6. Sekretaris Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 empat orang Wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN.
7. Sekretariat Nasional ASEAN yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN.
8. ASEAN Human Rights body yang akan mendorong perlindungan dan promosi HAM di ASEAN.
9. Yayasan ASEAN ASEAN Foundation yang akan membantu Sekjen ASEAN dalam meningkatkan pemahaman mengenai ASEAN, termasuk pembentukan
identitas ASEAN. 10. Entities associated with ASEAN
F. Tantangan bagi ASEAN
Sebagai sebuah komunitas yang menaungi negara-negara di dalamnya, ASEAN tentunya banyak menghadapi tantangan-tantangan, baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal, beberapa tantangan yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN adalah sebagai berikut: 1. Internal trust kepercayaan internal terhadap masing-masing negara
anggota, 2. perdebatan tentang perbatasan 3. permasalahan kerjasama ekonomi antar- negara anggota ASEAN, dan 4. perdebatan sosial-budaya.
Masalah internal trust sudah sangat banyak melahirkan masalah di kawasan Asia Tenggara. Perdebatan tentang perbatasan dapat menjadi salah satu contoh. Perdebatan
tentang perbatasan sudah sangat banyak terjadi di antara negara-negara ASEAN. Wilayah yang dipersengketakan, biasanya merupakan historis atau wilayah yang secara sumber
daya memiliki potensi. Salah satu contoh adalah konflik Indonesia-Malaysia tentang pulau Sipadan dan Ligitan. Kedua pulau tersebut sebelumnya tidak tercantum dalam peta
kedua negara, namun setelah ditemukan potensi mineral di sekitarnya, Indonesia dan Malaysia mulai memperebutkan klaim atas wilayah tersebut.
7
Permasalahan territorial di Asia Tenggara, umumnya dinegosiasikan secara bilateral. Namun, upaya bilateral kerap kali gagal dan berujung kebuntuan. Menemui kebuntuan,
negara-negara ini akan mengundang pihak ketiga dari eksternal kawasan untuk mediasi. Biasanya pihak yang diundang dalam hal ini adalah International Court of Justice ICJ,
sebuah lembaga multilateral di bawah naungan PBB. Sebenarnnya, negara-negara Asia Tenggara sendiri sudah membentuk suatu mekanisme dewan tinggi dalam kerangka
ASEAN, namun belum ada satupun negara anggota yang menggunakan mekanisme ini. Salah satu faktor penyebab hal ini adalah ketidakpercayaan anggota terhadap kemampuan
7
Mutiara Pertiwi. Pengenalan Dasar Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Banten: UIN Jakarta Press. 2013. hal. 64.
6
mediasi negara anggota lainnya. Selain itu, keterbatasan kemampuan diplomasi internal dan konflik kepentingan juga menjadi penyebab.
8
Selain masalah territori, masalah internal lainnya adalah rendahnya interdependensi ekonomi regional. Negara-negara anggota ASEAN lebih cenderung mengembangkan
ekonomi masing-masing secara global dan melupakan kerjasama internal. Saat krisis finansial pada tahun 1997, negara-negara ASEAN tidak memiliki mekanisme apapun
dalam menyelesaikan krisis ini secara kerjasama internal. Sebagian negara menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan krisis tersebut secara nasional dan sebagian lagi
menggantungkan diri pada institusi-institusi keuangan dunia seperti International Monetary Funds IMF atau bahkan bergantung pada bantuan negara-negara luar kawasan
Asia Tenggara seperti Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, dll.
9
Hal ini menggambarkan tidak adanya upaya dan kerjasama solid dalam masalah ekonomi di regional Asia
Tenggara sendiri. Solusi untuk hal ini sudah banyak dirundingkan, salah satunya adalah pembentukan ASEAN Economic Community AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN
MEA. Sosial budaya juga menjadi bagian dari tantangan yang harus dihadapi ASEAN.
Doktrin sejarah yang menggambarkan ASEAN yang terbentuk dalam harmoni serumpun bangsa yang memiliki kemiripan budaya membangun konflik perebutan kebudayaan.
10
Salah satu contoh adalah kasus perebutan klaim atas Preah Vihear antara Kamboja dan Thailand. Preah Vihear merupakan sebuah situs keagamaan Budha yang terletak di
perbatasan kedua negara. Bagi Kamboja, Preah Vihear ini merupakan situs suci yang diwariskan oleh Kerajaan Angkor, sebelum akhirnya dapat ditaklukkan oleh beberapa
kerajaan di Thailand. Di satu sisi, konflik ini merupakan konflik territori. Namun, dalam kasus ini, konflik territori menjadi sangat sensitif karena melibatkan elemen identitas
budaya.
11
Konflik eksternal yang menjadi tantangan bagi negara anggota ASEAN adalah konflik afiliasi. Afiliasi dapat disebut juga mitra kerjasama yang menjadi patron bagi negara-
negara ASEAN. Afiliasi-afiliasi yang berbeda terkadang membentuk karakter politik yang berbeda. Dapat dilihat dari perbedaan ideology kenegaraan yang dianut masing-masing
negara pasca Perang Dingin. Kepentingan-kepentingan negara besar yang menjadi afiliasi negara-negara kecil terkadang ikut mengintervensi kebijakan-kebijakan negara-negara
8
. Mutiara Pertiwi. op.cit., hal. 63-66.
9
Ibid.,hal. 66-68.
10
Ibid., hal. 2.
11
Ibid., hal. 69.
7
ASEAN. Prinsip non-interference dalam ASEAN, dalam hal ini, tidak berjalan dengan baik.
12
G. Dinamika Perkembangan ASEAN