruan Agama Islam Tingkat Menengah.

---. 2001a. Madrasah Model : Meraih Prestasi, Mendongkrak Citra. Jakarta: Bagian proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

---. 2001b. Manajemen Madrasah. Jakarta: Bagian proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

---. 2001c. Madrasah Terpadu. Jakarta: Bagian proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Djalil, Abdul. 1999. Kepemimpinan dan Inovasi Pendidikan Islam: Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang I. Tesis. Konsentrasi Magister Agama Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Durbin, Andrew J. 1990. Essential of Management. New York: South-western Publiship Co.

Echols, J. dan Shadily, H. 1985. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Effendy, Mochtar. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran

Islam. Jakarta: Bhratara Karya Aksa.

Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Etzioni. 1964. Modern Organization. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Fadjar, Abdul Malik. 1999. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan.


(13)

xiii

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif; Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Fuaduddin, dan Karya, H.S. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka.

Gaffar. 1989. Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK. Gallen, Tayler J., Alexander William M. 1960. Curriculum Planing for Better

Teaching and Learning, New York: Hold Rinehard and Winston.

Glatthorn, A.A. 1987. Curriculum Leadership. Scott: Fresmen & Company, Glenview.

Gorton, R. A. 1976. School Administration: Challenge and Opportunity for Leadership. New York: Wm. C. Brown Company Publishers.

Hanafi, A. 1986. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

---. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hasibuan, Malayu S.P. 1990. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah.

Jakarta: Haji Masagung.

Hoy, W.K. dan Miskel, C.G. 1987. Educational Administration: Theory, Research, and Practice. Second Edition. New York: Random House, Inc. Hoyle, John R. 1985. Skills for Successful School Leader. Arlington-Virginia:

American of School administration, Publisher.

Husain Sulaiman Qurah. 1979. Al-ujul at-Tarbawiyah alamiyah fi bina al-Manhaj. Mesir: Dar-al Ma’arif.

Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan.

Idris, Zahara. 1982. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa.

Imron, Ali. 1985. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan di Sekolah. Malang: Proyek OPF IKIP Malang.

Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita.


(14)

xiv

Kennedy, C. 1987. Innovation for Change: Teacher Development and Innovation. ELT Journal 41/3

Kouraogo, P. 1987. Curriculum Renewal and INSET in Difficult Circumstance. ELT Journal 41/3

Koontz Haraold, et.al. 1986. Esencial of Management. New York: Tate McGraw Hill Publishing Company.

Lincoln Y. S. and E. G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications.

Mahmud, Muhammad Eka. 2001. Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan (Studi Kasus Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang). Tesis. Program Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam. STAIN Malang.

Maksum. 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Maknum, Faridha Khunil. 2000. Peningkatan Mutu Madrasah (Telaah tentang Relevansi Kurikulum Madrasah Aliyah Model Yogyakarta terhadap Tuntutan Kebutuhan Masyarakat). Skripsi. Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Sunan Kalijaga.

Mamik, Sri Istuti. 2002. Inovasi Madrasah (Studi tentang Kerjasama Kepala Sekolah dengan Majelis Madrasah di MAN 3 Malang. Tesis. Program Pascasarjana Konsentrasi Magister Agama. Universitas Muhammadiyah Malang.

Mattulada. 1990. Desentralisasi Pendidikan dalam Pelaksanaan Manajemen Pembangunan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Moedjiarto. 2001. Karakteristik Sekolah Unggul Metodologi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jakarta: Duta Graha Pustaka.

Muhaimin. 1991. Konsep Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum. Solo: Ramadhani.

Muhaimin. 2008, Dkk, Pengembangan Model KTSP, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada


(15)

xv

---. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. Bandung: Nuansa Cendekia.

Mulyasa. Enco. 2002a. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja RosdaKarya.

---. 2002b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep Karakteristik, dan Implementasi . Bandung: Remaja RosdaKarya

---. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja RosdaKarya.

---. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2006, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Rosda Karya

Mulyasa. 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Rosda Karya

Mulyasa. 2008, Implementsai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Bumu Aksara

Munro. R.G. 1977. Innovation Success or Failure ?. Bristol: J.W. Arrowss Smith Cambride English Dictionary

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. ---. 1991. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Penerbit Alumni. ---. 2001. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. 1989. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Neil, John D. Mc. 1989. Curriculum A Comprehensive Introduction. London: Foresman/Littlelem Brown Higher Education.

Neuman, W.L. 2000. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Nicholls, R. 1982. Managing Educational Innovation. London: George, Allen and Unwin.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum di Sekolah


(16)

xvi

Oemar Hamalik.2007, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Patton, M. Q. 1987. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage

Publications.

Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos. Rogers, E.M. 1983. Diffusion of Innovation. Third Edition. New York: The free

Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.

Rois, Moh. 2002. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Madrasah Aliyah (Studi Kasus di Madrasah Aliyah al-fatah Badas Pare Kediri). Tesis. Program Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Indonesia-Sudan Malang.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sahertian, Piet. A. 1988. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.

Malang: FIP Jurusan AP IKIP Malang

Saylor, J. Galen dan Alexander, William M. 1962. Curriculum Planning fo Schools. New ork: Holt, Rinehart and Winstons, Inc.

Schwab, J.J. 1969. “The Practical Language for Curriculum”. School Reveiw. LXX VIII.1.

Schemerhon, John R., Hunt, James G., dan Osborn, Richard, N. 1985. Managing International Behaviour. New York: John Willey and Sons.

Sergiovanni, Thomas. J. dan Starratt, R. J. 1983. Supervision Human Perspectives. New York: McGraw Hill Book Company.

Sergiovanni, Thomas. J. 1987. The Principalship: A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Siagian, Sondang P. 1985. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Soepardi. 1998. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.


(17)

xvii

Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty. 1986. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Sonhaji, A. 1992. Teknik Observasi dan Dokumentasi. Makalah disajikan dalam Lokakarya Penelitian Tingkat Lanjut Angkatan I Tahun 1991/992. Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang.

