Tabel 5. Pengaruh Interaksi Sitokinin dan NAA terhadap Waktu Inisiasi Daun Nepenthes mirabilis secara in vitro
Perlakuan NAA mgl
Sitokinin Konsentrasi mgl
1 2
Hari Setelah Tanam HST Kontrol
8.0 bcde 5.3 cdef
BAP 2.5
14.8 ab 12.7 bc
5 25.5 a
7.8 bcde Kinetin
2.5 6.3 bcdef
9.3 bcde 5
9.2 bcd 3.0 ef
2iP 2.5
1.3 f 4.8 cdef
5 2.2 f
4.3 def KK
41. 085 Keterangan
: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5
Jumlah Daun
Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 2, pengaruh interaksi NAA dan sitokinin memberikan pengaruh sangat nyata pada jumlah daun Nepenthes
mirabilis. Pengaruh tunggal Sitokinin berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun Nepenthes mirabilis tetapi pengaruh tunggal NAA tidak berpengaruh nyata.
Berdasarkan Tabel 6, kombinasi 2 mgl NAA dengan 2.5 mgl BAP menghasilkan jumlah daun terbanyak, yaitu 19.5 helai daun pada 10 MST,
sedangkan kombinasi 1 mgl NAA dengan 2.5 mgl 2iP menghasilkan jumlah daun paling sedikit, yaitu 0.8 helai daun pada 10 MST.
Pada Gambar 15, menunjukkan pertumbuhan jumlah daun dari kombinasi 1 mgl NAA dengan berbagai konsentrasi sitokinin berupa BAP,
Kinetin dan 2iP. Dari Gambar 15, dapat di lihat perlakuan kombinasi 1 mgl NAA dengan 5 mgl kinetin menunjukkan hasil jumlah daun terbanyak
dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya, yaitu 19.7 helai daun pada 10 MST, sedangkan perlakuan kombinasi 1 mgl NAA dengan 2 mgl 2iP
menunjukkan hasil paling sedikit, yaitu 0.8 helai daun pada 10 MST.
Pada Gambar 16, menunjukkan pertumbuhan jumlah daun dari kombinasi 2 mgl NAA dengan berbagai konsentrasi sitokinin berupa BAP,
Kinetin dan 2iP. Dari Gambar 16., dapat di lihat perlakuan kombinasi 2 mgl NAA dengan 2.5 mgl BAP menunjukkan hasil jumlah daun terbanyak
dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya, yaitu 19.5 helai daun pada 10 MST, sedangkan perlakuan kombinasi 2 mgl NAA dengan 5 mgl kinetin
menunjukkan hasil paling sedikit, yaitu 2.0 helai daun pada 10 MST. Tabel 6. Pengaruh Interaksi Pemberian Sitokinin dan NAA terhadap Rata-rata
Jumlah Daun Nepenthes mirabilis pada 3 sampai 10 MST secara in vitro
Perlakuan NAA
mgl Minggu Ke-
Sitokinin Konst. mgl
3 6
8 10
S0
1 2.5 ab
5.0 abcd 6.3 abc
9.7 ab BAP
2.5 1.3 bcd
6.8 abc 12.2 a
16.0 a 5
1.2 bcd 9.0 ab
14.0 a 17.8 a
Kinetin 2.5
2.2 abc 10.0 a
13.3 a 16.2 a
5 2.5 ab
10.7 a 15.8 a
19.7 a 2iP
2.5 0.2 d
0.3 e 0.7 d
0.8 c 5
0.7 cd 2.5 bcde
4.0 bcd 4.5 bc
S0
2 2.5 ab
4.8 abcd 6.5 abc
9.3 ab BAP
2.5 2.0 abc
10.0 a 16.2 a
19.5 a
5 3.2 a
10.3 a 14.7 a
17.7 a Kinetin
2.5 2.7 ab
9.2 a 10.7 ab
11.8 ab 5
0.7 cd 1.2 de
2.0 cd 2.0 bc
2iP 2.5
2.5 ab 4.3 abcd
6.5 abc 9.3 ab
5 1.2 bcd
2.5 bcde 4.2 bcd
4.5 bc KK
31.793 42.693
40.590 37.928
Keterangan : Angka
—angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5
Dari Gambar 15 dan Gambar 16 dapat di lihat bahwa peningkatan pemberian NAA menjadi 2 mgl cenderung meningkatkan jumlah daun
dibandingkan dengan pemberian NAA 1 mgl dengan berbagai perlakuan
kombinasi sitokinin berupa BAP, Kinetin maupun 2iP. Jumlah daun dipengaruhi pula dengan banyaknya jumlah tunas pada tanaman tersebut, semakin banyak
tunas kemungkinan jumlah daun akan semakin banyak pula.
