BAB III KONTRAK PERJANJIAN DALAM HUKUM BISNIS
A. Tujuan Instruksional Umum TIU Memberikan penjelasan tentang pengertian perikatan dan perbedaan antara
perikatan dengan perjanjian, pengertian kontrak perjanjian dalam kegiatan bisnis dan unsur-unsur muatan kontrak bisnis, Asas-asas dan syarat-syarat umum dalam melakukan
kontrak perjanjian, akibat hukum suatu kontrak , technik penyusunan merancang kontrak bisnis dan beberapa contoh kontrak bisnis yang terdapat dalam lampiran serta
sebagai bahan kajian dan penambahan wawasan untuk bahan perbandingan dicantumkan pengertian, asas-asas, perangkat, macam-macam, dan berakhirnya kontrakakad menurut
syariah hukum Islam yang disajikan dalam bentuk lampiran artikel
B. Tujuan Instruksional Khusus TIK . 1. Mahasiwa i mampu pengertian perikatan dan membedakan antara pengertian
perikatan dengan perjanjian kontrak serta pengertian kontrak dalam kegiatan bisnis.
2. Mahasiswa i mampu menjelaskan asas-asas, syarat-syarat umum dalam melakukan kontrak perjanjian serta akibat hukum suatu kontrak dalam kegiatan
bisnis. 3. Mahasiswa i mampu merancang dan menyusun kontrak bisnis dengan
mempelajari anatomi isi kontrak bisnis dengan cara melihat beberapa contoh kontrak bisnis baik yang terdapat dalam materi kuliah dan lampiran yang terdapat
dalam bab ini.
4. Mahasiswa i mampu memahami lampiran artikel sebagai bahan perbandingan untuk penambahan wawasan mengenai pengertian, asas-asas, perangkat, macam-
macam kontrak akad menurut syariah yang disajikan dalam lampiran artikel bab ini.
C. Target Pembelajaran sasaran Belajar.
1. Mahasiwa i mampu memahami dan menerangkan tentang :
a. Pengertian perikatan dan membedakan antara pengertian perikatan dan perbedaan antara perikatan dengan perjanjian serta pengetian kontrak dalam kegiatan bisnis.
b. asas-asas, syarat-syarat umum dalam melakukan kontrak dan akibat hukum dalam melakukan kontrak bisnis.
2.Mahasiwa i mampu merancang dan menyusun suatu kontrak bisnis yang sesuai dengan
kebutuhan dalam
kegiatan bisnis
dengan melihat
beberapa contoh
kontrakperjanjian bisnis yang terdapat dalam materi kuliah dan lampiran bab ini. 3. Mahasiswa i mempunyai bahan perbandingan untuk penambahan wawasan mengenai
pengertian, asas-asas, perangkat, macam-macam kontrak akad menurut syariah yang disajikan dalam lampiran artikel bab ini.
34
B A B III. PERJANJIAN KONTRAK DALAM HUKUM BISNIS.
1. Pengertian Perikatan
Berdasarkan pasal 1233 KUH Perdata B.W. perikatan bisa terjadi karena perjanjian maupun karena undang-undang. Jadi makna perikatan lebih luas dari kata
perjanjian, karena perikatan bisa ada karena undang-undang dan perjanjian. Didalam perikatan yang lahir karena undang-undang asas kebebasan untuk mengadakan perjanjian
tidak berlaku. Suatu perbuatan bisa menjadi perikatan karena kehendak dari undang- undang. Untuk perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian maka pembentuk undang-
undang memberikan aturan-atuan yang umum, namun tidak demikian halnya dengan perikatan yang lahir karena undang-undang, pembentuk undang-undang membuat aturan-
aturan yang harus dipenuhi oleh para pihak untuk memenuhi kewajibannya. 2.Terjadinya Perikatan
Didalam pasal 1353 KUH Perdata disebutkan : ” Perikatan-perikatan yang dilahirkan oleh undang-undang sebagai akibat perbuatan
orang, dapat terjadi terbit karena perbutan yang dibolehkan halal atau dari perbuatan melawan hukum ”.
Bahwa untuk terjadinya perikatan diatas, undang-undang tidak mewajibkan dipenuhinya syarat-syarat sebagaimana yang ditentukan untuk terjadinya perjanjian
sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, karena perikatan itu bersumber dari undang-undang, sehingga terlepas dari kemauan para pihak. Apabila ada suatu
perbuatan hukum, yang memenuhi beberapa unsur tertentu , undang-undang lalu menetapkan perbuatan hukum tersebut adalah suatu perikatan., sebagai contoh :
a. Perikatan untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak,. b.Perikatan mengurusi kepentingan orang lain secara sukarela dengan tidak mendapat
perintah dari pihak yang berkepentingan sehingga pihak yang diwakili dapat mengerjakan sendiri urusan itu sendiri Zaakwarneming Pasal 1354 dan hal ini berbeda perikatan
untuk memberikan kuasa yang diatur pasal 1792 KUH Perdata, dimana penerima kuasa bisa memperoleh honor dari urusan yang dikuasakan kepadanya.
35
c. Perikatan yang lahir karena perbuatan melawan hukum sebagaimana yang diatur
dalam pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi : ” Setiap perbuatan yang melawan hukum yang mengakibatkan kerugian kepada orang
lain, mewajibkan kepada pihak orang yang melakukan kesalahan tersebut kepada
pihak lainnya itu untuk memberikan ganti rugi ”. Syarat-syarat untuk menentukan suatu perbuatan melawan hukum :
a. Harus ada perbuatan baik yang bersifat berbuat atau tidak berbuat. b. Perbuatan itu melawan hukum
c. Ada kerugian ; d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan
kerugian e . Ada kesalahan schuld .
Perbuatan melawan hukum tidak hanya diartikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang saja, tetapi atau tidak berbuat yang melanggar hak
orang lain atau bertentangan dengan kewajiban, bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat hati-hati sebagaimana sepututnya didalam kehidupan di masyarakat, contoh :
bertanggung jawab atas kerugian karena kelalaian atau tidak hati-hati pasal 1366 KUH Perdata , tanggung jawab terhadap perbuatan orang lain yang menjadi tanggungannya,
tanggung jawab orang tua terhadap anak atau majikan kepada buruh, dan tanggung jawab pemilik hewan serta tanggung jawab pemilik gedung.1
1 Kompilasi hukum Perikatan, hal 97 - 106 Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Citra aditya Bhakti, Bandung 2001.
3. Hapusnya Perikatan : Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan Perikatan dapat Hapus, karena :
Pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpnan atau penitipan, pembaharuan
utang, perjumpaan
utang atau
kompensasi, percampuran
utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan atau berlakunya syarat
batal, kadaluarsa .
4. Kontrak perjanjian dalam kegiatan Bisnis.