Spradley, J.P, 1980. Ethnograpic Interview. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Stoner, James A.F / Wankel Charles. 1986. Manajemen. Alih Bahasa: Wihelmus W. Bakowatun. Jakarta: Intermedia.

Subandijah 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sudjana. 2000. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Produuction. Suhadi. 1999. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di MTs Negeri 1 Malang

Jalan Bandung. Tesis. Program Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam. STAIN Malang.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen PT-PP LPTK.

Sutisna, Oteng. 1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis dan Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Suyanto dan Djihat Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adicita.

Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: CiputatPres. Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development, Theory and Practice: Foundation

Process, Design and Strategy for Planning both Primary and Secondary. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Terry, G.R. 1977. Principles of Management. Illinois: Richard D. Irwin, Inc. Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa


(18)

xviii

Udin, H. 2001. Internalisasi Budaya Organisasi dalam Inovasi Pendidikan Tinggi Islam (Studi Kasus STAIN Malang). Tesis. Program Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam. STAIN Malang.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

White, R.V. 1987. Managing Innovation. ELT. Journal 41/3

---. 1988. The ELT Curriculum: Design, Innovation and Management. Oxford: Blackwell.

Wijaya, Cece., dan Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam. 1991. Upaya Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wiles, John. dan Joseph Bondi. 1989. Curriculum Development A Guide to Practice. Ohio: Merryl Publishing Company.

Wright, T. 1987 Roles of Teachers and Learners. Oxford: Oxford University Press.

Zaltman, Gerald. dan Robert Duncan. 1977. Strategy of Planned Change. New York: A. Willey - Interscience Publication John Wiley & Sons.

Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhir-akhir ini ikut mewarnai dunia pendidikan, kontribusi teknologi terhadap perkembangan pendidikan dapat kita lihat dalam program Jardiknas, program pendidikan jarak jauh (Universitas Terbuka), sistem komputerisasi dalam administrasi, teknologi instruksional, network planning, intranet maupun internet dan sebagainya merupakan hasil pendidikan yang diwarnai lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, oleh karena itu kepala sekolah/madrasah dan guru senantiasa harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi tersebut.

Pendidikan sampai saat ini masih dipandang sebagai sarana pertama dan utama untuk meningkatkan sumber daya manusia yang tangguh. Melalui pendidikan diharapkan semua potensi peserta didik bisa berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pembangunan dan falsafah hidup suatu bangsa. Hal ini tidak lain karena pendidikan merupakan penggerak utama prima mover bagi pembangunan dan diharapkan mampu membentuk watak bangsa, nation caracter building yang kuat dan cerdas. Masyarakat yang kuat dan cerdas akan memberi nuansa yang kuat dan cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk sebuah kemandirian (Mulyasa, 2003; 3). Dari proses pendidikan pula diharapkan terjadinya sebuah proses pembudayaan inculturation agar manusia mampu hidup dalam suatu budaya tertentu.


(20)

2 Dengan demikian pendidikan Islam harus mampu menempatkan dirinya sebagai suplemen dan komplemen bagi pendidikan nasional (Mastuhu, 1999; 34).

Menurut (Malik Fadjar 1998; 76), bahwa di dalam masyarakat akhir-akhir ini terjadi pergeseran pandangan terhadap pendidikan seiring dengan tuntutan masyarakat (social demand). Masyarakat melihat pendidikan tidak hanya sebatas sebagai pemenuhan kebutuhan dan ketrampilan saja, tapi juga dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan sekaligus mempunyai pengetahuan produktif di masa depan.

Masyarakat juga semakin kritis, pragmatis, terbuka dan berpikir jauh ke depan, maka pendidikan yang dikelola dengan sistem manejemen profesional, mampu memahami dan merespon tuntutan dan aspirasi masyarakat, tentu akan memperoleh peluang lebih besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi masyarakat. Sedangkan pendidikan yang kurang atau tidak berkualitas akan berada dalam posisi marginal yang hanya akan diminati masyarakat kelas bawah. Dengan semakin rasionalitas cara berpkir masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan, tentu ini sebuah tantangan sekaligus ancaman terhadap eksistensi lembaga pendidikan Islam.

Apabila dilihat dari potensi yang dimiliki lembaga pendidikan Islam, sebenarnya memiliki kekuatan (Strength) yang cukup besar untuk bisa memenuhi harapan masyarakat tersebut apabila dikelola secara profesional dengan manajerial yang baik. Adapun potensi tersebut antara lain; pertama: lembaga pendidikan Islam memiliki akar budaya yang kuat karena lahir dan


(21)

3 berkembang dari masyarakat dan juga telah menjadi milik rakyat. Kedua: potensi mayoritas masyarakat Indonesia muslim. Ketiga: secara politis pendidikan Islam juga memiliki peluang besar karena para birokrat dan elit politik yang kebanyakan santri masih memiliki sense dan kepedulian terhadap lembaga pendidika Islam (Marno, 2003; 8).

Apalagi pada saat ini lembaga pendidikan khususnya yang berlabel Islam sedang dihadapkan dengan persoalan yang sangat pelik dan mendasar, baik dari intern maupun ekstern yang sedang mengitarinya. Fadjar menilai kelemahan lembaga pendidikan Islam selama ini telah meliputi seluruh sistem pendidikan, baik manajemen, etos kerja, kuantitas dan kualitas guru, kurikulum, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai (Malik Fadjar,1998; 41). Problem seperti ini menurut Suprayogo karena posisi lembaga pendidikan Islam berada dalam lingkaran setan. Sebuah problem yang bersifat Causal Relationship; mulai dari persoalan dana yang kurang memadai, fasilitas kurang, pendidikan apa adanya, kualitas rendah, semangat mundur, inovasi rendah dan peminat kurang, demikian seterusnya berputar bagai lingkaran setan. Para pengelola juga belum memahami dan mengaktualisasikan manajemen yang benar, sehingga pengelolaannya masih cenderung apa adanya, stagnan, statis dan tidak berusaha melakukan inovasi-inovasi pengembangan.