Gambar 15. Pengaruh Interaksi Pemberian NAA dan Sitokinin terhadap Rata-rata Jumlah Daun Nepenthes mirabilis pada 3-10 MST secara in vitro
Gambar 16. Pengaruh Interaksi Pemberian NAA dan Sitokinin terhadap Rata-rata Jumlah Daun Nepenthes mirabilis pada 3-10 MST secara in vitro
Waktu Inisiasi Kantong
Waktu inisiasi kantong dapat dilihat beberapa hari setelah tanam HST.Pengamatan waktu inisiasi kantong diawali dengan tumbuhnya daun baru
yang disusul pembentukan kantong.Kantong yang telah terbuka pada daun baru merupakan awal dari pengamatan waktu inisiasi kantong.Pengamatan jumlah
kantong selanjutnya dilakukan setiap minggu setelah kantong pertama terbuka di setiap tanaman Gambar 17.
Gambar 17. Kantong Nepenthes mirabilis hasil pengamatan pada 3 MST.
Peningkatan pemberian konsentrasi Sitokinin berupa BAP, Kinetin dan 2iP dengan kombinasi 1 mgl NAA cenderung menghambat waktu inisiasi
kantong, sedangkan peningkatan pemberian konsentrasi Sitokinin berupa BAP, Kinetin dan 2iP dengan kombinasi 2 mgl NAA cenderung mempercepat waktu
inisiasi kantong. Hal ini serupa dengan hal yang mempengaruhi waktu inisiasi daun karena waktu inisiasi kantong dipengaruhi oleh waktu inisiasi daun.
Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 2, interaksi kombinasi NAA dan sitokinin memberikan pengaruh sangat nyata pada waktu inisiasi kantong
Nepenthes mirabilis. Perlakuan kombinasi 2 mgl NAA dengan 5 mgl kinetin menunjukkan waktu inisiasi kantong tercepat,4.5 HST, sedangkan perlakuan
kombinasi 2 mgl NAA dengan 2.5 mgl BAP menunjukkan waktu inisiasi kantong terlama, yaitu pada 34.0 HST dapat dilihat pada Tabel 7.
Kantong
Tabel 7. Pengaruh Interaksi Pemberian Sitokinin dan NAA terhadap Waktu Inisiasi Kantong Nepenthes mirabilis secara in vitro dalam Hari Setelah
Tanam HST
Perlakuan NAA mgl
Sitokinin Konsentrasi mgl
1 2
Hari Setelah Tanam HST Kontrol
16.0 ab 15.8 ab
BAP 2.5
16.1 ab 34.0 a
5 27.2 a
21.5 ab Kinetin
2.5 15.8 ab
14.3 abc 5
20.7 ab 4.5 cd
2iP 2.5
5.3 cd 19.7 ab
5 11.6 bcd
5.5 cd KK
52.120 Keterangan
: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5
Jumlah Kantong
Pengamatan jumlah kantong diakukan setelah inisiasi kantong terjadi. Jumlah kantong diamati tiap minggu dengan menghitung semua kantong yang
terbentuk dari tanaman utama maupun tunas baru dari setiap eksplan yang diamati. Penghitungan jumlah kantong ditandai dengan terbuka sempurna kantong
yang diamati. Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 2, interaksi kombinasi NAA dan
sitokinin memberikan pengaruh sangat nyata pada jumlah kantong Nepenthes mirabilis. Kombinasi 1 mgl NAA dengan 5 mgl kinetin menghasilkan jumlah
kantong terbanyak, yaitu 13.2 helai daun pada 10 MST, sedangkan kombinasi 1 mgl NAA dengan 2.5 mgl 2iP menghasilkan jumlah daun paling sedikit, yaitu
0.5 helai daun pada 10 MST Tabel 8. Pada Gambar 18, menunjukkan pertumbuhan jumlah kantong dari
kombinasi 1 mgl NAA dengan berbagai konsentrasi sitokinin berupa BAP, Kinetin dan 2iP. Dari Gambar 18, dapat di lihat perlakuan kombinasi 1 mgl
NAA dengan 5 mgl kinetin menunjukkan hasil jumlah kantong terbanyak dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya, yaitu 13.2 buah kantong pada