Kontrak perjanjian dalam kegiatan Bisnis.

35

c. Perikatan yang lahir karena perbuatan melawan hukum sebagaimana yang diatur

dalam pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi : ” Setiap perbuatan yang melawan hukum yang mengakibatkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan kepada pihak orang yang melakukan kesalahan tersebut kepada pihak lainnya itu untuk memberikan ganti rugi ”. Syarat-syarat untuk menentukan suatu perbuatan melawan hukum : a. Harus ada perbuatan baik yang bersifat berbuat atau tidak berbuat. b. Perbuatan itu melawan hukum c. Ada kerugian ; d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian e . Ada kesalahan schuld . Perbuatan melawan hukum tidak hanya diartikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang saja, tetapi atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban, bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat hati-hati sebagaimana sepututnya didalam kehidupan di masyarakat, contoh : bertanggung jawab atas kerugian karena kelalaian atau tidak hati-hati pasal 1366 KUH Perdata , tanggung jawab terhadap perbuatan orang lain yang menjadi tanggungannya, tanggung jawab orang tua terhadap anak atau majikan kepada buruh, dan tanggung jawab pemilik hewan serta tanggung jawab pemilik gedung.1 1 Kompilasi hukum Perikatan, hal 97 - 106 Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Citra aditya Bhakti, Bandung 2001. 3. Hapusnya Perikatan : Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan Perikatan dapat Hapus, karena : Pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpnan atau penitipan, pembaharuan utang, perjumpaan utang atau kompensasi, percampuran utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang, pembatalan atau berlakunya syarat batal, kadaluarsa .

4. Kontrak perjanjian dalam kegiatan Bisnis.

Sekilas, bila kta mendenangar kata kontrak, kita langsung berpikir bahwa yang dimaksudkan adalah suatu perjanjian tertulis.Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang 36 atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu. Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk menanti dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang menerbitkan hak dan kewajiban. Menurut Munir Fuady, banyak definisi tentang kontrak telah diberikan, dan masing- masing bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang dianggap penting, dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam definisi tersebut.2 2.Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern, Chitra Aditya Bahkti, Bandung, Hal 9 4. Perjanjiankonrak dalam kegiatan Bisnis. 4.Pengertian perjanjian Definisi Kontrak Ada beberapa definisi kontrak yang bisa dijadikan acuan, yakni sebagai berikut a. Pasal 1331 KUH Perdata : ” Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih ” bProf. Soebekti :” Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu aling berjanji untuk melaksankan suatu hal ”. cBlack Henry Campbell : ” Kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan Promissory agreement diantara dua orang atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum ”. dSteven H.Gifis : ” kontrak adalah serangkaian perjanjian dimana hkum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap pelanggaran pelakanaan kontrak dan pelakanaan kontrak adalah suatu tugas harus dilaksanakan oleh para pihak ”. Dari uraian atau definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa kontrak memuat unsur-unsur sebagai berikut : 1. Kontrak merupakan media atau piranti yang dapat menunjukkan, apakah suatu perjanjian dibuat sesuai dengan syarat-syarat sahnya perjanjian. 2. Kontrak tersebut sengaja dibuat secara tertulis untuk dapat saling memantau diantara para pihak, apakah prestasi telah dijalankan atau bahkan telah terjadi wanprestasi ingkar janji. 3. Kontrak itu sengaja dibuat sebagai suatu alat bukti bagi mereka yang berkepentingan, sehingga apabila ada pihak yang dirugikan telah memiliki alat bukti untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak lainnya; 37 4. .untuk mengetahui syarat-syarat berlakunya kontrak tersebut. 5. untuk mengetahui cara-cara yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan dan pilihan domisili hukum yang dipilih bila perselisihan terjadi antara para pihak;

B. Asas-asas dalam hukum kontrak.

Menurut pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menyatakan : ” Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya ”. Dari bunyi pasal tersebut sangat jelas terkandung asas-asas kontrak sebagai berikut : 1. Konsensus sepakat , artinya perjanjian itu telah terjadi jika telah ada konsensus sepakat antara pihak-pihak yang mengadakan kontrak. 2. Kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas mengenai apa yang diperjanjikan, bebas mengenai bentuk kontraknya. Asas kebebasan berkontrak ini juga meliputi :  Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian  Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian;  Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa isi dari perjanjian yang akan dibuatnya;  kebebasan untuk menentukan obyek perjanjian;  kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian. 3. Pacta sunt servanda, artinya kontrak itu merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya mengikat dan memaksa . 4. Asas kepercayaan, artinya kontrak harus dilandasi oleh i’tikad baik para pihak sehingga tidak unsur manipulasi dalam melakukan kontrak. pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menyatakan : ” perjanjian harus dilaksanakan dengan i’tikad baik ” 5. Asas persamaan hak dan keseimbangan dalam kewajiban 6. Asas moral dan kepatutan 7. Asas kebiasaan dan kepastian hukum.

C. Syarat sahnya suatu kontrak.

Menurut pasal 1320 KUH Perdata, kontrak adalah sah bila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut : 1. Sepakat para pihak untuk mengikatkan dirinya; 2. Cakap untuk membuat suatu perikatan; 38 3. suatu hal tertentu; dan 4. suatu sebab yang halal.3 3 Hananudin Rahman, Legal Drafting, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2000, hal 4-5.

1. Syarat subyektif.