Sedangkan dari luar pendidikan selalu berbenturan dengan masyarakat yang semakin rasional, kritis praktis, terbuka dan berpikir jauh ke depan. Hal ini ditandai dimana masyarakat hanya akan menerima sesuatu


(22)

4 dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional dan buka emosional termasuk dalam memilih lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang berkualitas tentu akan menjadi primadona dan pilihan walaupun kadang dengan biaya yang cukup mahal.

Melihat kecenderungan di atas, lembaga pendidika Islam sebenarnya memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi alternatif pilihan pendidikan masa depan, apabila mampu merespon kecenderungan tersebut dan secara internal mampu mengembangkan sistem manajemen yang profesional. Sebab jika kita amati perkembangan yang ada secara seksama, ternyata ada kecenderungan bahwa antara tingkat kemajuan masyarakat dan kualitas pendidikan bersifat korelasional.

Masyarakat yang maju menghendaki pendidikan yang maju pula. Kesadaran dan kecenderungan seperti ini harus ditangkap moleh lembaga pendidikan Islam jika ingin tetap eksis dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain di tengah-tengah masyarakat yang mulai cerdas dalam memilih lembaga pendidikan. Cara paling baik yang perlu ditempuh menurut Suprayogo ialah dengan segera memulai, bangkit, cepat bergerak dan harus berani melakukan kegiatan secara simultan, dengan melihat dua arah sekaligus.yaitu in-world looking dan uot-world looking. Artinya ke dalam harus menata sedangkan keluar harus segera menyambung kekuatan luar yang bisa diajak kerja sama baik itu pemerintah maupun swasta.

Dengan semakin obyektifnya masyarakat dalam melihat dan memilih lembaga pendidikan, lembaga pendidikan yang hanya memberikan


(23)

kepuasan-5 kepuasan formal dan simbolis seperti ijazah dan juga pertimbangan primordial seperti sama-sama sealiran rupanya sudah semakin ditinggalkan masyarakat. Tampaknya masyarakan sudah semakin menuntut akan hal-hal yang lebih substansial dan bukan lagi simbol-simbol formal serta mengacu kepada pertimbangan-pertimbangan rasional. Lembaga pendidikan yang bergengsi sekalipun akan diprioritaskan dari pada lembaga pendidikan yang berharga murah yang ditawarkan tapi kualitasnya rendah.

Bila itu benar, lembaga pendidikan Islam harus bisa menangkap kecenderungan di atas secara komprehensif. Selanjutnya melakukan pembenahan baik ke dalam maupun ke luar, sehingga tetap bisa survive dan memiliki kewibawaan dan martabat di tengah-tengan persaingan yang begitu ketat saat ini. Apalagi dalam era globalisasi saat ini, kepala sekolah/madrasah harus bisa mengembangkan lembaga pendidikan yang lebih adaptif, kompetitif dan inovatif, sehingga lembaga pendidikan tersebut tetap bisa eksis di tengah-tengah masyarakat global saat ini. Bila tidak demikian, maka lembaga pendidikan itu akan ditinggalkan masyarakat.

Dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang adaptif, kompetitif dan inovatif tentu dibutuhkan kemauan dan kemampuan seorang kepala sekolah/madrasah yang handal, profesional yang mampu mengelola dan menggerakkan semua potensi yang ada secara komprehensif, serta mampu melakukan pengamatan dan penelitian yang baik, mulai dari kekuatan, kelemahan, sampai pada kesempatan dan ancaman yang mungkin akan terjadi.


(24)

6 Dengan melihat kompleksitas yang dihadapi sekolah atau madrasah sekarang ini baik secara intern maupun ekstern, menurut Gutre dan Reed dibutuhkan seorang kepala sekolah yang mempunyai kepemimpinan strategis yang visioner dan transformatif. Bahkan menurut (Own dalam Rasmiyanto, 2003; 15) dibutuhkan seorang kepala sekolah yang mempunyai kemampuan baik dan handal, mulai kemampuan konseptual, humanistik maupun dalam hal tekniknya.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkan dengan kurikulum satuan pendidikan (KTSP) sebuah lembaga pendidikan memerlukan sosok kepala sekolah/madrasah yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang tinggi, serta demokratis dalam proses pengambilan keputusan-keputusan mendasar. Pada umumnya, kepala sekolah/madrasah di Indonesia belum dapat dikatakan

sebagai “manajer professional“ karena sistem pengangkatannya selama ini

tidak didasarkan pada kemampuan atau pendidikan profesional, tetapi lebih pada pengalaman lamanya menjadi guru, kepangkatan yang lebih tinggi, kadang-kadang juga unsur hubungan kedekatan dengan pejabat yang mengangkat kepala sekolah/madrasah tersebut.

Hal ini sebagaimana disinyalir oleh laporan Bank Dunia bahwa salah satu penyebab makin menurunnya mutu pendidikan persekolahan di Indonesia

adalah “kurang profesionalnya” para kepala sekolah sebagai manajer


(25)

7 Dengan demikian, dalam pelaksanaannya KBK dan KTSP pada sebuah lembaga pendidikan memerlukan perubahan sistem pengangkatan kepala sekolah/madrasah dari pengangkatan karena kepangkatan atau pengalaman kerja sebagai guru kepada pengangkatan berdasarkan kemampuan dan keterampilan profesional bidang manajemen pendidikan serta dengan indikator-indikator yang harus dipenuhi sebagai kepala sekolah/madrasah pada lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya.

Kepala sekolah/madrasah adalah “the key person” dalam

keberhasilan pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Ia adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai sumber yang tersedia dan dapat digali dari masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam implementasinya, kepala sekolah/madrasah dituntut untuk memiliki visi, misi dan wawasan yang luas tentang sekolah/madrasah yang efektif serta kemampuan profesional yang memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah/madrasah. Singkatnya, dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi kepala madrasah harus mampu berperan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator pendidikan (EMASLIM). (E. Mulyasa, 2003 :24).


(26)

8 Hal itu tidak lain karena kepala sekolah/madrasah baik sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator pendidikan dalam lembaga pendidikan merupakan orang pertama dan utama yang paling bertanggung jawab terhadap eksistensi serta kualitas lembaga pendidikan yang dipimpinanya. Untuk itu ia dituntut untuk pandai-pandai baik dalam motivasi, komunikasi, menggerakkan semua potensi yang ada agar tujuan dan cita-cita dapat terlaksana dengan baik.

Dengan demikian. kepala sekolah/madrasah pada lembaga pendidikan dengan berbagai fungsi dan peranya adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala aktifitas serta maju-mundur, baik-buruk kualitas-tidaknya sebuah lembaga pendidikan yang dipimpinya. Maka tidak mengherankan bila dia disebut sebagai orang pertama dan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dipimpinnya melaui inovasi-inovasi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Apalagi sampai kini kita masih kesulitan untuk menghilangkan kesan, anggapan dan image masyarakat, bahwa sekolah yang berlabel Islam atau madrasah disebut sebagai lembaga pendidikan kelas dua (second class) bukan dianggap sebagai lembaga pendidikan pilihan (first class) atau lembaga unggulan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Apalagi menghadapi kompetisi yang begitu ketat, baik antara lembaga pendidikan maupun dari out put dan out comenya, maka langkah inovasi pendidikan yang di dalamnya terdapat inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi.


(27)

9 Kurikulum Madrasah Aliyah sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan. Sejalan dengan perkembangan kurikulum pendidikan sejak tahun 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004. hingga sekarang yakni KBK dan KTSP. Masing-masing kurikulum Madrasah Aliyah tersebut mempunyai karakteristik. Karakteristik kurikulum tahun 1975 dan 1984 lebih pada content based curriculum, sedangkan kurikulum 1994 bersifat objective based curriculum, dan kurikulum 2004 bersifat competency based curriculum atau lebih di kenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kemudian dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan tau dikenal dengan (KTSP).

Dalam implementasinya Inovasi atau pembaharuan kurikulum 1975 menegaskan bahwa madrasah berkewajiban menyelenggarakan minimal 70 % pengetahuan umum moderen dan 30 % pengetahuan agama. Dengan pembaharuan ini, secara yuridis para peserta didik madrasah mempunyai status yang sama dengan peserta didik sekolah di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) waktu itu atau sekarang berubah nama menjadi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Hal ini ditandai oleh lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Agama tahun 1975. Pokok-pokok keputusan bersama tersebut menyebutkan Madrasah Ibtidaiyah (MI) disederajatkan dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Aliyah (MA) dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Para peserta


(28)

10 didik madrasah diperbolehkan pindah ke sekolah setingkat yang berada di bawah departemen pendidikan dan kebudayaan. Tidak hanya itu, peserta didik madrasah juga diberi kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi umum di bawah departemen pendidikan dan kebudayaan juga.

Setelah hampir 12 tahun menerapkan SKB Tiga Menteri madrasah belum banyak berubah, khususnya dalam berkompetisi dengan sekolah umum. Kurikulum 1984 tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1975 untuk komposisinya 30 % dan 70 %. Berdasarkan perkembangan seperti itu Departemen Agama (Depag) sebagai instansi yang membawahi perkembangan madrasah memberlakukan kurikulum baru pada tahun 1994, yang dikenal

dengan “kurikulum 1994”. Dalam rangka meningkatkan daya saing peserta

didik madrasah dengan peserta didik sekolah umum, tidak ada pilihan lain, kecuali menyamakan kurikulum madrasah dengan kurikulum sekolah umum di bawah Depdikbud. Oleh karena itu dalam kurikulum 1994 ini, madrasah menerapkan 100 % kurikulum sekolah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) atau sekarang di kenal dengan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).

Penerapan kurikulum baru ini memang bisa dinilai cukup radikal, khususnya jika dibanding isi kurikulum sebelumnya baik kurikulum 1975 dan kurikulum 1984. Kebijakan di atas dalam beberapa segi bisa dikatakan sebagai langkah modernisasi madrasah untuk menghasilkan out put yang mampu bersaing dengan rekannya dari sekolah umum. Jauh sebelum penerapan kurikulum 1994, pemerintah, termasuk dalam hal ini departemen agama,


(29)

11 sebenarnya telah mengubah struktur kelembagaan madrasah. Melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989, bahwa madrasah mengalami perubahan defenisi dari sekolah agama menjadi sekolah umum berciri khas Islam. Perubahan defenisi ini penting artinya madrasah mendapat legitimasi sepenuhnya sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional dan telah menjadi lembaga pendidikan yang sama dengan lembaga pendidikan yang lainya.

Kurikulum Madrasah Aliyah sekarang ini pada dasarnya menggunakan kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yang kemudian dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan refleksi pemikiran atau pengkajian ulang penilaian terhadap kurikulum 1994 beserta pelaksanaannya. Hal ini diperjelas oleh Siskandar kepala pusat kurikulum Diknas dalam Dede Rosyada (2004: 47) mengemukakan, bahwa kurikulum berbasis kompetensi tiada lain pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan, yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, nilai dan pola berpikir serta bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari peserta didik. Dengan kata lain KBK adalah seperangkat program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya.

Selain inovasi kurikulum di antara kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah adalah pembenahan manajemen dan


(30)

12 upaya-upaya inovasi dalam pendidikan. Dengan manajemen madrasah diharapkan kepala madrasah dan seluruh komponen madrasah dituntut memiliki visi, tanggung jawab, wawasan dan ketrampilan mengelola yang tangguh menuju terciptanya madrasah yang berkualitas. Kenyataan menunjukkan penyelenggaraan sekolah yang maju adalah sekolah yang berhasil menerapkan fungsi-fungsi manajemen modern. Fungsi manajemen antara lain: (1) Planning (Perencanaan), (2) Organizing (Pengorganisasian), (3) Actuating (Penggerakan), dan (4) Controlling (Pengawasan).

Dalam penelitian ini lebih menekankan kepada implementasi kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum. Inovasi pendidikan termasuk di dalamnya inovasi kurikulum merupakan topik yang selalu hangat untuk dibicarakan dari masa ke masa. Isu ini selalu muncul ketika orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah. Di antara inovasi pendidikan adalah inovasi kurikulum, sebagai suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu (Subandiyah, 1992: 80).


(31)

13 Perkembangan zaman dan daya saing pendidikan, antara lain yang mendorong munculnya pemikiran-pemikiran pembaharuan tentang pemberdayaan sistem pendidikan madrasah terwujud dalam bentuk madrasah-madrasah model dengan berbagai inovasi dan modifikasi kurikulum. Kebijakan madrasah Model ini nantinya diharapkan menjadi teladan dan merupakan pilot project bagi madrasah-madrasah lainnya. Salah satu madrasah yang menjadi madrasah model adalah MAN 3 Malang.

Kurikulum yang ditawarkan MAN 3 Malang adalah kurikulum nasional baik dari Kementerian Agama maupun dari Kementerian Pendidikan Nasional yang telah dimodifikasi dengan pemikiran-pemikiran inovatif yang disesuaikan dengan perubahan zaman dan tuntutan masyarakat termasuk kurikulum muatan lokal. Bentuk-bentuk inovasi kurikulum di MAN 3 Malang mempunyai keunikan yang tidak dimilki oleh sekolah lain, antara lain adalah: 1. Terbentuknya kelas atau jurusan MAKBI (Madrasah Aliyah Keagamaan

Bertaraf Internasional), kurikulumnya berbasis kurikulum pendidikan agama perguruan tinggi negara-negara Timur Tengah;

2. Adanya program Akselerasi, yaitu program percepatan yang pelaksanaan pembelajaranya selama dua tahun;

3. Pendampingan pakar, yaitu setiap rumpun mata pelajaran mendapat pendampingan dari para profesor atau doktor dari perguruan tinggi sesuai dengan bidang yang ampu;

4. Adanya GEMMASEMI, yaitu gerakan menjadikan MAN 3 Malang sebagai etalase madrasah-madrasah di Indonesia;


(32)

14 5. Bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri seperti UI, ITB, IPB, UGM, UNAIR, Aquinas College, Gold Coast Australia, Aoyama School of Japanese, Tokyo-Japan, I.C, Nagoya Japan, University of The Holy Quran and Islamic Science, Sudan, Omdurman University, Sudan, International University of Africa, Sudan, dan Al Azar University Mesir.

Berbagai program unggulan yang ditawarkan oleh MAN 3 Malang tersebut, merupakan sebuah jawaban dari tuntutan masyarakat dan pesaing lembaga pendidikan di sekitar kota Malang yang selama ini program unggulan banyak didominasi oleh sekolah-sekolah Nasrani. Program yang ditawarkan dalam inovasi kurikulum MAN 3 Malang mulai berjalan pada saat MAN 3 Malang dipimpin oleh Bpk. Drs. H. Abdul Djalil, M. Ag yang namanya sudah melegenda di kalangan lembaga pendidikan Islam khususnya lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama atau madrasah seluruh Indonesia.

Kepiawaian beliau dalam memimpin sebuah madrasah baik dalam memilih tenaga kependidikan yang profesional maupun dalam memberikan kepercayaan terhadap masyarakat dan stekholders seiring dengan digulirkan manajemen berbasis sekolah (MBS) beliau membuat terobosan-terobosan baru yang berorientasi kepada kualitas pendidikan Islam khususnya madrasah, sehingga madrasah mendapat kepercayaan di hati masyarakat.

Kebijakan MAN 3 Malang dalam inovasi kurikulum bertujuan untuk dapat mencetak lulusan yang handal, cerdas baik moral maupun intelektual dan mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat serta berakhlakul


(33)

15 karimah. Sehingga diterapkan inovasi kurikulum MAN 3 Malang yang mampu menjadi bekal siswa untuk mempersiapkan diri menyongsong masa depan yang dicita-citakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka lembaga pendidikan tersebut merupakan fenomena yang menarik untuk peneliti kaji lebih lanjut dari sudut pandang kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum. Selain peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam, guna menambah wawasan yang berkaitan dengan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala madrasah juga yang menyangkut persoalan yang berhubungan dengan inovasi kurikulum di MAN 3 Malang.

Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul tesis “Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum” (Studi Kasus di MAN 3 Malang). Hal ini karena peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sangat vital dan sentral melalui inovasi-inovasi kurikulum, baik kepala sekolah berfungsi sebagai leader, manajer maupun supervisor terhadap lembaga pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Pada dasarnya tulisan mengenai dunia madrasah dan sekolah telah banyak dikaji, baik peneliti maupun praktisi pendidikan. Namun penelitian yang mencoba mengangkat inovasi pendidikan masih kurang, terutama yang berkaitan dengan inovasi kurikulum madrasah melakukan sebuah bentuk inovasi kurikulum. Oleh sebab itu, peneliti mencoba memilah dari sekian


(34)

16 banyak literatur dan hasil penelitian mengenai madrasah untuk disesuaikan dengan tema penelitian ini. Akhirnya peneliti menentukan tujuh buah literatur yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu karya Hamid Darmadi, Din Atmaja, Zainuddin, Suhadi, Muhammad Rois, Sri Istuti Mamik, Abdul Djalil, dan Muhammad Eka Mahmud. Kedelapan buah literatur ini, dipandang peneliti cukup memberikan peran dalam memunculkan model penelitian tentang kepemimpinan kepala madrasah, kurikulum dan inovasi yang lain dan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Hamid Darmadi (1994), tentang Hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru pada SMA Negeri Kotamadya Pontianak. Dalam penelitian ini diisebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepimimpinan kepala sekolah dengnan kepuasan kerja guru pada SMA Negeri Kotamadya Pontianak. Disebutkan pula bahwa kepala SMA Negeri Kotamadya Pontianak pada umumnya mempunyai perilaku kepemimpinan yang tinggi, baik perilaku perilaku yang berorientasi tugas maupun yang beroirientasi pada hubungan dengan sesama manusia.

Din Atmaja (1999) tentang: Perilaku kepemimpinan kepala sekolah/madrasah dalam menciptakan suasana religius (Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I) Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perilaku kepala madrasah dalam menciptakan suasana religius di Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang I dengan melengkapi sarana prasarana pendidikan, menata lingkungan madrasah, menigkatkan profesionalisme guru,


(35)

17 meningkatkan prestasi belajar siswa baik dalam bidag akademik maupun non akademik.

Zainuddin (2008), tentang Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMA I Lombok Barat. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas pependidikanya.

Suhadi (1999) dalam tesisnya mengkaji masalah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Di MTs Negeri 1 Malang Jalan Bandung yang menfokuskan aspek pengembangan dari bahasa. Berangkat dari masalah ini ditemukan bahwa pengembangan kurikulum muatan lokal yang dilakukan pada pengembangan bahasa memiliki potensi cukup tinggi dalam memperluas pendalaman unsur-unsur kebahasaan, sehingga dapat memudahkan pemahaman pada pelajaran inti terutama bagi beberapa pelajaran yang menggunakan teks asli.

Muhammad Rois (2002), tentang Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Madrasah Aliyah (Studi Kasus di MA Al Fatah Badas-Pare, Kediri). Hasil penelitian tentang gambaran pengembangan kurikulum yang terjadi di MA Al Fatah Badas Pare, Kediri dalam aspek muatan lokal yang cenderung ke bidang ilmu keagamaan. Penemuan dari tesis ini menunjukkan mata pelajaran agama yang dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal di Madrasah Aliyah Al- Fatah Badas, secara umum sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari sisi pola kehidupan masyarakat. Secara khusus pelajaran agama yang dijadikan mata pelajaran muatan lokal tersebut masih perlu dikembangkan


(36)

18 lebih lanjut, karena kebutuhan masyarakat yang terus mengalami perubahan. Hasil lain menunjukkan masyarakat belum dilibatkan secara optimal oleh pihak madrasah dalam menetapkan maupun menyusun kurikulum muatan lokal. Hal ini berimplikasi pada Guru dalam proses belajar mengajar hanya sekedar menyampaikan materi dan belum menilai lebih lanjut tingkat keberhasilan maupun kegagalannya.

Adapun penelitian yang berkenaan dengan inovasi, antara lain; Sri Istuti Mamik (2002) tentang Inovasi Madrasah (Studi tentang Kerjasama Kepala Madrasah dengan Majelis Madrasah di MAN 3 Malang) diperoleh temuan penelitian mengenai faktor pendukung pelaksanaan inovasi pendidikan baik dari dalam maupun luar madrasah. Faktor pendukung dari dalam adalah banyak dewan guru yang berusia muda dengan memiliki banyak kreasi, model dialog terbuka dan tertulis yang dapat mengasah intelektual siswa. Untuk faktor pendukung dari luar adalah masyarakat dalam hal ini orang tua siswa yang sangat mendukung inovasi, baik yang telah dilaksanakan maupun yang masih dalam tahap rancangan.

Tesis Abdul Djalil (1999) tentang Kepemimpinan dan Inovasi Pendidikan Islam: Studi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang I, diperoleh temuan bahwa keberhasilan inovasi madrasah sangat tergantung pada kepemimpinan sekolah itu sendiri.

Muhammad Eka Mahmud (2001) tentang Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan (Studi Kasus Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang) diperoleh kesimpulan prilaku


(37)

19 kepemimpinan kepala madrasah dan bawahan (guru) dalam menggagas, menerima dan melaksanakan inovasi pendidikan di MIJS terakumulasi pada panggilan ideologis yang kental dengan nilai ruhul Jihad. Hasil penelitian menunjukkan ada dua inovasi yang dilakukan MIJS, yakni pertama, inovasi fisik yang meliputi (1) kurikulum dimodifikasi adanya jam tambahan 3 jam per minggu, penerapan integrated curriculum, intergrated learning, inovasi pembelajaran seperti komputerisasi dan VCD pembelajaran; (2) sarana dan prasarana yang memadai, kondisi gedung yang kokoh, representatif, bersih, aman serta sistem tata ruang yang bagus sehingga menciptakan suasana belajar yang nyaman, tertib dan disiplin; (3) pengelolaan keuangan yang rapi, teratur dan open management; (4) pengelolaan pembelajaran dan penerapan strategi pembelajaran seperti team teaching, guru bidang studi, class grouping, bimbingan ebtanas, pondok ebtanas dan ISC (Islamic Student Camp). Kedua, inovasi non fisik, melalui (1) pengelolaan siswa dengan menerapkan berbagai pendekatan dan pembelajaran. Inovasi untuk peningkatan akademik, meliputi pendekatan bilingual dalam aspek bahasa dan pengelompokan siswa (class grouping, class rotation); (2) pengelolaan tenaga guru masuk melalui seleksi yang ketat, pendelegasian dan pelibatan guru dalam forum-forum ilmiah, traning, penataran, lokakarya dan seminar.

Berangkat dari beberapa hasil penelitian tentang kepemimpinan dan kurikulum madrasah serta inovasi di atas, maka penelitian ini merupakan pengembangan dari model penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak


(38)

20 pada kajiannya, dimana penelitian ini memfokuskan pada kajian pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum yang diimplementasikan oleh Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. Dalam hal menelaah aspek kepemimpinan dalam mengembangkan inovasi kurikulum pendidikan dari sejak awal tahun 2000 sampai sekarang, kaitannya dengan inovasi kurikulum sampai saat ini belum ada satupun penelitian yang mencoba mengangkat unsur inovasi kurikulum madrasah di MAN 3 Malang yang telah banyak memberi kontribusi inovasi kurikulum pendidikan di Indonesia.

C. Fokus Penelitian

Fokus utama penelitian ini adalah implementasi kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum yang diselenggarakan MAN 3 Malang. Penanganan suatu inovasi apapun membutuhkan suatu proses yang tidak mudah, apalagi kurikulum yang merupakan hal mendasar dari suatu pelaksanaan pendidikan di suatu Sekolah atau Madrasah. Oleh sebab itu fenomena kepemimpinan dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas berikut penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang;


(39)

21

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang:

2. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk inovasi kurikulum di MAN 3 Malang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi:

1. Bagi kepala madrasah, guru, karyawan, komite madrasah, steakholders dan siswa dapat dimanfaatkan sebagai masukan sekaligus bahan evaluasi dalam mengelola lembaga pendidikan yang berkaitan dengan inovasi kurikulum;

2. Bagi para pengambil kebijakan diharapkan bisa dijadikan model alternatif inovasi kurikulum dalam proses pembelajaran;

3. Bagi peneliti lainnya, apabila metodologi dan hasil penelitian tentang pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum ini dipandang baik dan relevan, maka dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam meneliti kasus-kasus yang sejenis pada lembaga pendidikan lain pada masa yang akan datang.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis akan memberikan penegasan istilah terhadap kata yang dianggap penting, yaitu:


(40)

22 1. Kepemimpinan Kepala Madrasah

Kepemimpinan kepala madrasah adalah kemampuan seorang kepala madrasah untuk menggerakkan, mempengaruhi, mendorong, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.(E. Mulyasa, 2004; 107)

2. Inovasi

Inovasi diartikan sebagai pembaharuan, penemuan dan ada yang mengaitkan dengan modernisasi. Menurut Nicholls (1982: 2) penggunaan kata perubahan dan inovasi sering tumpang tindih. Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain. Baik itu hasil invensi maupun hasil discovery. (Ibrahim, 1998: 1 ; Hanafi, 1986: 26 ; Rogers, 1983: 11).

3. Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu “currerre” berupa

kata kerja (to run) yang berarti lari. Di dalam kamus Webster kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani “curicula” yang memiliki beberapa arti dari kurikulum diantaranya: (1) Tempat perlombaan, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba; (2) Suatu jalan untuk pedati atau perlombaan; (3) Perlombaan yang dimulai dari start dan diakhiri dengan


(41)

23 finish. Secara terminologi kurikulum dapat diartikan (1) tradisional/sempit dan; (2) modern/luas. Tradisional menyebutkan awalnya kurikulum diartikan sebagai subject atau mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai anak didik secara kognitif untuk lulus mendapat ijazah. Sejumlah mata pelajaran atau traning yang diberikan sebagai produk atau pendidikan (Wiles & Bondi, 1989)

Berdasarkan pada uraian dan batasan-batasan di atas, maka maksud judul penelitian ini adalah tentang bagaimana pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang dan bentuk-bentuk inovasi kurikulum yang dilakukan di MAN 3 Malang.

H. Sistematika Penulisan

Dalam usaha menyusun sebuah penelitian tesis yang utuh dan memiliki keterkaitan pada setiap bahasan, maka disusun sistimatika penulisan tesis yang berjudul Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum (studi kasus di MAN 3 Malang). Adapun secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari enam bab masing-masing disusun secara rinci dan sistematis, sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang penting penelitian, kajian penelitian terdahulu, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Pembahasan bab ini dimaksudkan untuk mewujudkan suatu koherensi dari penelitian, sehingga dapat dilihat sebagai sebuah karya tulis yang komprehensif.


(42)

24 Bab kedua memuat kajian teori dari kepemimpinan, konsep inovasi pendidikan, kurikulum dan inovasi. Tentang Kepemimpinan berisi pembahasan definisi kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan, gaya kepemimpinan, jenis kepimimpinan, syarat syarat kepemimpina pendidikan, fungsi dan peran pemimpin. Tentang konsep Inovasi Pendidikan berisi masalah arti dan tujuan inovasi pendidikan, beberapa prinsip dalam inovasi pendidikan, macam-macam inovasi dalam pendidikan dan pengajaran, proses inovasi pendidikan, faktor pendukung dan penghambat inovasi pendidikan.Tentang Kurikulum berisi pembahasan dari pengertian kurikulum, teori kurikulum, landasan kurikulum, organisasi kurikulum, komponen kurikulum dan perkembangan kurikulum Madrasah Aliyah. Teori-teori di atas menjadi dasar pijakan dalam membahas hasil temuan dan diskusi penelitian.

Bab ketiga merupakan metodologi penelitian yang mengurai adanya rancangan penelitian, pendekatan penelitian, subyek dan obyek penelitian, lokasi penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan data, analisis penelitian, pengecekan keabsahan data dan diakhiri dengan tahapan penelitian.

Bab keempat merupakan bab pemaparan data penelitian mengungkap profil MAN 3 Malang, baik sejarah dan perkembangan, letak geografis, visi dan misi, keadaan guru dan karyawan, keadaan peserta didik, sarana prasarana MAN 3 Malang. Selain profil MAN 3 Malang pemaparan data berisi uraian kepemimpinan kepala madrasah dan latar belakang inovasi kurikulum MAN 3 Malang, bentuk inovasi kurikulum MAN 3 Malang, perencanaan inovasi


(43)

25 kurikulum MAN 3 Malang dan beberapa faktor pendukung dan penghambat inovasi kurikulum di MAN 3 Malang.

Bab kelima membahas temuan dan diskusi hasil penelitian. Diskusi hasil penelitian dimaksudkan mengurai dari paparan data yang ada kemudian diselaraskan dengan kajian teori. Dalam diskusi hasil penelitian ini menjelaskan kepemimpinan kepala madrasah dan latar belakang inovasi kurikulum MAN 3 Malang, bentuk-bentuk inovasi kurikulum MAN 3 Malang, perencanaan inovasi kurikulum MAN 3 Malang serta faktor pendukung dan penghambat dari inovasi kurikulum MAN 3 Malang.

Bab keenam memuat kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran. Bab terakhir dari penelitian ini dimaksudkan untuk dapat ditarik benang merah sebagai hasil uraian bab-bab sebelumnya.


(1)

pada kajiannya, dimana penelitian ini memfokuskan pada kajian pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum yang diimplementasikan oleh Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. Dalam hal menelaah aspek kepemimpinan dalam mengembangkan inovasi kurikulum pendidikan dari sejak awal tahun 2000 sampai sekarang, kaitannya dengan inovasi kurikulum sampai saat ini belum ada satupun penelitian yang mencoba mengangkat unsur inovasi kurikulum madrasah di MAN 3 Malang yang telah banyak memberi kontribusi inovasi kurikulum pendidikan di Indonesia.

C. Fokus Penelitian

Fokus utama penelitian ini adalah implementasi kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum yang diselenggarakan MAN 3 Malang. Penanganan suatu inovasi apapun membutuhkan suatu proses yang tidak mudah, apalagi kurikulum yang merupakan hal mendasar dari suatu pelaksanaan pendidikan di suatu Sekolah atau Madrasah. Oleh sebab itu fenomena kepemimpinan dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas berikut penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang;


(2)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang:

2. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk inovasi kurikulum di MAN 3 Malang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi:

1. Bagi kepala madrasah, guru, karyawan, komite madrasah, steakholders dan siswa dapat dimanfaatkan sebagai masukan sekaligus bahan evaluasi dalam mengelola lembaga pendidikan yang berkaitan dengan inovasi kurikulum;

2. Bagi para pengambil kebijakan diharapkan bisa dijadikan model alternatif inovasi kurikulum dalam proses pembelajaran;

3. Bagi peneliti lainnya, apabila metodologi dan hasil penelitian tentang pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum ini dipandang baik dan relevan, maka dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam meneliti kasus-kasus yang sejenis pada lembaga pendidikan lain pada masa yang akan datang.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis akan memberikan penegasan istilah terhadap kata yang dianggap penting, yaitu:


(3)

1. Kepemimpinan Kepala Madrasah

Kepemimpinan kepala madrasah adalah kemampuan seorang kepala madrasah untuk menggerakkan, mempengaruhi, mendorong, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.(E. Mulyasa, 2004; 107)

2. Inovasi

Inovasi diartikan sebagai pembaharuan, penemuan dan ada yang mengaitkan dengan modernisasi. Menurut Nicholls (1982: 2) penggunaan kata perubahan dan inovasi sering tumpang tindih. Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain. Baik itu hasil invensi maupun hasil discovery. (Ibrahim, 1998: 1 ; Hanafi, 1986: 26 ; Rogers, 1983: 11).

3. Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu “currerre” berupa kata kerja (to run) yang berarti lari. Di dalam kamus Webster kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani “curicula” yang memiliki beberapa arti dari kurikulum diantaranya: (1) Tempat perlombaan, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba; (2) Suatu jalan untuk pedati atau perlombaan; (3) Perlombaan yang dimulai dari start dan diakhiri dengan


(4)

finish. Secara terminologi kurikulum dapat diartikan (1) tradisional/sempit dan; (2) modern/luas. Tradisional menyebutkan awalnya kurikulum diartikan sebagai subject atau mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai anak didik secara kognitif untuk lulus mendapat ijazah. Sejumlah mata pelajaran atau traning yang diberikan sebagai produk atau pendidikan (Wiles & Bondi, 1989)

Berdasarkan pada uraian dan batasan-batasan di atas, maka maksud judul penelitian ini adalah tentang bagaimana pola kepemimpinan kepala madrasah dalam inovasi kurikulum di MAN 3 Malang dan bentuk-bentuk inovasi kurikulum yang dilakukan di MAN 3 Malang.

H. Sistematika Penulisan

Dalam usaha menyusun sebuah penelitian tesis yang utuh dan memiliki keterkaitan pada setiap bahasan, maka disusun sistimatika penulisan tesis yang berjudul Pola Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Inovasi Kurikulum (studi kasus di MAN 3 Malang). Adapun secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari enam bab masing-masing disusun secara rinci dan sistematis, sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang penting penelitian, kajian penelitian terdahulu, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Pembahasan bab ini dimaksudkan untuk mewujudkan suatu koherensi dari penelitian, sehingga dapat dilihat sebagai sebuah karya tulis yang komprehensif.


(5)

Bab kedua memuat kajian teori dari kepemimpinan, konsep inovasi pendidikan, kurikulum dan inovasi. Tentang Kepemimpinan berisi pembahasan definisi kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan, gaya kepemimpinan, jenis kepimimpinan, syarat syarat kepemimpina pendidikan, fungsi dan peran pemimpin. Tentang konsep Inovasi Pendidikan berisi masalah arti dan tujuan inovasi pendidikan, beberapa prinsip dalam inovasi pendidikan, macam-macam inovasi dalam pendidikan dan pengajaran, proses inovasi pendidikan, faktor pendukung dan penghambat inovasi pendidikan.Tentang Kurikulum berisi pembahasan dari pengertian kurikulum, teori kurikulum, landasan kurikulum, organisasi kurikulum, komponen kurikulum dan perkembangan kurikulum Madrasah Aliyah. Teori-teori di atas menjadi dasar pijakan dalam membahas hasil temuan dan diskusi penelitian.

Bab ketiga merupakan metodologi penelitian yang mengurai adanya rancangan penelitian, pendekatan penelitian, subyek dan obyek penelitian, lokasi penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan data, analisis penelitian, pengecekan keabsahan data dan diakhiri dengan tahapan penelitian.

Bab keempat merupakan bab pemaparan data penelitian mengungkap profil MAN 3 Malang, baik sejarah dan perkembangan, letak geografis, visi dan misi, keadaan guru dan karyawan, keadaan peserta didik, sarana prasarana MAN 3 Malang. Selain profil MAN 3 Malang pemaparan data berisi uraian kepemimpinan kepala madrasah dan latar belakang inovasi kurikulum MAN 3 Malang, bentuk inovasi kurikulum MAN 3 Malang, perencanaan inovasi


(6)

kurikulum MAN 3 Malang dan beberapa faktor pendukung dan penghambat inovasi kurikulum di MAN 3 Malang.

Bab kelima membahas temuan dan diskusi hasil penelitian. Diskusi hasil penelitian dimaksudkan mengurai dari paparan data yang ada kemudian diselaraskan dengan kajian teori. Dalam diskusi hasil penelitian ini menjelaskan kepemimpinan kepala madrasah dan latar belakang inovasi kurikulum MAN 3 Malang, bentuk-bentuk inovasi kurikulum MAN 3 Malang, perencanaan inovasi kurikulum MAN 3 Malang serta faktor pendukung dan penghambat dari inovasi kurikulum MAN 3 Malang.

Bab keenam memuat kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran. Bab terakhir dari penelitian ini dimaksudkan untuk dapat ditarik benang merah sebagai hasil uraian bab-bab sebelumnya.